TEKNIS PEMERIKSAAN
PERKARA
BAHRUSSAM YUNUS
Diskusi Wilayah
Pendahuluan
•
Tujuan Diskusi:
•
Evaluasi
•
Rekapri
•
Motivasi
•
Beberapa Prinsip:
•
Bekerja dengan baik atau bekerja dengan
asal-asalan
•
Bekerja dengan cepat tapi banyak salah atau
bekerja hati-hati tanpa kesalahan
•
Dalam bekerja tidak mengutamakan asesoris,
melainkan pokok pekerjaan
•
Bekerja bersama-sama atau sama-sama bekerja
•
Bekerja dengan manajemen atau bekerja tanpa
manajemen
•
Bekerja dengan teknik atau bekerja tanpa teknik
•
Bekerja cepat, tepat, hati-hati, bersama-sama
•
Tupoksi:
menerima, memeriksa dan
mengadili serta menyelesaiakan perkara
yang diterima
•
Hakim
sebagai pilar utama dalam
melaksanaan Tupoksi
•
Pekerjaan hakim adalah memeriksa dan
mengadili perkara
•
Dalam
memeriksa tertuang dalam BAP
,
sedang dalam
mengadili tertuang dalam
Putusan
•
Kinerja dan perestasi hakim dilihat
•
Putusan harus memuat/ mengarah kepada
tiga hal keadilan, kepastian dan
kemamfaatan
•
Untuk mengarah tujuan tersebut hakim harus
profesional atau memiliki tiga hal :
1.
Integritas dan kemadirian
2. Ilmu pengetahuan yang membumi, baik
administrasi maupun teknis perkara dan
ilmu-ilmu pelengkap
Kondisi Sebagian Hakim
•
Tidak ada persiapan dalam pemeriksaan
perkara
•
Tidak menguasai surat gugatan
•
Tidak memperhatikan dengan saksama setiap
perkembangan perkara
•
Mengabaikan BAP
•
Tidak memperhatikan relas panggilan
•
Tidak mengetahui pokok perkara
•
Tidak mampu menganalisa data
•
Kurang menguasai teknik penemuan hukum
•
Tidak mengetahui mekanisme pemeriksaan sita
•
Tidak mengetahuimekanisme PS
•
Tidak ada komunikasi dengan kasir
menyangkut panjar biaya perkara termasuk
perkara prodeo
•
Tidak melaporkan perkara yang lebih lima
bulan belum putus kepada KPA
Gugatan/Permohonan
Hakim sebelum menentukan hari sidang
atau pelaksanaan sidang:
•
Harus mengetahui dan menguasai surat
gugatan baik secara formal maupun
secara matriil
•
Posita
•
Petitum
•
Permohonan sita
•
Permohonan provisi
•
Mengadakan pembagian tugas;
Mengoreksi BAP, relass panggilan dan
pelaksanaan sita
Membuat Putusan
•
Garis besar gugatan termasuk
kekurangan dicatat dalam buku catatan
hakim
Pengguga
t
Tergugat Bukti
Kesim
pulan
1.Nikah
2.Rukun
3.Anak
4.Kediama
n
5.KDRT
6.Selingku
h
Penggugat
Tergug
at
Bukti Kesim
pulan
1.Pewaris
2.Ahli waris
3.Dua orang
isteri, salah
satunya telah
meninggal
4.Lima orang
anak, satu
diantaranya
telah
meninggal
Mediasi
•
Pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri
para pihak, majelis mewajibkan para pihak untuk
menempuh mediasi
•
Dalam hal para pihak lebih dari satu, mediasi tetap
dilaksanakan setelah pemanggilan dilakukan secara
sah dan patut walaupun tidak semua hadir (P.17 ayat 4)
•
Ketidak hadiran turut tergugat yang kepentingannya
tidak signifikan, tidak menghalangi pelaksanaan meiasi
(P.17 ayat 5)
•
Majelis menanyakkan kepada para pihak apakah
•
Kalau sebelumnya pernah, namun tidak
berhasil, maka tidak perlu lagi mediasi (P.4 ayat
2 huruf e dan ayat 3 PERMA No.1/2016). Akan
tetapi majelis tetap mengupayakan perdamaian
biasa (P.4 ayat 2 huruf e dan ayat 3 PERMA
No.1/2016
•
Kalau ternyata telah berhasil mediasinya namun
salah satu pihak tidak mau melaksanakanya
dan tidak didaftar di PA, maka majelis tidak
perlu lagi mediasi
•
Kalau telah berhasil mediasinya dan sudah
didaftar di PA maka gugatan NO, sedang hasil
mediasi dapat dieksekusi (UU No.30 Th.1999 ttg
Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa diluar
•
Majelis wajib menjelaskan kepada para pihak;
Pengertian dan mamfaat mediasi
Kewajiban para pihak untuk menghadiri langsung
pertemuan mediasi berikut akibat hukum atas prilaku
tidak beriktikad baik dalam proses mediasi
Biaya yang mungkin timbul
Menindaklanjuti kesepakatan perdamai melalui
akta perdamaian atau pencabutan gugatan
•
Kewajiban para pihak untuk menandatangani formulir
penjelasan mediasi yang memuat pernyataan bahwa para
pihak:
Memperoleh penjelasan prosesur mediasi secara
lengkap dari majelis
Memahami dengan baik prosedur mediasi
•
Lamanya mediasi
•
Hasil mediasi
Berhasil
Tidak berhasil
Tidak dapat dilaksanakan
•
Perdamaian sukarela
Kesepakatan para pihak
Majelis menunjuk salah seorang hakim
pemeriksa sebagai mediator
Pembacaan Gugatan
•
Setelah pelaksanaan mediasi yang
ditandai dengan pembacaan laporan hasil
mediasi, atau persidangan yang tidak
dihadiri oleh tergugat tanpa alasan yang
sah setelah dipanggil secara resmi dan
patut, maka persidangan dilanjutkan
dengan pembacaan surat gugatan.
•
Pembacaan surat gugatan/permohonan
•
Setelah pembacaan surat gugatan/permohonan,
majelis hendaknya mengadakan klarifikasi (sepanjang
tidak merobah kejadian matriil),
jikalau ternyata dalam
gugatan/permohonan tersebut khususnya pada posita
ada yang bersifat umum
. seperti alasan perceraian
karena dianiaya, perlu diperjelas kapan, di mana,
kenapa dan bagaimana bentuk penganiayaannya.
•
Atau dalam perkara kewarisan, tidak disebutkan
secara jelas batas, luas dan letak objek sengketanya,
atau pewaris dan keturunannya yang telah meninggal
tidak disebutkan kapan meninggalnya.
•
Petitum yang tidak lengkap seperti; gugatan waris
Pencabutan Gugatan
Cara pencabutan suatu gugatan/permohonan dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
1. Pencabutan gugatan yang belum diperiksa;
- Pencabutan perkara sebelum adanya PMH. Ketua Pengadilan Agama mengeluarkan penetapan pencabutan perkara yang berisikan amar menyatakan perkara Nomor
....Pdt.../20.../PA.... dicabut dan pembebanan biaya perkara yang telah digunakan
- Pencabutan perkara setelah adanya PMH akan tetapi belum ada PHS atau ada PHS akan tetapi belum dilakukan
pemanggilan.
- Pencabutan perkara setelah ada PHS dan telah
2. Pencabutan gugatan yang sudah diperiksa
- Gugatan dapat dicabut sebelum tergugat memberi jawaban,
apabila tergugat telah memberi jawaban, maka gugatan dapat dicabut atas persetujuan tergugat. Apabila tergugat tidak menyetujui
pencabutan tersebut, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan (Pasal 271
Rv.).
- Produk pencabutan sebelum jawaban adalah Penetapan, tetapi setelah
pengajuan jawaban oleh tergugat produk pengadilan adalah Putusan. - Bila pencabutan dilakukan sebelum ada jawaban, maka pihak
penggugat dapat mengajukan gugatannya kembali. Sebaliknya apabila
Perubahan Gugatan
•
Perubahan gugatan diperkenankan, apabila
diajukan sebelum tergugat mengajukan
jawaban dan apabila sudah ada jawaban
maka perubahan tersebut harus dengan
persetujuan tergugat (Pasal 127 Rv.).
•
Perubahan tersebut dapat dilakukan
apabila tidak mengubah atau menyimpang
dari kejadian materiil, tidak mengubah atau
menambah petitum, tidak mengubah
Pengguguran Perkara
•
Gugatan dapat digugurkan jika penggugat/para penggugat telah
dipanggil secara sah dan patut akan tetapi tidak hadir atau tidak
mengirim kuasanya untuk hadir (Pasal 124 HIR/148 R.Bg.).
•
Dalam hal perkara digugurkan, penggugat dapat mengajukan
gugatan tersebut sekali lagi dengan membayar panjar biaya
perkara. Apabila telah dilakukan sita jaminan, maka sita tersebut
harus diangkat (Pasal 124 HIR/148 R.Bg.).
•
Gugatan yang dinyatakan gugur dituangkan dalam putusan.
•
Apabila penggugat pernah hadir tetapi kemudian tidak hadir lagi,
maka penggugat dipanggil sekali lagi untuk hadir dengan
peringatan untuk hadir dan apabila tetap tidak hadir sedangkan
tergugat tetap hadir, maka pemeriksaan dilanjutkan dan diputus
secara kontradiktoar.
•
Dalam putusan gugur, isi gugatan tidak perlu diperiksa, putusan
Perkara yang Habis Biayanya
•
Apabila suatu perkara yang telah diajukan pada
pengadilan ternyata biayanya telah habis sebelum
perkara itu selesai, maka untuk memeriksa perkara
tersebut lebih lanjut Panitera membuat surat
teguran kepada penggugat agar dalam jangka
waktu satu bulan sejak tanggal teguran tersebut,
penggugat harus menambah biaya perkara. Apabila
dalam jangka waktu satu bulan tersebut penggugat
tidak memenuhinva, maka pendaftaran perkaranya
dibatalkan dengan suatu penetapan pengadilan
Jawaban Tergugat
•
Kesempatan memberikan jawaban kepada
tergugat/termohon setelah gugatan dianggap tuntas.
Seandainya gugatan belum tuntas maka majelis harus
mengklarifikasi sehingga gugatan sempurna.
•
Jawaban tergugat meliputi eksepsi, pokok perkara dan
rekonvensi. Jawaban dapat diajukan secara lisan dan
tertulis dalam persidangan.
•
Apabila tergugat telah siap mengajukan jawaban pada
hari persidangan tersebut maka persidangan tidak perlu
ditunda lagi.
•
Isi jawaban di perhadapkan dengan isi gugatan
•
Jawaban atau salah satu point tidak menjawab isi gugatan
supaya diperjelas oleh hakim
Penggugat
Tergugat
Bukti
Kesim
Eksepsi
•
Jawaban yang tidak langsung mengenai perkara atau disebut
eksepsi.
•
Eksepsi dibagi dua: eksepsi prosesual dan eksepsi materiil.
•
Eksepsi prosesual berdasarkan hukum acara, yaitu jenis eksepsi
yang berkenaan dengan syarat formal gugatan. Apabila gugatan
yang diajukan mengandung cacat formal maka gugatan yang
diajukan tidak sah, dengan demikian harus dinyatakan tidak dapat
diterima (
Niet onvantkelijke verklaard).
•
Eksepsi prosesual meliputi:
•
Eksepsi tidak berwenang mengadili secara absolut
•
Eksepsi tidak berwenang mengadili secara relatif
•
Eksepsi surat kuasa tidak sah
•
Eksepsi
error in persona
Lanjutan...
• Eksepsi terhadap kompetensi relatif harus diajukan pada permulaan
sidang, sedang eksepsi terhadap kompetensi absolut dapat diajukan
setiap saat, bahkan hakim secara
ex officio
dapat menyatakan'bahwaia berwenang atau tidak.
• Eksepsi materiil meliputi :
• Eksepsi dilatoria, yaitu eksepsi terhadap gugatan penggugat belum
dapat diperiksa di pengadilan karena masih prematur dalam arti gugatan yang diajukan masih terlampau dini.
• Eksepsi peremptoria, yaitu eksepsi yang berisikan sangkalan yang
dapat menyingkirkan gugatan karena masalah yang digugat tidak dapat diperkarakan.
• Eksepsi diperiksa dan diputus bersama-sama dengan pokok perkara
Rekonvensi
• Rekonvensi adalah gugatan balik yang diajukan oleh tergugat baik lisan maupun tertulis terhadap gugatan pokok yang diajukan oleh penggugat.
• Penggugat dalam gugatan pokok (pertama) disebut penggugat dalam konven si/tergugat dalam rekonvensi, sedang tergugat dalam pokok perkara disebut tergugat dalam konvensi/penggugat dalam rekonvensi.
• Gugatan rekonvensi sama dalam gugatan konvensi yang harus memuat secara jelas mengenai posita dan petitum.
• Rekonvensi berbeda dengan jawaban bersyarat. Misalnya termohon menyatakan dalam jawabannya bahwa termohon bersedia bercerai
dengan syarat pemohon harus membayar mutáh kepada termohon. jika jawaban bersyarat ini mau dijadikan sebagai gugatan rekonvensi maka apakah secara lisan atau tertulis harus diformulasikan dalam bentuk posita dan petitum sebagaimana suatu gugatan konvensi.
Replik
•
Setelah tergugat memberikan jawaban atas gugatan
penggugat, maka penggu gat diberi kesempatan untuk
memberi tanggapan atas jawaban, disebut replik.
•
Tujuan replik adalah memberikan kesempatan kepada
penggugat untuk menjawab bantahan tergugat dalam
jawabannya.
•
Replik diperlukan manakala dalam jawaban ada hal
yang perlu mendapat jawaban dari pihak penggugat.
Jika tidak ada hal-hal yang perlu ditanggapi dalam
Duplik
•
Terhadap replik dari penggugat, tergugat dapat
memberikan tanggapan yang disebut duplik.
•
Duplik diperlukan manakala ada replik. Duplik
merupakan jawaban tergugat terhadap hal-hal
baru yang muncul dalam replik. Oleh karena
itu, tidak benar kalau dalam duplik diktakan
duplik tergugat tetap pada jawaban
semula.
•
Jika ada hal-hal baru yang muncul dalam
Pembuktian
•
Setelah jawab-menjawab selesai, dilanjutkan dengan
pembuktian.
•
Untuk pembuktian hakim harus mengetahui pokok
sengketa
•
Pemeriksaan bukti-bukti diarahkan dalam lingkup
pokok sengketa
•
Dari jawab menjawab didapatkan empat kemunginan
Diakui secara murni
Konklusi/kesimpulan
•
Kesimpulan adalah pendapat akhir para pihak terhadap
proses pemeriksaan dari tahap jawab-menjawab dan
pembuktian dalam persidangan sehingga tidak tepat
kesimpulan kalau pihak hanya menyatakan bahwa
tetap
ingin bercerai.
Kalimat tersebut bukan kesimpulan tetapi
hanya pernyataan.
•
Para pihak berhak mendapatkan kesempatan mengajukan
kesimpulan akan tetapi jika pihak tidak mengajukan
kesimpulan maka pemeriksaan dilanjutkan ketahap
Relas Panggilan
• Jurusita/JSP melaksanakan panggilan yang tetuang demalam relas
panggilan/pemberitahuan seperti berjalan sendiri. Jurusita setelah melaksanakan panggilan tidak ada perhatian untuk menyerahkan relas panggilan kepada majelis. Begitupula majelis tidak pernah melihat apalagi mengevaluasi, sehingga kadang dalam relas
panggilan tidak bertemu, tetapi dalam BAP telah dipanggil secara sah dan patut
• Semestinya relas panggilan sebelum persidangan dilaksanakan telah
diterima oleh majelis untuk dievaluasi termasuk kepada Panitera untuk mengontrol pekerjaan jurusita
• Pangkal pengaduan adalah panggilan yang tidak sampai kepada
pihak lebih-lebih panggilan melalui Lurah/Desa, olehkarena itu perlu penegasan kepada jurusita agar sebelum ke Lurah atau Desa harus berupaya menemui keluarga atau siapa saja dalam rumah atau
Penemuan Hukum
• Tiga ajaran yang berkaitan dg penemuan hukum oleh hakim :
1. Indeenjurisprudenz (legisme), yg dikembangkan oleh aliran
positivis->UU tempat satu2nya bagi hakim dan mengikat secara kaku bg hakim
2. Freirechtslehre (free law theory), yg dikembangkan oleh aliran pemikiran sosiologi yg meberi kebebasan besar hakim, hakim dalam menentukan putusannya td terikat pada UU
3. Interessan jurisprudenz (diskualifikasi sebagai rechsvinding) yang merupakan sintesa dari kedua ajaran diatas->hakim
Lanjutan...
• Yang sewajarnya digunakan interessan jurisprudenz. Hal ini sesuai ;
- Pasal 10 ayat 1 UU No.48/2009 Kekuasaan Kehakiman”pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan dalil tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadili”
- Pasal 5 ayat UU No.48/2009”hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat
• Dahulu dikenal doktorin Sens Clair: penemuan hukum oleh hakim hanya
boleh dilakukan jika peraturannya belum ada untuk suatu kasus in konkreto atau peraturannya ada tetapi belum jelas
• Doktorin ini sudah banyak ditinggalkan, sebab mencul doktorin baru
Metode Penemuan Hukum
• Menemukan hukum terhadap suatu perkara yang diperiksa oleh
hakim adalah hal yang paling sulit
• Hakim dalam menemukan hukum mengalami kesulitan karena tidak
tahu apa yang harus dilakukan
• Yang pertama kali harus dilakukan oleh hakim harus mengetahui
dengan jelas fakta dan peristiwanya yang ada dalam perkara tersebut
• Fakta dan peristiwa terungkap dari penggugat dan tergugat, serta
alat bukti yang diajukan oleh para pihak dipersidangan. Setelah
menemukan peristiwa dan fakta, maka hakim berusaha menemukan hukumnya secara tepat dan akurat terhadap peristiwa yang terjadi
• Dalam usaha menemukan hukum terhadap suatu perkara yang
sedang diperiksa, hakim dapat mencarinya dalam kitab
Lanjutan...
•
Hakim dalam menemukan hukum melalui sumber2 yg disebutkan
diatas, jika td menemukan dalam sumber2 tersebut, maka ia
harus mencarinya dengan menggunakan dua metode yaitu
interprestasi dan konstruksi
•
Metode interprestsi : penafsiran terhadap teks undang-undang,
masih tetap berpegang pada bunyi teks (Substantif, gramatikal,
sistematis atau logis, historis, sosiologis, komperatif,restriktif,
ekstensif dan futuristis)
•
Metode konstruksi: hakim menggunakan penalaran logisnya
untuk mengembangkan lebih lanjut suatu teks undang-undang
(argumen peranalogian, aegumentum a’contrario, pengkonkretan
hukum (rechtsvervijnings) dan fiksi hukum
•
Metode hermeneutika hukum->cara dan lingkup interprestasinya
yang tajam, mendalam dan holistik dalam bingkai kesatuan
Tehnik Pengambilan Keputusan
•
Kondisi: pertimbangan hukum tidak sistimatis, tidak
lengkap dan kurang meyakinkan karena:
- kurang menguasai pokok sengketa
- Kurang menguasai teori pembuktian
- kurang mampu menggali informasi dari data (kapan,
dimana, bagaimana dan kenapa)dan menganalisa data
- data yang diperoleh sangat minim karena kurang
memahami konsep fakta (kegiatan yang dilaksanakan
atau sesuatu yg dikerjakan atau kejadian yang benar
-benar terwujud dalam waktu dan ruang atau
peristiwa fisik atau mental yang telah menjelma
dalam ruang)
Lanjutan...
Teknis Pengambilan Putusan:
•
Teknik Analitik atau yuridis giometris:
Dimulai dari hal yang bersifat khusus, lalu
ditarik kepada hal-hal umum (deduktif) atau hakim
harus menguasai pokok masalahnya dulu secra ril
dan akurat, lalu disusun pertanyaan sehubungan
dengan pokok masalah tersebut
•
Teknik Equatable:
Issu pokok dulu yang harus dipertimbangkan, lalu
alat2 buktiyang diajukan penggugat dan tergugat
•
Teknik Silogisme atau metode penalaran induktif:
Analitik
Analitik
(dedukt
if)
Silogis
me
(indukti
Tahapan-tahapan Hakim
dalam Mengambil Keputusan
•
Perumusan masalah atau pokok
sengketa
•
Pengumpulan data dalam proses
•
Analisa data untuk menemukan
fakta
•
Penemuan hukum dan
penerapannya
Sita
•
Pengertian yang terkandung di dalamnya ialah :
– Tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa
berada ke dalam keadaan penjagaan (
to take into custody the
property of a defendant
).– Tindakan paksa penjagaan (
custody
) itu dilakukan secara resmi(official) berdasarkan perintah pengadilan atau hakim.
– Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut, berupa
barang yang disengketakan, tetapi boleh juga barang yang akan dijadikan sebagai alat pembayaran atas pelunasan utang debitur
atau tergugat, dengan jalan menjual lelang (
executorial verkoop
)barang yang disita tersebut.
– Penetapan dan penjagaan barang yang disita, berlangsung
selama proses pemeriksaan, sampai ada putusan pengadilan
Lanjutan...
•
Ada beberapa prinsip dasar yang harus ditaati
yang merupakan ketentuan yang bersifat
umum terhadap segala bentuk sita, yaitu :
•
Sita berdasarkan permohonan
•
Pengabulan atau perintah pelaksanaan sita
bertitik tolak dari adanya permintaan atau
permohonan pihak. Perintah penyitaan tidak
dibenarkan berdasarkan
ex-officio
hakim.
Lanjutan...
• permohonan sita diajukan dalam bentuk surat tertulis dapat bersamaan
dengan surat gugatan atau diajukan secara terpisah dari surat gugatan.
• Apabila permohonan sita diajukan oleh penggugat bersamaan dengan
surat gugatan, maka ketua majelis setelah mempelajari berkas perkara secara seksama apakah permohonan sita yang diajukan itu beralasan atau tidak, maka majelis hakim tersebut dapat menempuh empat
macam kemungkinan, yaitu :
- Mengabulkan permohonan sita sekaligus menetapkan hari sidang. - Mengabulkan permohonan sita dan menangguhkan penetapan
hari
sidang.
- Menolak permohonan sita dan menetapkan hari sidang.
Lanjutan...
• Permohonan sita diajukan secara terpisah dengan pokok perkara
ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu :
- Diajukan tertulis yang terpisah dari surat gugat, biasanya dalam pemeriksaan persidangan pengadilan atau selama putusan belum mempunyai kekuatan hukum tetap.
- Diajukan secara lisan dalam persidangan pengadilan
• Apabila permohonan sita diajukan dalam bentuk tertulis pada saat
berlangsungnya pemeriksaan perkara, maka majelis hakim menunda persidangan dan memerintahkan penggugat untuk mendaftarkan permohonan sita di kepaniteraan (Meja I).
• Apabila permohonan sita diajukan dalam bentuk lisan, majelis hakim
membuat catatan permohonan sita tersebut dan memerintahkan
panitera untuk mencatatnya dalam berita acara sidang, setelah sidang ditunda dan memerintahkan penggugat mendaftarkan permohonan sita tersebut di kepaniteraan (Meja II). Terhadap hal ini diadakan sidang
Lanjutan....
•Hal-hal yang Perlu Dilakukan Setelah Pelaksanaan Sita
1. Pengumuman berita acara sita (Pasal 213 R.Bg./Pasal 198 HIR) : Pengumuman berita acara sita merupakan syarat formal untuk mendukung keabsahan dan kekuatan mengikat sita kepada pihak
ketiga. Selama belum diumumkan, keabsahan dan kekuatan formalnya baru mengikat kepada para pihak yang bersengketa, belum mengikat kepada pihak ketiga. Cara kepala desa/lurah mengumumkan menurut kebiasaan setempat dengan tujuan agar masyarakat luas mengetahui 2. Berita acara sita dicatat :
•Di Kantor Badan Pertahanan setempat jika tanah telah bersertifikat
•Di Kantor Desa/Lurah jika tanah belum bersertifikat
•Di Kantor Pelayaran atas kapal yang disita,
dengan cara menyalin berita acara sita dalam buku daftar yang
Lanjutan...
3. Pernyataan sah dan berharga
- Pernyataan sah dan berharga (khusus sita jaminan) diumumkan ketua majelis dalam persidangan dengan menyebut nomor, tanggal dan tahun berita acara sita dan dicatat dalam berita acara sidang. - Saat pengumuan sah dan berharga :
• Pada sidang pertama
Diumumkan pada sidang pertama (mendahalui pemeriksaan perkara) jika pelaksanaan sita sebelum sidang pertama atau penetapan hari sidang bersamaan dengan pelaksanaan sita.
• Pada sidang berikutnya
Apabila sita dilaksanakan pada saat proses pemeriksaan perkara.
• Pada sidang khusus
Apabila sita dilakukan setelah pokok perkara diputus