BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan semakin meningkat sejalan
dengan kemajuan zaman. Tuntutan tersebut terarah kepada apa yang dihasilkan
oleh dunia pendidikan yaitu untuk menghadapi era globalisasi yang semakin
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu pemerintah telah
melakukan berbagai pembaharuan terhadap sistem pendidikan, yang berperan
penting dalam mencapai tujuan pendidikan misalnya dari segi kurikulum, media
pendidikan, maupun proses belajar mengajar.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah
kepada terbentuknya kepribadian siswa (Tritarahardja dan La Sulo, 2005, hlm34).
Proses pendidikan berlangsung melalui tahapan-tahapan berkesinambungan dan
sistemik oleh karena itu bisa berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua
lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat).
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma menurut ukuran
normatif (Sardiman, 2007, hlm.13). Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan
tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang
berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya
berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral.
Slameto, sebagaimana dikutip oleh Djamarah (2008, hlm.13), belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup yang dipikirkan dan dikerjakan
(Anni, 2006, hlm.2). Perubahan yang dipikirkan dalam artian adalah perubahan
pola pikir manusia, sedangkan perubahan yang dikerjakan adalah perubahan sikap
manusia. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006, hlm.5). Hasil belajar siswa
mengalami masalah dalam belajar, sehingga masalah tersebut berdampak terhadap
hasil belajar siswa yang rendah. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar
salah satunya yaitu faktor model pembelajaran.
Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009, hlm.46), model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selain siswa, unsur terpenting
yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Seorang guru dalam
menyampaikan materi perlu memilih model yang sesuai dengan keadaan kelas
atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang
diajarkan. Model mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil
belajar siswa menjadi kurang baik pula. Misalkan guru kesehariannya dalam
mengajar biasa menggunakan model ceramah, siswa akan menjadi bosan,
mengantuk, hanya mencatat, akhirnya siswa menjadi pasif. Jelaslah bahwa model
pembelajaran itu mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus
yang progresif berani mencoba model-model pembelajaran yang baru untuk
meningkatkan keaktifan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru sebaiknya memposisikan
seorang siswa sebagai insan yang perlu dihargai potensinya, sehingga hendaknya
seorang siswa diberi kesempatan untuk aktif sehingga dapat mengembangkan
potensinya. Maka dari itu, proses belajar mengajar perlu suasana yang akrab,
terbuka dan saling menghargai. Rachmad Widodo (2009), model pembelajaran
Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana
siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta
didik lainnya. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara
heterogen (Trianto, 2007, hlm.52).
Menurut Suprijono (2009, hlm.128), model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining adalah model yang melibatkan keaktifan siswa yang memiliki
Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi, 3) Memberikan kesempatan siswa
untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep, 4)
Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa, 5) Guru menerangkan semua materi
yang disajikan saat itu, 6) Penutup. Model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining merupakan metode pembelajaran aktif. Hakikatnya pembelajaran aktif
untuk mengarahkan atensi peseta didik terhadap materi yang dipelajarinya.
Agustina (2011) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (SFAE) Pada Mata Pelajaran IPS Sub Mata Pelajaran
Ekonomi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17
Malang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining ada peningkatan hasil belajar.
Dibuktikan dengan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 81,8% siswa,
pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 93,1%. Dalam penelitian ini penulis
merasa tertarik untuk meneliti penerapan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining terhadap hasil belajar siswa kelas XI program keahlian Teknik
Pemanfaaan Tenaga Listrik. Oleh karena itu penulis mengambil judul skripsi
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR
AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN INSTALASI PENERANGAN
LISTRIK DI SMK NEGERI 4 BANDUNG”.
B. Rumusan Masalah
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang
bersamaan dengan berlalunya waktu. Selain penelitian yang telah disebutkan
Thomas (1972) dan McKeachie (1986), penelitian Polio (1984) juga menunjukkan
bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari
waktu pembelajaran yang tersedia. Sehingga dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang terjadi sebagai berikut:
1. Adanya penurunan tingkat perhatian peserta didik ketika pembelajaran di
kelas.
2. Masih kurangnya minat peserta didik untuk bertanya.
4. Strategi pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explaining
masih jarang diaplikasikan pada pendidikan kejuruan.
Penelitian ini diarahkan pada efektivitas penerapan strategi pembelajaran
Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran Instalasi Penerangan
Listrik. Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar topik yang hendak
dibahas tidak melebar maka dijabarkan variabel-variabel penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam
pembelajaran Instalasi Penerangan Listrik pada materi Menafsirkan Gambar
Instalasi Listrik Penerangan.
2. Strategi pembelajaran aktif Student Facilitator And Explaining pada
penelitian ini yaitu suatu model yang memberikan kesempatan kepada siswa
atau peserta untuk mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta
lainnya. Model Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu dari
tipe model pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa
yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan
satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut
adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar mengajar.
3. Pemahaman materi (aspek kognitif) peserta didik diukur dengan soal-soal tes
uji kompetensi dalam bentuk pilihan ganda dengan menggunakan soal
pretest-posttest, sedangkan aspek afektif dan psikomotor diukur dengan
lembar penilaian observasi afektif dan lembar penilaian observasi
psikomotor.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan,
maka rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah:
1. Bagaimana hasil implementasi model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining pada mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik di SMK Negeri 4
2. Bagaimana hasil implementasi model pembelajaran konvensional pada mata
pelajaran Instalasi Penerangan Listrik di SMK Negeri 4 Bandung?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakkan model pembelajaran
Student Facilitator and Explaining bila dibandingkan dengan model
pembelajaran kovensional pada mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik di
SMK Negeri 4 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui hasil implementasi model pembelajaran Student Facilitator And
Explaining pada mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik di SMK Negeri 4
Bandung.
2. Mengetahui implementasi model pembelajaran konvensional pada mata
pelajaran Instalasi Penerangan Listrik di SMK Negeri 4 Bandung.
3. Mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakkan model pembelajaran
Student Facilitator and Explaining bila dibandingkan dengan model
pembelajaran kovensional pada mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik di
SMK Negeri 4 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian diantaranya:
1. Manfaat dari segi teori, penelitian ini dapat memberikan referensi baru atau
sekiranya variasi baru mengenai pembelajaran dalam bidang pendidikan
kejuruan khususnya teknik ketenagalistrikan.
2. Manfaat dari segi kebijakan, penelitian ini memberikan gambaran bahwa
menjaga perhatian peserta didik tetap baik ketika belajar di kelas merupakan
satu hal yang penting dalam pembelajaran. Karena memang pada umumnya
dan kenyataannya adalah semakin lama waktu berjalan semakin menurun
juga tingkat perhatian kita, apalagi jika kita dalam keadaan pasif (diam) maka
akan terasa lebih cepat perhatian kita hilang.
3. Manfaat dari segi praktik, penelitian ini mencoba memberikan solusi agar
menyampaikan pendapat/ide. Harapannya adalah peserta didik untuk lebih
aktif, yaitu dalam hal menyampaikan pendapat/ide, memberi tanggapan, dan
menjawab pertanyaan. Peserta didik dalam menyampaikan pendapat/ide,
memberi tanggapan, dan menjawab pertanyaan harus terlebih dahulu
mempunyai cadangan pengetahuan (dasar) yang berguna sebagai gambaran
serta mencari beberapa bahan permasalahan yang sedang dihadapi.
4. Manfaat dari segi isu serta aksi sosial, penelitian ini mencoba memberikan
masukan dalam bidang pendidikan kejuruan agar menjadi semakin baik
kualitasnya. Mengingat persaingan globalisasi semakin pesat, pendidikan
kejuruan dirasakan mempunyai peran yang penting karena akan melahirkan
generasi atau manusia-manusia yang siap bekerja. Dengan menanamkan
budaya ini diharapkan akan tetap dibawa sampai dewasa, dalam pandangan
lain adalah semoga antusiasme dan semangat dalam mencari hal-hal yang
baru dalam bidang ketenagalistrikan atau dalam bidang apapun menjadi
budaya kita.
E. Struktur Organisasi Penelitian
Struktur organisasi penelitian atau sistematika penulisan disusun untuk
memudahkan pembaca memahami keseluruhan isi penelitian secara konseptual.
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bab I
Pendahuluan, pada bab ini berisi hal-hal yang paling mendasar dalam penelitian
ini yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian; (2) Bab II Kajian
Pustaka, pada bab ini mencakup teori-teori ilmiah yang berhubungan dengan
anggapan dasar untuk memperkuat teori tentang permalasahan penelitian yang
dapat melandasi pemecahan masalah; (3) Bab III Metode Penelitian, pada bab ini
akan dibahas metode penelitian yang digunakan, instrumen penelitian yang
digunakan serta langkah-langkah dalam penelitian; (4) Bab IV Temuan dan
Pembahasan, pada bab ini dibahas hasil penelitian yang berfungsi untuk
memberikan penjelasan tentang hasil-hasil perhitungan yang dilakukan dari
penelitian tersebut; (5) Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi, pada bab ini
memberikan gambaran dari hasil akhir penelitian yang berisi simpulan hasil dan