ANALISIS RECOVERY BUKTI DIGITAL INSTAGRAM
MESSANGERS MENGGUNAKAN METODE NATIONAL
INSTITUTE OF STANDARDS AND TECHNOLOGY
(NIST)
Imam Riadi
1), Anton Yudhana
2),Muhamad Caesar Febriansyah Putra
3)Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Yogyakarta, 55164
1
[email protected],
2[email protected],
3[email protected]
ABSTRAK
Instagram merupakan aplikasi yang banyak digunakan khususnya di Indonesia, aplikasi ini memiliki fitur yakni Instagram messangers. Fitur ini digunakan untuk melakukan aktivitas berkomunikasi seperti mengirim pesan atau saling berbagi foto ke sesama pengguna Instagram. Hal ini berpotensi untuk adanya tindak kejahatan Cybercrime seperti cyber Pornografi atau Ilegal Contents yakni penyebaran gambar dan pesan meindikasikan pornografi dari oknum yang menyalagunakan aplikasi instagram ini. Perlunya penanganan forensik dengan dilakukan investigasi menggunakan metode dan tool dari penelitian - penelitian terdahulu untuk mendapatkan barang bukti digital berupa gambar dan pesan yang valid dari tempat penyimpanan memori pada smartphone. Metode yang digunakan adalah Nasional Institute of Standards and Technology (NIST). Metode ini memiliki tahapan yakni collection, examination, analysis, dan reporting. Hasil dari penelitian yang masih berlangsung ini diharapkan mendapatkan barang bukti digital berupa (gambar dan pesan) yang dihapus dengan menggunakan tool recovery pada perangkat penyimpanan di smartphone yang digunakan pelakuuntuk mendapatkan barang bukti digital yang valid..
Kata kunci : Cybercrime, Forensik, Instagram, NIST.
ABSTRACT
Instagram is an application that is widely used, especially in Indonesia, this application features Instagram messangers. This feature is used to perform communication activities such as sending messages or sharing photos to fellow Instagram users. This has the potential for the existence of Cybercrime crimes such as cyber Pornography or Illegal Contents ie the distribution of images and messages indicate pornography from the person who making it this instagram application. The need for forensic treatment by investigation using methods and tools from previous studies to obtain digital evidence in the form of images and valid messages from the memory storage on the smartphone. The method used is the National Institute of Standards and Technology (NIST). This method has stages of collection, examination, analysis, and reporting. The results of this ongoing study are expected to obtain digital evidence in the form of (images and message) deleted by using recovery tools on smartphone storage devices used by players to obtain valid digital evidence..
Keywords : Cybercrime, Forensics, Instagram, NIST.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang terus-menerus dan telah menjadi bagian tak terlepaskan dari kehidupan manusia, semua aktivitas kehidupan manusia seakan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi termasuk tindakan- tindakan kejahatan. Teknologi yang semakin canggih tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif akan tetapi banyak yang menggunakan
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta,
1
Program Studi Sistem Informasi, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta,
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta,
2 3
kehebatan teknologi untuk tindakan-tindakan negatif yang menimbulkan ancaman bagi pengguna teknologi, teknologi yang dimaksud ialah dalam hal pemanfaatan ruang maya (cyber space). Secara awam cyber space dikenal dengan istilah internet telah menjadi teman bagi kehidupan masyarakat sehari-hari, hal ini yang kemudian tidak hanya menimbulkan manfaat akan tetapi juga mengancam keamanan maupun hak asasi penggunannya, salah satu ancaman yang sangat marak terjadi ialah ancamam pornografi. Media internet banyak digunakan pengguna untuk mengakses konten-konten pornografi yang tersedia luas di ruang cyber tersebut [1].
Data survey menunjukan bahwa jumlah pengguna internet Indonesia pada tahun 2014 berjumlah 38.191.873 dan pengguna mobile phone berjumlah 281.963.665 dari jumlah populasi penduduk 251.160.124 jiwa. Data tersebut menerangkan bahwa penetrasi penduduk Indonesia dalam mengakses internet cukup besar dan sebagian diantaranya memiliki lebih dari satu mobile phone dimana saat ini adanya Smartphone yang memungkinkan pengguna untuk mengakses internet lebih mudah. Hal ini semakin membuka peluang ancaman pornografi menyerang lebih mudah [1]. Menurut UU pornografi No.44 tahun 2008, pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi kartun, percakapan, gerakan tubuh atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan pertunjukan dimuka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat [2].
Perangkat seluler mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Perangkat seluler lambat laun mulai menggantikan peran komputer dengan semakin banyaknya fitur dan aplikasi yang tersedia pada perangkat seluler, salah satu aplikasi tersebut adalah aplikasi Instant Messaging (IM) [3]. Instagram adalah sebuah aplikasi sosial yang populer dalam kalangan pengguna telefon pintar (Smartphone). Instagram merupakan gabungan dari kata Instan-Telegram. Dari penggunaan kata tersebut dapat diartikan sebagai aplikasi untuk mengirimkan informasi dengan cepat, yakni dalam bentuk foto yang berupa mengelola foto, mengedit foto, dan berbagi (Share) ke jejaring sosial yang lain. Aplikasi ini merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Aplikasi Instagram memiliki pengguna aktif dengan jumlah penggunah sebesar 500 Juta pengguna. Sementara pengguna di Indonesia mencapai 45 juta orang Indonesia yang menggunakan media sosial ini secara aktif. Grafik Jumlah pertumbuhan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 untuk penggunaan aplikasi Instagram dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Pengguna Instagram
Dari grafik diatas menjelaskan bahwa pada bulan Maret 2013 adalah tercapainya angka 100 juta pengguna aktif yang menjadikan Instagram menjadi salah satu jejaring sosial media dengan perkembangan yang pesat. Jumlahtersebut terus bertambah hingga saat ini [4]. Instagram messengers adalah fitur yang dapat digunakan untukmelakukan aktivitas berkomunikasi seperti mengirim pesan atau saling berbagi foto ke sesama pengguna Instagram. Hal ini berpotensi untuk adanya tindak kejahatan
cybercrime seperti cyber Pornografi atau Ilegalcontents yakni penyebaran gambar dan pesan
meindikasikan pornografi dari oknum yang menyalagunakanaplikasi instagram.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti Penelitian dariAmar Fauzan yang berjudul “Analisis Forensik Digital Pada Line Messenger untuk Penanganan Cybercrime”. Dilakukan memunculkan data yang dapat di-recovery dari sebuah pesan terhapus pada aplikasi Line messengers menggunakan Kamas Lite dan AFLogical OSE. Kedua tool ini dipakai
Aplication. Pada penelitian ini investigasi yang dilakukan mengembalikan barang bukti digital berupa (Pesan dan Gambar) yang dihapus dari perangkat Smartphone Android.
2. METODE PENELITIAN Metode Penelitian
Penelitian ini mengacu pada proses investigasi yang digunakan metode Nasional Institute of Standards
and Technology (NIST). Metode ini merekomendasikan sebuah tahapan dasar dalam proses forensik,
yaitu collection, examination, analysis, dan reporting. Penulis menjabarkan tahapan forensik pada
Gambar 2.1.
Tahapan MetodeNasional Institute of Standards and Technology (NIST)
Penjelasan dari National Institute of Standards and Technology (NIST) yakni collection, examination,
analysis, dan reporting sebagai berikut.
1. Collection
Tahap Koleksi melakukan identifikasi, label, record, dan retrieve data dari sumber data yang relevan dengan mengikuti prosedur pelestarian integritas data.
2. Examination
Tahap Pemeriksaan melakukan pengolahan data yang dikumpulkan secara forensik dengan menggunakan kombinasi berbagai skenario, baik otomatis maupun manual, menilai dan melepaskan data sesuai kebutuhan sambil menjaga integritas data.
3. Analysis
Tahap Analisis melakukan analisia hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode yang secara teknis dan legal dibenarkan untuk mendapatkan informasi yang berguna dan menjawab pertanyaan yang mendorong pengumpulan dan pemeriksaan.
4. Reporting
Tahap pelaporan yakni melaporkan hasil analisis yang mencakup deskripsi tindakan yang diambil, penjelasan tentang alat dan prosedur yang dipilih, penentuan tindakan lain yang perlu dilakukan (misalnya pemeriksaan forensik dari sumber data tambahan, pengamanan yang teridentifikasi kesenjangan, atau peningkatan kontrol keamanan), dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kebijakan, prosedur, peralatan, dan aspek lain dari proses forensik [6]. Rancangan Sistem
Sebuah skenario rekayasa harus dijalankan untuk mendapatkan bukti digital.Pada penelitian ini peneliti membuat sebuah skenario lengkap dari aktivitas yang dilakukan pada Instagram. Tujuan adanya skenario ini agar mempermudah investigasi dari kasus cyber pornografi. Skenario tersebut yaitu :
1. Tersangka membuat akun Instagram (Akun A) 2. Tersangka mencari akun korban di Instagram (Akun B)
3. Akun A mengirimkan (Pesan dan Gambar) kepada akun B (kondisi normal)
4. Akun A mengirimkan (Pesan dan Gambar) berisi konten pornografi terhadap akun B
5.
Menghapus semua data (Pesan dan Gambar) konten pornografi dari perangkat akun APesan yang dihapus dari Instagram akan diungkap dari perangkat si pelaku menggunakan tools. Skenario diatas dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Proses Skenario Kasus Pengiriman Konten Pornografi dari Akun A kepada Akun B
Proses investigasi yang dilakukan dari skenario kasus pengiriman konten pornografi dari tersangka (Akun A) kepada Korban (Akun B), pada proses ini tersangka melakukan pengiriman konten pornografi kepada korban berupa (Pesan dan Gambar), setelah tersangka (Akun A) melakukan pengiriman kepada korban (Akun B), tersangka menghapus data (Pesan dan Gambar) dari perangkat komunikasi yang digunakan yakni smartphone untuk mehilangkan barang bukti.
Forensik Mobile
Forensik mobile dapat dilakukan pada berbagai smartphone, akan tetapi pada penelitian ini lebih difokuskan pada forensik smartphone ber-platform Android. Seiring meningkatnya jumlah smartphone yang kaya berbagai fitur membuat tantangan dalam membuat tools investigasi forensik atau standar khusus untuk masing-masing platform. Bukti digital dalam perangkat mobile memiliki sifat yang mudah rentan tertimpa dengan data baru atau bahkan terhapus. Perangkat mobile sendiri menggunakan memori internal (flash memory), meskipun tidak menutup kemungkinan ekternal memori juga dapat dilakukan proses investigasi digital karena melibatkan penyimpanan data satu sama lain. Keuntungan menggunakan
flash memory adalah ketahanannya terhadap suhu dan tekanan yang tinggi sehingga lebih sulit untuk
dihancurkan. Dilihat dari sudut pandang forensik hal ini menguntungkan invesigator karena flash memory dapat berisi informasi yang sudah dihapus bahkan setelah seseorang berusaha untuk menghancurkan barang bukti masih dapat dilakukan recovery data [8]. Forensik smartphone Android telah berkembang dari waktu ke waktu menawarkan peluang yang signifikan dan tantangan menarik. Beberapa kejahatan yang diantaranya memanfaatkan kecanggihan smartphone Android tersebut untuk melakukan kejahatan seperti penipuan, perjudian, pornografi, korupsi, jaringan narkoba hingga kasus pembunuhan. Para oknum kejahatan biasanya memanfaatkan aplikasi chatting sebagai sarana untuk berinteraksi dengan sesama rekan penjahat maupun korban [10].
Cybercrime
Cybercrime adalah aktifitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran
atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya.Berdasarkan jenis aktifitas kejahatan yang dilakukan, cybercrime dapat digolongkan menjadi beberapa jenis diantaranya adalah pornografi, perjudian online, cyberstalking, cyber-tresspass, dan cyberbullying. Semua jeniskejahatan
cyber tersebut sudah tercantum di dalam undang-undang negara Indonesia. Dasar hukum pidana untuk
kejahatan cyber di Indonesia, dimuat dalam UU no. 11 tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang berisiketentuan pidana bagi pelaku cybercrime. Laporan yang dikeluarkan oleh RSA Anti Fraud Command Center (AFCC), menyebutkan bahwa dari tahun 2013 hingga 2015 terjadi peningkatan aktivitas cybercrime mencapai 173% di seluruh dunia dengan total kerugian mencapai angka US$ 325 Milyar. Laporan tersebut juga melaporkan bahwa pada tahun 2015 sebesar 45% transaksi dilakukan melalui saluran mobile, sedangkan sebesar 61% penipuan terjadi melalui perangkat mobile [5]. Barang Bukti (Forensik Mobile)
dengan langsung berinteraksi dengan perangkat menggunakan beberapa tool khusus.Software atau tool yang bisa mengekstrak bukti ini sangat terbatas. Sehingga penyidik forensik akan sulit untuk
melaksanakan pekerjaan ini secara tepat waktu [7]. Barang digital berupa Foto digital akan dijadikan sebagai barang bukti. Perlunya untuk membuktikan foto digital tersebut masih ori ginal jadi forensik citra digital memainkan peran penting dalam keadaan seperti itu. Forensik citra digital adalah branchof forensik digital yang berkaitan dengan memeriksa foto-foto digital untuk integritas dan keaslian [9]. Beberapa macam yang bisah dijadikan barang bukti digital dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3
Barang Bukti Forensik Mobile 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis forensik digital pada Instangram untuk penanganan cybercrime menggunakan National Institute
of Standards and Technology (NIST). Pada metode ini prosesnya diawali dengan beberapa langkah yakni, collection, examination, analysis, dan reporting. Analisis yang dihasilkan merupakan gambaran dari
semua proses investigasi. Proses investigasidilakukan pada perangkat pelaku menggunakan metode NIST dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Proses Pengambialan Data Barang Bukti Digital pada Perangkat Androit Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah proses investigasi yang baik dan terangkatnya bukti digital pada Instagram diperangkat smartphone Android. Proses collection atau pengumpulan data diawali dengan rooting menggunakan tool KingRoot Rooting Application untuk mempermudah pengangkatan data-data yang ada di dalam perangkat Android. Examination pada tahap ini perangkat Android yang telah di-root, data akan dijadikan bukti digital berupa (Pesan dan Gambar) yang dihapus akan direcovery menggunakan tool
Android Data Recovery dari aplikasi instagram yang tersimpan di memori penyimpanan di
android.Analysis pada tahap ini data-data yang telah didapatkan dari proses recovery, akan di analisa pada data tersebut untuk mendapatkan data yang dapat menjadi barang bukti yang valid dari aplikasi Instagram yang berupa (Pesan dan Gambar). Pada tahap terakhir ini yakni reporting melakukan pelaporan hasil dari dari analysis berupa barang bukti yang valid berupa (Pesan dan Gambar) berindikasi konten pornografi dan menjelaskan dari proses tahapan yang digunakan dalam mendapatkan barang bukti yang dibutuhkan serta memperbaiki kekurangan dari tahapan yang digunakan dalam proses investigasi.
4. PENUTUP
Penelitian yang dilakukan masih dalam proses dikerjakan pada proses analisis forensik yang dilakukan untuk kasus cyber pornografi pada aplikasi Instagram, bertujuan untuk mengumpulkan barang bukti berupa (Pesan dan Gambar) dari smartphone yang digunakan pelaku untuk mengirim konten pornografi kepada korban. Metode yang digunakan adalah National Institute of Standards and Technology (NIST).
Metode ini mempunyai tahapan yang digunakan dalam proses investigasi yakni collection, examination,
analysis, dan reporting. Tahapan ini bisa dijalankan dengan menggunakan beberapa tool yang digunakan
dalam proses investigasi dalam kasus cyber pornografi pada aplikasi instagram.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Atem, 2016, Ancaman Cyber Pornography Terhadap Anak-Anak, Jurnal Moral Kemasyarakatan,
Messenger Using NIST Mobile Forensic Method International Journal of Computer Science andInformation Security (IJCSIS), Vol. 3, No. 5, pp. 155–160.
[7]. Yadi, I. Z. 2014. Analisis Forensik Pada Flatform Android, Konferensi Nasional Ilmu Komputer
Terhadap WhatsApp Berbasis Web” Jurnal Ilmu Teknik Elektro Komputer dan Informatika (JITEKI).Vol. 3, No.1, pp 1-10.
[9]. Sari, T. Riadi, I. Fadlil, A. 2016. Forensik Citra untuk Deteksi Rekayasa File Menggunakan Error
Whatsapp pada Ponsel Android, Palembang, Annual Research Seminar (ARS), Vol. 2, no. 1, pp 64-73
Vol.1, No.2, pp. 107-121.
[2]. Susanto, 2013, Hubungan Antara Sikap Terhadap Media Pornografi Dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja. EMPATHY Jurnal Fakultas Fisikologi, Vol. 2, No.1, pp 1-14.
[3]. Zamroni, G. M. Umar, R. Riadi, I. 2016, Analisis Forensik Aplikasi Instant Messaging Berbasis Android, Palembang, Annual Research Seminar (ARS), Vol. 2, No. 1, pp. 102-105.
[4]. Safinatun, N. 2017,Pengaruh Tren Hijab Instagram di Tahun 2016 Terhadap Gaya Berbusana Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi, Sarjana Sosial (S.Sos). Surabaya.
[5]. Fauzan, A. Riadi, I. Fadlil, A. 2016. Analisis Forensik Digital Pada Line Messenger Untuk Penanganan Cybercrime, Palembang, Annual Research Seminar (ARS), Vol. 2, no. 1, pp 159-163. [6]. Umar, R. Riadi, I. Firdonsyah, A. 2017, Identification Of Digital Evidence On Android’s Blackberry
(KONIK), Vol. 4, no. 1, pp 141-148.
[8]. Anwar, N. Riadi, I. 2017, Analisis Investigasi Forensik WhatsApp Messenger Smartphone
Level Analysis, Palembang, Annual Research Seminar (ARS), Vol. 2, no. 1, pp 133-138. [10]. Kunang, Y. N. Khristian, A. 2016, Implementasi Prosedur Forensik untuk Analisis Artefak