SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Annisa Kurnia Damayu 09406241039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
dapat terwujud, tanpaMu aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:
• Papa ku Dedi Suryadi dan ibu ku Titiek Parmiati Soeprawoto yang tak
pernah berhenti dalam memberikan semangat, doa, dan kasih sayang
kepada saya.
• Kakak ku Ella Nurmawati, Erick S.I.G, Fikki Erawanto N dan Fikka
Erawati yang selalu memberikan saya semangat, kasih sayang dan tempat
saya berbagi suka dan duka.
• Keluarga besar Soeprawoto yang telah memberikan dukungan dan doa.
Kubingkiskan pula karya ini untuk
• Mas Imanul Imtihan yang tak pernah berhenti menyemangati serta
mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
• Sahabatku Yustina Pratiwi dan Rizal Ismi KSW yang telah membantu dan
(QS AL Baqarah: 45)
Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar
(Mahatma Gandhi )
Keberhasilan tidak datang dengan kebetulan, tetapi keberhasilan didapat dari perjuangan, pengorbanan dan doa.
(Annisa Kurnia Damayu)
Kesuksesan tidak dilihat dari hasil yang dia dapat, tetapi dilihat dari proses yang dilalui untuk mencapai kesuksesan itu.
vii
SAMPAI MASA REFORMASI Oleh:
Annisa Kurnia Damayu 09406241039
Organisasi Dharma Wanita merupakan wadah bagi kaum wanita yang berkerja sebagai PNS dan istri yang suaminya bekerja sebagai pegawai negeri
Republik Indonesia. Organisasi Dharma Wanita dibentuk pada masa
pemerintahan Orde Baru. Organisasi Dharma Wanita mempunyai peran dalam pembangunan Kota Banjar yang pada saat itu baru berdiri menjadi sebuah kota pemerintah sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisi Dinamika Organisasi Dharma Wanita; (2) menganalisis peranan organisasi Dharma Wanita pada masa pemerintahan Kota Banjar; (3) menganalisis pengaruh pembentukan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian menurut Kuntowijoyo. Tahap pertama adalah pemilihan topik yang merupakan kegiatan awal untuk menentukan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Tahap kedua yaitu heuristik yang merupakan tahap pengumpulan sumber-sumber sejarah yang relevan. Tahap ketiga adalah kritik sumber yaitu menguji keabsahan sumber untuk memastikan bahwa sumber yang diperoleh sudah valid. Tahap keempat adalah interpretasi yang merupakan tahap penafsiran untuk mengkorelasikan data dari berbagai sumber. Tahap kelima adalah penulisan sejarah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Masa Orde Baru organisasi wanita lebih banyak ditandai dengan berdirinya organisasi istri namun pergerakan kaum wanita mengalami kemunduran. Pada tanggal 5 Agustus 1974 pemerintah Orde Baru mendirikan organisasi Dharma Wanita. Pemerintah Orde Baru membentuk organisasi Dharma Wanita mengingat bahwa pentingnya organisasi para istri dalam mendukung perjuangan dan mensukseskan pegawai Republik Indonesia dalam mengemban tugasnya sebagai Aparatur Negara dan Abdi Masyarakat. (2) Peranan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar tidak hanya sebagai pendamping suami dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil. Organisasi Dharma Wanita berperan dalam proses pembentukan pemerintahan Kota Banjar. Peranan yang dilakukan organisasi Dharma Wanita dalam proses pembentukan pemerintahan Kota Banjar yaitu dengan mengaktifkan kembali organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar yang sempat vakum. (3) Pengaruh dari pembentukan kembali organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar yaitu; meningkatkan tingkat pendidikan, meningkatkan hidup yang sehat dan lingkungan yang bersih, meningkatkan perekonomian, menghapus tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang sering dialami oleh kaum wanita.
viii viii
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Organisasi Dharma Wanita
di Kota Banjar Patroman pada masa akhir Orde Baru sampai Reformasi” lancar
tanpa kendala suatu apapun. Penulisan skripsi ini merupakan suatu pengalaman
yang berharga bagi penulis dan semoga akan mendatangkan kebermaknaan yang
melimpah bagi penulis, pembaca, dan dunia akademik.
Karya berupa skripsi ini terwujud berkat motivasi, bantuan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA selaku Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Bapak M. Nur Rokhman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah.
4. Ibu Terry Irenewaty, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik dan dosen
Pembimbing yang memberi waktu, saran, inspirasi, dan motivasi yang
membangun selama penulisan skripsi.
5. Bapak/ Ibu dosen Pendidikan Sejarah yang telah membimbing, mengajar, dan
mendidik dengan sepenuh hati.
6. Seluruh jajaran Sub Bagian Pendidikan dan Kemahasiswaan yang telah
ix
8. Ibu Tarbiyah, Ibu Ade UU, Ibu Surtikayah Dahlan, Ibu Tuti Memet, Ibu Ooh
Suherli, Ibu Darmadji, Bapak Dedi Suryadi, bersedia meluangkan waktu
untuk menjadi narasumber.
9. Seluruh staf UPT Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta, Laboratorium
dan Perpustakaan Pendidikan Sejarah, Perpustakaan UGM, Perpustakaan de
Kollese Ignatius, Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Banjar.
10. S.D.Angga terima kasih telah memberikan warna dalam hidup saya dan
membuat saya belajar untuk menjadi wanita yang tegar.
11. Teman-temanku (Sri Widyanti, Arundina, Rina, Thaufanie Barikly, Ervina,
Fitri, Tiwinarni) yang tak pernah lelah memberikan semangat dan tempat aku
berbagi keluh kesah.
12. Adik-adik ku (Juliyanti, Indri) yang selalu menjadi penyemangatku
13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah Reguler 2009.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis berterimakasih kepada para pembaca yang berkenan
memberikan kritik dan saran yang membangun.
x
HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN...
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR ISTILAH ... xiv
DAFTAR SINGKATAN... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Kajian Pustaka... 8
F. Historiografi yang Relevan ... 11
G. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 13
xi
A. Pergerakan Kaum wanita 1966-1974... 27
B. Kebijakan Pemerintahan Orde Baru terhadap Kaum Wanita... 37
C. Berdirinya Organisasi Dharma Wanita... 48
BAB III. PERANAN ORGANISASI DHARMA WANITA DI KOTA BANJAR PATROMAN
A. Sekilas Mengenai Kota Banjar Patroman... 60
B. Organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar Patroman... 66
C. Peranan Organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar... 78
BAB IV. PENGARUH PEMBENTUKAN ORGANISASI DHARMA WANITA DI KOTA BANJAR
A. Pengaruh organisasi Dharma Wanita dalam Bidang Pendidikan... 90
B. Pengaruh organisasi Dharma Wanita dalam Bidang Kesehatan ...
C. Pengaruh organisasi Dharma Wanita dalam Bidang Ekonomi...
D. Pengaruh organisasi Dharma Wanita dalam Bidang Sosial... 94
101
105
BAB V KESIMPULAN... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 111
xii
Lampiran 1 AD/ART Dharma Wanita 114
Lampiran 2 Lambang Dharma Wanita 123
Lampiran 3 Hymne dan Mars Dharma Wanita 126
Lampiran 4 Panca Organisasi Dharma Wanita 128
Lampiran 5 Foto Pendopo Kota Banjar zaman dulu 129
Lampiran 6 Foto Pendopo Kota Banjar tahun 2011 130
Lampiran 7
Lampiran 8
Foto kegiatan Organisasi Dharma Wanita
Kota Banjar pada acara HUT ke 8
Foto Kegiatan Pertemuann Rutin dan
131
132
Lampiran 9
Pencanangan Kesatuan Gerak PKK-KB
Kesehatan
Foto Kegiatan Opsih Masal 133
Lampiran 10 Foto Kegiatan Opsih Masal di Pasar Banjar 134
Lampiran 11
Lampiran 12
Foto Kunjungan Intalasi Pengolahan Air
Bersih PDAM
Foto Kegiatan Penyerahan Bantuan dalam
135
136
percepatan penuntasan Wajar 9 Tahun
Lampiran 13 Foto Kegiatan Pelaksanaan Percepatan
Penuntasan Wajar Belajar 9 Tahun
xiii xiii
Lampiran 15 Foto Penyerahan Bantuan Modal UP2K. 139
Lampiran 16 Foto Pada hari Upacara Peringatan HUT RI
ke 63 Tingkat Kota Banjar.
140
Lampiran 17
Lampiran 18
Foto Upacara Puncak HUT RI ke 63 Kota
Banjar
Foto Upacara Peringatan HUT RI Kota
141
142
Banjar
Lampiran 19
Lampiran 20
Laporan Kegiatan Organisasi Dharma
Wanita Persatuan Kota Banjar 2008
Hasil Wawancara dengan Tuti Memet
143
159
Lampiran 21 Hasil Wawancara dengan Ooh Suherli 165
Lampiran 22 Hasil Wawancara dengan Kurniati 169
Lampiran 23 Hasil Wawacara dengan Surtikayah 173
Lampiran 24 Hasil Wawancara dengan Ade UU 177
Lampiran 25 Hasil Wawancara dengan Tarbiyah 179
xiv xiv pandangan
Belenggu : Tidak bebas lagi
Depolitisasi : Penghapusan kegiatan politik
Diskriminasi : Pembedaan
Domestikasi : Penjinakan
Ekpresif : Tepat mengungkapkan
Hygiene : Bersih
Intruksi : Perintah
Kooptasi : Pemilihan anggota baru dari suatu badan
musyawarah oleh anggota yang telah ada
Kritis : Tajam penganalisaan
Logis : Sesuai dengan penalaran
Nonaktif : Tidak menjalankan perkerjaan(tugas), lagi
(sebagai pegawai,pekerja,tentara)
Objektif : Keadaan sebenarnya
Otoriter : Berkuasa sendiri, sewenang-wenang
Sentralistik : Terpusat
Segregasi : Pemisahan (suatu golongan dari golongan
lainnya); pengasingan; pengucilan.
xv xv
xvi xvi
GBHN : Garis Besar Haluan Negara
GERWANI : Gerakan Wanita Indonesia
GOLKAR : Golongan Karya
KAMI : Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
KAWI : Kesatuan Aksi Wanita Indonesia
KORPRI : Korp Pegawai Republik Indonesia
KOTIF : Kota Admnistratif
KOWANI : Kongres Wanita Indonesia
MUNAS : Musyawarah Nasional
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
NU : Nahdatul Ulama
PARMUSI : Partai Muslim Indonesia
PARPOL : Partai Politik
xvii
PKI : Partai Komunis Indonesia
PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PPII : Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia
PNI : Partai Nasional Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Perjuangan yang dilakukan oleh kaum wanita di Indonesia terjadi
sejak masa penjajahan Hindia Belanda. Pada abad ke-20 beberapa tokoh
pejuang kaum wanita mulai lahir, antara lain R.A Kartini dan Dewi Sartika.
Tokoh seperti R.A Kartini dan Dewi Sartika menjadi pelopor tokoh pejuang
kaum wanita di berbagai daerah. Perjuangan yang dilakukan oleh kaum
wanita secara perorangan mengawali pergerakan kaum wanita di Indonesia.
Pergerakan tokoh wanita yang melakukan pergerakan dilatar belakangi oleh
keadaan kaum wanita yang sangat memprihatinkan.
Perjuangan yang dilakukan kaum wanita secara perorangan membuat
kaum wanita mulai sadar bahwa peningkatan derajat kaum wanita sangat
penting. Masyarakat Indonesia masih menganggap pendidikan kaum wanita
tidak penting, karena tugas kaum wanita hanya mengurusi rumah tangga.
Pada perkembangan selanjutnya perjuangan kaum wanita dilakukan melalui
perkumpulan kaum wanita. Pada tahun 1912 di Jakarta untuk pertama kalinya
didirikan sebuah perkumpulan wanita yang bernama Puteri Merdika.1
Perkumpulan wanita Puteri Merdika bergerak dalam peningkatan derajat
kaum wanita melalui bidang pendidikan dengan mendidik dan mengajar
kaum wanita.
1
Perkumpulan kaum wanita awalnya hanya dilakukan oleh para wanita
yang berasal dari kalangan ningrat. Perkumpulan wanita berkembang menjadi
semakin meluas. Tidak hanya dari kalangan ningrat yang mendirikan
perkumpulan wanita, para wanita terdidik kemudian mendirikan perkumpulan
wanita. Perkumpulan wanita tidak hanya didirikan oleh kaum wanita saja
tetapi organisasi lainnya, seperti organisasi Muhammadiyah yang mendirikan
sebuah perkumpulan wanita bernama Aisyah.
Perkumpulan wanita kemudian berkembang menjadi organisasi
wanita. Perkembangan organisasi wanita mulai tumbuh dan berkembang
pesat pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Pada masa revolusi
kemerdekaan Indonesia kaum wanita berjuang melalui organisasi wanita.
Perjuangan kaum wanita melalui organisasi terbagi dalam beberapa periode
yaitu periode sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, periode setelah
proklamasi kemerdekan (1945- 1965), periode pasca 1965 (Orde Baru).2
Keadaan organisasi wanita dalam setiap periode mengalami perbedaan dari
periode sebelumnya.
Periode sebelum proklamasi kemerdekaan, perjuangan organisasi
wanita lebih terfokus kepada usaha untuk mengusir penjajahan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Periode setelah kemerdekaan
(1945-1965) organisasi wanita lebih beragam tetapi mempunyai tujuan yang
sama, yaitu memperbaiki nasib kaum wanita dan meningkatkan derajat kaum
2
wanita. Periode pasca 1965 (Orde Baru), organisasi wanita lebih banyak
ditandai oleh berdirinya organisasi istri dan perjuangan organisasi wanita
bersifat fungsionalis.
Pada masa Orde Baru organisasi wanita memiliki corak yang sama
dengan masa penjajahan Jepang. Masa penjajahan Jepang memberlakukan
pembentukan organisasi wanita yang sepaham dan sealiran.3 Masa Orde Baru
memberlakukan kembali pembentukan organisasi wanita yang sealiran dan
sepaham. Pembentukan organisasi wanita yang sepaham dan sealiran
merupakan kumpulan dari kaum wanita yang mempunyai pemikiran serta
pandangan yang sama dalam berorganisasi agar tercapai tujuan dari
masing-masing organisasi wanita.
Periode pasca 1965 (Orde Baru), setelah terjadi tragedi G 30S PKI
tidak hanya berdampak terhadap keadaan politik, tetapi organisasi wanita
terkena dampak dari tragedi G 30S PKI. Golongan agama, mahasiswa, dan
masyarakat biasa melakukan pembersihan serta penghancuran terhadap
organisasi-organisasi yang berhaluan komunis di Indonesia yaitu: PKI dan
Gerwani. Pada masa setelah tragedi G 30S PKI didirikan beberapa kesatuan
untuk melakukan pembersihan dan membantu TNI AD dalam memberantas
organisasi yang berhaluan komunis.
Kaum wanita saat itu ikut serta dalam pembersihan
organisasi-organisasi yang berhaluan komunis dengan membentuk KAWI (Kesatuan
3
Syamsiah Achmad, “Wanita dalam Pembangunan Bangsa”. Dalam
Aksi Wanita Indonesia).4 KAWI aktif dalam melakukan aksi pembersihan
terhadap segala hal yang berhaluan komunis agar Indonesia bersih dari paham
komunis.
Keadaan organisasi wanita ketika masa transisi dari pemerintahan
Orde Lama ke masa pemerintahan Orde Baru mengalami kekacauan dan
masih diwarnai dengan aksi pembersihan terhadap organisasi yang berpaham
komunis. Pada bulan Oktober 1965 Kowani secara resmi mengeluarkan
Gerwani dalam keanggotaan organisasi.5 Pembersihan terhadap paham
komunis dalam organisasi wanita dilakukan melalui cara dikeluarkan dari
anggota organisasi wanita. Masa transisi Orde Lama ke Orde Baru segala hal
mengenai paham komunis dihancurkan termasuk organisasi Gerwani.
Penghancuran Gerwani merupakan titik balik pergerakan kaum wanita dan
organisasi wanita mulai memasuki masa pemerintahan Orde Baru.
Masa pemerintahan Orde Baru mewajibkan kaum wanita untuk
berperan dalam proses pembangunan nasional dan mensukseskan program
pemerintah dalam pembangunan. Kewajiban yang diterapkan oleh pemerintah
Orde Baru tidak terkecuali istri-istri dari pegawai Republik Indonesia, oleh
karena itu dibentuklah sebuah organisasi Dharma Wanita. Organisasi Dharma
Wanita merupakan kumpulan para istri yang suaminya berkerja sebagai
pegawai negeri Republik Indonesia. Organisasi ini memiliki jumlah anggota
yang banyak, karena anggotanya terdiri dari berbagai Departemen dan
4
Saskia Wieringa, Kuntilanak Wangi: Organisasi-Organisasi Perempuan Indonesia Sesudah 1950. Jakarta: Kalyanamitra, 1998, hlm. 32.
5
Instansi pemerintahan. Para istri dari anggota Dharma Wanita berperan
sebagai pendamping sang suami dalam menjalankan tugas mereka.
Organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar memiliki nilai historis.
Sebelum Banjar menjadi pemerintahan kota, organisasi Dharma Wanita di
Banjar tergabung dengan organisasi Dharma Wanita di pemerintahan
Kabupaten Ciamis. Pada masa transisi pemerintahan organisasi Dharma
Wanita di Kotif Banjar sempat vakum dari segala kegiatan. Banyak anggota
organisasi Dharma Wanita yang meninggalkan kepengurusannya di
organisasi Dharma Wanita Kotif Banjar dan menjadi anggota organisasi
Dharma Wanita Kabupaten Ciamis. Para anggota Dharma Wanita Kotif
Banjar saat itu meninggalkan kepengurusan karena mengikuti tugas sang
suami yang ditarik ke pemerintahan Kabupaten Ciamis.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Organisasi
Dharma Wanita di Kota Banjar pada masa akhir Orde Baru sampai
Reformasi. Pembentukan dan pengaktifan kembali organisasi Dharma Wanita
di Kota Banjar merupakan hal yang penting dalam proses pembentukan
pemerintahan Kota Banjar. Organisasi Dharma Wanita memiliki peran dalam
proses pembentukan pemerintahan Kota Banjar. Pembentukan struktur dan
pengaktifan kembali organisasi Dharma Wanita sebagai partner bagi
pemerintahan Kotif Banjar untuk segera mensukseskan pembentukan
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya
oleh peneliti, maka dari penjelasan latar belakang tersebut peneliti dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Organisasi Dharma Wanita?
2. Bagaimana peranan organisasi Dharma Wanita di pemerintahan
Kota Banjar Patroman?
3. Bagaimana pengaruh pembentukan organisasi Dharma Wanita di
Kota Banjar Patroman?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian:
a. Meningkatkan disiplin intelektual, khususnya dalam bidang
sejarah.
b. Sebagai sarana mempraktikan penerapan metodologi penelitian
sejarah yang kritis.
c. Menambah karya sejarah tentang “Peranan organisasi Dharma
Wanita di Kota Banjar Patroman pada masa akhir Orde Baru
sampai masa Reformasi”.
d. Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus Penelitian:
b. Menganalisis peranan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar
Patroman.
c. Menganalisis pengaruh pembentukan kembali organisasi Dharma
Wanita di Kota Banjar Patroman.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang ingin
mengetahui dan mempelajari tentang Peranan organisasi Dharma Wanita di
Kota Banjar Patroman pada masa akhir Orde Baru sampai masa Reformasi
1. Bagi Pembaca:
a. Tulisan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan wawasan
bagi pembaca tentang latar belakang berdirinya organisasi Dharma
Wanita.
b. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
peranan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar Patroman.
c. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
pengaruh pengaktifan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar
Patroman.
d. Skripsi ini diharapkan dapat menambah referensi untuk penulisan
selanjutnya.
2. Bagi Penulis:
a. Skripsi ini menjadi tugas akhir penulis guna menyelesaikan studi
b. Skripsi ini dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan penulis
dalam merekonstruksi, menganalisis dan menyajikan suatu
peristiwa sejarah dalam merekonstruksi, menganalisis dan
menyajikan suatu peristiwa sejarah dalam suatu karya ilmiah yang
objektif.
c. Penulis memperoleh pengetahuan lebih jelas dan mendalam
mengenai Peranan Organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar
Patroman pada masa akhir Orde Baru sampai masa Reformasi.
d. Melatih kemampuan penulis dalam meneliti suatu peristiwa sejarah
secara objektif dan kritis.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan hal yang penting dalam penulisan sejarah.
Penulisan sejarah masa lampau memerlukan sumber sebagai bahan kajian.
Kajian pustaka merupakan telaah terhadap pustaka atau teori yang menjadi
landasan pemikiran.6 Melalui kajian pustaka, penulis menemukan literatur
atau pustaka yang dapat digunakan dalam penulisan sejarah. Penulis dapat
memperoleh data-data atau informasi-informasi mengenai masalah yang akan
dikaji.
Latar belakang berdirinya Organisasi Dharma Wanita. Pada tahun
1966 pemerintah Orde Baru dibantu dengan organisasi massa dan masyarakat
melakukan penghancuran terhadap organisasi yang berhaluan kiri. Periode
6
1966 sampai dengan 1975 ditandai dengan makin bertumbuhnya
organisasi-organisasi istri dan karyawati bahkan di lingkungan ABRI serta banyak
kantor pemerintahan sipil telah ditetapkan sebagai semi dinas. Pemerintah
menciptakan organisasi istri agar pemerintah dapat mengawasi segala gerak
gerik yang dilakukan oleh organisasi wanita. Pemerintah menciptakan
organisasi Dharma Wanita bagi istri-istri yang suaminya bekerja sebagai
pegawai negeri dan Dharma Pertiwi bagi istri yang suaminya bekerja di salah
satu cabang angkatan bersenjata.
Pada masa Orde Baru, pemerintah mengarahkan peranan kaum wanita
untuk berpartisipasi dalam terlaksananya pembangunan di Indonesia. Pada
masa itu pemerintah juga membuat kebijakan-kebijakan terhadap kaum
wanita. Pemerintah telah mengatur peranan kaum wanita pada pelaksanaan
pembangunan di dalam GBHN. Pemerintah Orde Baru juga menetapkan
kebijakan bahwa kaum wanita diwajibkan untuk masuk dalam salah satu
organisasi wanita, seperti istri PNS diwajibkan untuk masuk menjadi anggota
Dharma Wanita.
Latar belakang berdirinya organisasi Dharma Wanita yaitu untuk
mensukseskan pelaksanaan pembangunan yang sudah ditetapkan dalam
GBHN dan Sapta Krida Kabinet pembangunan II. Para istri melaksanakan
proses pembangunan dengan cara mendampingi dan mendukung sang suami
dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara dan masyarakat, agar dukungan
yang dilakukan para istri terarah maka dibentuklah organisasi Dharma
dikaji dengan menggunakan buku yang berjudul Sejarah Setengah Abad
Pergerakan Wanita Indonesia yang ditulis oleh Kowani. Buku ini memberikan penjelasan mengenai latar belakang berdirinya organisai Dharma
Wanita.
Buku lain yang penulis gunakan untuk membahas latar belakang
berdirnya organisasi Dharma Wanita yaitu buku yang berjudul Potret
Pergerakan Wanita di Indonesia yang ditulis oleh Sukanti Suryochondro, dan buku yang berjudul Kuntilanak Wangi: Organisasi-Organisasi Perempuan di
Indonesia tahun 1950 yang ditulis oleh Saskia Wieringa. Kedua buku ini menjelaskan mengenai keadaan pergerakan wanita di Indonesia pada masa
awal pemerintahan Orde Baru sampai dengan akhir masa pemerintahan Orde
Baru.
Kota Banjar merupakan salah satu daerah yang berada di daerah Jawa
Barat dan kota ini menjadi pintu gerbang bagian selatan, karena wilayahnya
berbatasan langsung dengan pemerintahan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
Masa sebelum tahun 2003 ketika Banjar masih berstatus kotif, organisasi
Dharma Wanita masih tergabung dengan organisasi Dharma Wanita yang
berada di pemerintahan Kabupaten Ciamis. Pada saat masih menjadi Kotif
Banjar keberadaan organisasi Dharma Wanita sempat vakum, namun ketika
masa transisi organisasi Dharma Wanita aktif kembali di Kotif Banjar.
Menjelang peningkatan status Kota Banjar organisasi Dharma Wanita
memiliki peranan secara tidak langsung yaitu dengan mendukung para suami
peningkatan status Kota Banjar. Buku yang berjudul Satu dekade Kota
Banjar yang ditulis oleh Undang Sudrajat digunakan untuk mengkaji peranan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar. Selain bersumber pada buku,
penelitian mengenai hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan para
tokoh.
Organisasi Dharma Wanita Kota Banjar memiliki banyak pengaruh di
berbagai bidang. Organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar mempunyai
pengaruh dalam bidang pendidikan yaitu ikut dalam meningkatkan tingkat
pendidikan di Kota Banjar. Organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar
mempunyai pengaruh dalam bidang kesehatan yaitu meningkatkan kesehatan
kaum wanita di Kota Banjar. Pengaruh organisasi Dharma Wanita dalam
bidang ekonomi yaitu meningkatkan laju perekonomian di Kota Banjar demi
mensukseskan pembangunan di Kota Banjar. Pengaruh organisasi Dharma
Wanita dalam bidang sosial yaitu penghapusan KDRT di Kota Banjar.
Laporan kegiatan Organisasi Dharma Wanita yang ditulis oleh organisasi
Dharma Wanita Kota Banjar Patroman digunakan untuk mengkaji pengaruh
organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar. Selain bersumber pada buku,
penelitian mengenai hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan para
tokoh.
F. Historiografi Yang Relevan
Historiografi adalah rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau
berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses pengujian dan
Historiografi adalah usaha untuk mensintesiskan data-data atau fakta-fakta
sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan
dalam buku catatan atau artikel maupun perubahan sejarah.7 Historiografi
yang relevan adalah karya-karya tulis ilmiah yang memiliki sebuah
keterkaitan dengan penelitian yang akan diajukan.
Historiografi yang relevan dapat berupa skripsi, tesis ataupun disertasi
yang dapat dipertanggungjawabkan. Di dalam penulisan sejarah, penggunaan
historiografi yang relevan merupakan hal yang pokok sebelum melakukan
penulisan sejarah. Maksud dari historiografi yang relevan adalah untuk dapat
membedakan karya-karya ilmiah sejarah yang telah ada sebelumnya.
Historiografi yang relevan untuk penulisan ini adalah tesis yang
dilakukan oleh Siti Fatimah dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada
tahun 2004. Tesis Siti Fatimah yang berjudul “Negara dan Perempuan: Studi
Kasus Dharma Wanita 1974-1999. Tesis ini membahas mengenai kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru terhadap organisasi Dharma
Wanita pada tahun 1974-1999. Tesis ini berbeda dengan skripsi yang saya
tulis, walaupun sama-sama membahas mengenai Organisasi Dharma Wanita.
Tesis yang dibuat oleh Siti Fatimah lebih menjelaskan secara khusus
mengenai kebijakan yang dibuat pemerintah Orde Baru terhadap organisasi
Dharma Wanita, sedangkan pada skripsi yang saya tulis menjelaskan
mengenai peranan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar Patroman.
7
Historiografi relevan yang kedua adalah skripsi yang dilakukan oleh
Syam Febrianto dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Skripsi yang ditulis
oleh Syam Febrianto berjudul “Partisipasi Dharma Wanita dalam Proses
Pembuatan Perda Mengenai Penanggulangan Bencana Alam di Kota Palopo
dan Kabupaten Luwu”. Perbedaan dengan skripsi yang saya lakukan adalah
saya membahas pada peranan organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar
Patroman sedangkan Syam Febrianto membahas tentang peran aktif
organisasi Dharma Wanita di Kota Palopo dan Kabupaten Luwu dalam
pembuatan perda penanggulanganan Bencana Alam.
Historiografi relevan yang ketiga adalah skripsi yang dilakukan Dian
Novilla Febrianti dari Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya.
Skripsi yang ditulis oleh Dian Novilla Febrianti berjudul “Dukungan Dharma
Wanita Terhadap Program Keluarga Berencana (KB) 1974-1979”. Skripsi
yang saya buat lebih menekankan terhadap peranan organisasi Dharma
Wanita di Kota Banjar sedangkan skripsi yang dibuat oleh Dian Novilla
Febrianti yaitu mengenai dukungan yang dilakukan organisasi Dharma
Wanita pada tahun 1974-1979 dalam program pemerintah KB.
G. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode sejarah merupakan sebuah satuan serta prinsip yang secara
sistematis dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif dan
menghasilkan suatu karya sejarah yang kredibel diperlukan suatu metode
sejarah kritis. Metode yang digunakan penulis dalam menulis skripsi ini
adalah metode historis kritis.
Dalam suatu penulisan ini diperlukan satu metode untuk dapat
mengerjakan tentang tema yang sudah dipilih sehingga memudahkan penulis
melakukan penulisan. Dibutuhkannya suatu metode adalah cara untuk berbuat
atau mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem terencana dan teratur.8 Tahapan
penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo mempunyai lima tahapan yaitu
pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan penulisan.9
a. Pemilihan Topik
Pemilihan topik merupakan sebuah langkah awal dalam sebuah
penelitian yaitu untuk menentukan permasalahan yang dikaji.
Penentuan topik hendaknya dipilih berdasarkan kedekatan intelektual
dan kedekatan emosional.10 Kedekatan intelektual dan emosional
membuat peneliti dapat menyelesaikan penelitiannya dengan baik.
Kedekatan intelektual yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian karena Organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar ikut
berperan dalam proses pembentukan Kota Banjar dan ikut berperan
dalam mensukseskan program-progaram pemerintahan Kota Banjar.
8
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hlm. 11.
9
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005, hlm. 90.
10
Kedekatan emosional yang digunakan oleh penulis dalam penelitian
karena daerah Kota Banjar merupakan daerah asal dari penulis.
b. Pengumpulan Sumber
Pengumpulan sumber atau yang biasa disebut dengan Heuristik
berasal dari bahasa Yunani Heurisken yang berarti menemukan
sumber sejarah.11 Sumber sejarah adalah bahan-bahan yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada
masa lampau.12 Pengumpulan sumber ini dapat diperoleh dari sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber sejarah dalam penulisan skripsi
“Peranan Dharma Wanita di Kota Banjar Patroman pada masa akhir
Orde Baru sampai masa Reformasi”, diperoleh melaui penelurusan
pustaka. Sumber sejarah tersebut diperoleh dari berbagai perpustakaan
antara lain yaitu Perpustakaan FIB UGM, Perpustakaan Pusat UNY,
Perpustakaan De Kolesse Ignatius, Perpustakaan UIN.
Sumber-sumber yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan sifatnya,
yaitu:
a) Sumber Primer
Sumber primer adalah kesaksian daripada saksi dengan mata kepala
sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat
mekanis diktafon, yaitu orang atau alat yang hadir pada peristiwa
11
Suhartono W. Pranoto, op.cit., hlm. 29
12
yang diceritakan.13 Sumber primer tidak hanya seseorang yang
berperan sebagai pelaku dalam peristiwa tersebut, melainkan
orang-orang yang berada di sekitar tempat peristiwa berlangsung.
Sehingga sumber primer dihasilkan oleh orang yang sezaman
dengan peristiwa yang dikisahkan serta kesaksiannya tidak berasal
dari sumber lain melainkan berasal dari tangan pertama. Sumber
primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa arsip-arsip
yang berkaitan dengan Organisasi Dharma Wanita. Selain itu juga
terdapat sumber lisan dengan menggunakan cara wawancara
kepada para pelaku atau saksi sejarah yang masih hidup yaitu:
1) Narasumber yang merupakan anggota Organisasi Dharma
Wanita di Kota Banjar dan salah tokoh masyarakat dalam
pembentukan pemerintahan Kota Banjar. Peneliti
mewawancarai tujuh narasumber, yaitu:
- Nama : Ade Uu Sukaesih.
Alamat : Jalan Purwaharja. Kota Banjar.
Usia : 65 Tahun.
- Nama : Tarbiyah.
Alamat : Komplek perumahan Kodim. Kabupaten
Ciamis.
Usia : 65 Tahun.
- Nama : Surtikayah Dahlan.
13
Alamat : Jalan Tentara Pelajar. Kota Banjar
Usia : 50 Tahun.
- Nama : Tuti Memet Slamet.
Usia : 66 Tahun.
Alamat : Jalan Banagara. Kabupaten Ciamis.
- Nama : Ooh Suherli.
Usia : 65 Tahun.
Alamat : Jalan Raya Ciamis. Kabupaten Ciamis.
- Nama : Kurniati Darmadji.
Usia : 65 Tahun.
Alamat : Jalan Mesjid Agung. Kota Banjar.
- Nama : Dedi Suryadi
Umur : 63 Tahun.
Alamat : Jalan Sudiro Wirohusodo. Kota Banjar.
2) Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber pendukung yang dapat
digunakan penulis untuk menggali informasi lebih
mendalam mengenai tema yang dikaji. Menurut bahan
sumbernya sumber sejarah dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu sumber tertulis (dokumen) dan sumber tidak tertulis
(artefak).14 Dalam sumber sekunder ini ditemukan
sumber-sumber pendukung yaitu antara lain:
14
Donald. K. Emerson. 2001. Beyond Soeharto Negara Ekonomi, Masyarakaat Transisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hardjito Notopuro. 1979. Peranan Wanita dalam Masa Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kowani. 1978. Sejarah Pergerakan Setengah Abad
Pergerakan Wanita Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Riant Nugroho. 2011. Gender Dan Strategi Pengarus
Utamaanya di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sukanti Suryochondro. 1984. Potret Pergerakan Wanita di
Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali.
Wieringa, Saskia E. 1998. Kuntilanak Wangi Organisasi-Organisasi Perempuan Indonesia Sesudah 1950. Jakarta: Kalyanamitra.
Undang Sudrajat. dkk. 2013. Banjar Satu Dekade. Garut: YAF Publishing.
b. Kritik Sumber
Kritik sumber adalah kegiatan meneliti untuk menentukan
validitas dan reabilitas sumber sejarah melalui kritik ekstern dan
kritik intern.15 Kritik ekstern dilakukan untuk mengetahui sumber
tersebut otentik atau tidak jika dilihat dari segi bentuk, bahan,
tulisan dan sebagainya. Sedangkan kritik intern dilakukan untuk
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan persoalan apakah isi
sumber dapat dipercaya atau tidak.
Dalam kegiatan kritik sumber, penulis berusaha mencari
sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
serta melakukan kritik sumber dengan membandingkan berbagai
15
macam sumber yang telah didapat baik itu sumber tertulis maupun
tidak tertulis. Penulis melakukan kritik sumber terhadap sumber
primer yang merupakan hasil wawancara dengan tokoh organisasi
Dharma Wanita. Kritik sumber dilakukan untuk mengetahui
keaslian dokumen tersebut sehingga kredibilitasnya tidak
diragukan.
c. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai subjektivitas.
Interpretasi adalah menafsirkan fakta-fakta yang telah diuji
kebenarannya, kemudian menganalisa sumber yang pada akhirnya
akan menghasilkan suatu rangkaian peristiwa.16 Penulis dituntut
untuk dapat mencermati dan mengungkapkan data-data yang
diperoleh. Interpretasi ada dua macam yaitu analisis dan sintesis.
Analisis berarti menguraikan data kemudian ditarik suatu
kesimpulan (induktif). Sintesis berarti menyatukan yang
dikelompokkan kemudian disimpulkan. Pencantuman sumber
dalam interpretasi sangat diperlukan agar fakta yang diungkapkan
akurat. Pada langkah ini, dalam melakukan interpretasi diperlukan
suatu kehati-hatian sehingga terhindar dari subjektivitas penelitian.
d. Penulisan Sejarah (Historiografi)
Penulisan dalam metode sejarah disebut juga historiografi.
Historiografi merupakan tahap akhir dalam penelitian sejarah.
16
Dalam penulisan sejarah aspek kronologi sangat penting.17 Peneliti
dalam merekonstruksi sejarah dengan sumber-sumber yang ada
harus mendapatkan kebenaran yang mendekati kejadian asli dari
suatu peristiwa sejarah. Penulisan sejarah dipengaruhi oleh
kemampuan imajinasi penulis, tetapi fakta sejarah yang digunakan
harus dideskripsikan secara rasional dan objektif sehingga dapat
diperoleh karya sejarah yang ilmiah.
2. Pendekatan Penelitian
Penulisan sejarah dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah
yang dibahas secara menyeluruh. Pendekatan ini ditujukan agar mendapatkan
suatu gambaran tentang suatu peristiwa secara mudah dan menyeluruh,
sehingga dalam pengungkapan suatu peristiwa sejarah perlu dilakukan
dengan menggunakan beberapa pendekatan yang multidimensional, yaitu
mendekati suatu peristiwa dari berbagai aspek kehidupan seperti politik,
sosial, kebudayaan. Pendekatan dari berbagai aspek hendaknya dapat
menghasilkan analisis yang cukup baik. Pada penulisan skripsi ini penulis
menggunakan pendekatan sosial budaya, pendekatan politik, pendekatan
ekonomi, pendekatan psikologis, pendekatan sosiologi, pendekatan
antropologis.
a. Pendekatan Sosial Budaya
Sebagai spesialisasi dalam kajian sejarah, sejarah wanita dapat dimasukan
dalam sejarah sosial. Tulisan mengenai wanita dapat mencerminkan
17
dengan jelas sistem sosial tempat dan waktu wanita itu. Melalui
pendekatan sejarah sosial semacam ini, yang sebenarnya juga merupakan
sejarah keluarga, memperkaya pengetahuan kita tentang masyarakat di
masa lampau, terutama tentang sisi-sisinya yang tidak terungkapkan.
Pendekatan sosial budaya untuk mengkaji mengenai peranan yang
dilakukan oleh organisasi Dharma Wanita pada bidang sosial budaya.
b. Pendekatan Politik
Menurut Sartono Kartodirdjo, pendekatan politik ialah suatu pendekatan
pada struktur kekuasaan, jenis kepimpinan, hierakhi sosial, pertentangan,
dan sebagainya.18 Kuntowijoyo memberikan pendapat yang berbeda.
Menurut Kuntowijoyo, pendekatan politik yang digunakan terkait dengan
studi perempuan ialah politik seks, dimana kaum perempuan berhadapan
dengan kaum laki-laki dalam memperebutkan hegemoni dan kekuasaan.19
Pendekatan politik digunakan untuk mengkaji keterkaitan hubungan
organisasi Dharma Wanita dengan sistem pemerintah di Kota Banjar
Patroman.
c. Pendekatan Ekonomi
Dalam tulisan ini pendekatan ekonomi digunakan untuk mengetahui
bagaimana peranan wanita pada masa Orde Baru dalam bidang ekonomi.
Pendekatan ekonomi digunakan untuk mengkaji peranan dan dampak
organisasi Dharma Wanita pada bidang ekonomi.
18
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992, hlm.144.
19
d. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologi, menurut Soerjono Soekanto adalah pendekatan yang
menerangkan peranan sosiologi dalam menjelaskan perilaku manusia.20
Terkait dengan skripsi ini, pendekatan sosiologi digunakan untuk
mengetahui kondisi masyarakat di Kota Banjar Patroman sebelum
peningkatan status kota dan pengaktifan kembali organisasi Dharma
Wanita.
e. Pendekatan Psikologis
Psikologis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hal yang berkaitan
dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya
pada perilaku, hal yang berkaitan dengan gejala kejiwaan.21 Pendekatan
psikologis digunakan supaya penulis dapat mengkaji berbagai aspek
perilaku (mentalitas) manusia pada masa lalu khususnya mengenai kondisi
mengkaji berbagai aspek perilaku (mentalitas) manusia pada masa lalu
khususnya mengenai kondisi organisasi Dharma Wanita ketika masa
sebelum peningkatan status Kota Banjar. Mentalitas mempunyai cakupan
yang lebih luas berhubungan dengan ide, ideologi, orientasi nilai, sikap,
watak, mitos, dan segala hal yang berkaitan struktur kesadaran. Dalam
pendekatan psikologis ini, bisa dikatakan bahwa Dharma Wanita seperti
kelompok sosial itu karena anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali, 1987, hlm. 469.
21
tujuan tertentu yang dengan kegiatan bersama lebih mudah dicapai
daripada atas usaha sendiri. Jadi dorongan atau motif bersama ini menjadi
pengikat dan sebab utama terbentuknya kelompok sosial itu.22
f. Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis, dalam studi sejarah diperlukan untuk menelaah
kehidupan sehari-sehari dalam suatu komunitas di masa lampau, pranata
atau lembaga-lembaga, sistem sosial, politik, struktur masyarakat, struktur
kekuasaan, dan golongan-golongan.23 Terkait dengan skripsi ini,
pendekatan tersebut digunakan untuk mengetahui persepsi dan tanggapan
masyarakat mengenai pengaktifan kembali organisasi Dharma Wanita.
H. Sistematika Pembahasan
Skripsi yang berjudul “Peranan Dharma Wanita di Kota Banjar
Patroman pada Masa Orde Baru sampai Masa Reformasi” agar mudah
dipahami dan dapat memperoleh gambaran dalam proses pemahaman
penelitian. maka penulis menyusun secara sistematis hasil penelitian
tersebut menjadi lima bab yaitu:
22
W.A Gerungan, Psikologi Sosial. Bandung: Eresco, 1989, hlm. 89.
23
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat penelitian, kajian pustaka, histriografi yang
relevan, metode dan pendekatan, sistematika pembahasan.
BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA ORGANISASI DHARMA WANITA
Bab II mendeskripsikan tentang keadaan pergerakan wanita pada masa
1966-1974 yang banyak ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi
istri. Pemerintahan Orde Baru melakukan pengawasan dan penataan
terhadap organisasi-organisasi wanita, sehingga organisasi wanita tidak
berdaya dan mengalami penjinakan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh organisasi wanita tidak lagi mengusung terhadap perjuangan
perbaikan nasib kaum wanita. Pada masa Orde Baru, kegiatan organisasi
wanita lebih terfokus terhadap kegiatan organisasi istri dan mensukseskan
program pemerintahan.
Pemerintah Orde Baru menerapkan peranan wanita pada pelaksanaan
pembangunan nasional. Peranan kaum wanita diatur melalui
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Pada GBHN ditetapkan bahwa kaum
wanita ikut berperan dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Suksesnya pelaksanaan pembangunan nasional merupakan latar belakang
berdirinya organisasi Dharma Wanita. Pemerintah Orde Baru juga
salah satu organisasi wanita, kebijakan ini membuat para istri dari PNS
wajib untuk menjadi anggota dari organisasi Dharma Wanita.
BAB III PERANAN ORGANISASI DHARMA WANITA DI KOTA BANJAR PATROMAN
Bab ini menjelaskan sekilas mengenai Kota Banjar yang merupakan
salah satu daerah yang berada di Jawa Barat. Kota ini menjadi pintu
gerbang memasuki daerah Jawa Barat di bagian selatan karena letaknya
yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kota Banjar
dahulu merupakan kota administratif dan masuk dalam pemerintahan
Kabupaten Ciamis. Pada tahun 2003 terjadi peningkatan status kota dari
kotif menjadi pemerintahan kota.
Peningkatan status menjadikan Kota Banjar secara resmi berpisah
dari pemerintahan kabupaten Ciamis. Pada masa kotif organisasi Dharma
Wanita yang berada di Banjar masuk dalam organsasi Dharma Wanita
Kabupaten Ciamis karena status kotif berada di bawah pemerintahan
kabupaten. Pada masa transisi organisasi Dharma Wanita di Kotif Banjar
yang sempat vakum mulai aktif kembali sebagai organisasi istri.
Menjelang peningkatan status Kotif Banjar organisasi Dharma Wanita
memiliki peran secara tidak langsung terhadap peningkatan status kota dan
BAB IV PENGARUH PEMBENTUKAN ORGANISASI DHARMA WANITA DI KOTA BANJAR PATROMAN
Bab IV ini menjelaskan mengenai pengaruh yang disebabkan oleh
pembentukan kembali organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar.
Pembentukan kembali organisasi Dharma Wanita di Kota Banjar
memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat di Kota Banjar.
Pengaruh yang disebabkan oleh pengaktifan kembali organisasi Dharma
Wanita Kota Banjar yaitu pengaruh pada bidang pendidikan, bidang
kesehatan, dampak ekonomi, dan bidang sosial budaya.
BAB V KESIMPULAN.
Bab V menyajikan kesimpulan dari pembahasan yang telah
dilakukan pada bab kedua, ketiga, dan keempat. Kesimpulan ini
27 BAB II
LATAR BELAKANG BERDIRINYA ORGANISASI DHARMA WANITA
A. Pergerakan Kaum Wanita 1966-1974
Pada tahun 1965 di Indonesia terjadi pemberontakan yang dilakukan
oleh organisasi yang berhaluan kiri, yaitu PKI dan Gerwani. PKI
melakukan penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap ketujuh
jenderal di Lubang Buaya. Gerwani dituduh ikut dalam penyiksaan
terhadap ketujuh jenderal.1 Tertuduhnya organisasi Gerwani selain
Gerwani merupakan organisasi wanita yang berafiliasi dengan PKI karena
saat peristiwa itu terjadi sebagian anggota Gerwani sedang mengikuti
latihan yang dilakukan di Lubang Buaya.
Pasca terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap tujuh jenderal di
Lubang Buaya segala hal yang berhubungan dengan komunis dihancurkan
termasuk organisasi PKI dan Gerwani. Aksi pergolakan ini dipelopori oleh
KAMI2 yang didirikan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 1965 oleh tujuh
belas organisasi mahasiswa di berbagai daerah.3 KAMI saat itu melakukan
aksi demonstrasi agar pemerintah segera membubarkan organisasi PKI dan
Gerwani. Terbentuknya KAMI menggerakkan golongan kaum wanita
untuk melakukan aksi yang sama, maka pada tanggal 9 Maret 1966 kaum
1
Saskia Wieringa, Penghancuran Organisasi Perempuan di Indonesia. Jakarta: Kalyanamitra, 1999, hlm. 498.
2
KAMI adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. KAMI pada saat itu ikut beperan dalam pembersihan Komunis di Indonesia.
3
wanita membentuk (KAWI).4 KAWI ikut berperan dalam mendampingi
aksi yang dilakukan oleh para pemuda, pelajar, mahasiswa, dan sarjana
untuk membersihkan dari segala unsur golongan kiri. KAWI terdiri dari
berbagai golongan kaum wanita tetapi kebanyakan dari kaum wanita yang
berasal dari golongan agama.5 Pada masa peralihan dari Orde Lama ke
Orde Baru KAWI sangat berperan aktif dalam mendirikan pemerintahan
Orde Baru, tetapi setelah masa Orde Baru berdiri peranan KAWI tidak
terlihat dalam pergerakan kaum wanita.
Pada tahun 1966 pemerintah melakukan pembersihan terhadap
Perwari dari segala unsur golongan kiri. Sejumlah istri anggota yang
berasal dari golongan kiri ditarik dari jabatan dan kedudukannya dari
organisasi Perwari. Anggota-anggota organisasi ini yang mempunyai
keterkaitan dengan golongan kiri dipaksa untuk keluar dari organisasi ini.6
Perwari ketika masa Orde Lama merupakan salah satu organisasi wanita
besar dan radikal dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita yang
tertindas. Masa Orde Baru organisasi Perwari tidak lagi menjadi organisasi
besar yang aktif tetapi Perwari menjadi organisasi yang tak berdaya.
Masa Orde Baru bukan hanya membersihkan organisasi Perwari dari
segala hal yang berhubungan dengan golongan kiri, tetapi juga melakukan
4
Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984, hlm. 271.
5
Saskia Wieringa, Kuntilanak Wangi:Organisasi-Organisasi
Perempuan Indonesia Sesudah 1950. 1998, Jakarta: Kalyanmitra, hlm. 32. 6
perubahan dalam Perwari. Organisasi Perwari yang dahulunya merupakan
organisasi radikal diubah menjadi organisasi fungsional, organisasi yang
berisikan anggota-anggota istri pegawai. Organisasi PERWARI di bawah
pemerintahan Orde Baru tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
yang biasanya dilakukan ketika masa Orde Lama seperti kegiatan yang
berhubungan dengan kaum wanita miskin. Pada masa Orde Baru
organisasi ini hanya melakukan kegiatan-kegiatan organisasi istri seperti
perkumpulan-perkumpulan kaum istri.
Kaum wanita ketika memasuki pemerintahan Orde Baru mengalami
proses domestikasi, dengan implikasi terjadinya penjinakan, segregasi dan
depolitisasi.7 Organisasi wanita dijinakan dalam aturan-aturan dan kebijakan pemerintah Orde Baru sehingga perjuangan kaum wanita secara
revolusioner tidak terlihat lagi dalam pergerakan kaum wanita Indonesia.
Masa Orde Baru kegiatan organisasi wanita diatur dan kegiatan-kegiatan
organisasi wanita yang berhubungan dengan politik dihilangkan oleh
pemerintah Orde Baru. Pemerintah Orde Baru juga melakukan
pengelompokan terhadap organisasi-organisasi wanita seperti organisasi
Dharma Wanita untuk istri pegawai negeri dan organisasi Dharma Pertiwi
untuk istri dari ABRI.
7
Nilai tradisi moral digali untuk melegitimasi moral kaum perempuan Orde Baru. Anggota organisasi perempuan yang progresif-revolusioner dikatakan
sebagai “perempuan kejam” kemudian dihadapkan dengan “perempuan baik”
yang jinak serta melakukan kegiatan melulu keperempuanan dan tidak melakukan perlawanan terhadap elemen yang merugikan perempuan. Ruth Indiah Rahayu.
Praktik domestikasi wanita dilakukan dengan dua cara yaitu
reproduksi subordinasi perempuan dan superioritas laki-laki melalui
berbagai kebijakan publik dan pembentukan beragam organisasi-organisasi
istri, kooptasi organisasi kemasyarakatan.8 Masa Orde Baru kebijakan
publik yang ditetapkan lebih mesuperioritaskan kaum laki-laki
dibandingkan kaum wanita. Masa Orde Baru memang lebih banyak
ditandai dengan pembentukan organisasi istri yang lebih beragam
dibandingkan dengan pembentukan organisasi wanita yang
memperjuangkan nasib kaum wanita.
Masa Orde Baru di bawah presiden Soeharto terjadi diskriminasi dan
eksploitasi terhadap organisasi wanita. Diskriminasi yang dilakukan
pemerintah Orde Baru mengatur segala kegiatan organisasi wanita
termasuk kegiatan politik. Pada masa Orde Lama organisasi wanita banyak
yang bernaung di bawah dan berafiliasi partai politik, tetapi ketika masa
Orde Baru membatasi kegiatan organisasi wanita dengan partai politik.
Pemerintah Orde Baru juga melakukan eksploitasi terhadap kaum wanita
dengan cara organisasi wanita diwajibkan untuk beperan aktif dalam
pembangunan. Organisasi wanita tidak melakukan perlawanan terhadap
diskriminasi dan eksploitasi yang terjadi pada masa awal pemerintahan
Orde Baru.
Pada awal pemerintahan, Orde Baru mendapat dukungan dari
organisasi wanita Islam. Organisasi wanita Islam ikut mendukung
8 D.Triwibowo. 2006, “Gerakan Perempuan di Indonesia”.
pemerintahan Orde Baru dalam memberantas organisasi wanita yang
berhaluan kiri. Organisasi wanita Islam sejak dahulu kontra terhadap
organisasi yang berhaluan kiri, oleh karena itu organisasi wanita Islam
mendukung pemerintahan Orde Baru dalam memberantas organisasi yang
berhaluan kiri.
Organisasi wanita Islam tidak lepas dari kegiatan pengawasan dan
penataan pemerintah Orde Baru. Organisasi Islam hanya boleh melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan seperti pengajian dan
organisasi wanita Islam dilarang membicarakan keburukan-keburukan
pemerintah.9 Penataan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
Orde Baru terhadap organisasi wanita Islam menimbulkan rasa
kekecewaan yang dirasakan oleh organisasi wanita Islam.
Memasuki pemerintahan Orde Baru organisasi wanita ditata dan
dikontrol secara ketat. Semua kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
wanita harus sesuai dengan keinginan pemerintah. Kegiatan organisasi
wanita lebih banyak mendukung terhadap keberhasilan program dan
kebijakan pemerintahan masa Orde Baru. Pengontrolan terhadap
organisasi wanita pada awal pemerintahan Orde Baru telah berhasil
mematahkan gerakan-gerakan wanita di Indonesia. Organisasi wanita masa
ini lebih diutamakan kepada kepentingan dan kebijakan negara, sehingga
masalah kedudukan serta hak-hak wanita menjadi kurang diperhatikan.
9
Pada bulan Januari 1973 pemerintahan Orde Baru melakukan
penyederhanaan terhadap partai politik menjadi dua buah partai yaitu
“Partai Persatuan Pembangunan” (dahulu NU, Parmusi, PSII dan Perti)
dan “Partai Demokrasi Pembangunan” (dahulu PNI, Partai Katolik,
Parkindo, IPKI dan Partai Murba).10 Penyederhanaan ini berdampak
kepada keadaan dan kegiatan yang biasa dilakukan organisasi wanita pada
sebelumnya. Ketika masa Orde Lama keadaan organisasi wanita lebih
bercorak politik dan berafiliasi dengan partai politik. Kegiatan-kegiatan
organisasi wanita lebih banyak melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan partai politik.
Organisasi wanita ketika masa Orde Baru banyak ditandai dengan
berkembangnya beberapa organisasi istri, seperti organisasi Dharma
Wanita dan Dharma Pertiwi. Orde Baru bukanlah yang mengawali
muculnya dan berkembang organisasi istri, tetapi organisasi istri sudah
lama muncul dan berkembang ketika masa Orde Lama. Organisasi istri
ketika masa Orde Lama masih tetap diperbolehkan berdiri tetapi mengikuti
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintahan Orde Baru. Pemerintah
melakukan perubahan-perubahan di dalam organisasi istri yang sudah
berdiri sejak masa sebelumnya. Perubahan yang dilakukan pemerintah
Orde Baru terhadap organisasi istri yang terdahulu, membuat organisasi
wanita sebelumnya tidak berdaya dengan adanya peraturan dan perubahan
yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
10
Pemerintahan Orde Baru mengubah sistem keanggotaan dan
kegiatan-kegiatan organisasi wanita termasuk organisasi istri. Masa Orde Baru
mewajibkan bagi kaum wanita yang menjadi istri dari pegawai negeri
untuk masuk dan menjadi anggota pengurus organisasi wanita. Ketika
masa Orde Lama sistem keanggotaan lebih bersifat sukarela tidak
mewajibkan bagi seluruh kaum istri pegawai untuk masuk dan menjadi
anggota pengurus organisasi wanita. Kegiatan organisasi istri ketika Orde
Lama sangat aktif dalam memperjuangkan nasib kaum wanita dalam
mendapatkan kedudukan dan hak yang sama dengan kaum laki-laki.
Pemerintah Orde Baru mengontrol segala kegiatan organisasi istri
sehingga kegiatan-kegiatan organisasi hanya sebagai kumpulan para istri
pegawai.
Pemerintahan Orde Baru mendirikan beberapa organisasi istri yaitu
organisasi Dharma Wanita dan Dharma Pertiwi. Organisasi Dharma
Wanita adalah organisasi untuk para istri PNS. Organisasi Dharma Pertiwi
adalah organisasi untuk para istri ABRI. Organisasi Dharma Wanita
merupakan suatu wadah bagi berkumpulnya istri-istri yang suaminya
berkerja sebagai Pegawai Republik Indonesia. Organisasi Dharma Pertiwi
merupakan suatu wadah bagi berkumpulnya para istri dari kalangan militer
yaitu ABRI dan Polisi. Pemerintah Orde Baru melalui organisasi istri yang
didirikan ini memudahkan untuk melakukan pengontrolan terhadap segala
Organisasi Dharma Wanita dan Dharma Pertiwi, merupakan
penjinakan yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Kaum wanita
diwajibkan untuk melakukan isi dari panca Dharma Wanita yaitu istri
pendamping setia suami, ibu pendidik anak dan generasi penerus bangsa,
pengatur rumah tangga, pekerja penambah hasil keluarga, anggota
masyarakat yang berguna.11 Pada masa Orde Baru terjadi penindasan
terhadap hak-hak kaum wanita dengan mewajibkan kaum wanita untuk
melaksanakan panca Dharma Wanita.12 Ideologi Orde Baru menempatkan
bahwa wanita yang baik adalah ibu serta istri yang harus taat dan
mengabdikan hidupnya terhadap sang suami.
Pada masa pemerintahan Orde Baru organisasi Dharma Wanita
merupakan organisasi wanita terbesar dan memiliki jumlah anggota yang
banyak. Jumlah anggota organisasi Perwari ketika masa Orde Baru
mengalami pengurangan karena anggota Perwari dipaksa untuk masuk dan
menjadi anggota Dharma Wanita.13 Kekuatan organisasi Perwari akhirnya
melemah karena banyak kehilangan anggotannya.
Organisasi kaum wanita ketika masa Orde Baru tidak hanya diwarnai
dengan organisasi wanita yang bersifat istri pegawai dan karyawan.
Organisasi wanita berdasarkan profesi dan organisasi wanita daerah juga
11
Soe Tjen Marching, Kisah di Balik Pintu. Yogyakarta: Ombak, 2011, hlm.10.
12
Panca Dharma Wanita, dapat dilihat pada lampiran hlm. 128.
13
muncul mewarnai keanekaragaman organisasi wanita Indonesia ketika
masa Orde Baru. Organisasi wanita berdasarkan profesi seperti Persatuan
Wanita Olah raga Seluruh Indonesia (PERWOSI), Ratna Budaya, Dharma
Santi, dan Ratna Busana.14 Hadirnya organisasi wanita berdasarkan profesi
ini menunjukan bahwa kaum wanita ketika masa Orde Baru diperbolehkan
untuk bekerja diluar rumah. Organisasi wanita berdasarkan profesi
merupakan sarana untuk membantu kaum wanita dalam menunjang karir
mereka dalam pekerjaannya.
Pada masa Orde Baru bukan hanya kaum wanita yang berada di pusat
untuk mendirikan organisasi wanita. Para kaum wanita yang berada di
berbagai daerah di Indonesia mendirikan organisasi wanita. Organisasi
wanita ini dibentuk oleh kaum wanita daerah dan sifatnya kedaerahan,
seperti kaum wanita yang berasal dari Menado mendirikan “Ikatan Ibu
Kuwanua”, dan kaum wanita dari daerah Jambi mendirikan “Persatuan
Wanita Jambi”.15
Organisasi wanita di daerah menunjukan eksistensi
mereka sebagai kaum wanita yang mewakili daerah mereka
masing-masing. Organisasi daerah meskipun bersifat organisasi kedaerahan akan
tetapi organisasi ini tetap menjalin hubungan dengan organisasi yang
14
Organisasi Perwosi (Persatuan Organisasi wanita Olah Raga Seluruh Indonesia) yang mengembangkan peranan wanita dalam bidang olah raga, Ratna Budaya mengembangkan peranan wanita dalam bidang kesenian Jawa, Dharma Santi kegiatannya untuk membina kesehatan jiwa, dan Ratna Busana kegiatannya untuk memupuk rasa cintanya terhadap pakaian tradisional. Sukanti Suryochondro, op.cit., 174.
15
berada di pusat. Hadirnya organisasi istri merupakan pelengkap dari
keaneka ragaman organisasi wanita ketika masa Orde Baru.
Perkembangan organisasi wanita ketika masa Orde Baru lebih
beragam dibandingkan dengan masa sebelumnya. Masa Orde Baru banyak
bermunculan beberapa organisasi wanita yang lebih beragam macam
organisasi wanita ada organisasi istri, organisasi wanita profesi, dan
organisasi di daerah. Organisasi wanita yang beragam belum tentu
menunjukan peningkatan pergerakan kaum wanita. Pergerakan kaum
wanita ketika masa Orde Baru justru mengalami kemunduran
dibandingkan masa sebelumnya, karena organisasi wanita tidak lagi aktif
dalam memperjuangkan nasib kaum wanita dan dibuat tidak berdaya oleh
peraturan yang ditetapkan pemerintahan Orde Baru terhadap organisasi
wanita.
Organisasi wanita yang lahir pada masa Orde Baru ini membawa pola
tersendiri bagi perjalanan organisasi wanita di Indonesia. Pola organisasi
wanita masa Orde Baru menghasilkan hubungan antara organisasi wanita
dengan penguasa terlihat dari dua organisasi besar yang berdiri ketika
masa Orde Baru yaitu: organisasi Dharma Wanita dan Dharma Pertiwi.
Organisasi Dharma Wanita dan Dharma Pertiwi merupakan alat kekuataan
politik dari penguasa Orde Baru dan sebagai pendukung pemerintahan
dalam mensukseskan program kebijakan pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru menempatkan fungsi organisasi wanita
wadah berkumpulnya para wanita. Organisasi wanita pada masa Orde Baru
digunakan untuk mensukseskan program pembangunan nasional. Masa
Orde Baru orientasi gerakan organisasi-organisasi dalam pembangunan
diarahkan pada:
1. Peningkatan kualitas wanita sebagai individu maupun sebagai
sumber daya insani pembangunan.
2. Peningkatan kesempatan wanita dalam berperan aktif di segala
bidang kehidupan bangsa dan dalam segenap kegiatan
pembangunan termasuk dalam proses pengambalian keputusan.16
Pemerintah Orde Baru mewajibkan agar organisasi wanita ikut berperan
dalam setiap program kegiatan dan kebijakan pemerintah. Orientasi yang
diarahkan oleh pemerintah Orde Baru agar kaum wanita dapat ikut serta
mensukseskan pembangunan.
B. Kebijakan Pemerintahan Orde Baru terhadap Kaum Wanita.
Pembentukan SEKBER GOLKAR pada tanggal 20 Oktober 1964
merupakan awal mulanya diselenggarakannya Musyawarah SEKBER
GOLKAR.17 SEKBER GOLKAR berada dibawah pengaruh Angkatan
Bersenjata.18 Masa Orde Lama kekuatan politik terpecah menjadi dua
golongan yaitu golongan komunis dan golongan non komunis. Kekuatan
16 Siti Aisyah, (1998), “
Orientasi dan Strategi Pergerakan Wanita
Indonesia”. Dalam Bainar (ed), Wacana Perempuan dalam ke Indonesia dan ke Modernan. Jakarta: PT. Pustaka Cidesido, hlm. 300.
17
SEKBER GOLKAR adalah Sekretariat Bersama Golongan Karya.
18
politik golongan komunis kekuasaannya begitu kuat, maka dibentuk
SEKBER GOLKAR untuk membendung kekuatan golongan komunis.
SEKBER GOLKAR terdiri dari golongan-golongan fungsional dan
profesi yang tidak tergabung dalam partai-partai politik, salah satu
diantaranya adalah organisasi wanita. Melemahnya kekuataan politik
golongan komunis berdampak kepada melemahnya pemerintahan Orde
Lama saat itu. Masa transisi dari pemerintah Orde Lama ke Orde Baru
perlu diselenggarakan Musywarah SEKBER GOLKAR untuk berjuang
bersama-sama untuk membangun pemerintahan Orde Baru dan mengakhiri
pemerintahan Orde Lama.
Pada Desember tahun 1965 diselenggarakannya Musyawarah Kerja
Bersama SEKBER GOLKAR (Sekretariat Bersama Golongan Karya).
SEKBER GOLKAR mengikut sertakan 23 organisasi wanita untuk
menjadi anggota yang tergabung dalam Koordinasi Wanita SEKBER
GOLKAR.19 Masuknya organisasi wanita secara otomatis mereka
dilibatkan dalam penentuan kebijakan pembangunan yang akan dijalankan
selama pemerintahan Orde Baru.
Organisasi wanita dalam SEKBER GOLKAR ikut mendukung dan
menentukan kebijakan pemerintah. Organisasi wanita diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan seperti menyampaikan pendapat dan saran mereka
mengenai kebijakan pembangunan di masa pemerintahan Orde Baru.
19
Organisasi wanita lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang menyangkut
mengenai peranan kaum wanita dalam pembangunan, hal ini membuat
perbaikan nasib kaum wanita kurang diperhatikan.
Koordinasi wanita SEKBER GOLKAR bukan merupakan federasi
namun sebagai suatu wadah kerja sama organisasi wanita dalam
lingkungan Sekretariat Bersama Golongan Karya. Pada tahun 1971
Koordinasi wanita SEKBER GOLKAR menjadi kosi wanita GOLKAR.
Kosi wanita SEKBER GOLKAR aktif juga dalam menyiapkan
konsepsi-konsepsi menjelang Kowani tahun 1974.20 Kosi wanita aktif dalam
menyiapkan Kowani memperlihatkan bahwa KOSI GOLKAR tidak hanya
aktif di dalam saja tetapi aktif juga di luar kegiatan SEKBER GOLKAR.
Tahun 1973 organisasi wanita dan tokoh-tokoh wanita diikutsertakan
menjadi anggota “Golongan Karya”.21
Pembentukan Golongan Karya
karena organisasi wanita semakin aktif dalam kegiatan pelaksanaan
pembangunan. Golongan Karya saat itu dianggap dapat memahami tentang
persoalan-persoalan yang dialami masyarakat dan melalui Golongan Karya
masyarakat dapat menyalurkan aspirasi mereka. Pada masa Orde Baru
Golongan Karya merupakan kekuatan politik yang kuat. Kaum wanita
dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan politik di dalam Golongan Karya
meskipun tidak sebebas ketika masa Orde Lama.
20
Nani Soewondo, loc.cit.
21
Gerakan wanita yang radikal menjadi hal yang berbahaya bagi
pemerintah Orde Baru oleh sebab itu pemerintah sangat mengatur gerakan
kaum wanita. Pemerintah Orde Baru melaku