• Tidak ada hasil yang ditemukan

Print this article 191 459 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Print this article 191 459 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Journal of Human Nutrition

E-ISSN 2355-3987 www.ijhn.ub.ac.id Artikel Hasil Penelitian

Konsumsi

Fast Food

,

Soft Drink,

Aktivitas Fisik, dan Kejadian

Overweight

Siswa Sekolah Dasar di Jakarta

Vina Rizky Putri1, Dudung Angkasa1*, Rachmanida Nuzrina1

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul *Alamat korespondensi: dudung.angkasa@esaunggul.ac.id

Diterima: 12 April 2017 Direview: 10 Juni 2017 Dimuat: Juni 2017

Abstrak

Prevalensi overweight pada anak umur 5-12 tahun di provinsi Jakarta tertinggi (30,1%, nasional 10,8%) Tujuan penelitian ialah 1) menganalisis hubungan konsumsi fast food, soft drink, dan aktivitas fisik (AF) dengan kejadian overweight 2) mengetahui perbedaan asupan, lingkar pinggang (LP) dan total lemak tubuh (TLB) pada anak sekolah dasar. Studi potong lintang dilakukan dengan jumlah responden yang terdiri dari masing-masing 57 anak overweight dan berat normal di sekolah dasar negeri di Jakarta. Konsumsi fast food,soft drink diukur dengan FFQ, asupan energi dan zat gizi makro dengan recall tiga hari tak berturut, AF dengan kuesioner aktivitas fisik anak, LP dengan pita standar dan TLB dengan bodyfat analyzer. Odd risk/OR (95%CI) dan uji beda sebagai uji statistik, signifikan jika (p<0,05). Hasil menunjukkan anak dengan AF ringan, konsumsi

gorengan (≥3x/minggu), dan minuman bergula (≥3x/minggu) berisiko 2,5 (95% CI 1,19-5,39), 6,8 (CI 2,82-16,52), dan 10,7 (CI 4,46-25,72) kali mengalami overweight, secara berturut, dibanding anak dengan AF sedang, konsumsi gorengan dan minuman gula tinggi (masing-masing <3x/minggu). Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok overweight dibanding beratnormal berdasarkan asupan energi dan zat gizi makro, LP dan TLB. Perlu ditekankan pola makan dan pola hidup sehat untuk menghindari dampak negatif overweight di masa depan.

Kata kunci: fast food, IMT, lemak tubuh, lingkar pinggang, soft drink

Abstract

The prevalence of overweight children aged 5-12 years in Jakarta province is the highest (30.1%, national is 10.8%). This study aims (1.) to analyze the relationship among fast food, soft drink, and physical activity (PA) with overweight status and (2.) to know the difference of intake, waist circumference (WC), and total body fat (TBF) in primary school children. This cross sectional study was conducted with a number of respondents consisting of 57 overweight and 57 normal weight children in public primary schools in Jakarta. The consumption of fast food and soft drink was measured using food frequency questionnaire, energy and ma cro nutrient intake by using three non-consecutive day recall method, PA by using physical activity questionnaire, WC by using standard tape, and TBF by using bodyfat analyzer. Odd risk/OR (95% CI) and different test were used as statistical test with p < 0.05. The results showed that children with low PA, ≥3x/week fritter

consumption, and ≥3x/week sugary drinks were at risk 2.5 times (95% CI 1.19-5.39), 6.8 times (CI 2.82 -16.52), and 10.7 times (CI 4.46-25.72) to overweight, respectively, compared with children with moderate PA, < 3x/week fritter consumption, and < 3x/week high sugar drink. There were

OPEN ACCESS

(2)

significant differences between the overweight group compared with the normal weight based on energy and macro nutrient intake, WC, and TBF. Diet and healthy lifestyle should be emphasized to avoid negative impact of overweight in the future.

Keywords: fast food, body mass index, body fat, waist circumference, soft drink

PENDAHULUAN

Kegemukan atau overweight saat ini merupakan epidemik global dan terjadi pada semua kelompok umur, termasuk anak-anak baik di negara maju maupun berkembang. Di Amerika, 1 dari 5 anak sekolah usia 6-19 tahun mengalami obesitas [1]. Di negara berkembang, diperkirakan 35 juta anak menderita kegemukan [2]. Di Indonesia, hasil Riskesdas 2013, menunjukkan kegemukan pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 %, terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%) [3]. Studi tahun 2015 pada anak (kelas 1-6) di Jakarta Timur menunjukkan sebanyak 66% memiliki berat badan lebih dan 4% obesitas [4]. Masalah gizi lebih terjadi bersama-an dengan kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, seperti ma-syarakat di daerah perkotaan [5]. Pola makan yang salah mudah menyebabkan kelebihan masukan energi yang dapat menimbulkan kegemukan bahkan gizi lebih. Kebiasaan konsumsi fast food dapat meningkatkan terjadinya prevalensi ke-gemukan pada anak-anak [4]. Daya beli masyarakat yang meningkat berdampak pula kepada sikap orang tua yang memanjakan anak-anaknya dalam hal pemberian makanan, khususnya makanan cepat saji (fast food) dan minuman ringan (soft drink) [6]. Penelitian pada 60 anak SD di Manado menunjukkan bahwa siswa yang mengonsumsi fast food lebih dari 3 kali per minggu mempunyai risiko 3,28 kali lebih besar menjadi gizi lebih dibandingkan dengan yang jarang (1-2 kali per minggu) konsumsi fast food [7]. Terkait soft drink, konsumsi harian

anak-anak laki-laki di Amerika Serikat rata-rata hampir dua kaleng standar (24 oz/700ml) dan lebih dari satu kaleng standar untuk anak perempuan (12 oz/350 ml) [8], bah-kan pada remajanya mencapai empat sajian per hari [9]. Di Indonesia, konsumsi soft drink pada tahun 2010 mencapai 2,4 liter per minggunya [10].

(3)

Persen lemak tubuh di atas 35% pada anak laki-laki dan 25% pada anak perempuan merupakan faktor risiko PJK [18]. Berdasarkan uraian di atas aktivitas fisik, konsumsi fast food dan soft drink merupakan faktor yang memengaruhi status gizi lebih terutama pada anak usia sekolah. Penelitian sebelumnya tidak menilai total lemak tubuh atau ukuran antropometri lain misalnya lingkar pinggang yang mampu menjadi indikator obesitas sentral sehingga penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan ukuran antropometri tersebut pada anak usia sekolah.

METODE PENELITIAN

Rancangan/Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan variabel independen utama ialah konsumsi fast food, soft drink, dan aktivitas fisik, sedangkan variabel dependen utama ialah kejadian overweight/kegemukan. Peneliti-an ini telah mendapat persetujuPeneliti-an fakultas dengan no. 129/DKN/GIZI/FIKES/ESA UNGGUL/III/2016.

Sumber Data

Data primer penelitian didapat dengan melakukan penilaian diet dengan kuesi-oner frekuensi makanan dan food recall 24 jam, penilaian aktivitas fisik dengan kuesioner aktivitas fisik ter-standar, dan pengukuran antropometri secara langsung dengan melibatkan per-sonil terlatih. Data lain terkait usia, kebiasaan sarapan, dan uang jajan di-kumpulkan dengan kuesioner terstruktur.

Sasaran Penelitian

Populasi pada penelitian ini ialah siswa-siswi SDN 01 Kebon Jeruk kelas 4 dan 5 yang berjumlah 120 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan se-cara Kuota Sampling dengan memper-timbangkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi sebagai berikut: (i) siswa dengan status gizi lebih dan normal

berdasarkan Indeks Massa Tubuh ber-dasarkan umur (IMT/U), (ii) tercatat aktif sebagai siswa sekolah, (iii) bersedia menjadi sample (informed consent pada orang tua), dan (iv) hadir saat penelitian. Ekslusi jika saat pengukuran dalam keadaan sakit atau ada kelainan bentuk tubuh atau disabilitas. Perhitungan sampel dengan rumus dua proporsi [19] berdasarkan penelitian Olyvia dkk. [20] untuk fastfood-status gizi, Ali dkk. [21] untuk aktivitas fisik-status gizi, dan Rahmadya [22] untuk softdrink-status gizi, dengan kekuatan uji statistik 90% dan tingkat kepercayaan 95% serta non-respondent rate 10% maka didapatkan sampel sebesar 57 masing-masing untuk siswa status gizi lebih dan status gizi normal (IMT/U).

Pengembangan Instrument dan Teknik Pengumpulan Data

(4)

dengan menggunakan tali meteran standar.

Teknik Analisis Data

Data asupan dianalisis dengan bantuan microsoft excel 2007 dan software Nutrisurvey. Data asupan kemudian diekspor ke software SPSS bersama dengan data lainnya untuk dilakukan analisis.

Data disajikan deskriptif seperti frekuensi dan persen (n,%) serta

berdasar-kan distribusi data. Data terdistribusi normal (menurut uji Kolmogorov-Smirnov, normal jika p>0,05) disajikan sebagai rerata ± standar deviasi sebaliknya jika tidak normal disajikan sebagai median dan jarak antar kuartil (Q2-Q3). Uji bivariat dilakukan dengan chi-square, selain itu dihasilkan juga nilai OR (odds ratio) dengan 95% CI (confidence interval). Uji beda sesuai distribusi data pun dilakukan.

Tabel 1. Karakteristik Responden1 (N=114)

Variabel Semua (N=114) Overweight (N=57) Normal (N=57) Usia, tahun 11 (10-11)2 11 (10,5; 11)2 11 (10; 11)2

Anak laki-laki 54 (47,4) 38 (70,4) 16 (29,6)

Uang jajan, Rp/hari 10,000 (5000-12,000)2

10,000 (5000; 11,000)2

10,000 (6000; 12,000)2

Kebiasaan sarapan, ya 108 (94,7) 53 (49,1) 55 (50,9) Makan utama ≥3, x/hari 77 (67,5) 34 (47,2) 38 (52,8) 1Semua nilai dinyatakan sebagai n (%), kecuali diindikasikan lain; 2Median dan jarak antar kuartil (Q

25 ;Q75),3Gemuk jika IMT/U > 1.

Tabel 2. Perbedaan Asupan Energi dan Zat Gizi Harian Antara Anak dengan Status Gizi Lebih dan Normal1

Variabel Overweight (N=57) Normal (N=57) p-value

Energi, kkal/hr 1962 (1874; 2089)2 1549 (1453; 1580)2 0,001*3

Protein, g/hr 69,38±10,17 57,94±11,11 0,001*4,5

%energi 15,3±2,9 14,0±1,8

Lemak, g/hr 76,35±9,70 59,27±12,11 0,001*4,5

%energi 35,0±5,8 34,7±3,8

Karbohidrat, g/hr 257,08±24,12 194,40±27,70 0,001*4,5

%energi 51,3±6,8 51,9±3,6

1Semua nilai dinyatakan sebagai Mean ±SD, SD= standard deviation, kecuali diindikasikan lain; 2Median dan jarak antar kuartil (Q25; Q75);3MannWhitney test, 4Independent t-test, 5Asumsi varians sama; 6Gemuk jika IMT/U > 1;

(5)

Tabel 3. Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Massa Tubuh-Umur (IMT/U), Persen Lemak Tubuh, dan Lingkar Pinggang1 (N=114)

Variabel Overweight (N=57) Normal (N=57) p-value IMT/u, z-score 1,82 (1,46; 2,07)5 -0,21 (-0,80; 0,58)5 0,0006

Normal 0 (0,0) 57 (100)

Gemuk 41 (100) -

Obes 16 (100) -

Total lemak tubuh2, % 25,02±7,114 11,24±4,624 0,000*7,8

Lemak kurang 0 42 (100)

Normal 25 (62,5) 15 (37,5)

Kelebihan lemak 21 (100) 0 (0,0)

Obes 11 (100) 0 (0,0)

Lingkar pinggang3, cm 81 (72,5; 88)5 61 (58; 65,5)5 0,000*6

Lemak visceral rendah 12 (17,6) 56 (82,4) Lemak visceral tinggi 45 (97,8) 1 (2,2)

1Semua nilai dinyatakan sebagai n (%), kecuali diindikasikan lain; 2Diukur dengan Body Fat Analyzer merk Kris; 3Diukur dengan pita standar dengan mengambil titik tengah horizontal antara panggul atas dan dasar rusuk (rib); 4Mean±SD (standard deviation); 5Median dan jarak antar kuartil (Q

25 ; Q75);6MannWhitney test; 7Independent t-test; 8Equal variances not assumed; *signifikan jika p<0,05

Tabel 4. Hubungan Jenis Kelamin, Aktifitas Fisik, dan Status Gizi Anak Sekolah1 (N=114)

Variabel Overweight

(N=57) Normal (N=57)

OR (95%CI) p-value2

Jenis Kelamin

Laki-laki 38 (70,4) 16 (29,6) 5,12 (2,31-11,39) 0,000*

Perempuan 19 (31,7) 41 (68,3)

Tingkat aktifitas fisik Ringan

(1,40≤PAL≤1,69)

34 (61,8) 21 (38,2) 2,53 (1,19-5,39) 0,025*

Sedang (1,70≤PAL≤1,99)

23 (39,0) 36 (61,0)

(6)

Tabel 5. Faktor Risiko Kegemukan pada Anak Sekolah Berdasarkan Frekuensi Asupan Fast food dan Soft drink1 (N=114)

Variabel Overweight (N=57) Normal (N=57) OR (95%CI) p-value2

Energy-densed food Fried Chicken

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

38 (76,0) 12 (24,0) 7,50 (3,23-17,40) 0,000* 19 (29,7) 45 (70,3)

Burger

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

17 (70,8) 7 (29,2) 3,04 (1,15-8,04) 0,039* 40 (44,4) 50 (55,6)

Pizza

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

18 (72,0) 7 (28,0) 3,29 (1,25-8,68) 0,024* 39 (43,8) 50 (56,2)

Spaghetti

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

46 (69,7) 20 (30,3) 7,74 (3,29-18,17)

0,000 * 11 (22,9) 37 (77,1)

French fries

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

44 (67,7) 21 (32,3) 5,80 (2,55-13,17) 0,000* 13 (26,5) 36 (73,5)

Sausage

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

45 (73,8) 16 (26,2) 9,61 (4,06-22,70) 0,000* 12 (22,6) 41 (77,4)

Nugget

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

40 (76,9) 12 (23,1) 8,82 (3,76-20,71) 0,000* 17 (27,4) 45 (72,6)

Meatball

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

31 (68,9) 14 (31,1) 3,66 (1,65-8,13) 0,002* 26 (37,7) 43 (62,3)

Instant noodle

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

31 (79,5) 8 (20,5) 7,30 92,94-18,16) 0,000* 26 (34,7) 49 (65,3)

Fried foods

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

48 (65,8) 25 (34,2) 6,83 (2,82-16,52) 0,000* 9 (22,0) 32 (78,0)

Energy-densed drink

Bottle sweet tea

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

29 (67,4) 14 (32,6) 3,18 (1,44-7,05) 0,007* 28 (39,4) 43 (60,6)

Instant powder drink

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

46 (74,2) 16 (25,8) 5,55 (2,48-12,40) 0,000* 11 (21,2) 41 (78,8)

Carbonated-drinks

≥3-7 x/minggu <3 x/minggu

17 (70,8) 7 (29,2) 3,04 (1,15-8,04) 0,039* 40 (44,4) 50 (55,6)

1Semua nilai dinyatakan sebagai n (%), kecuali diindikasikan lain; 2Chi- square test; *signifikan jika p<0,05

HASIL PENELITIAN

Sampel rata-rata berusia 11 tahun dan lebih dari setengahnya siswa perempuan (52,6%). Uang jajan sampel sama antara kelompok status gizi gemuk dan normal.

(7)

status gizi gemuk secara bermakna berbeda dibandingkan dengan kelompok normal (Tabel 2). Tabel 3 menunjukkan perbedaan yang bermakna antara indikator IMT/U, total lemak tubuh, dan lingkar pinggang antara siswa dengan status gizi gemuk dan normal. Tabel 4 menyajikan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan status gizi berdasarkan IMT/U, dimana laki-laki lebih banyak yang memiliki status gizi gemuk dibandingkan perempuan. Begitu juga dengan aktifitas fisik, siswa yang memiliki aktifitas fisik 24 jam dalam kategori ringan lebih banyak pada siswa dengan status gizi gemuk.

PEMBAHASAN

Temuan utama penelitian ini menun-jukkan adanya hubungan konsumsi makanan tinggi energi (fast food, soft drink) dan rendahnya aktifitas fisik dengan kegemukan pada siswa. Temuan ini sejalan dengan penelitian [5,7] yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan fast food dengan kejadian gizi lebih. Begitu pula kaitan konsumsi soft drink dengan kegemukan siswa, sebuah sys-tematic review menunjukkan meningkat-nya risiko kegemukan pada anak-anak yang sering konsumsi softdrink [23]. Berdasarkan pengamatan di kantin sekolah selama penelitian ini, sebagian besar makanan yang tersedia mengandung tinggi energi, lemak, dan rendah serat serta minuman tinggi gula (Tabel 5). Temuan pada konsumsi pangan ini, sejalan juga dengan data asupan energi dan zat gizi makro (Tabel 2) yang menunjukkan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang lebih tinggi pada siswa dengan status overweight dibandingkan dengan siswa status gizi normal.

Kegemukan terjadi akibat ketidak-seimbangan antara konsumsi dengan pengeluaran energi selama jangka panjang [12]. Fast food dan soft drink dikenal

sebagai makanan tinggi energi, tinggi lemak dan gula serta rendah serat sehingga berkaitan dengan bertambahnya simpanan lemak tubuh karena ketidak-seimbangan asupan dan pengeluaran energi [12,24]. Bahkan konsumsi softdrink saja dapat meningkatkan rasa lapar dan menurunkan asupan buah dan sayur [23]. Sebenarnya, bukan hanya konsumsi fast food dan soft drink, makanan lain pun seperti tinggi karbohidrat dan protein dapat menyebabkan kegemukan. Bedanya, kelebihan asupan karbohidrat akan di-metabolisme oleh tubuh menjadi cadangan lemak melalui proses de novo lipogenesis [25, 26]. Sebaliknya kelebihan protein juga dapat meningkatkan massa tubuh tetapi bukan lemak [27, 28]. Walaupun begitu dengan penggunaan indikator indeks massa tubuh (IMT), kenaikan massa tubuh akibat lemak (fat mass) maupun kenaikan massa tubuh bukan lemak (fat free mass), tidak dibedakan karena IMT bukan indictor yang cocok untuk menggambarkan komposisi tubuh.

(8)

menjadi produksi lemak yang disimpan pada jaringan adiposit [26].

Aktifitas yang rendah pada siswa dapat berkaitan dengan perubahan gaya hidup anak yang dramatis, seperti banyaknya permainan elektronik pada handphone yang menggantikan permainan aktif seperti bermain bola pada anak dan penggunaan kendaraan bermotor untuk aktifitas dengan jarak tempuh jauh yang sebelumnya ditempuh dengan berjalan, berlari atau bersepeda [33]. Secara detail, aktivitas fisik yang sering dilakukan responden pada penelitian ini sebagian besar ialah bermain game online atau gadget (39,5%) dan menonton televisi (42,1%) yang tidak begitu banyak mengeluarkan energi. Selain itu, mereka mendapakan jemputan dengan kendaraan bermotor setiap berangkat maupun pulang sekolah sehingga energi yang mereka keluarkan tidak sesuai dengan asupan makanan mereka, sehingga berakibat kelebihan energi dalam tubuh (data tidak disajikan).

Temuan lain penelitian ini ialah, tingginya persen lemak tubuh dengan kategori lemak overfat dan obese pada cenderung memiliki persen lemak tubuh normal ataupun underfat. Penelitian Rahmawati [34] juga menemukan per-bedaan persen lemak tubuh antara kelompok gizi lebih dan gizi normal. Hal ini menegaskan bahwa semakin tinggi IMT maka semakin tinggi pula persen lemak tubuh [35]. Tetapi walaupun begitu, IMT belum dapat menggambarkan jumlah dan distribusi lemak dalam tubuh [36]. Seseorang dengan IMT tinggi belum tentu kelebihan lemak, karena yang bertambah bukan lemak melainkan lean body mass atau otot, namun ada juga IMT normal tetapi memiliki lemak tubuhnya tinggi [37]. Selain berdasarkan total lemak

tubuh, penelitian ini juga melihat distribusi lemak tubuh dengan meng-gunakan lingkar pinggang sebagai indikator lemak visceral atau perut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan status gizi gemuk memiliki lemak visceral lebih tinggi dibandingkan siswa dengan status gizi normal (Tabel 3). Bertambahnya lingkar pinggang dapat menjadi perhatian bagi kesehatan siswa di masa yang akan datang karena berkaitan dengan tingginya risiko menderita berbagai macam penyakit saat dewasa seperti diabetes mellitus. Kelebihan dari pengukuran lingkar pinggang ialah adanya informasi distribusi lemak yang tidak dapat disajikan oleh pengukuran IMT [11]. IMT tidak dapat membedakan antara berat yang berhubungan dengan otot dan lemak. Lingkar pinggang perut lebih akurat untuk mencerminkan obesitas sentral [38]. Walau begitu, IMT dan lingkar pinggang tidak dapat berdiri sendiri sebagai indikator obesitas yang dapat memicu penyakit degeneratif [39].

Berdasarkan penelitian ini, perlu adanya edukasi tentang pola makan yang seimbang dan aktifitas fisik yang aktif pada siswa. Edukasi ini perlu karena sesuai dengan karakteristiknya, anak usia sekolah memilih jenis makanan didasar-kan pada rasa suka dan tidak suka serta pengaruh lingkungannya [40–42]. Mem-bawa bekal ke sekolah dapat juga menjadi salah satu cara mengurangi konsumsi fast food dan soft drink pada siswa sekolah [4,43,44]. Peningkatan aktifitas fisik berupa permainan luar ruangan perlu ditingkatkan lagi baik di sekolah maupun di rumah. Orang tua dan guru sebaiknya dapat mencontohkan melakukan aktifitas fisik yang aktif.

SIMPULAN

(9)

total lemak tubuh dan tumpukan lemak pada perut (visceral).

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kami sampaikan pada guru dan siswa/i sekolah serta orang tua yang sudah berkenan mendukung terlaksananya penelitian ini. Prevalence Among Children and Adolescents in The United States, 1988-1994 through 2013-2014. Jama. 2016; 315 (21): 2292–9. 2. De Onis M, Blössner M, Borghi E.

Global Prevalence and Trends of Overweight and Obesity Among Preschool Children. Am J Clin Nutr. 2010; 92 (5): 1257–64.

3. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta Kementerian Kesehatan RI. 2013. 4. Octaviana SP. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan Status Gizi Lebih pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 05 Kuningan Barat di Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2013. 2015.

5. Setyowati YD. Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food, dan Soft Drink pada Anak Obesitas di Usia Sekolah Dasar. 2014.

6. Do Wendt MH. Economic, Environmental, and Endowment Effects on Childhood Obesity and School Performance. 2009.

7. Badjeber F, Kapantouw NH, Punuh M. Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gizi Lebih pada Siswa SD Negeri 11 Manado. KESMAS. 2012; 1 (1): 11–14.

8. French SA, Story M, Neumark-Sztainer D, Fulkerson JA, Hannan P. Fast Food Restaurant Use Among Adolescents: Associations with Nutrient Intake, Food Choices, and Behavioral And Psychosocial Variables. Int J Obes. 2001; 25 (12): 1823.

9. Committee on School Health. Soft Drinks in Schools. Pediatrics. 2004; 113 (1): 152–4.

10. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta Kementerian Kesehatan RI. 2010. 11. Klein S, Allison DB, Heymsfield SB,

Kelley DE, Leibel RL, Nonas C, et al. Waist Circumference and Cardiometabolic Risk: A Consensus Statement from Shaping America’s Health: Association for Weight Management and Obesity Prevention; NAASO, The Obesity Society; The American Society for Nutrition; and The American Diabetes Association. Obesity. 2007; 15 (5): 1061–7.

12. Sahoo K, Sahoo B, Choudhury AK, Sofi NY, Kumar R, Bhadoria AS. Childhood obesity: Causes and Consequences. J Fam Med Prim Care. 2015; 4 (2): 187.

13. Frederick CB, Snellman K, Putnam RD. Increasing Socioeconomic Disparities in Adolescent Obesity. Proc Natl Acad Sci. 2014; 111 (4): 1338–42.

14. Puhl RM, Luedicke J. Weight-based Victimization Among Adolescents in The School Setting: Emotional Reactions and Coping Behaviors. J Youth Adolesc. 2012; 41 (1): 27–40. 15. Campbell PT. Obesity: A Certain and Avoidable Cause Of Cancer. The Lancet. 2014; 384 (9945): 727–8. 16. De Pergola G, Silvestris F. Obesity

as A Major Risk Factor for Cancer. J Obes. 2013; 2013.

(10)

All-Cause Mortality with Overweight and Obesity UsingStandard Body Mass Index Categories: A Systematic Review And Meta-Analysis. Jama. 2013; 309 (1): 71– 82.

18. Wickramasinghe VP,

Lamabadusuriya SP, Cleghorn GJ, Davies PS. Validity of Who BMI size determination in health studies: a practical manual. Jenewa: World Health Organization; 1991.

20. Olyvia L, Garna H, Sedjati A. Hubungan Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung. 2015.

21. Ali Suandana IN, Sidiartha I. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Anak Sekolah Dasar. Consumption on Nutrition and Health: A Systematic Review and Meta-Analysis. Am J Public Health. 2007; 97 (4): 667–675.

24. Stelmach-Mardas M, Rodacki T, Dobrowolska-Iwanek J, Brzozowska A, Walkowiak J, Wojtanowska-Krosniak A, et al. Link Between Food Energy Density and Body Weight Changes In Obese Adults. Nutrients. 2016; 8 (4): 229.

25. Parks EJ. Effect of Dietary Carbohydrate on Triglyceride Metabolism in Humans. J Nutr. 2001; 131 (10): 2772S – 2774S.

26. Minehira K, Vega N, Vidal H, Acheson K, Tappy L. Effect of Carbohydrate Overfeeding on Whole Body Macronutrient Metabolism and Expression of Lipogenic Enzymes in Adipose Tissue of Lean And Overweight Humans. Int J Obes. 2004; 28 (10): 1291–8.

27. Farham B. Effect of Dietary Protein Content on Weight Gain, Energy Expenditure, and Body Composition During Overeating. Contin Med Educ. 2012; 30 (2): 81.

28. Johnston CS, Tjonn SL, Swan PD. High-protein, Low-Fat Diets are Effective for Weight Loss and Favorably Alter Biomarkers in Healthy Adults. J Nutr. 2004; 134 (3): 586–91.

29. Bhuiyan MU, Zaman S, Ahmed T. Risk Factors Associated with Overweight and Obesity Among Urban School Children and Adolescents in Bangladesh: A Case– Control Study. BMC Pediatr. 2013; 13 (1): 72.

30. Danari AL, Mayulu N, Onibala F. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado. J Keperawatan. 2013; 1 (1).

31. Widyawati N. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas pada Anak Sekolah Dasar Usia 6-14 Tahun di SD Budi Mulia 2 Yoyakarta Tahun 2014. 2015.

32. Handayani M, Utomo NWB. Faktor—faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Pada Anak Usia 6-12 Tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta. 2014. 33. Endo JCRP. Prevalence and Correlates of Obesity in Schoolchildren from The City of Bursa, Turkey. J Clin Res Ped Endo. 2008; 1 (2): 80–8.

(11)

Putri yang Overweight dan Non Overweight di Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. 2014.

35. Katrina I. Kejadian Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Serta Faktor-Faktor Lain yang Berhubungan Pada Prelansia dan Lansia Kelurahan Depok Jaya. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia; 2012.

36. Wannamethee SG, Shaper AG, Whincup PH. Body Fat Distribution, Body Composition, and Respiratory Function In Elderly Men. Am J Clin Nutr. 2005; 82 (5): 996–1003. 37. Gallagher D, Heymsfield SB, Heo

M, Jebb SA, Murgatroyd PR, Sakamoto Y. Healthy Percentage Body Fat Ranges: An Approach for Developing Guidelines Based on Body Mass Index. Am J Clin Nutr. 2000; 72 (3): 694–701.

38. Sönmez K, Akcakoyun M, Akcay A, Demir D, Duran N, Gencbay M, et al. Which Method Should Be Used to Determine The Obesity, in Patients with Coronary Artery Disease?(Body Mass Index, Waist Circumference or Waist–Hip Ratio). Int J Obes. 2003; 27 (3): 341–6.

39. Price GM, Uauy R, Breeze E, Bulpitt CJ, Fletcher AE. Weight, Shape, and

Mortality Risk in Older Persons: Elevated Waist-Hip Ratio, Not High Body Mass Index, is Associated with A Greater Risk of Death. Am J Clin Nutr. 2006; 84 (2): 449–60.

40. Sartika RAD. Penerapan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi Terhadap Perilaku Sarapan Siswa Sekolah Dasar. Kesmas Natl Public Health J. 2012; 7 (2): 76–82. 41. Thasim S, Syam A, Najamuddin U.

Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Asupan Zat Gizi pada Anak Gizi Lebih di SDN Sudirman I Makassar Tahun 2013. 2013.

42. Rostania M, Syam A, Najamuddin U. Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Gaya Hidup Sedentary Pada Anak Gizi Lebih di SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013. 2013.

43. Angkasa D, Sitoayu L, Putri VR, Mulyadi M. Peduli Sarapan dan Makanan Sehat, Serta Higiene dan Sanitasi Lingungan Sekolah Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sepatan Timur. J Pengabdi Masy AbdiMas. 2017; 3 (2).

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden 1 (N=114) Semua (N=114) Overweight (N=57)
Tabel 3. Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Massa Tubuh-Umur (IMT/U), Persen Lemak Tubuh, dan Lingkar Pinggang1 (N=114)
Tabel 5. Faktor Risiko Kegemukan pada Anak Sekolah Berdasarkan Frekuensi Asupan Fast food dan Soft drink1 (N=114)

Referensi

Dokumen terkait

Karena pentingnya acara dimaksud maka diharapkan hadir tepat waktu dan jika Direktur/Pimpinan perusahaan berhalangan hadir, dapat diwakilkan kepada

Telah memenuhi poin Satuan Kredit Kegiatan Mahasiswa (SKKM), minimal telah mengumpulkan 100 poin, dari berbagai kegiatan/prestasi/pengalaman/penghargaan/peran- serta,

Demikian pengumuman ini kami sampaikan sebagai bahan untuk diketahui, atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih. Tanggal, 5 September

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui email juga ditayangkan pada website SPSE Kabupaten Bolaang Mongondow, oleh karenanya Pokja tidak dapat menerima

[r]

Memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Sebagaimana di ubah terakhir dengan peraturan presiden nomor 4 tahun 2015 tentang pengadaan barang

Sehubungan dengan evaluasi dokumen penawaran pada Paket Pekerjaan : Pembangunan Rumah Dinas Wakil Bupati PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW. UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

Perwakilan perusahaan yang hadir adalah Direktur atau yang mewakili dengan membawa surat kuasa Nomor : /Setda.II.07/P.II/SS/III/2017 Kepada Yth,. Lampiran : -