• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

p-ISSN 0853 - 5884

Volume 22 Nomor 3 September 2016

Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI/LIPI/07/2015

(Periode: Agustus 2015 - Agustus 2018)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan,

baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian sumber daya,

penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi lingkungan

dan pengkayaan stok ikan.

Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitan

Jurnal ini tiga kali dalam setahun pada

bulan April, Agustus, dan Desember.

Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu pada

bulan MARET, JUNI, SEPTEMBER, dan DESEMBER.

Ketua Penyunting:

Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan)

Anggota Penyunting:

Dr. Wijopriono (Hidro Akustik Perikanan-Puslitbangkan)

Dewan Penyunting:

Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-Puslitbangkan)

Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB)

Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Si. (Limnologi-LIPI)

Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL)

Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-IPB)

Editing Bahasa:

Ir. Badrudin, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-BPPL)

Penyunting Pelaksana:

Dra. Endang Sriyati

Darwanto, S.Sos.

Amalia Setiasari, A.Md.

Administrasi:

Ofan Bosman, S.Pi.

Alamat Redaksi/Penerbit:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Gedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430

Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929

Website : http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/

jppi

e-mail: jppi.puslitbangkan@gmail.com

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perikanan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan.

e-ISSN 2502 - 6542

(3)

LEMBAR INDEKSASI

FOKUS DAN RUANG LINGKUP JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi) memiliki p-ISSN 0853-5884; e-ISSN 2502-6542 dengan Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 (Periode Agustus 2015-Agustus 2018). Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus dan Desember. Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu pada bulan Maret, Juni, September dan Desember.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian sumber daya, penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi lingkungan dan pengkayaan stok ikan.

Naskah yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia telah melalui pemeriksaan pedoman penulisan oleh Administrasi Jurnal, naskah yang sudah mengikuti pedoman penulisan direview oleh 2 (dua) orang Dewan Penyunting dan 1 (satu) orang Bebestari (Peer-Reviewer) berdasarkan penunjukan dari Ketua Dewan Penyunting. Keputusan diterima atau tidaknya suatu naskah menjadi hak dari Ketua Dewan Penyunting berdasarkan atas rekomendasi dari Dewan Penyunting dan Bebestari.

INFORMASI INDEKSASI JURNAL

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi) memiliki p-ISSN 0853-5884; e-ISSN 2502-6542 yang sudah terindeks di beberapa pengindeks bereputasi, antara lain: World Cat, Cross Ref, Indonesian Scientific Journal Database (ISJD), SCILIT, Sherpa/Romeo, Google Scholar dan Directory Open Access Journals (DOAJ).

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi e-mail:jppi.puslitbangkan@gmail.com

JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA Volume 22 Nomor 3 September 2016

p-ISSN: 0853-5884 e-ISSN: 2502-6542

Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

(4)

BEBESTARI PADA

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

1. Prof. Dr. Ir. Husnah, M. Phil. (Toksikologi-Puslitbangkan)

2. Ir. Badrudin, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan) 3. Prof. Dr. Sam Wouthuyzen (Oseanografi Perikanan-LIPI)

4. Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-Puslitbangkan) 5. Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M. Si. (Metode Penangkapan Ikan-IPB)

6. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya (Hidro Akustik Perikanan-IPB)

7. Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Sistem Informasi Perikanan-IPB) 8. Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL)

9. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB) 10. Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. (Penginderaan Jauh-IPB)

11. Prof. Dr. Ir. Gadis Sri Haryani (Limnologi-LIPI)

12. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-IPB) 13. Dr. Ir. Mochammad Riyanto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-IPB)

14. Dr. Ir. Purwito Martosubroto (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan) 15. Ir. Sasanti R. Suharti M.Sc. (Biologi Kelautan-LIPI)

16. Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Populasi-BP2BIH)

17. Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M. Sc. (Iktiologi, Rekruitmen Ikan, Fisiologi Respirasi, dan Biologi Konservasi Perairan-IPB)

18. Dr. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan)

19. Dr. Ir. Zairion, M. Sc. (Pengelolaan Sumber Daya Perikanan-IPB) 20. Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc. (Kimia Oseanografi-LIPI)

21. Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS. (Nutrisi-BPPBAT)

22. Dr. Ir. Abdul Ghofar, M. Sc. (Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan-UNDIP) 23. Drs. Suwarso, M.Si. (Sumber Daya Lingkungan-BPPL)

24. Drs. Bambang Sumiono, M. Si. (Biologi Perikanan-Puslitbangkan) 25. Ir. Duto Nugroho, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan) 26. Dr. Ir. Andin Taryoto, M.Si. (Sosiologi Perikanan-Sekolah Tinggi Perikanan) 27. Dr. Priyanto Rahardjo, M.Sc. (Biologi Konservasi-Sekolah Tinggi Perikanan) 28. Dr. Ario Damar, M.Si. (Ekologi Perairan Pesisir, Phytoplankton Ekologi-IPB)

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Ketua Penyunting Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) mengucapkan terima kasih kepada para Bebestari yang telah berpartisipasi dalam menelaah naskah yang diterbitkan di jurnal ilmiah ini, sehingga jurnal ini dapat terbit tepat pada waktunya. Bebestari yang berpartisipasi dalam terbitan Volume 22 Nomor 3 September 2016 adalah:

1. Ir. Badrudin, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan) 2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-IPB) 3. Dr. Ir. Andin Taryoto, M.Si. (Sosiologi Perikanan-Sekolah Tinggi Perikanan) 4. Dr. Ario Damar, M.Si. (Ekologi Perairan Pesisir, Phytoplankton Ekologi-IPB)

Keterangan untuk Volume 22 Nomor 3 September 2017;

Menerangkan bahwa Bebestari oleh Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. mengevaluasi 2 (dua) tulisan dengan judul sebagai berikut:

1. Kepadatan Stok Ikan Demersal dan Udang di Samudera Hindia Barat Sumatera pada Musim Peralihan II

2. Kepadatan dan Stratifikasi Komposisi Sumber Daya Ikan Demersal di Laut Cina Selatan (WPP-NRI 711)

(6)

KATA PENGANTAR

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2016 memasuki Volume ke-22. Proses penerbitan jurnal ini dibiayai oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan tahun anggaran 2016. Semua naskah yang terbit telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Penyunting dan Bebestari serta editing oleh Penyunting Pelaksana.

Pengelolaan Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2016 mulai mengacu padaOpen Journal System(OJS). Dalam segi tampilan ada sedikit perubahan, yaitu:

1. Pencantuman p-ISSN dan e-ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul dan halaman daftar isi terbitan, tanpa titik dua

2. Pencantuman nomor daftar atau barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman sampul belakang 3. Lembar khusus bebestari

4. Lembar ucapan terima kasih untuk Bebestari yang terlibat dalam penelaahan pada tiap nomornya 5. Setiap lembar judul ada tambahan informasi mengenai website, alamat email dan informasi mengenai

jurnal JPPI, serta logo dan cover pada sebelah kiri dan kanannya

Informasi perubahan ini akan ditampilkan pada setiap kata pengantar selama 4 (empat) terbitan.

Penerbitan ketiga di Volume 22 Nomor 3 tahun 2016 menampilkan tujuh artikel hasil penelitian perikanan di perairan Indonesia. Ketujuh artikel tersebut mengulas tentang: Kepadatan stok ikan demersal dan udang di Samudera Hindia Barat Sumatera pada musim peralihan II; Dugaan daerah pemijahan ikan napoleon (Cheilinus undulatus) di sekitar kepulauan Anambas; Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan (WPP-NRI 711); Dampak perubahan metode penangkapan rawai tuna di Samudera Hindia; Dampak pemberlakuan moratorium perizinan tangkap terhadap upaya penangkapan dan produksi rawai tuna skala industri yang berbasis di Pelabuhan Benoa-Bali; Efektivitas penggunaan berbagai jenisTAG untuk mengetahui kelangsungan hidup lobster pasir (Panulirus homarusLinnaeus, 1758); Sebaran kelompok umur dan rasio potensi pemijahan banggai cardinal (Pterapogon kaudermi, Kouman, 1933) di perairan Kepulauan Banggai Sulawesi Tengah.

Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumber daya perikanan di Indonesia. Ketua Penyunting mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti dari lingkup dan luar Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

(7)

e-ISSN 2502 - 6542

p-ISSN 0853 - 5884

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Volume 22 Nomor 3 September 2016

DAFTAR ISI

Halaman i ii iii iv v-vii DAFTAR BEBESTARI...

UCAPAN TERIMA KASIH...

KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………..………..

KUMPULAN ABSTRAK ...

Kepadatan Stok Ikan Demersal dan Udang di Samudera Hindia Barat Sumatera pada Musim Peralihan II

Oleh: Nurulludin, Thomas Hidayat dan Asep Mamun ... Dugaan Daerah Pemijahan Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) di Sekitar Kepulauan Anambas Oleh: Amran Ronny Syam, Mujiyanto dan Masayu Rahmia Anwar Putri ... Kepadatan dan Stratifikasi Komposisi Sumber Daya Ikan Demersal di Laut Cina Selatan (WPP-NRI 711)

Oleh: Robet Perangin-angin, Sulistiono, Rahmat Kurnia, Achmad Fahrudin dan Ali Suman ... Dampak Perubahan Metode Penangkapan Rawai Tuna di Samudera Hindia

Oleh: Irwan Jatmiko, Fatur Rochman dan Arief Wujdi ... Dampak Pemberlakuan Moratorium Perizinan Tangkap terhadap Upaya Penangkapan dan Produksi Rawai Tuna Skala Industri yang Berbasis di Pelabuhan Benoa-Bali

Oleh: Fathur Rochman, Bram Setyadji dan Irwan Jatmiko ... Efektivitas Penggunaan Berbagai JenisTAGuntuk Mengetahui Kelangsungan Hidup Lobster Pasir (Panulirus homarusLinnaeus, 1758)

Oleh: Danu Wijaya, Fayakun Satria dan Endi Setiadi Kartamihardja ... Sebaran Kelompok Umur dan Rasio Potensi PemijahanBanggai Cardinal(Pterapogon kaudermi, Kouman, 1933) di Perairan Kepulauan Banggai Sulawesi Tengah

Oleh: Sri Turni Hartati dan Kamaluddin Kasim ... SERTIFIKATAKREDITASI... PEDOMAN PENULISAN... 197-206 189-196 181-188 173-180 161-172 147-160 139-146 App. 207 App. 208

(8)

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Vol. 22 No.3 September 2016

KUMPULAN ABSTRAK

Lembar Abstrak

KEPADATAN STOK IKAN DEMERSAL DAN UDANG DI SAMUDERA HINDIA BARAT SUMATERA PADA MUSIM PERALIHAN II

Nurulludin

JPPI September 2016, Vol 22 No. 3, Hal. 139-146 e-mail: nurulludin37@gmail.com

ABSTRAK

Kepadatan stok ikan merupakan indikasi dari potensi perikanan di suatu wilayah yang sangat penting diketahui. Tujuan tulisan ini membahas tentang laju tangkap, kepadatan stok dan perkiraan biomassa ikan demersal serta udang. Penelitian sumber daya ikan demersal dan udang di Samudera Hindia Barat Sumatera dilakukan dengan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IV (1200 GT) pada bulan Oktober dan November 2015 (Musim peralihan II). Penghitungan kepadatan stok menggunakan metode sweept area dengan panjang tali ris atas dari jaring trawl 36 m, kecepatan kapal saat menarik jaring berkisar 2,5 – 3 knot, lama penarikan jaring maksimal 1 jam. Perairan Samudera Hindia Barat Sumatera terdiri dari 151 spesies yang tergolong dalam 59 famili. Famili ikan demersal yang dominan tertangkap (5 besar), yaitu Leiognathidae sebesar 23,6 %, Trichiuridae 9,8 %, Haemulidae 8,0 %, Engraulididae 6,6 %, dan Polynemidae 6,05%. Famili udang yaitu Penaeidae (79,08 %), Scyllaridae 19,49%, dan Solenoceridae 1,43%. Rata-rata laju tangkap ikan demersal 205,80 kg/jam, dengan kepadatan stok 6,66 ton/ km2dan udang 2,30 kg/jam dengan kepadatan stok 0,053

ton/km2. Biomassa ikan demersal diperkirakan sebesar

470.122 ton dan udang 3.706 ton.

Kata Kunci: Densitas, stok, demersal, udang, Samudera Hindia, barat Sumatera

DUGAAN DAERAH PEMIJAHAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus,RUPPELL, 1835) DI SEKITAR PERAIRAN KEPULAUAN ANAMBAS

Amran Ronny Syam

JPPI September 2016, Vol 22 No. 3, Hal. 147-160 e-mail: amransyam62@gmail.com

ABSTRAK

Kelimpahan ikan Napoleon di alam sangat rendah, namun larvanya muncul setiap tahun di sekitar perairan Kepulauan Anambas. Saat ini ikan Napoleon yang berukuran satu kilogram masih banyak ditemukan dari hasil pemeliharaan dalam Keramba Jaring Tancap dan Karamba Jaring Apung. Kajian terhadap keberadaan larva/juvenil ikan Napoleon dan lokasi pemijahan di alam

merupakan salah satu indikator dalam upaya mempertahankan keberlanjutan hidup populasi ikan napoleon. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga daerah pemijahan ikan Napoleon di alam berdasarkan ukuran larva/juvenil ikan Napoleon yang tertangkap di alam dan pola arus di sekitar perairan tersebut. Metode yang digunakan adalah Sensus visual (UVC), enumerasi hasil tangkapan benih dan penentuan pola arus laut di sekitar daerah penangkapan benih. Daerah pemijahan ikan Napoleon belum diketahui pasti. Berdasarkan pola arus laut dan keberadaan larva ikan Napoleon yang berukuran 0,5 inci, dapat diduga pemijahan ikan Napoleon di alam berlangsung tidak jauh dari lokasi ditemukannya larva tersebut, yaitu 1. Tanjung Datuk, 2.Pulau Tembuk, 3. Tanjung Ikan, 4.Teluk Nipah, 5.Teluk Pau, dan 6. Tanjung Sing. Populasi ikan Napoleon dewasa di perairan sekitar Kabupaten Anambas tergolong rendah, namun kemunculan benih ikan Napoleon dapat terjadi setiap tahun terutama pada Oktober/Nopember atau Januari dan Februari.

KATAKUNCI : pemijahan, pola arus, napoleon, Anambas

KEPADATAN DAN STRATIFIKASI KOMPOSISI SUMBER DAYA IKAN DEMERSAL DI LAUT CINA SELATAN (WPP – NRI 711)

Robet Perangin-angin

JPPI September 2016, Vol 22 No. 3, Hal. 161-172 e-mail:robert.peranginangin@yahoo.com

ABSTRAK

Informasi distribusi kepadatan stok dan komposisi ikan demersal sangat penting untuk diketahui sebagai bahan masukan guna keberhasilan pengelolaan perikanan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan stok dan sebaran sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2015 dengan menggunakanscientific echosounderBIOSONICS DT-X dan frekuensi 120 KHz. Untuk verifikasi data akustik terutama komposisi jenis dilakukan pengoperasian trawl. Hasil penelitian menunjukkan komposisi jenis ikan demersal di Laut Cina Selatan meliputi 147 spesies dari 55 famili. Stratifikasi komposisi dikedalaman 20-30 m, 30-40 m, 30-40-50 m, 50-60 m, dan 60-70 m masing masing didominasi oleh ikan dari famili Leiognathidae, Lutjanidae, Nemipteridae, Tetraodontidae, dan Serranidae. Estimasi kepadatan stok sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan berkisar antara 0,16 – 2,85 ton/km2dengan

rata-rata kepadatan 1,05 ton/km2.

Kata Kunci: hidroakustik, ikan demersal, kepadatan stok, Laut Cina Selatan.

(9)

Lembar Abstrak DINAMIKAPERUBAHAN METODE PENANGKAPAN

RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA Irwan Jatmiko

JPPI September 2016, Vol 22 No. 3, Hal. 173-180 e-mail: irwan.jatmiko@gmail.com

ABSTRAK

Rawai tuna merupakan salah satu alat tangkap penting bagi industri perikanan di Indonesia. Target utama alat tangkap ini adalah ikan tuna yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti tuna mata besar dan madidihang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kapal dan perubahan metode penangkapan rawai tuna di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh pemantau ilmiah (observer) pada kapal rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa Bali, mulai Agustus 2005 hingga November 2014. Pemantau ilmiah mencatat data dan informasi meliputi: panjang tali cabang (PTC), panjang tali pelampung (PTP), panjang antar tali cabang (PATC), jumlah pancing antar pelampung (JPAP), jumlah mata pancing, lama waktu tebar pancing dan lama waktu perendaman. AnalisisAnova satu arah dan tes Tukey dilakukan untuk mengetahui perubahan karakteristik armada rawai tuna selama beberapa tahun. Hasil analisis menunjukkan terjadi perubahan karakteristik operasi rawai tuna selama beberapa tahun (p<0,05). Jarak antar tali cabang dan panjang tali pelampung berfluktuasi dengan menunjukkan pola yang acak. Jumlah mata pancing dan lama waktu tebar pancing juga berfluktuasi namun cenderung menurun jumlah dan durasinya. Selanjutnya, jumlah pancing antar pelampung juga memiliki kecendurungan lebih sedikit dalam kurun waktu beberapa tahun. Panjang tali cabang dan lama waktu perendaman menunjukkan peningkatan dalam panjang dan durasinya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap terhadap perubahan karakteristik kapal rawai tuna Indonesia di Samudra Hindia.

Kata Kunci: Metode penangkapan, rawai tuna,Anova satu arah, Samudra Hindia

DAMPAK PEM BERLAKUAN M ORATORIUM PERIZINAN TANGKAP TERHADAP UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI RAWAI TUNA

SKALA INDUSTRI YANG BERBASIS DI

PELABUHAN BENOA-BALI Fatur Rochman

JPPI September 2016, Vol 22 No. 3, Hal. 181-188 e-mail: fathursmasabio1@gmail.com

ABSTRAK

PERMEN KP Nomor 56 tahun 2014 dan PERMEN KP Nomor 10 tahun 2015 berguna untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab dan penanggulangan terhadap Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di W ilayah Pengelolaan

Perikanan (WPP) Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak moratorium perizinan perikanan tangkap terhadap upaya penangkapan dan produksi rawai tuna yang berbasis di pelabuhan Benoa-Bali.Analisis data didasarkan pada hasil enumerasi oleh enumerator Loka Penelitian Perikanan Tuna (LPPT) di pelabuhan Benoa, dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Moratorium perizinan perikanan tangkap efektif diberlakukan pada tanggal 3 Nopember 2014. Hasil studi menunjukkan terjadi kenaikan pada rata-rata produksi, upaya dan CPUE perikanan tuna skala industri di pelabuhan Benoa di tahun 2015 (setelah moratorium). Kenaikan produksi, CPUE dan upaya penangkapan perikanan tuna skala industri di pelabuhan Benoa berturut turut sebesar 6-18%, 3,3-16% dan 4-11% dari rata-rata produksi, CPUE dan upaya penangkapan 3 tahun sebelum moratorium. Meskipun terjadi kenaikan produksi, CPUE, dan upaya penangkapan namun setelah di uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (tidak berdampak nyata).

Kata Kunci: moratorium, upaya penangkapan, tangkapan, rawai tuna, Benoa Bali

PENDEKATAN SOSIAL-EKOLOGI UNTUK

PENILAIAN KESESUAIAN LOKASIRESTOCKING

LOBSTER PASIRPanulirus homarus(Linnaeus, 1758)

Danu Wijaya

JPPI September 2016, Vol 22 No. 3, Hal. 189-196 e-mail: danuwijaya512@gmail.com

ABSTRAK

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu jenis lobster yang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak ditangkap di Indonesia. Salah satu cara untuk mengetahui pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan pergerakan lobster di alam adalah dengan menggunakan metode Capture-mark-recapture (CMR). Tiga jenistagyang biasa dipakai untuk penandaan lobster adalah T-bar, streamer, dan Visual Implant Elastomer (VIE). Percobaan penandaan dilakukan di kolam penampungan di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis tag yang efektif untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup pada lobster pasir. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tiga jenis tag, yaitu T-bar (70 ekor), streamer (76 ekor), dan Visual Implant Elastomer(VIE) (10 ekor) pada dua kelompok ukuran lobster (>20-60 gram dan >60-100 gram). Semua sampel dipelihara dalam bak selama 30 hari yang dilakukan Agustus-September 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VIE (60%) memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi diikuti oleh T-bar (34 %) dan steamer(13 %). Untuk keperluan monitoring di alam, disarankan menggunakan T-bar karena penerapannya praktis dan mudah dideteksi.

Kata Kunci: Lobster pasir; penandaan; tingkat kelangsungan hidup; Lombok Tengah

(10)

Lembar Abstrak SEBARAN KELOM POK UM UR DAN RASIO

POTENSI PEMIJAHANBANGGAI CARDINAL

(Pterapogon kauderni, Koumans 1933)

MENGGUNAKAN MODELLB-SPRDI KEPULAUAN

BANGGAI SULAWESI TENGAH Sri Turni Hartati

JPPI September 2016, Vol 22 No. 3, Hal. 197-206 e-mail: sriturni@yahoo.com

ABSTRAK

Banggai cardinal (Pterapogon kauderni, Koumans 1933) adalah jenis ikan endemik yang saat ini masih diperdagangkan sebagai ikan hias. Informasi biologi seperti ukuran dan estimasi kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui status pemanfaatan di habitat aslinya, yang diperlukan dalam upaya pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pemanfaatan stok Banggai cardinal melalui estimasi kelompok umur ikan dan menggunakan informasi tersebut sebagai indikator biologi (Biological

Reference Point)Spawning Potential Ratio(SPR) melalui pendekatan Length-Based SPR model. Pengukuran panjang ikan dilakukan terhadap 7.014 ekor ikan sampel selama tahun 2010 hingga 2011, dan pengamatan aspek biologi seperti jenis kelamin, tingkat kematangan gonad, serta fekunditas dilakukan terhadap 394 ekor ikan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap berumur 10-11 bulan, dengan ukuran panjang 32,7 – 35,2 mm FL, lebih kecil dari ukuran pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 36,1 – 44,4 mm FL. Rata-rata Nilai SPRsebesar 44,6% masih di atas ambang batas lebih tangkap (overfishing threshold) 30%. Nilai SPRsecara signifikan menurun dari 46,8% pada 2010 menjadi 40,4% pada 2011. Sebanyak 50% ikan betina matang gonad (Lm) pada ukuran 37 mm FL dan 50% tertangkap (Selectivity/SL50) pada ukuran 32 mm FL (SL50< L50). Laju penangkapan relatif terhadap mortalitas alami (F/M) sebesar 0,57 mengindikasikan bahwa upaya penangkapan (relative fishing effort) telah mencapai 52% terhadap laju kematian alaminya.

Kata Kunci: Pendugan tingkat pemanfaatan; umur relatif; rasio potensi pemijahan; banggai cardinal

(11)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS

TAG

UNTUK MENGETAHUI

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER PASIR (

Panulirus homarus

Linnaeus, 1758)

EFFECTIVENESS OF VARIOUS TYPES OF TAG TO KNOW ON THE SURVIVAL

RATE OF SPINY LOBSTER

(

Panulirus homarus

Linnaeus, 1758)

Danu Wijaya*1, Fayakun Satria2dan Endi Setiadi Kartamiharja1

1Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Jl. Cilalawi No.1, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, 41152, Indonesia 2Balai Penelitian Perikanan Laut, Jl.Muara Baru Ujung, Komp. Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Penjaringan Jakarta Utara,

Jakarta, 14440, Indonesia

Teregistrasi I tanggal: 23 Juni 2016; Diterima setelah perbaikan tanggal: 20 September2016; Disetujui terbit tanggal: 22 September 2016

ABSTRAK

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu jenis lobster yang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak ditangkap di Indonesia. Salah satu cara untuk mengetahui pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan pergerakan lobster di alam adalah dengan menggunakan metode Capture-mark-recapture(CMR). Tiga jenistagyang biasa dipakai untuk penandaan lobster adalah T-bar, streamer, dan Visual Implant Elastomer (VIE). Percobaan penandaan dilakukan di kolam penampungan di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis tagyang efektif untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup pada lobster pasir. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tiga jenistag, yaitu T-bar (70 ekor), streamer (76 ekor), dan Visual Implant Elastomer (VIE) (10 ekor) pada dua kelompok ukuran lobster (>20-60 gram dan >60-100 gram). Semua sampel dipelihara dalam bak selama 30 hari yang dilakukan Agustus-September 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VIE (60%) memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi diikuti oleh T-bar (34 %) dansteamer(13 %). Untuk keperluan monitoring di alam, disarankan menggunakan T-bar karena penerapannya praktis dan mudah dideteksi.

Kata Kunci: Lobster pasir; penandaan; tingkat kelangsungan hidup; Lombok Tengah ABSTRACT

Panulirus homarus (Spiny Lobster) is one of the lobster species that has an important economic value and highly catched in Indonesia. Capture-mark-recapture (CMR) methods are widely used to study the estimation of population parameters such as abundance, growth, distribution and survival of the wild organism. Three effective techniques commonly used for decapods tagging are T-bar, streamer, and Visual Implant Elastomer (VIE). Tagging experiments conducted in ponds in the Gulf Gerupuk, Central Lombok. This study aims to determine the effective type of tags and to determine the survival rate of spiny lobster. The study was conducted using three types of tags, T-bar (70 lobsters), streamer (76 lobsters), and Visual Implant Elastomer (VIE) (10 lobsters) divided in two groups size of lobster (> 20-60 grams and> 60- 100 grams). All samples were maintained in the tank for 30 days in August-September, 2015. The results showed that VIE (60%) has the highest survival rate followed by the T-bar (34%) and streamer (13%). For monitoring purposes in nature T-T-bar are advised to use because of their more practical applicated and easily detected.Panulirus homarus (Spiny Lobster) is one species of lobster that has an important economic value and highly catched in Indonesia. Capture-mark-recapture (CMR) methods are widely used to study the estimation of population parameters such as abundance, growth, distribution and survival of the wild organism. Three effective techniques commonly used for decapods tagging are T-bar, streamer, and Visual Implant Elastomer (VIE). Tagging experiments conducted in ponds in the Gulf Gerupuk, Central Lombok. This study aims to determine the effective type of tags to determine the survival rate of spiny lobster. The study was conducted using three types of tags, T-bar (70 lobsters), streamer (76 lobsters), and Visual Implant Elastomer (VIE) (10 lobsters) divided in two groups size of lobster (> 20-60 grams and> 60- 100 grams). All samples were

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi e-mail:jppi.puslitbangkan@gmail.com

JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA Volume 22 Nomor 3 September 2016

p-ISSN: 0853-5884 e-ISSN: 2502-6542

Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

Efektivitas Penggunaan Berbagai Jenis ... Lobster Pasir (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) (Wijaya, D., et al)

___________________

Korespondensi penulis:

(12)

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.3 September 2016:

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki enam jenis lobster yang termasuk dalam tropical spiny lobster dari Famili Palinuridae, yaituPanulirus homarus(lobster pasir), P. ornatus(lobster mutiara), P. longipes(lobster batik), P. versicolor(lobster bambu), P. polyphagus(lobster Pakistan/lumpur) danP. penicillatus (lobster batu) (Tewfiket al., 2009; Phillips, 2006). Jenis lain yang juga ditemukan di perairan Indonesia adalah P. mesodontus (Wardiatno et al., 2016). Panulirus homarus(lobster pasir) merupakan salah satu jenis lobster yang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak ditangkap di Indonesia. Sampai saat ini, informasi mengenai pergerakan/ruaya, tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhanP. homarusdi Indonesia belum banyak diketahui.

Metode penangkapan-penandaan-penangkapan kembali atauCapture-mark-recapture(CMR) cukup banyak digunakan untuk mempelajari populasi organisme di alam (Williamset al., 2002). Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan pergerakan di alam (Smithet al., 2001; González-Vicente et al., 2012). Dalam studi tersebut, salah satu cara yang digunakan adalah dengan cara menandai (tagging) lobster secara individual dengantagyang dapat bertahan meskipun lobster mengalamimoultingdan secara substansial tidak m em pengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan atau perilaku lobster (Claverie & Smith, 2007).

Tiga teknik tagging yang efektif dan biasa digunakan untuk penandaan decapoda yaitu jenistag T-bar dan streameryang dianggap sebagai teknik standar untuk beberapa spesies (Claverie & Smith, 2007; Dubula et al., 2005; Ulmestrand & Håkan, 2001), danvisual implant elastomer(VIE) (Purcellet al., 2006).

Sampai saat ini penelitian mengenai penandaan lobster khususnyaP. homarus di Indonesia belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup lobster dari jenistagT-bar,streamer, danVisual Implant Elastomer

(VIE) pada P. homarus. Selain itu juga untuk mengetahui jenis tag yang paling sesuai untuk keperluan m onitoring di alam dan dapat direkomendasikan untuk keperluan penelitian selanjutnya.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kolam milik Instalasi Gerupuk, Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok. Pelaksanaan percobaan penandaan lobster dilakukan selama 30 hari pada Agustus-September 2015.

Pengumpulan Data

Pengumpulan contoh lobster dilakukan dengan bantuan nelayan lobster setempat, hasil penangkapan di Teluk Bumbang, Teluk Gerupuk, dan Teluk Awang, Kabupaten Lombok Tengah. Lobster yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenisPanulirus homarus (lobster pasir/spiny lobster) memiliki kisaran berat antara 20-100 gram dengan jumlah total 156 ekor. Percobaan dilakukan dalam kolam semen yang diisi air laut yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi dan penyaringan. Pemberian pakan dilakukan pada malam hari dengan frekuensi satu kali setiap harinya.

Prosedur Percobaan

Pada percobaan ini menggunakan tiga jenistag yaitu T-bar tipe TBF Fine Anchor, Polyethylene Streamer(streamer), danVisible Implant Elastomer (VIE).Tagjenis T-bar memiliki bentuk memanjang dengan bagian pangkal terbuat dari nilon yang halus untuk dimasukkan ke tubuh lobster dan bagian ujung luar yang memuat nomor identitas (Gambar 1A). Untuk memasang T-Bar ke tubuh lobster diperlukan aplikator “Dennison 10312 tagging applicators” produksi Hallprint Pty Ltd. T-bar dimasukkan ke dalam otot punggung (dorsal) antaracephalothoraxdan perut segmen pertama, pada satu sisi kanan atau kiri menghindari bagian tengah (untuk menghindari menusuk jantung, usus) (Claverie & Smith, 2007; Smith et al., 2001), dan arteri perut pada bagian punggung (Smithet al., 2001).

189-196

maintained in the tank for 30 days in August-September, 2015. The results showed that VIE (60%) has the highest survival rate followed by the T-bar (34%) and streamer (13%). For monitoring purposes in nature T-bar are advised to use because of their more practical applicated and easily detected. Keywords: Spiny lobster; tagging; survival rate; Central Lombok

(13)

(A) (B) (C)

Gambar 1. Jenistagdan aplikasinya pada lobster (A) T-bar, (B)streamer, dan (C)Visual Implant Elastomer (VIE).

Figure 1. Type of tags on lobster (A) T-bar, (B) streamer, dan (C) Visual Implant Elastomer (VIE). Polyethylene Streamer (streamer) berbentuk

lembaran tipis berbahan plastik lembut dengan jarum aplikator sekali pakai di bagian ujung yang berguna meminimalkan luka pada saat aplikasi. Streamer dimasukkan ke dalam otot punggung (dorsal) antara cephalothorax dan perut segmen pertama (Gambar 1B). Visible Implant Elastomer (VIE) terbuat dari bahan dasar campuran dua bagian silikon sebelum digunakan. VIE dimasukkan dengan cara disuntikkan sebagai cairan yang mudah menjadi gumpalan padat yang lentur di dalam tubuh organisme. VIE disuntikkan pada bawah jaringan transparan dan tetap terlihat secara eksternal. Warna-warna pada VIE sangat terlihat di bawah cahaya ambient dan bercahaya ketika menggunakan lampu VI. VIE dimasukkan pada bagian perut lobster yang memiliki jaringan transparan (Gambar 1C).

Dalam percobaan ini, terhadap masing-masing jenistagdikelompokkan dalam dua kelas yaitu lobster dengan ukuran berat >20-60 gram dan >60-100 gram. Jumlah sampel lobster kelas ukuran >20-60 gram

pada tipetagT-bar sebanyak 30 ekor, tipetag streamer sebanyak 38 ekor, dan tipe VIE sebanyak 4 ekor. Jumlah sampel lobster kelas ukuran berat >60-100 gram untuk tipetagT-bar sebanyak40 ekor, tipetag streamersebanyak 42 ekor, dan tipe VIE sebanyak 6 ekor. Jumlah sampel untuk jenistagVIE cukup kecil dikarenakantagVIE memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat diberi kode identitas dan tidak mendukung dalam pengamatan di alam bebas setelah lobster dirilis ke alam. Proses penandaan dilakukan dalam satu hari. Kedua kelas ukuran lobster tersebut ditampung selama 30 hari pada masing-masing kolam sesuai kelas ukurannya.

Analisa Data

Lobster yang hidup dengan ketahanan masing-masing jenistagdicatat secara harian. Perbedaan tingkat kelangsungan hidup pada masing-masing metode penandaan dinilai dengan membandingkan proporsi kelangsungan hidup pada masing-masing jenistag. % 100 (%) X cobaan a awal per hidup pad al lobster Jumlah tot ke-n pada hari ster hidup Jumlah lob dup lobster hi Persentase

HASIL DAN BAHASAN Hasil

Hasil percobaan ketiga tipetagyang dipakai pada hari ke-30 menunjukkan persentase yang berbeda untuk masing-masingjenistag.Padaseluruhsampelyangmeliputi lobster berukuran >20-100gram (Gambar 2) menunjukkan persentase tertinggi dalam kondisi hidup setelah di-tagging adalahdarijenis VIEdiikuti denganjenisT-bardanstreamer dengan nilai berturut turut 60 % (6 ekor dari 10 ekor), 34 % (24 ekor dari 70 ekor), dan 13 % (10 ekor dari 76 ekor).

Jika dikelompokkan menjadi dua kelompok lobster berukuran >20-60 gram dan >60-100 gra m , per senta se lob ster yang h idup p ada masing-masing jenistagmenunjukkan pola yang s a m a d en g a n p r o p o r si lo b s t e r h idu p p a d a keseluruhan sampel. Namun lobster yang hidup pada kelom pok kelas ukuran >60-100 gram (Gambar 3B) untuktagjenis T-bar danstreamer menunjukkan persentase lebih besar daripada jenistagsejenis pada kelas ukuran >20-60 gram (Gambar 3A).

(14)

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.3 September 2016:

Gambar 2. Persentase lobster hidup setelah penandaan pada seluruh sampel (>20-100 gram). Figure 2. Percentage of survival rate of all lobster tagged (>20-100 gram).

Gambar 3. Persentase lobster hidup setelah penandaan (A) >20-60 gram, (B) >60-100 gram. Figure 3. Percentage of survival rate of lobster tagged (A) >20-60 gram, (B) >60-100 gram. Lobster yang masih hidup setelah penandaan

menggunakan T-bar danstreamermenunjukkan pola proporsi persentase yang cenderung sama pada semua kelas ukuran. Lobster ber-taggingpada kedua tipetagini mengalami kematian cukup tinggi hingga

hari ke-10 dilihat dari penurunan persentase lobster yang masih hidup. Setelah hari ke-10 sampai dengan hari ke-30 menunjukkan persentase lobster hidup yang cenderung stabil (Gambar 4A-C).

(15)

Gambar 4. Persentase lobster hidup selama 30 hari setelah penandaan: (A) >20-60 gram, (B) >60-100 gram, dan (C) >20-100 gram.

Figure 4. Percentage survival rate of lobster over 30 days: (A) 60 gram, (B) >60-100 gram, dan (C) >20-100 gram.

Tag jenis VIE menunjukkan tingkat persentase cukup berbeda dengan dua jenistaglainnya. Lobster ber-taggingVIE menunjukkan kematian lebih sedikit dari dua tipetaglainnya sampai dengan hari ke-15, dan pada hari ke-16 mengalami kematian cukup tinggi. Namun setelah hari ke-16, persentase lobster ber-taggingVIE yang hidup cenderung lebih stabil sampai dengan hari ke-30.

Bahasan

Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tertinggi pada keseluruhan sampel lobster ber-tagging berturut-turut adalah VIE (60%) diikuti oleh T-bar (35%) dan streamer(13%) (Gambar 2). Hasil penelitian Claverie & Smith (2007) juga mendapatkan hasil yang sama untuk percobaan ketiga jenistagtersebut.

Lobster ber-taggingT-bar pada kelompok lobster berukuran >60-100 gram (Gambar 3B) memiliki persentase tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dari lobster ber-taggingpada kelompok ukuran >20-60 gram (Gambar 3A). Kejadian tersebut diduga pada lobster kelompok ukuran >20-60 gram memiliki ketebalan daging belum terlalu tebal, sehingga ketika T-bar diaplikasikan, jarum aplikator mengenai/ menusuk jantung, usus, dan arteri perut pada bagian punggung sehingga menyebabkan tingkat kematian menjadi tinggi.

Keseluruhan sampel lobster yang di-tagging menggunakan T-bar menunjukkan persentase tingkat kelangsungan hidup yang menurun cukup tinggi pada 6 hari pertama dan mulai melambat setelah hari ke-6 sampai pada hari ke-30 (Gambar 4C). Penelitian-Efektivitas Penggunaan Berbagai Jenis ... Lobster Pasir (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) (Wijaya, D., et al)

(16)

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.3 September 2016: penelitian sebelumnya dengan menggunakan T-bar juga menunjukkan pola proporsi tingkat kelangsungan hidup harian yang sama (Montgomery & Brett, 1996; Claverie & Smith, 2007). Pada lobster kelompok ukuran >60-100 gram m enunjukkan tingkat kelangsungan hidup dengan persentase harian lebih tinggi dari kelompok ukuran >20-60 gram (Gambar 4A-B). Hal ini diduga dikarenakan daging lobster kelompok ukuran >60-100 gram sudah cukup tebal untuk diaplikasikan tagdari jenis T-bar. Meskipun berbeda persentase tingkat kelangsungan hidupnya, proporsi persentase lobster setiap kelompok ukuran menunjukkan proporsi yang sama sampai hari ke-30.

Kematian lobster ber-tagging T-bar pada awal percobaan (6 hari pertama) diduga disebabkan oleh infeksi pada bekas luka yang di-taggingdengan warna hitam pada jaringan yang dipasang T-bar. Dugaan infeksi pada bekas luka yang di-taggingdengan warna hitam pada jaringan yang dipasang T-bar ini juga ditemui pada penelitian yang dilakukan oleh Claverie & Smith (2007). Dubulaet al.(2005) juga menemukan hal yang sama pada lobsterJasus lalandiiyang diberi tagT-bar.

Tag jenis streamer pada keseluruhan sampel lobster dan pengelompokan berdasarkan ukuran menunjukkan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) paling rendah dibanding dua jenistaglainnya (Gambar 2). Hasil penelitian lainnya menggunakan tag jenis streamer menunjukkan hal yang sama (Claverie & Smith, 2007; O‘Malley, 2008). Hasil penelitian menggunakanstreameroleh Comeau & Mallet (2003) mendapatkan hasil bahwa tag jenis streamer memiliki tingkat kematian yang tinggi. Jika dikelompokkan ke dua kelas ukuran, nampak lobster ber-tagging streamerpada kelompok ukuran >60-100 gram (Gambar 3B) memiliki persentase tingkat kelangsungan hidup harian lebih tinggi dari lobster ber-tagging pada kelompok ukuran >20-60 gram (Gambar 3A). Hal tersebut diduga pada lobster kelompok ukuran >60-100 gram memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik.

Keseluruhan sampel lobster yang menggunakan tag tipestreamermenunjukkan tingkat kelangsungan hidup menurun cukup tinggi pada 6 hari pertama dan mulai melambat setelah hari ke-6 sampai pada hari ke-30 (Gambar 4C). Penelitian sebelumnya dalam penggunaanstreamerjuga menunjukkan pola proporsi persentase tingkat kelangsungan hidup harian yang sama (Claverie & Smith, 2007). Pada kelompok ukuran >60-100 gram menunjukkan tingkat kelangsungan hidup dengan persentase harian lebih tinggi dari kelompok ukuran >20-60 gram (Gambar 4A-B). Hal

ini diduga dikarenakan daging lobster kelompok ukuran >60-100 gram sudah cukup tebal untuk diaplikasikan tag dari jenis streamer. Persentase tingkat kelangsungan hidupnya berbeda, namun proporsi persentase tiap kelom pok uk uran menunjukkan proporsi yang sama sampai hari ke-30. Kematian yang cukup tinggi pada awal percobaan diduga lobster mengalami stress dan luka yang terjadi saat aplikasi streamerdimana hal ini juga ditemui oleh Claverie & Smith (2007).

Tagjenis VIE pada keseluruhan sampel lobster dan pengelom pok an berdasark an ukuran menunjukkan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) paling tinggi dibanding dua jenis tag lainnya (Gambar 2). Pada beberapa penelitian mengenai penggunaan VIE menunjukkan bahwa jenis tagini memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (Linnane & Mercer, 1998; Woods & James, 2003; Claverie & Smith, 2007).

Keseluruhan sampel lobster yang menggunakan tagtipe VIE menunjukkan tingkat kelangsungan hidup menurun drastis pada hari ke-3 dan hari ke 16. Setelah hari ke-16, sampel ber-tagging VIE cukup stabil sampai dengan akhir percobaan (Gambar 4C). Penelitian yang dilakukan Frisch & Hobbs (2006) menunjukkan hasil bahwatagjenis VIE sangat efektif untuk penandaan lobsterPanulirus versicolordalam jangka waktu panjang. Namun pada beberapa penelitian menggunakan tag VIE memperlihatkan beberapa perpindahan dan fragmentasi pada jenistag VIE (Jerry et al., 2001; Linnane & Mercer, 1998; Woods & James, 2003). Hal tersebut tentu akan membuat masalah pada identifikasi individual saat monitoring lobster di alam (recapture).

Kematian pada awal-awal penelitian secara umum diduga disebabkan oleh beberapa hal seperti: (i) lobster sampel stres saat penampungan dan banyak perlakuan (handling) saat persiapan sebelum penandaan, (ii) lobster sampel mengalami stres saat proses penandaan, dan (iii) lobster sampel stres dan luka pada bagian ber-tagging terinfeksi setelah penandaan. Untuk mengantisipasi infeksi pada bagian yang di-tagging, disarankan untuk melakukan pemberian disinfektan.

Untuk keperluan penelitian mengenai pergerakan dan pertumbuhan lobster di alam disarankan menggunakan T-bar danstreamer. Hal ini dikarenakan T-bar danstreamerdapat dilihat dengan jelas dari jarak tertentu dan setiap individu lobster memiliki nomor identitas. Namun T-bar danstreamerdikuatirkan dapat lepas atau tertarik oleh gesekan pada batu saat lobster bergerak keluar masuk dari celah-celah sempit 189-196

(17)

di habitatnya (Nickell & Sayer, 1998). Hal tersebut dapat memperlambat penyembuhan luka pada bagian yang ber-tagging, sehingga menyebabkan hilangnya haemolymph dan infeksi oleh bakteri atau ciliata (Armstronget al., 1981; Johnson, 1976).

Penggunaan tagjenis VIE memiliki keterbatasan dalam penelitian mengenai pergerakan dan pertumbuhan lobster di alam.TagVIE berada pada bagian ventral lobster, sehingga tidak dapat dilihat dari jarak tertentu kecuali lobster diangkat dan dilihat bagian ventralnya. Selain itu VIE juga tidak memiliki nomor identitas. MeskipuntagVIE mudah dilihat, terutama yang berwarna merah (Godinet al., 1996),tagVIE dapat tersembunyi di bawah lipatan perut (abdomen), dan hanya orang-tertentu yang secara khusus dapat mengenalitagtersebut (Claverie & Smith, 2007). Tingkat ketahanantagVIE di alam padaPanulirus versicolordiperkirakan mencapai 98% setelah satu tahun (Frish & Hobbs, 2006). Ketahanan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat ketahanan yang dilaporkan untuk jenis T-bar (Melville-Smith & Chubb, 1997) maupun streamer (Rowe & Haedrich, 2001).

KESIMPULAN

Jenistagyang memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada lobster adalah VIE (60%) diikuti berturut-turut oleh T-bar (34%) danstreamer(13%). Namun VIE memiliki kelemahan untuk penggunaan monitoring di alam karena dapat tersembunyi di bawah lipatan perut lobster dan hanya orang tertentu yang dapat mengenali tagtersebut.Tag yang paling sesuai untuk keperluan monitoring di alam disarankan menggunakan T-bar dikarenakan lobster yang ber-taggingT-bar mudah dilihat dan setiap individu memiliki nomor identitas sehingga dapat diketahui pergerakkan dan pertumbuhannya. Ukuran lobster pasir yang disarankan untuk di-tagging adalah ukuran >60-100 gram karena memiliki kelangsungan hidup tinggi.

PERSANTUNAN

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan Ecological Assessment untuk Restocking Benih Lobster di Kawasan Konservasi Perairan Indonesia tahun anggaran 2015 Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) yang didukung oleh Balai Budidaya Laut Lombok dan Australian Center for International Agricultural Research(ACIAR). Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Clive Jones (James Cook University, Australia) atas arahannnya selama proses penandaan dan Muhammad Hidayat (Balai Budidaya Lombok) atas bantuannya dalam monitoring selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, D.A., Burreson, E.M., & Sparks, A.K. (1981). A ciliate infection (Paranophryssp.) in laboratory-held Dungeness crabs, Cancer magister.J. Invertebr. Pathol.37, 201–209.

Claverie, T., & Smith, I.P. (2007). A comparison of the effect of three common tagging methods on the survival of the galatheidMunida rugosa(Fabricius, 1775).Fish. Res.86, 285–288.

Comeau, C., & Mallet, M. (2003). The effect of timing of tagging on streamer-tag recapture rates for American lobster (Homarus americanus). Fish. Bull. 101, 476-483.

Dubula, O., Groeneveld, J.C., Santos, J., van Zyl, D.L., Brouwer, S.L., van den Heever, N., & McCue, S.A. (2005). Effects of tag-related injuries and timing of tagging on growth of rock lobster,Jasus lalandii.Fish. Res. 74, 1–10.

Frisch, A.J., & Hobbs, J.A. (2006). Long-term retention of internal elastomer tags in a wild population of painted crayfish (Panulirus versicolor [Latreille]) on the Great Barrier Reef.J. Exp. Mar. Biol. Ecol.339, 104–110.

Godin, D.M., Carr, W.H., Hagino, G., Segura, F., Sweeney, J.N., & Blankenship, L. (1996). Evaluation of a fluorescent elastomer internal tag in juvenile and adult shrimpPenaeus vannamei. Aquaculture139, 243–248.

González-Vicente L., Díaz, D., Mallol, S., & Goñi, R. (2012). Tag loss in the lobsterPalinurus elephas (Fabricius, 1787) and implications for population assessm ent with capture-m ark -recapture methods.Fish. Res.,129-130, 1– 7.

Jerry, D.R., Stewart, T., Purvis, I.W., & Piper, L.R. (2001). Evaluation of visual implant elastomer and alphanumeric internal tags as a method to identify juveniles of the freshwater crayfish, Cherax destructor.Aquaculture193, 149–154.

Johnson, P.T. (1976). Bacterial infection in the blue crab,Callinectes sapidus: course of infection and histopathology.J. Invertebr. Pathol. 28, 25–36.

Linnane, A., & Mercer, J.P. (1998). A comparison of methods for tagging juvenile lobsters (Homarus gammarus L.) reared for stock enhancement. Aquaculture163, 195–202.

(18)

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.3 September 2016:

Melville-Smith, R., & Chubb, C.F. (1997). Comparison of dorsal and ventral tag retention in western rock lobsters,Panulirus cygnus(George).Mar. Freshw. Res.48, 577–580.

Montgomery, S.S., & Brett, P.S. (1996). Tagging eastern rock lobsters Jasus verreauxi: effectiveness of several types of tag).Fish. Res. 27, 141–152.

Nickell, L.A., & Sayer, M.D.J. (1998). Occurrence and activity of mobile macrofauna on a sublittoral reef: diel and seasonal variation.J. Mar. Biol. Assoc. U.K. 78, 1061–1082.

O‘Malley, J.M. (2008). Evaluations of tag retention and a device for releasing discarded Hawaiian spiny lobsters Panulirus marginatus. N. Am. J. Fish. Manage. 28(3), 619–624.

Phillips, B.F. (Ed.). (2006). Lobsters: Biology, management, aquaculture, and fisheries(p.506). Blackwell Publishing Ltd. Singapore.

Purcell, S.W., Blockmans, B.F., Nash, W.J. (2006). Efficacy of chemical markers and physical tags for large-scale release of an exploited holothurian. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 334, 283–293.

Rowe, S., & Haedrich, R.L. (2001). Streamer tag-loss from American lobsters. Trans. Am. Fish. Soc. 130, 516–518.

Smith, I.P., Jensen, A.C., Collins, K.J., & Mattey, E.L. (2001). Movement of wild European lobsters, Homarus gammarus(L.), in natural habitat.Mar. Ecol. Prog. Ser. 222, 177–186.

Tewfik A., Mills, D., & Adhuri, D. (2009). Spiny lobster resources and opportunity for culture in post-tsunami Aceh, Indonesia. In Williams K.C. (ed.). Spiny lobster aquaculture in the Asia–Pacific region.Proceedings of an international symposium held at Nha Trang, Vietnam, 9–10 December 2008. ACIAR Proceedings No. 132 (p.162). Australian Centre for International Agricultural Research: Canberra.

Ulmestrand, M., & Håkan, E. (2001). Growth of Norway lobster,Nephrops norvegicus(Linnaeus 1758), in the Skagerrak, estimated from tagging experiments and length frequency data.ICES J. Mar. Sci. 58, 1133–1326.

Williams, B.K., Nichols, J.D., & Conroy, M.J. (2002). Analysis and Management of Animal Populations. Modeling, Estimation, and Decision Making (p. 817).Academic Press, San Diego, CA.

Woods, C.M.C., & James, P.J. (2003). Evaluation of visible implant fluorescent elastomer (VIE) as a tagging technique for spiny lobsters (Jasus edwardsii).Mar. Fresh. Res. 54, 853–858. Wardiatno, Y., Hakim, A., Mashar, A., Butet, N.,

Adrianto, L., & Farajallah, A. (2016) First record of Puerulus mesodontus Chan, Ma & Chu, 2013 (Crustacea, Decapoda, Achelata, Palinuridae) from south of Java, Indonesia.Biodiversity Data Journal 4, e8069. doi: 10.3897/BDJ.4.e8069.

(19)
(20)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia

Pedoman Bagi Penulis

UMUM

1. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia memuat hasil-hasil penelitian bidang biologi perikanan, teknologi pemanfaatan sumberdaya ikan, pengkajian potensi dan pemacuan sumberdaya ikan.

2. Naskah yang dikirim asli dan jelas tujuan, bahan yang digunakan, maupun metode yang diterapkan dan belum pernah dipublikasikan atau dikirimkan untuk dipublikasikan di mana saja.

3. Naskah ditulis/diketik dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak diperkenankan menggunakan singkatan yang tidak umum 4. Naskah diketik dengan program MS-Word dalam 2 spasi , margin 4 cm (kiri)-3 cm (atas)- 3 cm (bawah) dan 3 cm (kanan), kertas A4,

font 12-times news roman, jumlah naskah maksimal 15 halaman dan dikirim rangkap 3 beserta soft copynya . Penulis dapat mengirimkan naskah ke Redaksi Pelaksana Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan melalui Website:http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppiatau E-mail:jppi.puslitbangkan@gmail.com.

5. Dewan Redaksi berhak menolak naskah yang dianggap tidak layak untuk diterbitkan.

PENYIAPAN NASKAH

1. Judul : Naskah hendaknya tidak lebih dari 15 kata dan mencerminkan isi naskah, diikuti dengan nama, instansi dan alamat email korespondensi penulis.

2. Abstrak : Dibuat dengan Bahasa Indonesia dan Inggris paling banyak 250 kata, isinya ringkas dan jelas serta mewakili isi naskah.

3. Kata Kunci : Ditulis dengan Bahasa Indonesia dan Inggris, terdiri atas 4 sampai 6 kata ditulis dibawah abstrak dan dipilih dengan mengacu padaagrovocs.

4. Pendahuluan : Secara ringkas menguraikan latar belakang penelitian, tujuan dan pentingnya penelitian dilakukan.

5. Bahan dan Metode : Secara jelas dan ringkas menguraikan metode penelitian secara rinci dan jelas yang memungkinkan peneliti lain dapat merujuk metode tersebut.

6. Hasil dan Bahasan : Hasil dan bahasanDIPISAH, diuraikan secara jelas serta dibahas sesuai dengan topik atau permasalahan yang terkait dengan judul.

7. Kesimpulan : Disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul naskah, maksud, tujuan, serta hasil penelitian dalam bentuk narasi.

8. Persantunan : Memuat ucapan terima kasih terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian dan penulisan naskah serta pihak yang terlibat dalam pendanaan kegiatan penelitian.

9. Daftar Pustaka : Berisi seluruh pustaka yang disitasi dalam naskah, menggunakan Harvard format APA (American

Psychological Association)Disusun berdasarkan pada abjad tanpa nomor urut dengan urutan sebagai berikut. Nama pengarang (dengan cara penulisan yang baku), tahun penerbitan, judul artikel, judul buku atau nama dan nomor jurnal, nama penerbit serta jumlah atau nomor halaman.

Contoh :

Pustaka yang berupa majalah/jurnal ilmiah:

Sunarno, M. T. D., Wibowo, A., & Subagja. (2007). Identifikasi tiga kelompok ikan belida (Chitala lopis) di Sungai Tulang Bawang, Kampar dan Kapuas dengan pendekatan biometrik.J. Lit Perikan. Ind. 13(3), 1-14.

Pustaka yang berupa judul buku:

Fridman, A. (2008).Plasma Chemistry(p. 978). Cambridge: Cambridge University Press

Pustaka yang berupa Prosiding Seminar:

Roeva, O. (2012). Real-World Applications of Genetic Algorithm. In International Conference on Chemical and Material Engineering(pp. 25–30). Semarang, Indonesia: Department of Chemical Engineering, Diponegoro University.

Pustaka yang berupa disertasi/thesis/skripsi:

Istadi, I. (2006). Development of A Hybrid Artificial Neural Network – Genetic Algorithm for Modelling and Optimization of Dielectric-Barrier Discharge Plasma Reactor. PhD Thesis. Universiti Teknologi Malaysia.

Pustaka yang berupa patent:

Primack, H. S. (1983). Method of Stabilizing Polyvalent Metal Solutions. US Patent No. 4,373,104 Pustaka yang berupa HandBook:

Hovmand, S. (1995). Fluidized Bed Drying. In Mujumdar, A.S. (Ed.)Handbook of Industrial Drying

(pp.195-248). 2nd Ed. New York: Marcel Dekker.

10. Tabel : Judul, kepala tabel dan keterangan ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.

11. Gambar : Judul gambar, skema, diagram alir dan potret diberi nomor urut dengan angka, diletakkan di bawah gambar dan disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris (bukan format JPEG).

(21)

Gedung Balitbang KP II

Jl. Pasir Putih II Ancol Timur, Jakarta Utara-14430 Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929

Website : http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi e-mail: jppi.puslitbangkan@gmail.com

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Volume 22 Nomor 3 September 2016

e-ISSN 2502 - 6542

p-ISSN 0853 - 5884

Halaman i ii iii iv v-vii DAFTAR BEBESTARI...

UCAPAN TERIMA KASIH... KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI ………..……….. KUMPULAN ABSTRAK ... Kepadatan Stok Ikan Demersal dan Udang di Samudera Hindia Barat Sumatera pada Musim Peralihan II

Oleh: Nurulludin, Thomas Hidayat dan Asep Mamun ... Dugaan Daerah Pemijahan Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) di Sekitar Kepulauan Anambas Oleh: Amran Ronny Syam, Mujiyanto dan Masayu Rahmia Anwar Putri ... Kepadatan dan Stratifikasi Komposisi Sumber Daya Ikan Demersal di Laut Cina Selatan (WPP-NRI 711)

Oleh: Robet Perangin-angin, Sulistiono, Rahmat Kurnia, Achmad Fahrudin dan Ali Suman ... Dampak Perubahan Metode Penangkapan Rawai Tuna di Samudera Hindia

Oleh: Irwan Jatmiko, Fatur Rochman dan Arief Wujdi ... Dampak Pemberlakuan Moratorium Perizinan Tangkap terhadap Upaya Penangkapan dan Produksi Rawai Tuna Skala Industri yang Berbasis di Pelabuhan Benoa-Bali

Oleh: Fathur Rochman, Bram Setyadji dan Irwan Jatmiko ... Efektivitas Penggunaan Berbagai JenisTAGUntuk Mengetahui Kelangsungan Hidup Lobster Pasir (Panulirus homarusLinnaeus, 1758)

Oleh: Danu Wijaya, Fayakun Satria dan Endi Setiadi Kartamihardja ... Sebaran Kelompok Umur dan Rasio Potensi PemijahanBanggai Cardinal(Pterapogon kaudermi, Kouman, 1933) di Perairan Kepulauan Banggai Sulawesi Tengah

Oleh: Sri Turni Hartati dan Kamaluddin Kasim ... SERTIFIKAT AKREDITASI... PEDOMAN PENULISAN... 197-206 189-196 181-188 173-180 161-172 147-160 139-146 App. 207 App. 208

Gambar

Gambar 1. Jenis tag dan aplikasinya pada lobster (A) T-bar, (B) streamer, dan (C) Visual Implant Elastomer (VIE).
Figure 2. Percentage of survival rate of all lobster tagged (&gt;20-100 gram).
Gambar 4. Persentase lobster hidup selama 30 hari setelah penandaan: (A) &gt;20-60 gram, (B) &gt;60-100 gram, dan (C) &gt;20-100 gram.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana ini menjabarkan skenario pengembangan koKabupaten Belu dan pengembangan sektor bidang Cipta karya, usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand

Hal ini dapat diinterpretasikan menunjukkan perusahaan yang mengadopsi SAP lebih siap dan sukses dalam mengevaluasi kualitas system dan mencari fitur-fitur yang

Puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerahnya sehingga jurnal edisi kali ini berhasil disusun dan terbit. Beberapa tulisan yang telah melalui koreksi materi dari

Sistem tutorial akupuntur ini dapat membantu user untuk belajar mengenai akupuntur karena semua materi yang ditampilkan dalam sistem tutorial ini selain berdasarkan rekomendasi

4. cara mengajar guru kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh. Dengan metode pembelajaran yang ada, tidak mengherankan apa bila pemahaman siswa terhadap mata

Keterlibatan dan kepatuhan dengan CBAT dipengaruhi oleh intrinsik dipengaruhi oleh intrinsik (misalnya, keinginan untuk mencapai skor yang lebih tinggi), dan ekstrinsik (misalnya,

Pendapat ini juga diperkuat oleh Prastowo (2014: 138) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga

Penelitian mengenai pendapat peserta didik tentang pelaksanaan praktek room section dengan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi yang berkaitan dengan kompetensi kerja