• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA TOWA KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA TOWA KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH P A D L I NIM : 102570008615

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

vi ABSTRAK

P A D L I. 105270008615. 2019. Metode Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. . Dibimbing oleh Muhammad Ali Bakri dan M.Zakaria Al-Anshori, M.Sos.I.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripsi. Skripsi ini Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial keberagamaan di desa Tana Towa . Untuk mengetahui metode komunikasi dakwah yang tepat untuk suku kajang desa Tana Towa kecamatan kajang Kab.bulukumba serta faktor pendukung dan penghambat komunikasi dakwah di desa Tana towa .

Pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan pedoman wawancara, observasi, dokumentasi. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kehidupan sosial keberagamaan masyarakat Desa Tana Towa secara umum sudah baik, solidaritas sosial antar warga terjalin dengan baik, akan tetapi kesadaran secara individu dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan agama masih minim, disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang agama. Metode Dakwah yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat Desa Tana Towa adalah metode ceramah (mauidzoh khasanah), metode tanya jawab (jadilhum bullati hiya ahsan), dan pemberian teladan yang baik (uswatun hasanah) serta faktor pendukung dakwah di Desa Tana Towa adalah mayoritas penduduk beragama Islam, tersedianya fasilitas tempat dalam jumlah yang memadai, toleransi masyarakat yang tinggi, adanya dukungan dari semua pihak, masyarakat yang sudah melek pendidikan dan kesabaran, ketelatenan, dan keteladanan dari da'I sedangkan faktor penghambat dakwah di Desa Tana Towa adalah permasalahan bahasa ,pemahaman keagamaan masyarakat yang masih rendah, minimnya kesadaran individu dalam beribadah, pola pikir masyarakat yang materialistis, masyarakat masih memercayai mitos serta kurangnya dai.

(6)

vii

serta hidayah kepada setiap ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator kebaikan yang tiada pernah kering untuk digali. Skripsi dengan judul Metode Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ini, tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof .Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Syaikh Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, keluarganya, teman dan karib kerabatnya yang menjadi donator bagi kami, jazaakumullahu khairan.

3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos , M.Pd selaku Pembimbing I dan Muh. Zakaria Al-Anshori, M.Sos.I selaku pembimbing II yang selalu siap untuk berdiskusi, memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Al-Ust Muhammad Arif SH,I selaku nara sumber inti dan juga sebagai Kordinator Dai Bulukumba

(7)

viii Makassar.

8. Kedua orang tua tercinta yang telah mendoakan dan memberikan support moral dan material dengan tulus dan ikhlas.

9. Teman temanku senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat mendo’akan semoga bantuan, arahan, bimbingan, dorongan, kebaikan dan keikhlasan dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, mendapat balasan amal baik dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan di hadapan Allah SWT.

Makassar, 02 Oktober 2020 Penulis

P A D L I

(8)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah ... 11

B. Metode Komunikasi Dakwah ... 15

C. Gambaran Umum Suku Kajang ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 33

C. Fokus Penelitian ... 34

D. Prosedur Penelitian ... 34

E. Sumber Data ... 35

F. Metode Pengumpulan Data ... 36

(9)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

A. Gambaran Umum Desa Tana Towa ... 40

B. Kehidupan Sosial Keberagamaan Masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 46

C. Metode Komunikasi Dakwah Masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 50

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah di Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 58

BAB V PENUTUP ... 66 A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 70 RIWAYAT HIDUP ... 73 LAMPIRAN ... 74

(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang beradab, berkualitas dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah tatanan yang manusiawi dalam kehidupan yang adil , maju, bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran.1

Dakwah di dalam Islam merupakan masalah besar yang menyangkut hajat kepentingan masyarakat luas. Sebab pada kenyataannya Islam tidak mungkin berkembang tanpa adanya dakwah Islamiyah yang di sebarkan oleh para tokoh- tokoh dakwah, karena dalam kehidupan Rasulullah amat sarat dengan kegiatan dakwah. Demikian pula yang di kembangkan oleh para sahabat dan para penerus beliau.2

Dakwah sudah pasti sebuah komunikasi, tepatnya komunikasi persuasif, karena pada hakikat dakwah adalah mengajak (da’a, yad’u, dakwatan). Namun, komunikasi belum tentu mengandung pesan dakwah. Komunikasi dakwah adalah komunikasi berisi pesan-pesan dakwah atau nilai ajaran Islam.3

Komunikasi Dakwah adalah komunikasi yang unsur-unsurnya di sesuaikan visi dan misi dakwah. Menurut Toto Tasmara, bahwa

1

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2004) h. 1

2

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. ( Jakarta: Amzah, 2009) h. 20

3

Romeltea, 2012 (Komunikasi Dakwah: Komunikasi Persuasif, diakses pada 25 januari 2018 dari http://romeltea.com/komunikasi-dakwah-komunikasi-persuasif/)

(11)

komunikasi dakwah adalah suatu bentuk komunikasi yang khas di mana seorang komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, dengan tujuan agar orang lain dapat berbuat amal shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang di sampaikan.

Jadi dari segi proses komunikasi dakwah hampir sama dengan komunikasi pada umumnya, tetapi yang membedakan hanya pada cara dan tujuan yang akan di capainya.

Adapun tujuan komunikasi pada umumnya yaitu mengharapkan partisipasi dari komunikan atas ide-ide atau pesan pesan yang di sampaikan oleh komunikator sehingga pesan-pesan yang di sampaikan tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang di harapkan, sedangkan tujuan komunikasi dakwah yaitu mengharapkan terjadinya perubahan atau pembentukan sikap atau tingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.4

Pelaksanaan komunikasi dakwah didasarkan pada ajaran agama Islam yaitu: Al-Quran dan Hadist. Adapun ayat yang menjadi dasar pelaksanaan komunikasi dakwah adalah :

ْْنُكَتْلَو

ْ

ْْمُكْنِم

ْ

ْ ةَّمُأ

ْ

َْنوُعْدَي

ْ

ىَلِإ

ْ

ِْرْيَخْلا

ْ

َْنوُرُمْأَيَو

ْ

ِْفوُرْعَمْلاِب

َْْو

َْنْوَهْ نَ ي

ْ

ِْنَع

ْ

ِْرَكْنُمْلا

ْ

َْكِئَلوُأَو

ْ

ُْمُه

ْ

َْنوُحِلْفُمْلا

ْ

Artinya:“dan hendaklah diantara kamu ada sebagian umat yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Ali-Imron: 104)5

4

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h.39

5 Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya

, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004) h.64

(12)

Suatu kegiatan dakwah akan mencapai tujuan komunikasi dakwah yang sesuai dengan ajaran islam, maka membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya da’i yang mempunyai tugas memberikan masukan-masukan demi terciptanya jiwa yang baik kepada sasarannya serta subjek dakwah atau da’i itu sendiri berarti orang yang melaksanakan tugas-tugas dakwah.

Menurut Muriah dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Dakwah Kontemporer” bahwa da’i dibagi menjadi dua kriteria yaitu umum dan khusus. Secara umum adalah setiap muslim dan muslimah yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat sebagai kewajiban yang melekat tidak terpisahkan dari misi sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah “ةيأّولوّيّ نعاّوغّ لب”ّ.

Sedangkan secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang dakwah Islam dengan kesungguhan dan qodrah hasanah.6

Dalam proses serta pelaksanaanya, umat Islam perlu untuk mengetahui dan memahami makna, unsur, metode, dan semua hal yang terkait dengan faktor pendukung keberhasilan dakwah sebagai salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan dakwah menjadi sesuatu yang urgen.

Cukup banyak langkah-langkah atau metode yang ditempuh para da’i dalam menyampaikan pesan dakwah, seperti ceramah dialogis, tanya

6

(13)

jawab, teladan dan diskusi. Sebenarnya masih banyak beberapa pembagian macam-macam metode dakwah yang lain. Hal ini tergantung sudut pandang masing-masing para ahli dalam memaparkan pembagian macam-macam metode dakwah.

Kegiatan yang digeluti oleh para da’i dan da’iyah secara tradisional adalah secara lisan , dalam bentuk ceramah dan pengajian. Para juru dakwah ini berpindah-pindah dari suatu majlis ke majlis yang lain, dari suatu mimbar ke mimbar yang lain. Bila dipanggil untuk berdakwah , yang terbesit dalam benak adalah ceramah agama. Maka dakwah muncul dengan makna sempit dan terbatas, yakni ceramah melalui mimbar.

Tidak dapat dipungkiri perkembangan masyarakat yang semakin meningkat, tuntutan yang sudah semakin beragam, membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah sekarang berkembang menjadi satu profesi, yang menuntut skill, planning dan menejemen yang handal. Untuk itu di perlukan sekelompok orang yang terus-menerus mengkaji, meneliti dan meningkatkan aktifitas dakwah secara professional tersebut.

Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering di pahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan tersebut mencakup seluruh aspek, seperti ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, sains, teknologi dsb.

Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan

(14)

hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, secara kontektual dalam arti relevan dan menyangkut problem yang sedang dihadapi dan kenyataan yang sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut.

Oleh sebab itu, memilih cara dan metode yang tepat agar dakwah menjadi aktual, faktual, kontekstual, menjadi bagian yang strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri. Tanpa ketepatan metode dan keakuratan cara, kegiatan dakwah akan terjerumus ke dalam upaya “arang habis besi binasa”. Aktvitas dakwah akan berputar dalam pemecahan problem tanpa solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya.7

Dengan demikian apabila para da’i berpegang kepada tuntunan al-quran, sebagaimana dalam surah an-nahl ayat 125, diharapkan dakwah akan mencapai sasaran. Yang perlu diperhatikan oleh da’i adalah bagaimana metode atau cara penyampaian pesan dakwah tersebut.

Suku Kajang adalah suku yang tinggal di pedalaman Makassar, Sulawesi selatan. Secara turun temurun mereka tinggal di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka daerah itu dianggap sebagai Tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya Tana Towa dan komunitas adat mereka bernama Ammatoa yang diyakini merupakan wakil Bohe Amma atau Tu’re’a’ra’na ( Yang Satu atau Tuhan).Suku Kajang secara geografis terdiri dari dua bagian yaitu, masyarakat Kajang dalam (tau kajang) dan Kajang luar ( tau lembang) . Meskipun suku Kajang terbagi menjadi dua namun tidak ada perbedaan di antara keduanya.

7

(15)

Sejak dulu hingga kini, mereka selalu berpegang teguh pada ajaran leluhur.

Suku Kajang memiliki sistem pemerintahan di bawah pimpinan Ammatoa yang di kenal dengan Patuntung .Tentang penafsiran Patuntung banyak yang berbeda-beda baik di daerah kajang sendiri sehingga ada yang menafsirkan bahwa Patuntung adalah sebuah agama.

Namun kalau kita melihat perkembangan Islam di daerah Sulawesi Selatan bahwa Kajang sudah mengenal Islam lewat seorang penyebar Islam bernama Dato Tiro sehingga masyarakat yang bermukim di dalamnya sudah mengenal dan menganut agama Islam. Cuma pada mereka itu ajaran Islam secara murni tidak di praktekkan karena tradisi masyarakat yang masih fanatik dan lebih besar pengaruhnya mengakibatkan kaburlah ajaran-ajaran Islam tersebut.

Oleh karena itu, peneliti menyadari akan pentingnya penerapan metode yang tepat dalam berdakwah pada masyarakat yang sangat terpengaruhi oleh adat budaya nenek moyang maka peneliti mengadakan penelitian mengenai Metode Komunikasi Dakwah yang tepat untuk selanjutnya di terapkan di Suku Kajang ini, dengan mengambil judul “ Metode Komunikasi Dakwah Di Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas dapat dijabarkan dalam sub-sub masalah yang sekaligus menjadi batasan dalam penulisan ini sebagai berikut:

(16)

1. Bagaimana kehidupan sosial keberagamaan Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?

2. Bagaimana Metode Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba?.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keadaan sosial keberagamaan Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba . 2. Untuk mengetahui Metode Komunikasi Dakwah efektif di Suku

Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba .

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsep-konsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan

(17)

pengembangan dakwah khususnya masyarakat yang memegang adat leluhur.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti di bidang dakwah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan Ilmu komunikasi dakwah yang dapat dijadikan bekal pada waktu terjun ke masyarakat sebagai seorang da’i.

b. Bagi jajaran dinas kelurahan, dan lembaga-lembaga Islam terkait, hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan kebijakan bidang kemasyarakatan, terutama berhubungan dengan pembinaan keagamaan masyarakat di desa tersebut.

c. Bagi masyarakat setempat sebagai subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam meningkatkan kegiatan dakwah.

d. Selain di harapkan bisa bermanfaat di dalam menyumbangkan hasil karya sebuah penelitian akademik, di sisi lain juga untuk memberikan tugas akhir kuliyah guna mendapatkan gelar strata satu pada bidang Komunikasi Peyiaran Islam

E. Defenisi Operasional

Sebelum memasuki Metode Komunikasi Dakwah maka perlu dijelaskan pengertian dari metode, dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan,cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah adalah cara atau jalan yang

(18)

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.8 Sedangkan komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist dengan menggunakan lambang-lambang baik secara verbal maupun nonverbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih sesuai ajaran islam, baik langsung secara lisan maupun tidak lansung melalui media.9

Metode Komunikasi Dakwah ialah cara-cara yang dilakukan oleh seorang muballig (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain ,pendekatan komunikasi dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.10

Setting penelitian skripsi ini adalah sebuah desa bernama Tana Towa Kecamatan Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.

F.Garis-garis Isi Skripsi

Sebagai gambaran yang akan memudahkan pembaca untuk memahami, penulis memberikan sistematika penulisan atau garis-garis besar pembahasan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan , dalam bab ini meliputi :Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat dan kegunaan penelitian, Definisi operasional, Garis-garis Isi Skripsi.

8

Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h.6

9

Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah , ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2010) h. 26

10

(19)

Bab II : Kajian Pustaka, merupakan kajian pustaka yang mendasari penulisan dalam pembahasan meliputi : Pengertian metode komunikasi dakwah ,Metode komunikasi dakwah, dan Gambaran Umum Suku Kajang

Bab III : Metodologi Penelitian, berisi tentang eksistensi metodologi penelitian yang meliputi : Pengertian metode penelitian, Jenis penelitian, Lokasi dan Objek penelitian, Prosuder penelitian, Fokus penelitian, Sumber data, Metode pengumpulan data, dan Pengolahan dan Analisi data

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang gambaran umum Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, temuan penelitian ,kehidupan sosial keberagamaan Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, metode komunikasi dakwah efektif di Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dan faktor pendukung dan penghambat komunikasi dakwah di Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Bab V : Penutup, merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisikan Kesimpulan dan Saran

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah

1. Pengertian Metode

Pengertian metode menurut bahasa Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang merupakan kombinasi kata dari kata meta (melalui) dan hodos (jalan), dalam bahasa Inggris metode berarti method yang berarti cara.11

Dalam Kamus ilmiah populer, metode juga dapat diartikan sebagai cara sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja.12

Sedangkan pengertian metode secara istilah Metode adalah jalan yang kita lalui untuk mencapai tujuan. Banyak usaha tidak dapat berhasil atau pasti tidak dapat berhasil atau pasti tidak membuahkan hasil optimal, kalau tidak pakai cara yang tepat.13

Metode juga dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.14

Metode juga berarti cara mengkaji kebenaran dalam ilmu pengetahuan atau sekop maupun ilmu pengetahuan manusia 15 dan

11

John M.Echold dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000) h. 379

12

Paus A. Partanto, M. Dahlan Barri, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya: Arloka, 1994 ) h. 461

13

K. Bertens , Metode Belajar Untuk Mahasiswa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005 ) h. 2

14

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995) h. 24

15

Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka al- Husna 1991) h. 151

(21)

sedangkan menurut Munir metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.16

2. Pengertian Komunikasi Dakwah

Sebagaimana dikemukakan oleh Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga berasal dari kata commones yang artinya sama.17

Kata Komunikasi ( dari bahasa Inggris “communication” ), secara etimologi adalah dari bahasa Latin communicatus , dan perkataan ini bersumber pada kata communis . Dalam kata communis ini memiliki makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak ke pihak yang lain.

Pada umumnya, komunikasi di lakukan secara lisan dan verbal yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat di mengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini di sebut dengan komunikasi non verbal. Menurut Onong Uchjana Effendy Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

16

Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 6

17

(22)

memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (lansung) ataupun dengan tidak langsung (melalui media).18

Sedangkan pengertian dakwah, dakwah berasal dari bahasa Arab yakni ةوعد–ّوعديّ–ّاعد (da’a – yad’u – dakwatan). Kata dakwah tersebut merupakan isim masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam”, Kata da’a dalam al-Quran, terulang 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang 4 kali.19

Dakwah menurut istilah adalah proses merealisasikan ajaran islam dalam dataran kehidupan manusia dengan strategi, metodologi dan sistem dengan mempertimbangkan dimensi religio-sosio-psikologi individu atau masyarakat agar target maksimal tercapai.20 Dakwah juga dapat diartikan sebagai menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia , agar menerima dan mencapai keyakinan dan pandangan Islam.21

Bakhial Khauli mendefinisikan dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.22

Enjang dan Aliyuddin mendefinisikan dakwah adalah merupakan suatu kerja dan karya besar manusia, baik secara personal maupun

18

Ardiansyah, Pengertian Komunikasi ( Di akses pada 29 Disember 2017 dari Http://aardiansyah blogspot.com/2012/11/pengertian-komunikasi-definisi.html )

19

Referensi makalah, Pengertian Dakwah menurut Bahasa dan Istilah, (diakses pada 29 Disember 2017dari http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian -dakwah -menurut-bahasa-dan-istilah.html.)

20

Nur Syam, Filsafat Dakwah, (Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2003) h. 12

21

Isa Anshari, Mujahid Da’wah Bimbingan Mubaligh Islam, (Bandung: Diponegoro , 1995) h. 17

22

(23)

sosial yang dipersembahkan untuk Tuhan dan sesamanya adalah kerja sadar dalam rangka menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahteraan , menyuburkan persamaan dan mencapai kebahagiaan atas dasar ridho Allah SWT.23

Sebelum memberi pengertian Komunikasi Dakwah, Horald D. Lasswell pernah mengungkapkan suatu pertanyaan untuk terpenuhinya suatu komunikasi suatu komunikasi melalui kata-kata bersayap, yaitu : Who says what to whom in what channel with what effect.

Dengan demikian unsur-unsur serta proses komunikasi dakwah hampir sama dengan unsur-unsur dan proses komunikasi pada umumnya.

Komunikasi Dakwah adalah komunikasi yang unsur-unsurnya disesuaikan visi dan misi dakwah. Menurut Toto Tasmara bahwa komunikasi dakwah adalah bentuk komunikasi khas dimana seseorang komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah, dengan tujuan agar orang lain dapat berbuat amal shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan.24

Menurut Wahyu Ilahi komunikasi dakwah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist dengan menggunakan lambang-lambang baik secara verbal dan non verbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat,

23

Enjang dan Hajir Tajiri, Etika Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran 2009 ) h. 11

24

(24)

atau perilaku orang lain yang sesuai dengan ajaran islam, baik langsung secara lisan maupun tidak lansung melalui media.25

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi dakwah adalah suatu proses penyampaian pesan yang berasal dari al-Qur’an dan Hadist kepada orang lain untuk merubah sikap, pendapat, atau perilaku sesuai ajaran islam, baik langsung secara lisan maupun tidak lansung melalui media.

3. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah

Dari pengertian terpisah mengenai metode, komunikasi, dan dakwah yang telah di sampaikan diatas, maka selanjutkannya yaitu pengertian secara utuh Metode Komunikasi Dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap, pendapat, atau perilaku sesuai ajaran islam. Seperti yang di sampaikan Toto Tasmara bahwa Metode komunikasi dakwah ialah cara-cara yang dilakukan oleh seorang mubaligh (komuniator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain, pendekatan komunikasi dakwah harus tertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.26 B. Metode Komunikasi Dakwah

Terdapat tiga cara atau metode dalam dakwah, yakni Metode Dakwah Al-Hikmah , Metode Dakwah Al- Mau’idzatil Hasanah dan Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil lati Hiya Akhsan. Ketiga metode dakwah dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh

25

Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah , ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2010) h. 26

26

(25)

seorang da’i atau da’iyah di medan dakwahnya. Dalam surat An-Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman:

َْوُهْ َكَّبَرَّْنِإُْنَسْحَأَْيِهْيِتَّلاِبْْمُهْلِداَجَوِْةَنَسَحْلاِْةَظِعْوَمْلاَوِْةَمْكِحْلاِبْ َكِّبَرْ ِليِبَسْىَلِإُْعْدا

ْ

َْلْعَأَْوُهَوِْهِليِبَسْْنَعَّْلَضْْنَمِبُْمَلْعَأ

َْنيِدَتْهُمْلاِبُْم

.

Artinya: Serulah (Manusia) kepada jalan-jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Surat An-Nahl: Ayat 125)27

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :

1. Metode Dakwah Al-Hikmah

Dakwah Al-Hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif dan bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemampuannya sendiri, tidak ada paksaan, tekanan maupun konflik.28 Dengan kata lain dakwah al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang di lakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah illallah taa’la oleh Said bin Ali bin Wahif Al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-hikmah , antara lain:

27 Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya

, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004) h. 282

28

(26)

Menurut bahasa diartikan dengan Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur’an dan Injil , memperbaiki (membuat menjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan juga berarti ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama ,objek kebenaran (al-Haq) yang didapat melalui ilmu dan akal Pengetahuan atau ma’rifat

Menurut Istilah Syar’I,Valis dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkan , wara’ dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.29

Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian tentang hikmah , di antaranya: Menurut Syekh Muhammad Abduh, Hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga dapat digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafaz tetapi banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempatnya atau semestinya. Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Kata Hikmah juga dapat dikaitkan dengan filsafat karena filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu sedangkan menurut Prof. Dr. Toha Yahya Umar, M.A menyatakan bahwa Hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.30

29

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. ( Jakarta: Amzah, 2009) h. 99

30

(27)

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan meyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u . Di samping itu juga, al-hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah salah satu penentu sukses tidaknya kegiatan dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan strata sosial dan latar belakang budaya, para da’i memerlukan hikmah sehingga materi dakwah yang disampaikan mampu masuk ke ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu para da’i di tuntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya. Di samping itu, da’i juga akan berhadapan dengan realitas perbedaan agama dalam masyarakat yang heterogen.

Kemampuan da’i untuk bersifat objektif terhadap umat lain, berbuat baik dan bekerja sama dalam hal-hal yang dibenarkan agama tanpa mengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya adalah bagian dari hikmah dalam dakwah.

Da’i yang sukses biasanya berkat dari kepiawaannya dalam memilih kata. Pemilihan kata adalah hikmah yang sangat diperlukan dalam dakwah. Da’i tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama

(28)

tanpa mengamalkannya. Seharusnya dai adalah orang yang pertama mengamalkan apa yang dia ucapkan. Kemampuan da’i untuk menjadi contoh nyata umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh seorang da’i dengan amalan nyata yang bisa dilihat langsung oleh masyarakatnya, para dai tidak terlalu sulit untuk harus berbicara banyak, tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari sekedar berbicara.31

Hikmah merupakan suatu ciri karakteristik metode Dakwah sebagaimana termaktub dalam QS. An-Nahl ayat 125. Ayat tersebut mengisyaratkan pentingnya hikmah untuk menjadi sifat dari metode dakwah dan betapa pentingnya dakwah mengikuti langkah-langkah yang mengandung hikmah. Ayat tersebut seolah-olah menunjukkan metode dakwah praktis kepada para dai yang mengandung arti mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar. Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa mengajak manusia kepada hakikat yang murni dan apa adanya tidak mungkin dilakukan tanpa melalui pendahuluan atau tanpa mempertimbangkan iklim dan medan kerja yang sedang dihadapi. Dengan demikian jika di kaitkan dengan dunia dakwah , maka ia merupakan peringatan kepada para dai untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebab

31

(29)

sudah jelas, dakwah tidak akan berhasil jika metode dakwahnya monoton.Ada sekelompok orang yang hanya memerlukan iklim dakwah yang penuh gairah dan berapi-api, sementara kelompok yang lain memerlukan iklim dakwah yang sejuk. Hikmah merupakan pokok awal yang harus dimiliki oleh seorang da’i dalam berdakwah.

Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menerapkan langkah-langkah dakwah baik secara metodologis maupun praktis. Kesimpulan hikmah bukan hanya sebuah pendekatan satu metode akan tetapi kumpulan beberapa pendekatan dalam sebuah metode.

Dalam dunia dakwah hikmah bukan hanya berarti “mengenal strata mad’u” akan tetapi juga “Bila harus bicara, bila harus diam”. Hikmah bukan hanya mencari titik temu tetapi juga “toleran yang tanpa kehilangan sibghah”. Hikmah bukan hanya dalam konteks “memilih kata yang tepat” tetapi juga “cara terpisah”.Dan akhirnya hikmah adalah uswatun hasanah serta lisanul hal.32

2. Metode Dakwah Al-Mau’idzatul Hasanah

Mau’idzah hasanah dalam perspektif dakwah sangat populer, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti Maulid Nabi dan Isra Mi’raj. Istilah mau’idzatul hasanah mendapatkan porsi yang khusus dengan arti “acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target

32

(30)

keberhasilan suatu acara. Namun demikian agar tidak menjadi salah paham, maka di sini akan di jelaskan pengertian Mau’idzah hasanah. Secara bahasa Mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu Mau’idzah dan hasanah. Kata Mau’idzah berasal dari bahasa Arab yaitu wa’adza- yai’idzu- wa’dzan yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan.

Adapun secara terminologi, ada beberapa penegertian di antaranya: Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh Hasanuddin adalah sebagai berikut : Al Mau’idzah hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberi nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Quran. Dan menurut Abdul Hamid Al-Bilali : Mau’idzah hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak kepada jalan Allah dengan cara memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat kebaikan.33

Dari beberapa definisi di atas, metode mau’idzah hasanah terdiri dari beberapa bentuk, di antaranya: nasehat, tabsyir watanzir, dan wasiat

1) Nasehat atau petuah

Nasehat adalah salah satu cara dari al-mau’idzah hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibatnya. Secara terminologi Nasehat adalah memerintah

33

(31)

atau melarang atau mengajarkan yang di barengi dengan motivasi dan ancaman. Sedangkan, pengertian nasehat dalam kamus Bahasa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakkan hati. Nasehat harus berkesan dalam jiwa dengan keimanan dan petunjuk.34

2) Basyir watanzir

Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang mempunyai arti memperhatikan/ merasa senang. Tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah.

Tujuan tabsyir:

a) Menguatkan atau memperkokoh keimanan b) Memberikan harapan

c) Menumbuhkan semangat utuk beramal d) Menghilangkan sifat keragu-raguan35

Tandzir atau indzar menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.

34

Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 243

35

(32)

3) Wasiat

Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab, yang terambil dari kata Washa- Washiya- wasyiyatan yang berarti pesan penting berhubungan dengan suatu hal.36 Wasiat dapat dibagi menjadi dua ketogeri , yaitu:

a) Wasiat orang yang masih hidup kepada orang yang masih hidup, yaitu berupa ucapan, pelajaran atau arahan tentang sesuatu.\

b) Wasiat orang yang meninggal (ketika menjelang ajal tiba) kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau berupa harta benda warisan.37

Oleh karena itu , pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah ucapan berupa arahan (taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadapa sesuatu yang belum dan akan terjadi (amram sayaqa mua’yan).

Wasiat diberikan apabila da’i telah mampu membawa mad’u dalam memahami seruannya atau disaat memberikan kata terakhir dalam dakwah. Wasiat adalah salah satu model pesan dalam perspektif komunikasi, maka seorang dai harus mampu mengatur kesan (management impression) mad’u setelah menerima seruan dakwah. Sehingga wasiat yang di berikan mampu mempunyai efek positif bagi mad’u

36

Lois Maluf, Kamus Munjid, Fi Lughoh Wa al-alam. (Beirut : Dar al-Masyriq, 1986)

37

(33)

Dari beberapa pengertian di atas, maka penilis menyimpulkan istilah mau’idzah hasanah akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam hati dengan cinta dan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak menfitnah atau menyudutkan kesalahan orang lain sebab kasih sayang dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan pemilik hati yang keras, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dan lebih menjauhi daripada kerusakan.

3. Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan

Dari segi etimologi lafadz mujadalah diambil dari kata jadala yang artinya memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faala menjadi jaadala dapat bermakna berdebat. Berarti arti kata mujadalah mempunyai pengertian perdebatan.

Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.

Dari segi istilah terdapat beberapa pengertian al-mujadalah (al-hiwar). Al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.

Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian diantaranya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya

(34)

Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar pikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran Dan menurut Sayyid Muhammad Thantawi adalah suatu upaya bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat

Adapun dalam tafsir An-Nasafi, kata mujadalah mengandung arti berbantahan dengan jalan sebaik-baiknya antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan sesuatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati, membangun jiwa dan menerangi akal pikiran. 38

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan mujadalah adalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Demikianlah pengetian tentang tiga prinsip metode tersebut . Selain metode tersebut Nabi Muhammad SAW bersabda:

ْْلَقِبَفْْعِطَتْسَيْْمَلْْنِإَفْ،ِهِناَسِلِبَفْْعِطَتْسَيْْمَلْْنِإَفْ،ِهِدَيِبُْهْرِّ يَغُ يْلَ فًْارَكْنُمْْمُكْنِمْىَأَرْْنَم

ِْهِب

ِْناَمْيِلإْاُْفَعْضَأَْكِلَذَو

ْ

ملسمْهاور

38

(35)

Artinya: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman” H.R Muslim

Dari Hadist tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu: 1. Metode dengan tangan (bilyadi)

Tangan di sini bisa di fahami secara tekstual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila di lakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. 2. Metode dakwah dengan lisan (bilisan)

Maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang difahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.

3. Metode dakwah dengan hati (biqolb)

Yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap tulus dan ikhlas , dan tetap mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam

(36)

pelaksanaan dakwah. Metode-metode dakwah tersebut adalah sebagai berikut:

4. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak di warnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i atau muballig pada suatu aktivitas dakwah, ceramah dapat pula bersifat kempanye, berceramah (rethorika), khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.

Metode ceramah juga merupakan suatu tehnik dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri karasteristik bicara oleh seseorang da’i pada semua suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan faktor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan ceramahnya.39

Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang ramai-ramainya dipergunakan instansi pemerintah ataupun swasta, organisasi (jam’yah), baik melalui televisi, radio maupun ceramah secara langsung. Pada sebagian orang yang menamakan ceramah-ceramah ini dengan sebutan retorika dakwah, sehingga ada retorika dakwah, retorika sambutan, peresmian dan sebagianya.

Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang dipergunakan oleh dai-dai ataupun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya. Hal ini

39

(37)

terbukti dalam ayat suci al-Qur’an didalam surat Thaha ayat 25 -28 bahwa Musa , bila hendak meenyampaikan misi dakwahnya dia berdoa:

ْيِرْدَصْيِلْْحَرْشاِّْبَرَْلاَق

ْيِرْمَأْيِلْْرِّسَيَو

ْيِناَسِلْْنِمًْةَدْقُعْْلُلْحاَو

ْاوُهَقْفَ ي

يِلْوَ ق

.

ْ

Berkata Musa : “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”40

5. Metode Dakwah Bil-Qolam (Karya Tulis)

Metode ini termasuk dalam dakwah bil qalam (dakwah dengan karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia akan lenyap dan punah. Kita bisa memahami Al-Quran, Hadist, Fikih para imam mazhab dari tulisan yang di publikasikan . Ada hal- hal yang mempengaruhi efektifitas penulisan antara lain : tulisan ilmiah, tulisan lepas, tulisan stiker, tulisan spanduk, tulisan sastra, tulisan terjemah, tulisan cerita dan tulisan berita. Masing-masing bentuk tulisan memiliki kelebihan dan kekurangan yang terkait dengan penggunaannya. Dalam hal jurnal ilmiah, tulisan yang layak di muat adalah tulisan ilmiyah. Kepada para remaja yang gaul, misalnya kita bisa menyajikan tulisan pesan dakwah yang lepas, kalau kita perlu mengikuti gaya gaul mereka: bahasa jenaka font tulisan non formal, topik ringan dan tidak menghilangkan dakwah .41

40 Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya

, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004) h. 314

41

(38)

Dalam metode karya tulis ini Rasulullah SAW juga mempraktekkan dakwah lewat tulisan, yang telah ia terapkan kepada raja-raja dan kaisar-kaisar, yakni dia berdakwah dengan menggunakan media tulisan (dakwah tertulis).

Dengan didampingi oleh para sahabat yang berugas sebagai juru tulis Nabi SAW, dia menyuruh menulis risalah-risalah dakwah tersebut. Untuk menguatkan surat-surat yang di buat itu, Rasulullah SAW menggunakan cincin stempel yang terbuat dari perak yang terukir tiga baris kalimat yang berbunyi “Muhammadurasulullah”. Rupanya telah menjadi kebiasaan admisnistrasi pada waktu itu, bahwa surat-surat yang dikirimkan tidak akan dibaca oleh yang menerimanya jika tidak di bubuhi dengan cap (stempel) pengirimnya.

Metode karya tulis ini sudah dilakukan oleh Rasulululah SAW sejak dahulu yang ditujukan kepada raja-raja seperti : Raja Hiraqla.42Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Keterampilan tangan ini tidak hanya melahirkan tulisan , tetapi juga gambar dan lukisan yang mengandung misi dakwah.

6. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai

42 Hamzah Ya’qub.

(39)

materi dakwah. Disamping itu, juga untuk merangsang perhatian penerima dakwah.43

Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah harus digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti merode ceramah. Metode tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramahnya.

Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena obejak dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum di kuasai mad’u sehingga terjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah objek dakwah.

C. Suku Kajang

Suku Kajang atau yang biasa disebut sebagai masyarakat Ammatoa adalah kelompok masyarakat lokal yang berdiam di Desa Tana Towa, daerah Possi Tana dan wilayah Balagana, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Kajang adalah salah satu masyarakat lokal yang dinilai memiliki sistem kepercayaan yang unik, meskipun sistem tersebut masih bersifat dualistis. Pada satu sisi, mereka percaya pada monoteisme yang ditandai dengan kepercayaan terhadap kekuatan tunggal yang disebut Tu Rie’ A’ra’na. Di sisi lain, mereka juga percaya pada hal-hal yang bersifat politeisme yang

43

(40)

ditandai dengan adanya penyembahan dan pengabdian pada roh-roh dan benda-benda seperti batu, gunung, dan sejenisnya 44

1. Kondisi Perkampungan

Suku Kajang bermukim di Desa Tana Towa Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.Secara geografis, daerah tersebut merupakan daerah perbukitan yang bergelombang. Suku Kajang membagi wilayah Desa Tana Towa, tempat bermukimnya Suku Kajang, menjadi 13 RK (Rukun Keluarga) dan 19 RT (Rukun Tetangga) yang dikelompokkan ke dalam sembilan wilayah dusun, yaitu Dusun Balagana, Dusun Jannaya, Dusun Sobbu, Dusun Benteng, Dusun Pango, Dusun Bongkina, Dusun Tombolo, Dusun Luraya, dan Dusun Balambina.

Selain pembagian wilayah tersebut, di pemukiman Suku Kajang ini juga terdapat hutan adat dan hutan kemasyarakatan. Hutan adat sering disebut sebagai hutan pusaka yang sifatnya keramat dengan total luas 317, 4 Ha.. Meskipun demikian, mereka diwajibkan untuk menanam terlebih dahulu bibit pohon dengan jenis yang sama sebelum ditebang. Hasil hutan itu mereka garap dan nikmati bersama masyarakat Suku Kajang.45

2. Kepercayaan

Sebagian besar Suku Kajang memeluk agama Islam. Meskipun demikian, mereka juga mempraktikkan sebuah kepercayaan adat yang

44

Restu, M. dan Sinohadji Emil , Boronga ri Kajang (Hutan di Kajang) ,( Makasar: Pustaka Refleksi 2008) h. 34

45

(41)

disebut dengan Patuntung. Patuntung diartikan sebagai mencari sumber kebenaran. Suku Kajang percaya bahwa Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu, Maha Kekal, Maha Mengetahui. Maha Perkasa, dan Maha Kuasa.

Tuhan atau yang disebut sebagai Turie’ A’ra’na menurunkan perintah atau wahyunya kepada Suku Kajang melalui manusia Kajang pertama yang disebut Ammatoa.Wahyu tersebut dalam wahyu mereka di sebut pasang.

Ammatoa juga disebut sebagai manusia pertama yang mendirikan komunitas Suku Kajang sekaligus pemimpin tertinggi mereka.. Bagi Suku Kajang sendiri, kepercayaan kepada Ammatoa itu dipercaya sebagai sebuah ralitas. Di Tana tempat Ammatoa pertama kali mendarat, mereka mendirikan perkampungan yang kemudian dinamai sebagai Tana Towa atau tempat pertama kalinya manusia turun ke bumi. Oleh sebab itu, Suku Kajang meyakini Ammatoa sebagai pemimpin tertinggi mereka, yang mereka ikuti ajaran dan petuahnya dalam kehidupan sehari-hari.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai adanya sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.

Metodologi penelitian sebagai cara yang dipakai untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif ialah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan lainnya.46

Tujuan menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk mempelajari secara mendalam gambaran tentang Metode Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi di

46

Afrizal,Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Cet. 3 ; Jakarta : Rajawali Pers, 2016), h. 12

(43)

Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kab Bulukumba Sulawesi Selatan. Sebuah penelitian yang utuh harus memiliki objek penelitian yang konkret. Penelitian yang dilakukan di Suku Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan, ini mengambil objek penelitian aparat Tana Towa, tokoh masyarakat, serta tokoh agama yang masing-masing akan dimintai keterangan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

C. Fokus Penelitian

1. Kehidupan sosial keberagaman khususnya untuk masyarakat Kajang baik tua maupun muda baik kalangan bawah sampai yang berpendidikan yang ada di Suku Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

2. Metode Komunikasi Dakwah untuk masyarakat terkhusus Suku Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

3. Faktor pendukung dan penghambat Metode Komunikasi Dakwah untuk Suku Kajang terkhusus Desa Tana Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur yang terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Pendahuluan

(44)

b. Membuat desain proposal skripsi dan mengajukan desain proposal skripsi kepada dosen pembimbing untuk diadakan koreksi.

c. Mengajukan desain proposal skripsi kepada jurusan sekaligus minta persetujuan judul.

2. Tahap Persiapan

a. Mengadakan seminar desain proposal skripsi. b. Penyusunan instrumen pengumpulan data. c. Memohon surat perintah riset atau penelitian. 3. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan penelitian untuk menggali data di lapangan.

b. Melaksanakan pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi, dan penulisan dokumen-dokumen.

c. Mengolah dan melakukan analisis data hasil penelitian. 4. Tahap Penyusunan Laporan

a. Penyusunan hasil penelitian.

b. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing tentang laporan yang telah disusun untuk diadakan koreksi dan perbaikan hingga disetujui.

c. Selanjutnya diperbanyak dan dibawa pada sidang munaqosah skripsi di hadapan penguji.

E. Sumber Data 1. Data primer

Data primer, yaitu data yang di dapatkan langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, dan observasi secara langsung. Penelitian ini

(45)

menggunakan istilah sosial situation atau situasi sosial sebagai obyek yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity), yang berinteraksi secara sinergi.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang di peroleh dari literatur, baik buku-buku, dokumen, foto, maupun referensi yang terkait dengan penelitian.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Observasi / Pengamatan

Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan secara langsung mengamati terhadap situasi dan kondisi masyarakat .

2. Interviuew/Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang diselidiki dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.47 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari pihak yang diwawancarai.

Metode wawancara ini diterapkan kepada para ulama dan para pemuka masyarakat yang mempunyai peran penting dalam aktivitas dakwah. Selain itu, wawancara juga diterapkan kepada masyarakat,

47

(46)

karena merupakan obyek dakwah yang tidak kalah pentingnya dengan peran para da'i dan tokoh masyarakat dalam kaitannya dalam dakwah ini. 3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial, pada intinya metode ini adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.48

Bahan-bahan yang dijadikan dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto pada saat berlangsungnya aktivitas dakwah, dan berbagai hal yang berhubungan dengan aktivitas dakwah di Desa Tana Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan diantaranya sebagai berikut:

a. Koleksi data, yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.

b. Editing data, yaitu melakukan penyempurnaan terhadap data yang masih kurang guna memperoleh data yang jelas dan relevan dengan keperluan penelitian.

c. Klasifikasi data, yaitu melakukan pengelompokkan data sesuai dengan tema sehingga memudahkan untuk penyajian data.

48

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, ( cet. 2 ; Jakarta : Kencana, 2008), h. 121

(47)

2. Analisa Data

Analisa data adalah proses mengolah, memudahkan, mengelompokkan, dan memasukkan sejumlah data yang di kumpulkan di lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil penelitian.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode analisis data, yaitu dengan menggunakan metode yang bersifat kualitatif. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut data yang terkumpul dapat terarah dan terlaksana dengan baik dalam pengolahannya.

Adapun data yang dimaksud adalah hasil wawancara atau interview dari beberapa informan yang berupa pendapat, teori gagasan atau data kepustakaan yang akan dianalisa. Sedangkan metode analisa data yang bersifat kualitatif tersebut dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut :

Data yang terkumpul disajikan secara deskriptif kualitatif, selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisa data yaitu tahap reduksi data dimana semua informasi yang didapat dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengelompokkan dan kemudian dilakukan penyederhanaan data.Tahap penyajian data, dimana data yang dikelompokkan tadi kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata agar data dapat dibaca dan ditarik kesimpulan menjadi data yang bersifat khusus.Kemudian tahap penarikan kesimpulan, pada tahap ini data yang

(48)

sudah dideskripsikan kemudian disimpulkan sehingga diperoleh jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini.49

49

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Tana Towa Kec. Kajang

1. Keadaan Geografis Desa Tana Towa Kec. Kajang

Letak geografis Desa Tana Towa antara 5020’ LS dan 120022’ BT. Desa Tana Towa merupakan salah satu dari sembilan belas desa/kelurahan di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Kecamatan Kajang memiliki luas wilayah 129,06 km terpilah ke dalam dua kelurahan yakni kelurahan Tana Jaya yang juga sebagai ibukota kecamatan dan kelurahan Laikang, serta tujuh belas desa (Bonto Biraeng, Bonto Rannu, Lembang, Lembang Lohe, Possi Tana, Lembanna, Tambangan, Sangkala, Bonto Baji, Pattiroang, Sapanang, Batu Nilamung, Tana Towa, Maleleng, MatTowanging, Lolisang dan Pantama).

Khusus Desa Tana Towa memiliki luas wilayah 5,25 kilometer persegi. Ibukota desa ini terletak di Dusun Balagana. Karena sebagian besar wilayah Kecamatan Kajang merupakan kawasan adat sehingga secara umum sering diidentikkan semua wilayah ini sebagai kawasan Tana Towa. Wilayah Desa Tana Towa sendiri terbagi kedalam delapan dusun yaitu Dusun Sobbu, Dusun Benteng, Dusun Pangi, Dusun Tombolo, Dusun Lurayya, Dusun Balambina, Dusun Jannaya dan Dusun Balagana. Dusun Jannaya dan Dusun Balagana merupakan dusun peralihan (dusun calabai/waria) karena selain menganut tata nilai yang bersumber dari ajaran pasang, juga menganut tata nilai yang tidak bersumber dari ajaran pasang. Dusun ini terletak di wilayah Ipantarang

(50)

Embaya, yaitu wilayah di luar kawasan AmmaTowa. Sedangkan 6 dusun lainnya masuk dalam kawasan Ilalang Embaya, yaitu di dalam kawasan Ammatowa.

Sesuai letaknya yang terletak nyaris ditengah-tengah, Desa Tana Towa dikelilingi oleh desa-desa yang masih berada dalam wilayah Kecamatan Kajang , Oleh karena itu Desa Tana Towa memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a) Bagian utara berbatasan dengan Desa Batunilamung b) Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Bontobaji c) Bagian Barat berbatasan dengan Desa Pattiroang d) Bagian Timur berbatasan dengan Desa Malleleng

Topografi Desa Tana Towa berupa dataran rendah dengan ketinggian 200 mdpl dan curah hujan rata-rata 2000 – 2500 mm/tahun. Suhu udara rata-rata 270 C– 310 C.

Desa Tana Towa dibatasi oleh empat sungai. Keempat sungai ini kemudian dijadikan sebagai batas alam, yaitu Sugai Limba di bagian timur, Sungai Doro di bagian barat, Sungai Tuli di bagian utara dan Sungai Sangkala di bagian selatan. Keempat sungai inilah yang dijadikan pagar (emba) pembatas kawasa n Ilalang Embaya (dalam pagar) dengan Ipantarang Embaya (di luar pagar). Istilah emba digunakan oleh masyarakat Tana Towa untuk mendefinisikan keberadaan ekosistemnya dengan segala karakteristik khas yang mereka miliki.

(51)

2. Demografi Desa Tana Towa

Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba memiliki penduduk sebanyak 4.229 jiwa .Dari jumlah tersebut jenis kelamin perempuan lebih dominan dengan jumlah penduduk 2.297 jiwa. Jika dibandingkan dengan populasi laki-laki 1.932 jiwa, terdapat selisih sebanyak 365 jiwa, atau dengan perbandingan persentase perempuan 54,32% dan laki-laki 45,68%. Asdar, Kepala seksi pemerintahan dan pembangunan Desa Tana Towa menyebutkan, terdapat selisih sebanyak 396 jiwa penduduk yang tidak tercatat berdasarkan hasil survey data sekunder. Hal ini disebabkan banyak warga yang sudah pindah domisili dikarenakan perkawinan dengan warga di luar Desa, pindah domisili karena tugas, meninggal dunia dan tidak tercatat serta adanya penduduk yang tercatat secara berganda .

Jumlah fasilitas tempat ibadah yang dibangun di Desa Tana Towa untuk memenuhi kebutuhan rohani bagi masyarakat setempat. Masyarakat Desa Tana Towa seluruhnya beragama Islam, terdapat 6 mesjid di Desa Tana Towa dengan 1 langgar/mushalla, namun dari segi amalan dan ritual ibadah terjadi perbedaan antara masyarakat yang tinggal di Ilalang Embayya dan masyarakat yang tinggal di Ipantarang Embayya. Masyarakat Ilalang Embayya mengaku beragama Islam secara formal, tetapi dalam banyak hal mereka tidak menjalankan syariat Islam secara utuh, mereka tetap menjalankan ajaran-ajaran yang bersumber dari Pasang dan memberlakukan ketentuan-ketentuan adat yang ketat. Sedangkan masyarakat Ipantarang Embayya mengaku beragama Islam

(52)

dan menjalankan syariat Islam secara utuh dan tidak terikat dengan ajaran Pasang yang biasa disebut ajaran Patuntung.

Selain dalam hal keagamaan dan sosial yang memiliki toleransi tinggi, masyarakat Desa Tana Towa juga termasuk masyarakat yang memiliki pendidikan yang cukup, meskipun hanya dapat mengenyam pendidikan pada tingkat dasar.

Mayoritas penduduk Desa Tana Towa telah mengenyam pendidikan, walaupun hanya tingkat dasar. Penduduk Desa Tana Towa yang mengenyam pendidikan setingkat SD adalah sejumlah 1.285 orang,setingkat SLTP/SMP sejumlah 1.205 orang, setingkat SLTA/SMA sejumlah 1.299 orang, Sarjana dan/atau Pascasarjana sejumlah 55 orang, dan 350 orang yang belum atau tidak mengenyam pendidikan.

Selain dalam bidang pendidikan, dalam bidang ekonomipun anggota masyarakat Desa Tana Towa tergolong masyarakat yang tidak ingin berpangku tangan. Hal ini terbukti dengan beragamnya jenis mata pencaharian yang ditekuni oleh anggota masyarakat Tana Towa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sebagian besar anggota masyarakat yang berdomisili di Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba memiliki mata pencaharian sebagai petani/peternak, yakni sebanyak 3.298 orang. Adapun jumlah penduduk yang lain terbagi dalam beberapa jenis mata pencaharian, yakni 115 orang yang menekuni mata pencaharian sebagai Pegawai/Polri dan TNI, 160 orang sebagai pedagang/wiraswastawan, 271

(53)

orang sebagai buruh, dan 234 orang merupakan penduduk yang berusia belum/sudah tidak produktif.

3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Tana Towa Kec. Kajang Sebuah masyarakat memiliki kaitan erat dengan kehidupan sosial dan budaya-budaya setempat, karena adanya kehidupan social budaya merupakan ciri sebuah masyarakat yang "hidup". Sebuah masyarakat dikatakan "hidup" manakala anggota masyarakatnya menjalin kehidupan sosial dan memiliki budaya yang merupakan nilai-nilai luhur dari masyarakat itu sendiri. Demikian pula yang terdapat pada masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang.

Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang tergolong kondusif. Hal ini terlihat dari toleransi sosial kemasyarakatan yang terjalin antar anggota masyarakat. Kondisi sosial budaya yang kondusif ini juga dibuktikan dengan turut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan Desa Tana Towa Kecamatan Kajang . Jenis-jenis upacara adat ataupun pesta yang dilaksanakan oleh Komunitas Adat Kajang cukup banyak, berdasarkan penelusuran dan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dirangkum setidaknya delapan belas jenis yaitu :

Upacara A'tompolo, upacara ini mirip dengan upacara aqiqah yang biasa dilaksanakan umat Islam sebagai rasa syukur atas kelahiran seorang bayi dalam sebuah keluarga. Hari pelaksanaan pun sama yakni pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan, Akkalomba merupakan upacara memohon keselamatan agar anak-anak terhindar dari penyakit,

Referensi

Dokumen terkait

Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberi pemahaman terhadap pembaca khususnya tentang Proses Interaksi Sosial Komunitas Adat Kajang di Desa Tana Toa Kecamatan

Adanya faktor ekonomi dalam pelaksanaan perkawinan di bawah umur dimasyarakat di Desa Tanah Towa Kecamatan Kajang menurut penulis, lebih merupakan pelengkap dan

Pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup wilayah adat Ammatoa dengan menggunakan Pasang ri Kajang sebagai hukum adat atau pedoman dan peraturan masih

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui eksistensi Sanro di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, 2) mengetahui praktek mengatasi Kemandulan Rahim

Pada penelitian ini yang menjadi fokus kajian utamanya adalah bagaimana negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan Ammatoa Kajang terhadap pengangkatan

Akkattere dianggap sama dengan ibadah haji karena sama-sama dilakukan oleh orang mampu dan sama-sama mengharapkan pahala dari Tu Rie’ A’rana (Tuhan) pada hari kemudian

Jika di kaitkan dengan tingkat ketergantungan masyarakat sekitar Kawasan Hutan Adat, menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tana Toa sangat bergantung pada keberadaaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya a interaksi yang baik antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang tetap berpedoman terhadap pasang, b Ada