PELAKSANAAN PENYIMPANAN BARANG BUKTI OLEH KEJAKSAAN DALAM TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN EMAS ILLEGAL DI
SIJUNJUNG
ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
YOHANES KRISTIAN HAREFA NPM: 1110012111038
Bagian Hukum Pidana
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG 2015
1 FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERSETUJUAN ARTIKEL No. Reg: 2/PID-B/VI-2015
Nama : YOHANES KRISTIAN HAREFA
Nomor : 1110012111038
Program Kekhususan : Hukum Pidana
Judul Skripsi : Pelaksanaan Penyimpanan Barang Bukti oleh
Kejaksaan dalam Tindak Pidana Pertambangan Emas Illegal
Telah dikonsultasikan dan disetujui pada hari Jumat tanggal Sembilan Belas Bulan Juni Tahun Dua Ribu Lima Belas untuk di upload di website
1. Dr. Uning Pratimaratri, S.H., M.Hum. (Pembimbing I)
1 PELAKSANAAN PENYIMPANAN BARANG BUKTI OLEH KEJAKSAAN
DALAM TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN EMAS ILLEGAL DI SIJUNJUNG
Yohanes Kristian Harefa1, Uning Pratimaratri1, Syafridatati1
1
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail: Yohanes_85@ymail.com
ABSTRACT
Many of the illegal gold mining occurred in the Sijunjung. The illegal gold mining workers, many come from among the low economic impact on the economy of the community Sijunjung. Illegal gold mining activities using tools such as excavators, ship/poton and domfeng. In eradicating illegal gold mining investigators do foreclosure tools illegal gold mining to be used as evidence in legal proceedings. Investigators and prosecutors are having barriers preserve evidence. Evidence in the form of heavy equipment requires special storage place. Formulation of the problem (1) how does the foreclosure process and implementation of the storage of evidence criminal acts of illegal gold mining in the Sijunjung by Prosecutors? (2) whether the constraints the State Attorney in the seizure and storage of goods, proof of criminal acts of illegal gold mining in the Sijunjung?. This research uses the sociological legal approach. The data used include primary data and secondary data. Data were collected through interviews and documents. The data were analyzed qualitatively. From research it can be concluded: (1) implementation of the seizure carried out by investigators have been in accordance with the Code of Criminal Procedure and storage of evidence by the Prosecutor's Office is deposited to the Polres Sijunjung and public works (2) Constraint investigator in conducting the foreclosure is the geographical conditions. While the evidence in storage that is of limited land area State Prosecutor Sijunjung.
Key words: The prosecutor, Evidence, Mining, Gold Pendahuluan
Pertambangan memunculkan
peta ekonomi baru di daerah yang dulunya terpencil termasuk penyerapan tenaga kerja langsung dan tak langsung dalam usaha pertambangan. menurut Pasal 1 butir 6 Undang-undang Nomor 4 Tahun tentang Mineral dan Batubara (selanjutnya disebut UU Minerba) bahwa usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta pasca tambang. Salah
satu daerah yang memanfaatkan
potensi sumber daya alam dalam usaha
pertambangan yaitu pertambangan
yang berada di Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan data dari Badan Pusat
2 Statistik (BPS) Provinsi Sumatera
Barat mengenai data produksi
pertambangan emas yang berada di Kabupaten Sijunjungyang tahun 2011 memproduksi sebanyak 161.113,92 Gram dan tahun 2012 memproduksi sebanyak 29.371,23 Gram. Dari data tersebut terdapat penurunan produksi.
Pertambangan emas merupakan pertambangan yang hasilnya memiliki nilai jual yang tinggi. Karena memiliki nilai jual yang tinggi maka menjadi
faktor usaha pertambangan emas
illegal terjadi, apalagi pekerja pertambangan emas illegal tersebut berasal dari kalangan ekonomi rendah sehingga pertambangan emas yang dilakukan secara illegal adalah cara
yang mudah untuk melakukan
pertambangan tanpa bersusah payah mengurus izin pertambangan, padahal pertambangan yang tidak memenuhi persyaratan di dalam UU Minerba diberikan sanksi pidana yang terdapat dalam Bab XXIII Pasal 158 dan Pasal 164 UU Minerba yaitu “setiap orang yang melakukan penambangan tanpa
IUP, IPR, IUPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1), atau ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan selain ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 158, Pasal 159, Pasal 160, Pasal 161 dan Pasal 162 kepada pelaku tindak pidana dapat dikenai pidana tambahan berupa Perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana; Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau Kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana”.
Akibat dari pertambangan emas illegal tentunya sangat merugikan bagi negara terutama dalam hal pendapatan negara dan pendapatan daerah karena di dalam Pasal 128 ayat (1) UU Minerba menjelaskan bahwa pemegang IUP dan IUPK wajib membayar pendapatan negara dan pendapatan
daerah. Pendapatan negara dan
pendapatan daerah ini sesuai dengan Pasal 129 ayat (1) dan (2) UU Minerba yang dimana jumlah kewajiban yang dibayar bagi pemegang IUP dan IUPK harus membayar kewajiban sebesar 10% dari keuntungan bersih sejak beroperasinya pertambangan tersebut. Pembagian keuntungan tersebut yaitu
bagian pemerintah sebesar 4%
3 6% ini dibagi antara 1% untuk
pemerintahan provinsi, 2,5% untuk pemerintah kabupaten/kota penghasil dan 2,5% pemerintah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang sama.
Pertambangan emas illegal ini
membuat masyarakat menjadi korban dari penambangan emas illegal yang
tiada habisnya yang tanpa
mempedulikan kerusakan sumber daya
alam seperti pertambangan emas
illegal secara terus menerus mengakibatkan pencemaran terhadap air sungai dan arus air di sungai
menjadi sangat deras sehingga
mengakibatkan sungai tersebut menjadi sangat berbahaya dan akibat lainnya
dari pertambangan emas illegal
tersebut yaitu bencana longsor,
sehingga terputusnya akses jalan yang dilalui masyarakat yang disebabkan oleh bencana longsor tersebut.
Penyitaan barang bukti
pertambangan emas illegal di
Kabupaten Sijunjung oleh penyidik memiliki kesulitan seperti penyitaan barang bukti pertambangan emas illegal yang dilakukan di tengah hutan, perbukitan dan di tengah sungai sehingga penyidik kesulitan menuju kesana karena lokasi yang jauh, akses jalan yang tidak bagus dan lokasi
pertambangan emas yang tersembunyi dan dalam melakukan pertambangan emas illegal di lokasi seperti lokasi pertambangan di dalam hutan dan di perbukitan banyak digunakannya alat seperti box dan excavator sedangkan
pertambangan yang dilakukan di
tengah sungai banyak digunakannya alat seperti kapal/ponton dan ada kalanya alat berat seperti excavator digunakan pada saat air sungai surut atau dangkal. Akibat dari kesulitan tersebut proses penyitaan oleh penyidik memerlukan waktu yang lama untuk membawa alat yang digunakan dalam pertambangan emas illegal. Setelah penyidik telah selesai melakukan
penyidikan, maka penyidik
menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum. Akan tetapi, karena luas wilayah di kejaksaan yang berada di Kabupaten Sijunjung tidak memadai untuk penyimpanan barang bukti
seperti excavator yang memiliki
ukuran yang besar, maka barang bukti yang diserahkan tanggung jawab dari
penyidik kepada penuntut umum
tersebut dititipkan kembali kepada
penyidik kepolisian dan Dinas
4
wilayah yang memadai dalam
penyimpanan barang bukti tersebut. Metodologi
Penelitian ini bersifat yuridis sosiologis yaitu menekankan pada aspek hukum yang berlaku dikaitkan
dengan kenyataan hukum dalam
prakteknya di lapangan atau dengan
cara mengumpulkan data dari
perundang-undangan yang erat
kaitannya dengan penelitian serta norma-norma yang berlaku tersebut dikaitkan atau dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ditemui di lapangan. Di dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis mendapatkan dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari lapangan dengan melakukan wawancara dan
observasi. Penulis melakukan
wawancara langsung kepada Syaiful Amri selaku Kepala Seksi Pidana
Umum (Kasi Pidum) Kejaksaan
Negeri Muaro Kabupaten Sijunjung. Sedangkan sumber data sekunder yaitu data yang ingin diperoleh oleh penulis mengenai pelaksanaan penyitaan dan
penyimpanan barang bukti oleh
kejaksaan serta kendala-kendala
kejaksaan dalam penyitaan dan
penyimpanan barang bukti tindak
pidana pertambangan emas illegal
serta data statistik kriminal
pertambangan emas illegal di
Sijunjung tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
Dalam pengumpulan data pada penelitian dan penulisan ini, maka teknik pengumpulan yang dilakukan oleh penulis yaitu wawancara dan studi
dokumen. Wawancara yaitu
Wawancara yaitu cara pengumpulan
data dan penelitian dengan
berkomunikasi langsung dengan obyek atau sampel. Teknik wawancara yang dipergunakan adalah wawancara semi terstruktur. Teknik wawancara semi
terstruktur adalah menggunakan
pedoman wawancara dan ada kalanya peneliti tidak menggunakan pedoman dalam melakukan wawancara untuk pengumpulan datanya, sedangkan studi dokumen adalah studi yang bertujuan dan kegunaannya adalah menunjukkan
jalan pemecahan permasalahan
penelitian. Penulis menggunakan
teknik ini untuk mengumpulkan data statistik kriminal pertambangan emas illegal di Sijunjung tahun 2012 sampai dengan 2014. Penulis melakukan analisa data dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang mengkaji sebuah
5
pemikiran, makna, cara pandang
manusia mengenai gejala-gejala yang menjadi fokus penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Pertambangan emas illegal
sangat banyak terjadi di Kabupaten Sijunjung dan di kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Sijunjung
melakukan pertambangan emas illegal
yang menggunakan alat seperti
excavator dan kapal/poton. Menurut
data yang didapatkan di Dinas
Pertambangan Kabupaten Sijunjung,
alat-alat yang digunakan oleh
penambang emas illegal dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Peralatan yang digunakan dalam pertambangan emas illegal tahun 2012
NO Kecamatan Kapal/ponton Domfeng Box
Kecil Box Besar Alat Berat 1 Sijunjung 118 10 10 6 2 2 Kupitan 11 34 34 34 34 3 Koto VII 16 - - 17 17 4 IV Nagari 21 23 - 9 9 5 Kamang Baru 18 - - - - Jumlah 184 67 44 66 62
Sumber: Dinas Pertambangan Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
Dari data yang telah
didapatkan dari Dinas Pertambangan tersebut, alat yang digunakan dalam pertambangan emas illegal pada tahun 2012 oleh penambang emas seperti kapal/poton, domfeng, box dan alat berat seperti excavator.
Alat-alat yang digunakan oleh penambang emas illegal di tahun 2012 diantaranya yaitu penggunaan alat berat berjumlah 62 unit dan alat berat tersebut dapat disita, akan tetapi tidak semua alat berat tersebut dapat disita
dikarenakan pemilik dari alat berat tersebut dapat menunjukan surat kepemilikan atas alat berat tersebut dan alat bukti lainnya juga dijadikan barang bukti, akan tetapi sangat sulit melakukan penyitaan tersebut. Upaya telah dilakukan oleh kepolisian antara lainnya yaitu seperti razia yang dilakukan oleh kepolisian terhadap para penambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung dan penyuluhan kepada masyarakat, terbukti di tahun 2013 terjadi penurunan penggunaan
11 alat berat seperti excavator, seperti
Data Dinas Pertambangan Kabupaten
sijunjung pada tahun 2013 berikut ini:
Tabel 2
Peralatan yang digunakan dalam pertambangan emas illegal tahun 2013
NO Kecamatan Excavator Box Kapal/Ponton Domfeng
1 Sijunjung 1 1 111 5
2 IV. Nagari 2 1 12 12
3 Kupitan 10 10 - 14
4 Koto VII - - 33 7
Jumlah 13 12 156 38
Sumber: Dinas Pertambangan Kabupaten Sijunjung Tahun 2014. Berdasarkan dari data tersebut,
penggunaan alat berat seperti
excavator mengalami penurunan di tahun 2013. Di tahun 2013 ini bisa dikatakan bahwa alat-alat yang telah disita di tahun 2013 ini sebanyak 18 unit alat berat dari 14 kasus pertambangan emas illegal. Alat berat
tersebut disita dengan kategori
tertangkap tangan dan temuan. Pada tahun 2012 sampai tahun 2013 yang
terjadinya penurunan penggunaan
alat-alat pertambangan emas illegal yaitu alat seperti excavator, akan tetapi sangat berbeda sekali di tahun 2014 yang kembali naik menjadi 18 unit alat berat. Berikut ini adalah data peralatan yang digunakan dalam pertambangan emas illegal di tahun 2014 menurut data dari Dinas Pertambangan Kabupaten Sijunjung:
12 Tabel 3
Peralatan yang digunakan dalam pertambangan emas illegal tahun 2014
NO Kecamatan Excavator Box Kapal Domfeng
1 Sijunjung 7 10 195 14 2 IV. Nagari 3 3 9 18 3 Kupitan 8 8 - 4 4 Koto VII - - 10 5 5 Kamang Baru - - 41 - Jumlah 18 21 255 41
Sumber: Dinas Pertambangan Kabupaten Sijunjung Tahun 2014. Dari data tersebut, dijelaskan
bahwa alat-alat yang sering digunakan dalam pertambangan emas illegal pada tahun 2012 sampai 2013 terjadi penurunan dan berbeda dengan data tahun 2014 yang mengalami kenaikan penggunaan alat-alat tesebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penurunan penggunaan alat-alat ini bukan berarti
terdapat penurunan pertambangan
emas illegal, hal ini dibuktikan sangat jarang sekali tertangkapnya para penambang emas illegal tersebut serta pertambangan emas illegal ini kadang dilakukan di tempat tersebunyi dan juga jaraknya yang jauh tanpa diketahui oleh kepolisian bahwa telah ada pertambangan emas illegal.
Penyitaan alat-alat yang
digunakan dalam pertambangan emas illegal di Kabupaten Sijunjung dilakukan oleh penyidik Kepolisian
Resort (Polres) Sijunjung sesuai dengan yang terdapat di Pasal 6 ayat (1) KUHAP. Pelaksanaan penyitaan
barang bukti dalam tindak
pertambangan emas illegal ini sesuai dengan Pasal 38 KUHAP bahwa penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat dan jika dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu. Selanjutnya peyidik akan
melakukan penangkapan terhadap
pelaku pertambangan emas illegal tersebut dan memasang garis polisi disekitar lokasi petambangan emas illegal tersebut terjadi. Hal ini bertujuan untuk mengamankan
alat-alat pertambangan emas illegal
13 agar masyarakat dapat mengetahui
bahwa alat-alat tersebut telah disita untuk dijadikan barang bukti serta melindungi barang bukti tersebut agar tidak hilang atau rusak karena setiap orang dan peralatan yang berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dapat
dicurigai berhubungan langsung
dengan pertambangan emas illegal Barang bukti yang berhasil disita akan disimpan di Polres Sijunjung di bawah tanggung jawab Satuan Tahanan dan Barang Bukti (Sat Tahti). Penyimpanan barang bukti oleh penyidik bertujuan untuk mendata jenis, merk, pemilik dan penyewa alat berat tersebut untuk
dijadikan memudahkan penyidik
dalam proses hukum selanjutnya dan
pertanggungjawaban barang bukti
tersebut tetap menjadi tanggung jawab Kejaksaan Negeri Muaro, Kabupaten Sijunjung dengan Sat Tahti Polres
Sijunjung dan ada kalanya
dikarenakan tidak cukupnya lagi penempatan barang bukti tersebut di lapangan Polres Sijunjung apalagi banyaknya barang bukti tindak pidana lainnya yang disita oleh penyidik Polres Sijunjung sehingga tidak ada ruang untuk dititipkan kembali kepada Polres Sijunjung sehingga penitipan
barang bukti tersebut dititipkan ke Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sijunjung yang memiliki tempat untuk penyimpanan alat-alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sijunjung serta luas lapangan Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten
Sijunjung yang bisa untuk dititipkan barang bukti tersebut sampai dengan
proses peradilan selesai. Proses
penitipan barang tersebut sama
dengan penitipan antara Kejaksaan Negeri Muaro, Kabupaten Sijunjung dengan Polres Sijunjung, bahwa penitipan juga dilakukan Kejaksaan Negeri Muaro, Kabupaten Sijunjung melalui surat yang berisikan alasan-alasan penitipan barang bukti tersebut kepada Dinas Pekerjaan Umum dan diperiksanya barang bukti tersebut serta posisi dimana di letaknya barang bukti tersebut di tempat penyimpanan alat berat di Dinas Pekerjaan Umum agar dapat di informasikan kepada
Kepala Bagian Dinas Pekerjaan
Umum, tanggung jawab terhadap
barang bukti tersebut menjadi
tanggung jawab Kejaksaan Negeri Muaro, Kabupaten Sijunjung kepada Kepala Dinas Bagian Dinas Pekerjaan Umum.
14
Kendala penyidik dalam
proses penyitaan alat penambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung yaitu lokasi pertambangan emas illegal di Kabupaten Sijunjung
menimbulkan kendala dalam
penyitaan alat-alat yang digunakan dalam pertambangan emas illegal tersebut seperti alat berat excavator, selain dari jarak yang jauh dari masyarakat banyak dan lintas jalan yang susah untuk dilalui oleh penyidik untuk menuju lokasi, seperti lokasi di daerah Koto VII, dan Silokek. Seperti halnya pertambangan emas illegal di sungai yang terjadi di daerah Silokek, pertambangan emas illegal ini terjadi di sepanjang Batang Kuantan. Sedangkan pertambangan emas illegal
yang aktivitasnya dilakukan di
perbukitan yaitu seperti yang terjadi di daerah Jorong Koto Panjang, Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, kendala penyitaan yang dilakukan oleh penyidik yaitu perjalanan menuju daerah ini lebih banyak perbukitan serta dan lokasi tersebut berada di seberang Batang Kuantan sehingga untuk menuju lokasi, penyidik harus menempuh perjalanan sepanjang 6 Kilometer yang dimulai perjalanan melalui daerah Sumpadang. Aktivitas
pertambangan tersebut juga terjadi di dalam hutan dan dilakukan dengan tersembunyi dari lokasi masyarakat sehingga tidak dapat diketahui oleh petugas polisi yang melakukan razia.
Sedangkan kendala penyimpanan
barang bukti oleh penuntut umum yaitu jaksa di Kejaksaan Negeri
Muaro Kabupaten Sijunjung
mengalami kendala-kendala yaitu luas wilayah Kejaksaan Negeri Muaro Kabupaten Sijunjung tidak mencukupi
untuk menyimpan barang bukti
tersebut seperti alat berat yaitu excavator. Kendala inilah yang membuat penuntut umum yaitu jaksa
Kejaksaan Negeri Kabupaten
Sijunjung untuk menitipkan barang bukti tersebut ke Dinas Pekerjaan Umum dan dengan bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum untuk membawa barang bukti tersebut menuju Dinas
Pekerjaan Umum yang juga
mempunyai wilayah yang luas untuk menitipkan barang bukti tersebut ke tempat penyimpanan alat berat di Dinas Pekerjaan Umum.
Simpulan
Proses penyitaan dilakukan oleh penyidik kepolisian yaitu Polres
Sijunjung yang sesuai dengan
15 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) dan penyimpanan barang bukti pertambangan emas illegal di Kabupaten Sijunjung dititipkan ke Satuan Tahanan Barang Bukti (Sat Tahti) Polres Sijunjung dan ada kalanya barang bukti dititipkan
kepada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Sijunjung.
Kendala-kendala dalam proses
penyitaan barang bukti yang
dilakukan oleh penyidik yaitu keadaan
geografis di daerah Kabupaten
Sijunjung untuk menyita dan
membawa barang bukti pertambangan emas illegal tersebut menuju Polres Sijunjung dan kendala- kendala dalam penyimpanan barang bukti yaitu kendala penyimpanan barang bukti
oleh Kejaksaan Negeri Muaro
Kabupaten Sijunjung disebabkan
karena luas lahan yang tidak memadai dalam penyimpanan barang bukti seperti alat berat excavator.
Daftar pustaka
Adrian Sutedi, 2012, Hukum
Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta.
Ahmad Redi, 2012, Hukum
Pertambangan, Gramata Publishing, Bekasi.
Andi Hamzah, 1986, Pengantar
Hukum Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.
, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Bambang Sunggono, 2013,
Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.
Burhan Ashshofa, 2010, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.
Kartini Kartono, 1996, Pengantar Metode dan Riset Sosial, Manjar Maju, Bandung. R. Soesilo, 1979, Hukum Acara
Pidana, Politeia, Bogor.
Ratna Nurul Alfiah, 1988, Barang Bukti Dalam Proses Pidana, Sinar Grafika, Jakarta.
Salim HS, 2014, Hukum
Pertambangan Mineral dan Batubara, Sinar Grafika, Jakarta.
Soejono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta.
Zainuddin Ali, 2013, Metode
Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.