• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Kandidiasis Oral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Kandidiasis Oral"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Referat

Kandidiasis Oral

Oleh:

Yulia Rahmi Z.J, S. Ked

04054821618025

Pembimbing:

dr. Syadra Bardiman Sp.PD -KGEH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Diskusi kasus dengan judul:

Kandidiasi Oral

Oleh:

Yulia Rahmi Z.J, S. Ked 04054821618025

Pembimbing:

dr. Syadra Bardiman, Sp. PD, K-GEH

Telah dinilai dan diterima sebagai salah satu persyaratan kepanitraan klinik senior di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSMH Palembang

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Palembang, Agustus 2016

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehigga dapat menyelesaikan refrat ini. Refrat ini dibuat untuk memenuhi segala syarat-syarat kepanitraan klinik senior di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dengan disusunnya refrat ini, diharapkan bisa sedikit memberikan gambaran mengenai “Kandidiasis Oral”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dr.

Syadra Bardiman, Sp.PD,K-GEH selaku pembimbing penyusunan refrat ini atas

bimbingan dan nasihat beliau dalam menyelesaikan refrat ini.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada teman-teman serta staf bagian penyakit dalam dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan refrat ini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kelemahan yang terdapat dalam penulisan refrat ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Palembang, Agustus 2016

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ... 3 2.2 Anatomi ... 3 2.3 Faktor Resiko ... 7 2.4 Manifestasi Klinis ... 8 2.5 Klasifikasi ... 9 2.6 Patofisiologi ... 12 2.7 Pemeriksaan ... 13 2.8 Tatalaksana ... 13 2.9 Diagnosa Banding... ... 15 2.10 Komplikasi... ... 16 2.11 Prognosis... ... 16 BAB 3 Kesimpulan ... 17 DAFTAR PUSTAKA ... 18

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi fungal yang mengenai mukosa oral. Kandidiasis oral disebabkan oleh jamur Candida dan merupakan fungi yang paling sering menginfeksi tubuh manusia. Kandidiasis oral disebabkan oleh

Candida albican dan dapat juga disebabkan oleh C. Tropicalis, C. Krusei,

C.Parapsilosis, C. Guilliermondi.1 Dari spesies tersebut, Candida albicans

merupakan mikroorganisme utama yang terlibat dalam proses terjadinya infeksi akibat jamur, yaitu mencapai 50% dari seluruh kasus infeksi jamur.2

Candida albicans merupakan flora normal yang terdapat pada rongga mulut, saluran pencernaan, dan vagina biasanya paling sering pada mukosa bukal, lipatan mukosa bukal, orofaring dan lidah. Jamur ini dapat berubah menjadi patogen jika terjadi perubahan dalam diri penjamu yang dapat bersifat lokal maupun sistemik.1

Terdapat sekitar 30-40% Candida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.3

Diagnosis kandidiasis oral ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan mikologi, dan pengambilan spesimen dengan cara swab pada permukaan lesi yang diduga telah terinfeksi Candida. Pemeriksaan kandidiasis dapat dilakukan secara

direct atau indirect. Pemeriksaan direct adalah pemeriksaan yang paling mudah dan

murah untuk melihat keberadaan Candida.1

Kandidiasis oral dapat menyerang siapa saja yang memiliki oral hygent yang buruk, sistem imun yang buruk ataupun hal lain yang meyebabkan terjadinya kandidiasi oral.3 Salah satu gejala pada kandidiasis oral yaitu lesi yang dapat

menyebabkan sensasi terbakar pada rongga mulut sehingga membatasi asupan makanan yang mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup pasien.1

Kandidiasis yang tidak dirawat dengan segera dapat berkembang menjadi kandidiasis leukoplakia yang bersifat pra ganas, dan kemudian mengakibatkan

(6)

karsinoma sel skuamosa. Selain itu, kandidiasis dapat berkembang menjadi infeksis sistemik melalui aliran getah bening yang menyerang organ vital seperti ginjal, paru-pau, otak dan dinding pembuluh darah yang dapat besifat fatal.1

(7)

BAB II

Kandidiasis Oral

II.1. Definisi

Kandidiasis oral merupakan salah satu manifestasi dari penyakit mulut berupa infeksi yang disebabkan oleh jamur candida albicans4.Penyakit kandidiasi oral ini sering ditemukan pada pada orang memiliki imunitas rendah seperti pada orang terkena HIV5.

II.2. Anatomi Mulut

Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang membatasi rongga mulut.6

(8)

Anantomi rongga mulut

Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing - masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun diantara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir.

Bibir dan Palatum

Bibir adalah lekukan jaringan lunak yang mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa pada bagian internal. Secara anatomi,bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian inferior Kedua bagian bibir tersebut, secara histologi, tersusun dari epidermis, jaringan subkutan, serat otot orbikularis oris, dan membran mukosa yang tersusun dari

(9)

bagian superfisial sampai ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi. Epitel- epitel pada bagian ini melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan warna yang khas pada bagian tersebut. Selain itu, gambaran histologi juga menunjukkan terdapatnya banyak kelenjar liur minor. Folikel rambut dan kelejar sebasea juga terdapat pada bagian kulit pada bibir, namun struktur tersebut tidak ditemukan pada bagian vermilion.

Permukaan bibir bagian dalam dari bibir atas maupun bawah berlekatan dengangusi pada masing-masing bagian bibir oleh sebuah lipatan yang berada di bagian tengah dari membran mukosa yang disebut frenulum labial. Saat melakukan proses mengunyah, kontraksi dari otot-otot businator di pipi dan otot-otot orbukularis oris di bibir akan membantu untuk memosisikan agar makanan berada di antara gigi bagian atas dan gigi bagian bawah. Otot-otot tersebut juga memiliki fungsi untuk membantu proses berbicara. Palatum merupakan sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Struktur palatum sangat penting untuk dapat melakukan proses mengunyah dan bernafas pada saat yang sama. Palatum secara anatomis dibagi menjadi dua bagian yaitu palatum durum (palatum keras) dan palatum mole (palatum lunak).

Palatum durum terletak di bagian anterior dari atap rongga mulut. Palatum durum merupakan sekat yang terbentuk dari tulang yang memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum dibentuk oleh tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran mukosa. Bagian posterior dari atap rongga mulut dibentuk oleh palatum mole. Palatum mole merupakan sekat berbentuklengkungan yang membatasi antara bagian orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot yang sama halnya dengan paltum durum, juga dilapisi oleh membran mukosa

Lidah

Lidah merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem pencernaan. Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu kehamilan. Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran mukosa. Lidah beserta otot-otot yang

(10)

berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian yang lateral simetris oleh septum median yang berada disepanjang lidah. Lidah menempel pada tulang hyoid pada bagian inferior, prosesus styloiddari tulang temporal dan mandibula.

Setiap bagian lateral dari lidah memiliki komponen otot-otot ekstrinsik dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot genioglossus dan otot styloglossus. Otot-otot tersebut berasal dari luar lidah (menempel pada tulang yang ada di sekitar bagian tersebut) dan masuk kedalam jaringan ikat yang ada di lidah. Otot-otot eksternal lidah berfungsi untuk menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang berlawanan dan menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam. Pergerakan lidah karena otot tersebut memungkinkan lidah untuk memosisikan makanan untuk dikunyah, dibentuk menjadi massa bundar, dan dipaksa untuk bergerak ke belakang mulut untuk proses penelanan.

Selain itu, otot-otot tersebut juga membentuk dasar dari mulut dan mempertahankan agar posisi lidah tetap pada tempatnya. Otot-otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam jaringan ikat lidah. Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat berbicara dan menelan. Otot tersebut terdiri atas : otot longitudinalis superior, otot longitudinalis inferior, otot transversus linguae, dan otot verticalis linguae. Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan menjaga agar lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan langsung dengan frenulum lingual, yaitu lipatan membran mukosa yang berada pada bagian tengah sumbu tubuh dan terletak di permukaan bawah lidah, yang menghubungkan langsung antara lidah dengan dasar dari rongga mulut.

Pada bagian dorsum lidah (permukaan atas lidah) dan permukaan lateral lidah, lidah ditutupi oleh papila. Papila adalah proyeksi dari lamina propria yang ditutupi oleh epitel pipih berlapis. Sebagian dari papila memiliki kuncup perasa, reseptor dalam proses pengecapan, sebagian yang lainnya tidak. Namun, papila yang tidak memiliki kuncup perasa memiliki reseptor untuk sentuhan dan berfungsi untuk menambah gaya gesekan antara lidah dan makanan, sehingga mempermudah lidah untuk menggerakkan makanan di dalam rongga mulut

(11)

Gigi

Manusia memiliki dua buah perangkat gigi, yang akan tampak pada periode kehidupan yang berbeda. Perangkat gigi yang tampak pertama pada anak- anak disebut gigi susu atau deciduous teeth. Perangkat kedua yang muncul setelah perangkat pertama tanggal dan akan terus digunakan sepanjang hidup, disebut sebagai gigi permanen. Gigi susu berjumlah dua puluh empat buah yaitu : empat buah gigi seri (insisivus), dua buah gigi taring (caninum) dan empat buah geraham (molar) pada setiap rahang. Gigi permanen berjumlah tiga puluh dua buah yaitu : empat buah gigi seri, dua buah gigi taring, empat buah gigi premolar, dan enam buah gigi geraham pada setiap rahang. Gigi susu mulai tumbuh pada gusi pada usia sekitar 6 bulan, dan biasanya mencapai satu perangkat lengkap pada usia sekitar 2 tahun. Gigi susu akan secara bertahap tanggal selama masa kanak-kanak dan akan digantikan oleh gigi permanen.

Gigi melekat pada gusi (gingiva), dan yang tampak dari luar adalah bagian mahkota dari gigi. Mahkota gigi mempunyai lima buah permukaan pada setiap gigi. Kelima permukaan tersebut adalah bukal (menghadap kearah pipi atau bibir), lingual (menghadap kearah lidah), mesial (menghadap kearah gigi), distal (menghadap kearah gigi), dan bagian pengunyah (oklusal untuk gigi molar dan premolar, insisal untuk insisivus, dan caninus). Bagian yang berada dalam gingiva dan tertanam pada rahang dinamakan bagian akar gigi. Gigi insisivus, caninus, dan premolar masing-masing memiliki satu buah akar, walaupun gigi premolar pertama bagian atas rahang biasanya memiliki dua buah akar. Dua buah molar pertama rahang atas memiliki tiga buah akar, sedangkan molar yang berada dibawahnya hanya memiliki dua buah akar.

II.3. Faktor resiko

Pada orang yang sehat, Candida albicans umumnya tidak menyebabkan masalah apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu1 :

(12)

Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Candida adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Candida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartic proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas Candida Albicans.

b. Faktor Host

Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Candida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor risiko timbulnya kandidiasis oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.

Faktor Sistemik Faktor Lokal

Faktor Psycological - Bayi - Usia Tua Xerostemia - Radioterapi - Obat-obatan

(13)

Gangguan Endokrin - Diabetes Melitus - Hipotiroid

Obat

- Antibiotik spektrum lua - Kortikosteroid

Faktor Gizi - Besi - Asam folat - Kekurangan B12

Diet Karbohidrat tinggi

Keganasan

- Leukemia akut - Agranulositosis

Gigi Palsu

- Hygene gigi palsu - Trauma

Imunosupresi, Gangguan Imun - AIDS

Merokok

Journal of Marmara University Institute of Health Sciences Volume: 1, Number: 2, 2011

II.4. Manifestasi Klinis

Pada stadium awal tampak selaput lendir bewarna merah dengan gambaran granula yang kasar. Pada hari berikutnya tampak bercak putih sebesar jatum pentul, dalam waktu 2-3 hari akan bergabung menjadi bercak besar seperti membran. Bagian yang paling sering terkena adalah mukosa bukalis bagian dorsal dan lateral lidah , dan gusi. Terasa nyeri yang terutam terjadi bila tersentuh makanan2.

Pada kasus infeksi HIV, candidiasis bukanlah disebabkan oleh infeksi HIV nya tetapi karena terjadinya penurunan barisan sel darah putih (lifosit CD4) yang berguna pada pertahanan tubuh terhadap infeksi candida.

II.5. Klasifikasi

Kandidiasi oral dapat dikelompokkan menjadi tiga3:

1. Kandidiasis Oral Akut

(14)

Kandidiasis pseudomembranous akut yang disebut juga sebagai trush, pertama kali tampak plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti beludru terdiri dari sel epitel dekumuasi, fibrin dan hifa jamur dapat dihapus sehingga meninggalkan permukaan merah dan kasar. Biasanya dijumpai pada mukosa pipi, lidah dan palatum lunak dan sering biasanya mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Kandidiasis pseudomembranous akut ini sering pada pasien imun rendah, seperti HIV/ AIDS, pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid dan kemoterapi. Diagnosanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikrokopis yang langsung kerokan dari jamur.

Gambar 1. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut pada lidah dan mukosa bukal pasien

b. Kandidiasis Atropik Akut

Kandidiasis jenis ini biasanya disebut sebagai antibiotik sore tongue atau atau kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada daerah mukosa bukal, palatum, dan bagian dorsalis lidah dengan daerah permukaan mukosa oral yang mengelupas dan tampak sebai bercak-bercak merah difus yang rata. Infeksis ini terjadi karena pemakaian antibiotik berspektrum lua terutam tetrasiklin yang mana obat mengganggu keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacilus acidophilus dan kandida albikan. Pasien biasanya mengelu sakit seperti terbakar.

(15)

Gambar 2. Kandidiasis Atropik Akut

2. Kandidiasis oral kronik a. Kandidiasis atropik kronik

Kandidiasis ini disebut juga ‘dentura stomatitis’ atau ‘alergi gigi tiruan’ merupakan bentuk kandidiasis yang paling umum ditemukan 24-60% pengguna gigi tiruan. Mukosa palatum maupun mandibula tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk infeksi Kandidia. Gigi tiruan yang menutup mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi jamur

Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa terinflamasi di bawah gigi tiruan rahang atas diklasifikasikan atas tiga yaitu :

 Tahap I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir

 Tahap II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan

 Tipe III : tipe granular (inflamatory papilary hyperplasia) yang baisanya tampak pada bagian tengah palatum keras.

(16)

Gambar 3. Kandidiasis Atropik Kronik

b. Kandidiasi Hiperplastik Kronik

Infeksi Jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai kandida leukoplakia. Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus , sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok

Gambar 4. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

c. Median Rhomboid Glositis

Median rombhoid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah ke papila sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah.

(17)

Gambar 5. Median Rhomboid Glositis

3. Kelitis Angularis

Kelitis angularis merupakan infeksi kandida albican pada sudut mulut, dapat bilateral maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah dan terasa sakit ketika membuka mulut. Kelitis angularis ini dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.

Gambar 6. Angular Cheilitis

II.6. Patofisiologi

Terjadinya kandidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan kandida untuk melekat pada mukosa mulut, hal ini yang menyebabkan awal terjadinya infeksi. Sel ragi atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva, pengunyahan dan penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur pada mukosa mulut mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi8.

Bahan – bahan polimerik ekstra selular (mannoprotein) yang menutupi permukaan kandida albikans merupakan komponen penting untuk perlekatan pada

(18)

mukosa mulut. Kandida albikans menghasilkan proteinnase yang dapat mengdegradasi protein saliva termasuk sekretori imunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin juga sitotoksis terhadap sel host. Batas – batas hidrolisis dapat terjadi pada pH 3.0/3.5 – pH 6.0. Dan mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase, akan di hasilkan pada pH 3.5 – 6.0. Enzim ini menghancurkan membran sel selanjutnya akan terjadi invasi jamur tersebut pada jaringan host. Hifa mampu tumbuh meluas pada permukaan sel host8.

II.7. Pemeriksaan

Diagnosis kandidiasis harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis, disamping pemeriksaan klinis dan mengetahui riwayat penyakit. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara yaitu usapan (swab) atau kerokan (scraping) lesi pada mukosa atau kulit. Juga dapat digunakan darah, sputum dan urine. Selanjutnya bahan pemeriksaan tersebut diletakkan pada gelas objek dalam larutan potassium hydroksida (KOH) 10%, hasilnya akan terlihat pseudohyphae yang tidak beraturan atau blastospora. Selain pemeriksaan mikroskopis.dapat dilakukan kultur dengan menggunakan agar sabouraud`s atau eosinmethylene blue pada suhu 37 % C, hasilnya akan terbentuk koloni dalam waktu 24 – 48 jam. Pada kasus hyperplastik kandidiasis kronis pada umumnya dilakukan biopsi, bahan pemeriksaan dapat diwarnai dengan periodic acid schiff (P.A.S),hasilnya akan terlihat pseudomyselia dan hifa.Disamping itu akan terlihat parakeratosis dan leukosit polimorfonuklear8.

Adapun tes tambahan yaitu: 1. Sitologi eksfoliatif

2. Kultur

3. Biopsi jaringan

II.8. Tatalaksna

Menajemen yang dilakukan pada kandidiasis oral adalah dengan pengobatan secara topikal. Setelah dilakukan pengobatan topikal maka dilanjutkan pengobatan selama dua minggu setelah terjadinya resolusi pada lesi. Ketika terapi topikal mengalami kegagalan maka dilanjutkannya terapi sistemik karena gagalnya respon obat adalah

(19)

merupakan pertanda adanya penyakit sistemik yang mendasari. Follow up setelah 3 sampai 7 hari pengobatan untuk mengecek efek dari obat-obatan. Adapun tujuan utama dari pengobatan adalah4.

1. Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang berkontribusi. 2. Untuk mencegah penyebaran sistemik.

3. Untuk mengurangi kekurangnyamanan yang terjadi. 4. Untuk mengurangi perkembangbiakan kandida.

Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini kedua. Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu:

1. Nistatin

Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang terdapat dalam bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim dan suspensi oral. Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti kandidiasis.

2. Ampoterisin B

Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral 100 mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. Ampoterisin B menginhibisi adhesi dari jamur kandida pada sel epitel. Efek samping pada obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.

3. Klotrimazol

Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol. Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level enzim hati, mual dan muntah.

Adapun pengobatan kandidiasis linikedua yaitu: a. Ketokonazol

Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel fungal dan diserap dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan sakali atau dua kali

(20)

dalam sehari selama dua minggu. Efek samping adalah mual, muntah, kerusakan hepar dan juga interaksinya dengan antikoagulan.

b. Flukonazol

Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal. Obat ini digunakan pada kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam sehari dalam dua sampai tiga minggu. Efek samping utama pada pengobatan dengan menggunakanflukonazol adalah mual, muntah dan nyeri kepala. c. Itrakonazol

trakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat adalah 100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu. Efek samping utama adalah mual, neuropati dan alergi.

Antifungal Drugs for treatmen of Oropharyngeal candidiasis

Dangi, Y. Sngh. 2010. Oral Candidiasis. Institute of Pharmaceutical Sciences, Guru Ghasidas Central University.Vol 2.

II. 9. Diagnosis Banding

1. Pseudomembranous Candidiasis (Thrush) dengan difeteia.

Perbedaan dapat dilihat pada letak maksudnya thrush lesi putih terletak dipalatum daan membran mukosa bukal sedangkan pada penyakit difteri terletak pada faring. Perbedan lainnya adalah apabila pada trush lesi putih tersebut diangkat hanya akan menimbulkan bekas merah sedangkan pada difteri akan timbul perdarahnan

(21)

2. Chronic Hyperpalstic Candidiasis dengan Leukoplakia

II.10. Komplikasi

Kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur candida, apabila candida masuk ke esofagus (pada kasus yang berat) maka akan terjadi candidiasis esofaghitis maka pasien akan mengalami kesulitan dalam menelan dan apabila tidak di obati maka akan tertelan ke usus sehingga menyebab timbulnya difeteri dan lebih parahnya akan terjadi infeksi usus9.

II.11. Prognosis

Prognosis dari oral kandidiasis adalah baik ketika faktor-faktor predisposisi yang berhubungan dengan infeksi ini tereliminasi. Ketika faktor-faktor predisposisi meningkat pada pasien kandidiasis primer maka meningkatkan pula resiko yang lebih buruk pada kandidiasis. Pada kebanyakan kasus kandidiasis oral adalah penyebab dari infeksi superfisial sekunder yang dapat dengan mudah diobati dengan terapi antifungal2.

BAB III KESIMPULAN

(22)

Kandidiasis oral merupakan infeksi pada mukosa mulut yang disebabkan oleh jamur Candida Albican. Jamur ini merupakan jamur yang paling sering menyerang rongga mulut manusia.

Kandidiasis rongga mulut secara klinis dapat ditemukan lima tipe, dengan gambaran klinis yang berbeda-beda, diantaranya Kandidiasis akut, kandidiasis kronik, kelitis angularis. Pada umumnya timbul akibat adanya beberapa faktor predisposisi atau pada kondisi tertentu.

Gejala yang umumnya terjadi adalah lidah bewarna keputihan seperti gumpalan susu adanya lesi mutipel, mukosa mulut mengelupas dan rasa terbakar.

Obat yang digunakan berupa anti jamur topikal atau disertai anti jamur sistemik. Obat yang sering di pakai antara lain amfotericine, Nysttin, Miconazol dan ketokonazol. Prognosis dari oral kandidiasis adalah baik ketika faktor-faktor predisposisi yang berhubungan dengan infeksi ini tereliminasi. Ketika faktor-faktor predisposisi meningkat pada pasien kandidiasis primer maka meningkatkan pula resiko yang lebih buruk pada kandidiasis

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hakim, luqmanul dan Ricky ramadian.2015.Kandidiasis Oral. Fakultas Kedokteran Lampung. Volume 4; nomor 18

2. Lukisari, cane dan 2010. Penatalksanaan Kandidiasis oral disebabkan Candida tropikalis pada anak dengan gangguan sistemik. Fakultas Gigi Universitas Airlangga. Vol. 9; no. 2

3. Mourent, Miftahul Laila. 2010. Kandidiasis Oral Pada penderita Leukemia Akut yang Menjalani Kemoterapi. FKG Universitas Sumatra Utara. Diakses repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17808/3/Chapter%20II.pdf

4. Rao, Prasanna Kumar. 2012. Oral Candidiasis –Review. Scholarly Journal of Medicine. ISSN 2276-7134

5. Grenberg, M.S. 2008. Burket Oral Medicine 8th ed. BC Pecker Inc, Hamilton Ontario.

6. Snell,Richard S, . 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.

7. Tarcin, B. Gumru. 2011.Oral Candidiasis, Aetiology, Clinical Manifestasion, Diagnosis and Management. Journal of Marmara University Institute of Health Sciences Volume: 1, Number: 2

8. Herawati E. 2008. Kandidiasis Rongga Mulut, Gambaran Klinis, dan Terapinya. Bandung : FKG UNPAD.

9. (Bagian ilmu penyakit kulit & kelamin. 2009. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI: Jakarta

10. Dangi, Y. Sngh. 2010. Oral Candidiasis. Institute of Pharmaceutical Sciences, Guru Ghasidas Central University.Vol 2. ISSN-0975-1491

(24)

Gambar

Gambar 1. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut pada lidah dan  mukosa bukal pasien
Gambar 2. Kandidiasis Atropik Akut  2.  Kandidiasis oral kronik
Gambar 3. Kandidiasis Atropik Kronik
Gambar 5. Median Rhomboid Glositis  3.  Kelitis Angularis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian telah ditemukan beberapa hal sebagai berikut, konstruksi sosial nikah muda di kalangan para pelaku pada Komunitas Klinik Nikah Malang terbentuk dari

Alleluya, Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul: “PENATAAN KEMBALI

Dokter dinasehatkan untuk memberikan keterangan kepada penyidik secepat mungkin pada kasus kematian mendadak, kematian dengan abortus, kematian yang disebabkan oleh

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat diketahui bahwa motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam menabung yang

Jumlah rata-rata populasi/ha tanaman kelapa sawit di SAHE berkisar 129 tanaman/ha Produktivitas aktual kebun berdasarkan umur tanaman mulai tahun 2007-2011

menu yang berisi program aplikasi yang terdapat pada komputer kita, ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam memulai suatu program didalam Windows XP

B Jika terdapat satu penjabaran teori kurang berpadu dengan metode pembelajaran melalui permainan edukatif pada mata pelajaran kimia SMA/MA kelas XI semester 1. C Jika terdapat

latihan ibadah seperti sholat, membaca Al-Quran dan lain sebagainya , dengan memberikan tuntunan atau nasehat y ang baik kepada anak. Kemudian menjauhkan mereka dari