• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Diskusi Jabar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Diskusi Jabar"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIS PEMERIKSAAN

PERKARA

BAHRUSSAM YUNUS

Diskusi Wilayah

(2)

Pendahuluan

Tujuan Diskusi:

Evaluasi

Rekapri

Motivasi

(3)

Beberapa Prinsip:

Bekerja dengan baik atau bekerja dengan

asal-asalan

Bekerja dengan cepat tapi banyak salah atau

bekerja hati-hati tanpa kesalahan

Dalam bekerja tidak mengutamakan asesoris,

melainkan pokok pekerjaan

Bekerja bersama-sama atau sama-sama bekerja

Bekerja dengan manajemen atau bekerja tanpa

manajemen

Bekerja dengan teknik atau bekerja tanpa teknik

Bekerja cepat, tepat, hati-hati, bersama-sama

(4)

Tupoksi:

menerima, memeriksa dan

mengadili serta menyelesaiakan perkara

yang diterima

Hakim

sebagai pilar utama dalam

melaksanaan Tupoksi

Pekerjaan hakim adalah memeriksa dan

mengadili perkara

Dalam

memeriksa tertuang dalam BAP

,

sedang dalam

mengadili tertuang dalam

Putusan

Kinerja dan perestasi hakim dilihat

(5)

Putusan harus memuat/ mengarah kepada

tiga hal keadilan, kepastian dan

kemamfaatan

Untuk mengarah tujuan tersebut hakim harus

profesional atau memiliki tiga hal :

1.

Integritas dan kemadirian

2. Ilmu pengetahuan yang membumi, baik

administrasi maupun teknis perkara dan

ilmu-ilmu pelengkap

(6)

Kondisi Sebagian Hakim

Tidak ada persiapan dalam pemeriksaan

perkara

Tidak menguasai surat gugatan

Tidak memperhatikan dengan saksama setiap

perkembangan perkara

Mengabaikan BAP

Tidak memperhatikan relas panggilan

Tidak mengetahui pokok perkara

(7)

Tidak mampu menganalisa data

Kurang menguasai teknik penemuan hukum

Tidak mengetahui mekanisme pemeriksaan sita

Tidak mengetahuimekanisme PS

Tidak ada komunikasi dengan kasir

menyangkut panjar biaya perkara termasuk

perkara prodeo

Tidak melaporkan perkara yang lebih lima

bulan belum putus kepada KPA

(8)

Gugatan/Permohonan

Hakim sebelum menentukan hari sidang

atau pelaksanaan sidang:

Harus mengetahui dan menguasai surat

gugatan baik secara formal maupun

secara matriil

Posita

Petitum

(9)

Permohonan sita

Permohonan provisi

Mengadakan pembagian tugas;

Mengoreksi BAP, relass panggilan dan

pelaksanaan sita

Membuat Putusan

Garis besar gugatan termasuk

kekurangan dicatat dalam buku catatan

hakim

(10)

Pengguga

t

Tergugat Bukti

Kesim

pulan

1.Nikah

2.Rukun

3.Anak

4.Kediama

n

5.KDRT

6.Selingku

h

(11)

Penggugat

Tergug

at

Bukti Kesim

pulan

1.Pewaris

2.Ahli waris

3.Dua orang

isteri, salah

satunya telah

meninggal

4.Lima orang

anak, satu

diantaranya

telah

meninggal

(12)

Mediasi

Pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri

para pihak, majelis mewajibkan para pihak untuk

menempuh mediasi

Dalam hal para pihak lebih dari satu, mediasi tetap

dilaksanakan setelah pemanggilan dilakukan secara

sah dan patut walaupun tidak semua hadir (P.17 ayat 4)

Ketidak hadiran turut tergugat yang kepentingannya

tidak signifikan, tidak menghalangi pelaksanaan meiasi

(P.17 ayat 5)

Majelis menanyakkan kepada para pihak apakah

(13)

Kalau sebelumnya pernah, namun tidak

berhasil, maka tidak perlu lagi mediasi (P.4 ayat

2 huruf e dan ayat 3 PERMA No.1/2016). Akan

tetapi majelis tetap mengupayakan perdamaian

biasa (P.4 ayat 2 huruf e dan ayat 3 PERMA

No.1/2016

Kalau ternyata telah berhasil mediasinya namun

salah satu pihak tidak mau melaksanakanya

dan tidak didaftar di PA, maka majelis tidak

perlu lagi mediasi

Kalau telah berhasil mediasinya dan sudah

didaftar di PA maka gugatan NO, sedang hasil

mediasi dapat dieksekusi (UU No.30 Th.1999 ttg

Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa diluar

(14)

Majelis wajib menjelaskan kepada para pihak;

Pengertian dan mamfaat mediasi

Kewajiban para pihak untuk menghadiri langsung

pertemuan mediasi berikut akibat hukum atas prilaku

tidak beriktikad baik dalam proses mediasi

Biaya yang mungkin timbul

Menindaklanjuti kesepakatan perdamai melalui

akta perdamaian atau pencabutan gugatan

Kewajiban para pihak untuk menandatangani formulir

penjelasan mediasi yang memuat pernyataan bahwa para

pihak:

Memperoleh penjelasan prosesur mediasi secara

lengkap dari majelis

Memahami dengan baik prosedur mediasi

(15)

Lamanya mediasi

Hasil mediasi

Berhasil

Tidak berhasil

Tidak dapat dilaksanakan

Perdamaian sukarela

Kesepakatan para pihak

Majelis menunjuk salah seorang hakim

pemeriksa sebagai mediator

(16)

Pembacaan Gugatan

Setelah pelaksanaan mediasi yang

ditandai dengan pembacaan laporan hasil

mediasi, atau persidangan yang tidak

dihadiri oleh tergugat tanpa alasan yang

sah setelah dipanggil secara resmi dan

patut, maka persidangan dilanjutkan

dengan pembacaan surat gugatan.

Pembacaan surat gugatan/permohonan

(17)

Setelah pembacaan surat gugatan/permohonan,

majelis hendaknya mengadakan klarifikasi (sepanjang

tidak merobah kejadian matriil),

jikalau ternyata dalam

gugatan/permohonan tersebut khususnya pada posita

ada yang bersifat umum

. seperti alasan perceraian

karena dianiaya, perlu diperjelas kapan, di mana,

kenapa dan bagaimana bentuk penganiayaannya.

Atau dalam perkara kewarisan, tidak disebutkan

secara jelas batas, luas dan letak objek sengketanya,

atau pewaris dan keturunannya yang telah meninggal

tidak disebutkan kapan meninggalnya.

Petitum yang tidak lengkap seperti; gugatan waris

(18)

Pencabutan Gugatan

Cara pencabutan suatu gugatan/permohonan dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :

1. Pencabutan gugatan yang belum diperiksa;

- Pencabutan perkara sebelum adanya PMH. Ketua Pengadilan Agama mengeluarkan penetapan pencabutan perkara yang berisikan amar menyatakan perkara Nomor

....Pdt.../20.../PA.... dicabut dan pembebanan biaya perkara yang telah digunakan

- Pencabutan perkara setelah adanya PMH akan tetapi belum ada PHS atau ada PHS akan tetapi belum dilakukan

pemanggilan.

- Pencabutan perkara setelah ada PHS dan telah

(19)

2. Pencabutan gugatan yang sudah diperiksa

- Gugatan dapat dicabut sebelum tergugat memberi jawaban,

apabila tergugat telah memberi jawaban, maka gugatan dapat dicabut atas persetujuan tergugat. Apabila tergugat tidak menyetujui

pencabutan tersebut, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan (Pasal 271

Rv.).

- Produk pencabutan sebelum jawaban adalah Penetapan, tetapi setelah

pengajuan jawaban oleh tergugat produk pengadilan adalah Putusan. - Bila pencabutan dilakukan sebelum ada jawaban, maka pihak

penggugat dapat mengajukan gugatannya kembali. Sebaliknya apabila

(20)

Perubahan Gugatan

Perubahan gugatan diperkenankan, apabila

diajukan sebelum tergugat mengajukan

jawaban dan apabila sudah ada jawaban

maka perubahan tersebut harus dengan

persetujuan tergugat (Pasal 127 Rv.).

Perubahan tersebut dapat dilakukan

apabila tidak mengubah atau menyimpang

dari kejadian materiil, tidak mengubah atau

menambah petitum, tidak mengubah

(21)

Pengguguran Perkara

Gugatan dapat digugurkan jika penggugat/para penggugat telah

dipanggil secara sah dan patut akan tetapi tidak hadir atau tidak

mengirim kuasanya untuk hadir (Pasal 124 HIR/148 R.Bg.).

Dalam hal perkara digugurkan, penggugat dapat mengajukan

gugatan tersebut sekali lagi dengan membayar panjar biaya

perkara. Apabila telah dilakukan sita jaminan, maka sita tersebut

harus diangkat (Pasal 124 HIR/148 R.Bg.).

Gugatan yang dinyatakan gugur dituangkan dalam putusan.

Apabila penggugat pernah hadir tetapi kemudian tidak hadir lagi,

maka penggugat dipanggil sekali lagi untuk hadir dengan

peringatan untuk hadir dan apabila tetap tidak hadir sedangkan

tergugat tetap hadir, maka pemeriksaan dilanjutkan dan diputus

secara kontradiktoar.

Dalam putusan gugur, isi gugatan tidak perlu diperiksa, putusan

(22)

Perkara yang Habis Biayanya

Apabila suatu perkara yang telah diajukan pada

pengadilan ternyata biayanya telah habis sebelum

perkara itu selesai, maka untuk memeriksa perkara

tersebut lebih lanjut Panitera membuat surat

teguran kepada penggugat agar dalam jangka

waktu satu bulan sejak tanggal teguran tersebut,

penggugat harus menambah biaya perkara. Apabila

dalam jangka waktu satu bulan tersebut penggugat

tidak memenuhinva, maka pendaftaran perkaranya

dibatalkan dengan suatu penetapan pengadilan

(23)

Jawaban Tergugat

Kesempatan memberikan jawaban kepada

tergugat/termohon setelah gugatan dianggap tuntas.

Seandainya gugatan belum tuntas maka majelis harus

mengklarifikasi sehingga gugatan sempurna.

Jawaban tergugat meliputi eksepsi, pokok perkara dan

rekonvensi. Jawaban dapat diajukan secara lisan dan

tertulis dalam persidangan.

Apabila tergugat telah siap mengajukan jawaban pada

hari persidangan tersebut maka persidangan tidak perlu

ditunda lagi.

Isi jawaban di perhadapkan dengan isi gugatan

Jawaban atau salah satu point tidak menjawab isi gugatan

supaya diperjelas oleh hakim

(24)
(25)

Penggugat

Tergugat

Bukti

Kesim

(26)

Eksepsi

Jawaban yang tidak langsung mengenai perkara atau disebut

eksepsi.

Eksepsi dibagi dua: eksepsi prosesual dan eksepsi materiil.

Eksepsi prosesual berdasarkan hukum acara, yaitu jenis eksepsi

yang berkenaan dengan syarat formal gugatan. Apabila gugatan

yang diajukan mengandung cacat formal maka gugatan yang

diajukan tidak sah, dengan demikian harus dinyatakan tidak dapat

diterima (

Niet onvantkelijke verklaard).

Eksepsi prosesual meliputi:

Eksepsi tidak berwenang mengadili secara absolut

Eksepsi tidak berwenang mengadili secara relatif

Eksepsi surat kuasa tidak sah

Eksepsi

error in persona

(27)

Lanjutan...

Eksepsi terhadap kompetensi relatif harus diajukan pada permulaan

sidang, sedang eksepsi terhadap kompetensi absolut dapat diajukan

setiap saat, bahkan hakim secara

ex officio

dapat menyatakan'bahwa

ia berwenang atau tidak.

Eksepsi materiil meliputi :

Eksepsi dilatoria, yaitu eksepsi terhadap gugatan penggugat belum

dapat diperiksa di pengadilan karena masih prematur dalam arti gugatan yang diajukan masih terlampau dini.

Eksepsi peremptoria, yaitu eksepsi yang berisikan sangkalan yang

dapat menyingkirkan gugatan karena masalah yang digugat tidak dapat diperkarakan.

Eksepsi diperiksa dan diputus bersama-sama dengan pokok perkara

(28)

Rekonvensi

• Rekonvensi adalah gugatan balik yang diajukan oleh tergugat baik lisan maupun tertulis terhadap gugatan pokok yang diajukan oleh penggugat.

• Penggugat dalam gugatan pokok (pertama) disebut penggugat dalam konven si/tergugat dalam rekonvensi, sedang tergugat dalam pokok perkara disebut tergugat dalam konvensi/penggugat dalam rekonvensi.

• Gugatan rekonvensi sama dalam gugatan konvensi yang harus memuat secara jelas mengenai posita dan petitum.

• Rekonvensi berbeda dengan jawaban bersyarat. Misalnya termohon menyatakan dalam jawabannya bahwa termohon bersedia bercerai

dengan syarat pemohon harus membayar mutáh kepada termohon. jika jawaban bersyarat ini mau dijadikan sebagai gugatan rekonvensi maka apakah secara lisan atau tertulis harus diformulasikan dalam bentuk posita dan petitum sebagaimana suatu gugatan konvensi.

(29)

Replik

Setelah tergugat memberikan jawaban atas gugatan

penggugat, maka penggu gat diberi kesempatan untuk

memberi tanggapan atas jawaban, disebut replik.

Tujuan replik adalah memberikan kesempatan kepada

penggugat untuk menjawab bantahan tergugat dalam

jawabannya.

Replik diperlukan manakala dalam jawaban ada hal

yang perlu mendapat jawaban dari pihak penggugat.

Jika tidak ada hal-hal yang perlu ditanggapi dalam

(30)

Duplik

Terhadap replik dari penggugat, tergugat dapat

memberikan tanggapan yang disebut duplik.

Duplik diperlukan manakala ada replik. Duplik

merupakan jawaban tergugat terhadap hal-hal

baru yang muncul dalam replik. Oleh karena

itu, tidak benar kalau dalam duplik diktakan

duplik tergugat tetap pada jawaban

semula.

Jika ada hal-hal baru yang muncul dalam

(31)

Pembuktian

Setelah jawab-menjawab selesai, dilanjutkan dengan

pembuktian.

Untuk pembuktian hakim harus mengetahui pokok

sengketa

Pemeriksaan bukti-bukti diarahkan dalam lingkup

pokok sengketa

Dari jawab menjawab didapatkan empat kemunginan

Diakui secara murni

(32)

Konklusi/kesimpulan

Kesimpulan adalah pendapat akhir para pihak terhadap

proses pemeriksaan dari tahap jawab-menjawab dan

pembuktian dalam persidangan sehingga tidak tepat

kesimpulan kalau pihak hanya menyatakan bahwa

tetap

ingin bercerai.

Kalimat tersebut bukan kesimpulan tetapi

hanya pernyataan.

Para pihak berhak mendapatkan kesempatan mengajukan

kesimpulan akan tetapi jika pihak tidak mengajukan

kesimpulan maka pemeriksaan dilanjutkan ketahap

(33)

Relas Panggilan

Jurusita/JSP melaksanakan panggilan yang tetuang demalam relas

panggilan/pemberitahuan seperti berjalan sendiri. Jurusita setelah melaksanakan panggilan tidak ada perhatian untuk menyerahkan relas panggilan kepada majelis. Begitupula majelis tidak pernah melihat apalagi mengevaluasi, sehingga kadang dalam relas

panggilan tidak bertemu, tetapi dalam BAP telah dipanggil secara sah dan patut

Semestinya relas panggilan sebelum persidangan dilaksanakan telah

diterima oleh majelis untuk dievaluasi termasuk kepada Panitera untuk mengontrol pekerjaan jurusita

Pangkal pengaduan adalah panggilan yang tidak sampai kepada

pihak lebih-lebih panggilan melalui Lurah/Desa, olehkarena itu perlu penegasan kepada jurusita agar sebelum ke Lurah atau Desa harus berupaya menemui keluarga atau siapa saja dalam rumah atau

(34)

Penemuan Hukum

Tiga ajaran yang berkaitan dg penemuan hukum oleh hakim :

1. Indeenjurisprudenz (legisme), yg dikembangkan oleh aliran

positivis->UU tempat satu2nya bagi hakim dan mengikat secara kaku bg hakim

2. Freirechtslehre (free law theory), yg dikembangkan oleh aliran pemikiran sosiologi yg meberi kebebasan besar hakim, hakim dalam menentukan putusannya td terikat pada UU

3. Interessan jurisprudenz (diskualifikasi sebagai rechsvinding) yang merupakan sintesa dari kedua ajaran diatas->hakim

(35)

Lanjutan...

Yang sewajarnya digunakan interessan jurisprudenz. Hal ini sesuai ;

- Pasal 10 ayat 1 UU No.48/2009 Kekuasaan Kehakiman”pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus

suatu perkara yang diajukan dengan dalil tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadili”

- Pasal 5 ayat UU No.48/2009”hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat

Dahulu dikenal doktorin Sens Clair: penemuan hukum oleh hakim hanya

boleh dilakukan jika peraturannya belum ada untuk suatu kasus in konkreto atau peraturannya ada tetapi belum jelas

Doktorin ini sudah banyak ditinggalkan, sebab mencul doktorin baru

(36)

Metode Penemuan Hukum

Menemukan hukum terhadap suatu perkara yang diperiksa oleh

hakim adalah hal yang paling sulit

Hakim dalam menemukan hukum mengalami kesulitan karena tidak

tahu apa yang harus dilakukan

Yang pertama kali harus dilakukan oleh hakim harus mengetahui

dengan jelas fakta dan peristiwanya yang ada dalam perkara tersebut

Fakta dan peristiwa terungkap dari penggugat dan tergugat, serta

alat bukti yang diajukan oleh para pihak dipersidangan. Setelah

menemukan peristiwa dan fakta, maka hakim berusaha menemukan hukumnya secara tepat dan akurat terhadap peristiwa yang terjadi

Dalam usaha menemukan hukum terhadap suatu perkara yang

sedang diperiksa, hakim dapat mencarinya dalam kitab

(37)

Lanjutan...

Hakim dalam menemukan hukum melalui sumber2 yg disebutkan

diatas, jika td menemukan dalam sumber2 tersebut, maka ia

harus mencarinya dengan menggunakan dua metode yaitu

interprestasi dan konstruksi

Metode interprestsi : penafsiran terhadap teks undang-undang,

masih tetap berpegang pada bunyi teks (Substantif, gramatikal,

sistematis atau logis, historis, sosiologis, komperatif,restriktif,

ekstensif dan futuristis)

Metode konstruksi: hakim menggunakan penalaran logisnya

untuk mengembangkan lebih lanjut suatu teks undang-undang

(argumen peranalogian, aegumentum a’contrario, pengkonkretan

hukum (rechtsvervijnings) dan fiksi hukum

Metode hermeneutika hukum->cara dan lingkup interprestasinya

yang tajam, mendalam dan holistik dalam bingkai kesatuan

(38)

Tehnik Pengambilan Keputusan

Kondisi: pertimbangan hukum tidak sistimatis, tidak

lengkap dan kurang meyakinkan karena:

- kurang menguasai pokok sengketa

- Kurang menguasai teori pembuktian

- kurang mampu menggali informasi dari data (kapan,

dimana, bagaimana dan kenapa)dan menganalisa data

- data yang diperoleh sangat minim karena kurang

memahami konsep fakta (kegiatan yang dilaksanakan

atau sesuatu yg dikerjakan atau kejadian yang benar

-benar terwujud dalam waktu dan ruang atau

peristiwa fisik atau mental yang telah menjelma

dalam ruang)

(39)
(40)
(41)

Lanjutan...

Teknis Pengambilan Putusan:

Teknik Analitik atau yuridis giometris:

Dimulai dari hal yang bersifat khusus, lalu

ditarik kepada hal-hal umum (deduktif) atau hakim

harus menguasai pokok masalahnya dulu secra ril

dan akurat, lalu disusun pertanyaan sehubungan

dengan pokok masalah tersebut

Teknik Equatable:

Issu pokok dulu yang harus dipertimbangkan, lalu

alat2 buktiyang diajukan penggugat dan tergugat

Teknik Silogisme atau metode penalaran induktif:

(42)

Analitik

Analitik

(dedukt

if)

Silogis

me

(indukti

(43)

Tahapan-tahapan Hakim

dalam Mengambil Keputusan

Perumusan masalah atau pokok

sengketa

Pengumpulan data dalam proses

Analisa data untuk menemukan

fakta

Penemuan hukum dan

penerapannya

(44)

Sita

Pengertian yang terkandung di dalamnya ialah :

– Tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa

berada ke dalam keadaan penjagaan (

to take into custody the

property of a defendant

).

– Tindakan paksa penjagaan (

custody

) itu dilakukan secara resmi

(official) berdasarkan perintah pengadilan atau hakim.

– Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut, berupa

barang yang disengketakan, tetapi boleh juga barang yang akan dijadikan sebagai alat pembayaran atas pelunasan utang debitur

atau tergugat, dengan jalan menjual lelang (

executorial verkoop

)

barang yang disita tersebut.

– Penetapan dan penjagaan barang yang disita, berlangsung

selama proses pemeriksaan, sampai ada putusan pengadilan

(45)

Lanjutan...

Ada beberapa prinsip dasar yang harus ditaati

yang merupakan ketentuan yang bersifat

umum terhadap segala bentuk sita, yaitu :

Sita berdasarkan permohonan

Pengabulan atau perintah pelaksanaan sita

bertitik tolak dari adanya permintaan atau

permohonan pihak. Perintah penyitaan tidak

dibenarkan berdasarkan

ex-officio

hakim.

(46)

Lanjutan...

permohonan sita diajukan dalam bentuk surat tertulis dapat bersamaan

dengan surat gugatan atau diajukan secara terpisah dari surat gugatan.

Apabila permohonan sita diajukan oleh penggugat bersamaan dengan

surat gugatan, maka ketua majelis setelah mempelajari berkas perkara secara seksama apakah permohonan sita yang diajukan itu beralasan atau tidak, maka majelis hakim tersebut dapat menempuh empat

macam kemungkinan, yaitu :

- Mengabulkan permohonan sita sekaligus menetapkan hari sidang. - Mengabulkan permohonan sita dan menangguhkan penetapan

hari

sidang.

- Menolak permohonan sita dan menetapkan hari sidang.

(47)

Lanjutan...

Permohonan sita diajukan secara terpisah dengan pokok perkara

ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu :

- Diajukan tertulis yang terpisah dari surat gugat, biasanya dalam pemeriksaan persidangan pengadilan atau selama putusan belum mempunyai kekuatan hukum tetap.

- Diajukan secara lisan dalam persidangan pengadilan

Apabila permohonan sita diajukan dalam bentuk tertulis pada saat

berlangsungnya pemeriksaan perkara, maka majelis hakim menunda persidangan dan memerintahkan penggugat untuk mendaftarkan permohonan sita di kepaniteraan (Meja I).

Apabila permohonan sita diajukan dalam bentuk lisan, majelis hakim

membuat catatan permohonan sita tersebut dan memerintahkan

panitera untuk mencatatnya dalam berita acara sidang, setelah sidang ditunda dan memerintahkan penggugat mendaftarkan permohonan sita tersebut di kepaniteraan (Meja II). Terhadap hal ini diadakan sidang

(48)

Lanjutan....

Hal-hal yang Perlu Dilakukan Setelah Pelaksanaan Sita

1. Pengumuman berita acara sita (Pasal 213 R.Bg./Pasal 198 HIR) : Pengumuman berita acara sita merupakan syarat formal untuk mendukung keabsahan dan kekuatan mengikat sita kepada pihak

ketiga. Selama belum diumumkan, keabsahan dan kekuatan formalnya baru mengikat kepada para pihak yang bersengketa, belum mengikat kepada pihak ketiga. Cara kepala desa/lurah mengumumkan menurut kebiasaan setempat dengan tujuan agar masyarakat luas mengetahui 2. Berita acara sita dicatat :

•Di Kantor Badan Pertahanan setempat jika tanah telah bersertifikat

•Di Kantor Desa/Lurah jika tanah belum bersertifikat

•Di Kantor Pelayaran atas kapal yang disita,

dengan cara menyalin berita acara sita dalam buku daftar yang

(49)

Lanjutan...

3. Pernyataan sah dan berharga

- Pernyataan sah dan berharga (khusus sita jaminan) diumumkan ketua majelis dalam persidangan dengan menyebut nomor, tanggal dan tahun berita acara sita dan dicatat dalam berita acara sidang. - Saat pengumuan sah dan berharga :

• Pada sidang pertama

Diumumkan pada sidang pertama (mendahalui pemeriksaan perkara) jika pelaksanaan sita sebelum sidang pertama atau penetapan hari sidang bersamaan dengan pelaksanaan sita.

• Pada sidang berikutnya

Apabila sita dilaksanakan pada saat proses pemeriksaan perkara.

• Pada sidang khusus

Apabila sita dilakukan setelah pokok perkara diputus

(50)

BAP

BAP merupakan catatan segala peristiwa hukum yang terjadi

selama persidangan berlangsung. Dengan demikian

panitera/panitera pengganti dalam membuat BAP harus memakai

bahasa Indonesia yang benar, diketik rapi dan dilaksanakan

dengan sistem tanya jawab.

Berita acara persidangan sudah terketik rapi dan sudah diperiksa

oleh hakim anggota majelis serta telah ditandatangani oleh ketua

majelis dan panitera yang bersidang sebelum persidangan

selanjutnya.

Sama halnya gugatan, maka BAP juga harus diketahui dan

dikuasai isinya oleh seluruh hakim yang bersidang, karena dasar

pemeriksaan yang akan datang berdasarkan BAP sebeblumnya

dan seterusnya sampai pembuatan putusan

(51)

Tugas Sub Kelompok

Merumuskan dengan singkat

Fakta peristiwa

Pokok masalah

Analisa bukti

Fakta hukum

Penemuan hukum

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Agung Anugerah Susilo, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO, CURRENT

Hasil ini diperkuat dengan peneliti terdahulu oleh Nurhayati Agus (2012) bahwa faktor kompetensi dipandang sangat signifikan dan dominan berpengaruh terhadap peningkatan

Pada era yang maju ini kita dituntut untuk selalu serba cekatan dan disiplin dalam bekerja, bekerja pada umumnya untuk memenuhi ekonomi baik perekonomian sendiri

Tujuan penelitian ini adalah melakukan investigasi kondisi getaran pada proses transportasi di lapangan dan melakukan simulasi transportasi di laboratorium serta

Perbedaan umum perwujudan TTI guru berlatar belakang budaya Jawa di sekolah menunjukkan: pertama, dalam kegiatan formal, perwujudan tindak tutur asertif penutur guru laki-laki

Pos Indonesia telah melakukan evaluasi, termasuk di dalamnya evaluasi tahap fact finding yang mana dikatakan bahwa media monitoring kerap terlambat dalam memberikan

Mahasiswa Program Strata 1 (S1) FKIP Universitas Riau, pada akhir masa studinya diwajibkan untuk menulis karya ilmiah yang disebut dengan Skripsi sebagai syarat untuk

Gambar 11 menjelaskan alur dari proses visualisasi TA, yaitu data tugas akhir yang direkap dalam bentuk excel akan di proses dengan cara preprocessing berdasarkan beberapa