• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI STIKES DUTA GAMA KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI STIKES DUTA GAMA KLATEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI STIKES DUTA GAMA

KLATEN

Jurnal

Disusun oleh:

HENI USWATUN KHASANAH K.011.015.023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) DUTA GAMA KLATEN 2019

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI STIKES DUTA GAMA

KLATEN

Yang Disusun Oleh:

HENI USWATUN KHASANAH K.011.015.023

Telah disetujui untuk diperiksa tim penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Sarjana Keperawatan

STIKES Duta Gama Klaten

Telah disetujui pada tanggal……...

Pembimbing I Pembimbing II

Feri Catur Yuliani S.Kep.,Ns.,M.Kep. NIPY.02.002.037

Aryu Wedhaningrum, S.Kep.,Ns. NIPY.02.002.070

Ketua Prodi Program Studi Sarjana Keperawatan

Witriyani, S.Kep.,Ns.M.Kep.,CWCS. NIPY.02.002.036

(3)

iii

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI STIKES DUTA GAMA KLATEN

INTISARI

Heni Uswatun Khasanah(khasanahheni728@gmail.com)1, Feri Catur Yuliani 2, Aryu Wedhaningrum3 Latar Belakang: Penyebab gangguan menstruasi pada wanita adalah faktor stres, yang merupakan fenomena universal yang setiap orang bisa mengalaminya, yang berdampak pada fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 71 mahasiswi. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 35 mahasiswi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah ceklist dan kuesioner DASS.

Hasil: penelitian ini menggunakan uji chi-square. Nilai yang dipakai adalah pada nilai pearson chi-square, nilai significancy adalah 0,000 yang artinya p < α (0,05). Data yang dihasilkan pada tingkat stres ringan 20,0%, stres sedang 37,1% dan normal 42,9%, sedangkan pada gangguan siklus mesntruasi amenorea 11,4%, oligomenorea 22,9%, hipermenorea 17,1%, hipomenorea 5,7% dan siklus menstruasi 21-35 hari 42,9%.

Kesimpulan: Ada hubungan tingkat stress dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasisiwi STIKES Duta Gama Klaten.

Kata kunci: tingkat stres, gangguan siklus menstruasi 1

Mahasiswa Keperawatan STIKES Duta Gama Klaten 2

Pembimbing I 3

(4)

iv

CORRELATION OF THE LEVEL OF STRESS WITH DISORDERS OF THE MENSTRUAL CYCLE ON THE STUDENT STIKES DUTA GAMA KLATEN

ABSTRACT

Heni Uswatun Khasanah1, Feri Catur Yuliani 2, Aryu Wedhaningrum3

Background : Causes of menstrual disorders in women are the stress factors, which is a universal phenomenon that everyone can experience it, which have an impact on the physical, social, emotional, intellectual, and spiritual.

Objective : To know the correlation of the level of stress with disorders of the menstrual cycle on the student STIKES Duta Gama Klaten.

Methods : This is the type of Research: research descriptive correlative with cross

sectional design. The population in this research is 71 student. The technique of sampling

with purposive sampling with a sample of 35 student. The instruments used in the research are ceklist and questionnaire DASS.

results : this research using a test of chi-square. The value used is the value of the pearson chi-square, value of significancy is 0.000 meaning α < p (0.05). The resulting data on the rate of 20.0% mild stress, the stress of being normal and 42.9% 37.1%, whereas disturbance cycle amenorea 11.4%, mesntruasi oligomenorea 22.9% hipermenorea 17.1%, hipomenorea, 5.7% and menstrual cycle day 21-35 42.9%.

Conclusion : There is a correlation of the level of stress with disorders of the menstrual cycle on the student STIKES Duta Gama Klaten.

Key words: levels of stress, disorder menstrual cycle 1

Nursing Student of STIKES Duta Gama Klaten 2

Advisor I 3

(5)

1 PENDAHULUAN

Menurut Word Health

Organization (WHO) pada tahun

2015, menjelaskan bahwa masalah besar yang dihadapi mahasiswa dalam dunia perkuliahan adalah stres. Sebanyak 27,9 % dari total 43.964 mahasiswa mengakui bahwa stres menjadi penghalang bagi perfoma akademik mereka. Prevalensi stres pada mahasiswa tahun pertama sebanya 77,5 %. Hasil ini merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan angkatan tahun sebelumnya.

Hasil prevalensi gangguan menstruasi di jawa tengah dengan presentase nyeri menstruasi 89,5%, ketidakteraturan menstruasi sebanyak sebesar 31,2%, dan durasi menstruasi yang panjang sebesar 5,3%. Hasil study di daerah klaten menyatakan bahwa dari 90% responden yang

mengalami gangguan menstruasi, keluhan yang dirasakan mengganggu adalah hipermenorea sebanyak 45% dan oligomenorea sebanyak 35% dan desminorea 20% (Dinas Kesehatan JATENG, 2016).

Gangguan menstruasi adalah masalah yang cukup sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dan merupakan masalah yang sering ditemukan dengan prevalensi 75% pada remaja akhir. Gangguan menstruasi merupakan indikator penting untuk menunjukan adanya gangguan sistem reproduksi yang dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara dan infertilitas (Sianipar et al, 2009). Penyebab gangguan menstruasi pada wanita adalah faktor stres, yang merupakan fenomena universal yang setiap orang bisa mengalami yang

(6)

2 berdampak pada fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual. Pada mahasiswa dalam menghadapi atau menjalani perkuliahan yang terlalu padat, praktek klinik yang menguras tenaga dan pikiran, tugas yang banyak dan proses pembuatan KTI / skripsi merupakan faktor pemicu stres sehingga menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur (Kusyani, 2012).

Gangguan siklus menstruasi yang dialami oleh banyak wanita, adalah siklus memanjang lebih dari 35 hari (oligomenore), siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari (polimenore) bahkan tidak menstruasi selama 3 bulan (amenore) berturut-turut. Siklus menstruasi yang tidak teratur menunjukkan gangguan pada sistem metabolisme dan hormonal. Dampaknya jadi lebih sulit hamil (infertilitas). Siklus

menstruasi yang memendek dapat menyebabkan wanita mengalami unovulasi karena sel telur tidak terlalu matang sehingga sulit unuk dibuahi. Perbedaan siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya stres yang merupakan penyebab terjadinya gangguan menstruasi. Selain itu fungsi hormon terganggu, kelainan sistemik, kelenjar gondok, hormon prolaktin dan hormon berlebih juga merupakan penyebab terjadinya gangguan siklus menstruasi (Nurlaila, dkk, 2015).

Berdasarkan hasil observasi dan interaksi yang dilakukan terhadap 10 mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten, Peneliti menemukan sebanyak 5 orang mahasiswi mengalami stres tingkat ringan, 4 mahasiswi mengalami stres tingkat sedang dan 1 mahasiswi tidak mengalami stres. Berdasarkan hasil

(7)

3 obeservasi dengan pengisian kuesioner tingkat stres dan interaksi dengan mahasiswi ditemukan 8 orang dari 10 mahasiswi diantaranya mengalami gangguan siklus menstruasi. 2 mahasiswi mengalami gangguan siklus menstruasi kurang dari 21 hari (polimenorea), 3 mahasiswi mengalami gangguan siklus menstruasi lebih dari 35 hari (oligomenorea), 2 mahasiswi mengalami gangguan menstruasi yang perdarahan saat menstruasinya lebih dari 8 hari (hipermenorea) dan 1 mahasiswi mengalami gangguan menstruasi yang perdarahan saat menstruasinya sedikit (hipomenorea). Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dapat dilihat 9 mahasiswi yang mengalami stres. Diantaranya yang membuat stres mahasiswi adalah stressor sosial, stressor fisik dan stressor psikologis.

Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten”.

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten”.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan april 2019 di STIKES Duta Gama Klaten. Jenis penelitian ini diskriptif korelatif, sampel dalam penelitian ini 35 responden, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

(8)

4 HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan umur mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten No Kategori f % 1 18 tahun 5 14,3% 2 19 tahun 5 14,3% 3 20 tahun 3 8,6% 4 21 tahun 9 25,7% 5 22 tahun 8 22,8% 6 23 tahun 3 8,6% 7 24 tahun 2 5,7%

Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan tingkatan stres mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten

No Kategori f %

1 Normal 15 42,9%

2 Ringan 7 20,0%

3 Sedang 13 37,1%

Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan gangguan siklus menstruasi pada Mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten No Kategori f % 1 Amenorea 4 11,4% 2 Oligomenorea 8 22,9% 4 Hipermenorea 6 17,1% 5 Hipomenorea 2 5,7% 6 21-35 hari 15 42,9%

Tabel 4 Tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten

Pearson correlation p-value Tingkat stres Gangguan siklus menstruasi 35,000 0,000 Jumlah 35 35 Berdasarkan tabel 4 menunjukan hasil uji chi-square. Nilai yang dipakai adalah pada nilai

pearson chi-square, nilai

significancy adalah 0,000 yang

artinya p < α (0,05) Ho ditolak, Ha diterima artinya terdapat hubungan Tingkat Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten.

PEMBAHASAN

Penelitian ini mayoritas usia responden 21 tahun dan minoritas usia responden usia 24 tahun, dimana rentan usia tersebut merupakan usia remaja akhir. Di usia remaja akhir ada sebagian yang mampu mengontrol stres dan ada yang belum mampu mengontrol stres yang mengakibatkan tingkat stres yang meningkat dan megalami gangguan siklus menstruasi.

(9)

5 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Umi dkk (2018) dengan judul “ faktor-faktor yang hubungan dengan menstruasi pada commuter (penglaju)” menyatakan bahwa ada hubungan umur dengan gangguan siklus mentruasi. Responden pada penelitian tergolong remaja akhir (17-25 tahun), pada usia ini sebagian besar kurang mampu mengontrol stres dibanding usia dewasa. Maka banyak yang mengalami gangguan siklus menstruasi pada umur 17-25 tahun atau pada fase remaja akhir.

Dari hasil penelitian diperoleh data mayoritas stres dalam kategori normal yaitu sebanyak 15 responden (42,9%), stres ringan 7 mahasiswi (20,0%) dan yang stres sedang 13 mahasiswi (37,1%). Peneliti mengungkapkan bahwa tingkat stres yang rendah diakibatkan

karena mahasiswi dapat mengontrol penyebab dari stres, seperti bisa mengatur waktu dengan baik, berinteraksi dengan teman sekitarnya. Namun ada beberapa mahasiswi yang belum bisa mengontrol stresnya karena ada beberapa faktor tertentu seperti masih sering menunda-nunda mengerjakan tugas atau kegiatan dari kampus yang harus mereka kerjakan, dan kurangnya hiburan karena terlalu banyak tugas yang harus mereka selesaikan dalam waktu yang cepat sehingga mahasiswi mudah mengalami stres.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Deyisi dkk (2018) dengan judul “Hubungan Stres dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester V program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran universitas sam ratulangi manado“

(10)

6 berdasarkan hasil penelitian menjelaskan bahwa stres dapat terjadi pada bebagai usia dan pekerjaan, termasuk mahasiswi. Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. stresor pada mahasiswi dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapan sendiri.

Hasil penelitian gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten dengan presentase siklus menstruasi 21-35 hari sebanyak 15 mahasiswi (42,9%), Amenorea sebanyak 4 mahasiswi (11,4%), oligomenorea sebnyak 8 mahasiswi (22,9%), hipermenorea sebanyak 6 mahasiswi (17,1%), dan hipomenorea sebanyak 2 mahasiswi (5,7%). Mayoritas penelitian

gangguan siklus menstruasi ini cenderung siklus menstruasi responden normal, dan 20 mahasiswi mempunyai ganggan siklus menstruasi yang berbeda-beda yaitu amenore, oligomenore, hipermenorea dan hipomenorea.

Penelitian ini didukung oleh Putri dkk (2016) dengan judul “ hubungan aktivitas fisik harian dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas kedokteran universitas andalas” hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswi mengalami gangguan siklus menstruasi sebanyak 73,3% ini menunjukan hampir semua mahasiswi mengalami gangguan siklus menstruasi.

Hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten

(11)

7 Berdasarkan hasil analisis menggunakan program SPSS menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten dengan nilai signifikan 0,000 berarti p < 0,05. Berdasarkan hasil tabulasi dapat diketahui di STIKES Duta Gama Klaten bahwa mayoritas normal dengan jumlah 42,9%, tingkat stres ringan 20,0% dan sedang 37,1%. Pada saat pengisian kuesioner terdapat nilai tertinggi sebanyak 8 item pernyataan dengan nilai 3 yang artinya hampir setiap saat dialami, diantaranya pernyataan nomor 1,8,11,14,27,33 dan 35 dapat disimpulkan bahwa item tersebut sangat mempengaruhi tingkat stres pada responden.

Penelitian ini didukung oleh Indah (2016) dangan judul “

hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi diploma IV bidan Pendidikan tingkat akhir di universitas ‘aisyiah yogyakarta” hasil penelitian ini terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi. Sebagian besar mempunyai tingkat stres yang berat dan gangguan siklus menstruasi yang di alami responden adalah polimenorea.

Menurut hasil penelitian yang dilaksanakan di STIKES Duta Gama Klaten, peneliti mendapatkan informasi dari responden yang menyatakan bahwa, masalah yang paling banyak menyebabkan tingkat stres meningkat adalah masalah individu mahasiswi antara lain masalah keuangan, interaksi sosial dan jauh dari orang tua. Masalah

(12)

8 akademik juga menjadi salah satu yang menyebabkan tingkat stres mahasiswi meningkat. Ada 20 mahasiswi yang belum mengerti tentang cara mengontrol stres sendiri, dan 15 mahasiswi yang sudah mengerti cara mengontrol stres secara sederhana yaitu dengan mendengarkan musik favorit mereka dan berlibur bersama dengan teman -teman. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan tingkat stres dengan gangguan iklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian Hubungan Tingkat Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten dapat di simpulkan bahwa :

1. Karakteristik responden berdasarkan usia mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten mayoritas berusia 21 tahun sebanyak 9 mahasiswi (25,7%) 2. Tingkat stres mahasiswi di

STIKES Duta Gama Klaten normal sebanyak 15 mahasiswi (42,9%), ringan 7 mahasiswi (20,0%) dan yang stres sedang sebanyak 13 mahasiswi (37,1%) 3. Gangguan siklus menstruasi

yang di alami mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten sebanyak 8 mahasiswi (22,9%) oligomenorea, 4 mahasiswi (11,4%) amenorea, 6 mahasiswi (17,1%) hipermenorea dan 2 mahasiswi (5,7%) hipomenorea dan 15 mahasiswi (42,9%) yang mengalami siklus menstruasi 21-35 hari

(13)

9 4. Ada hubungan tingkat stres

dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi STIKES Duta Gama Klaten dengan nilai signifikan = 0,000 karena p < 0,05 maka kesimpulan nya ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi.

SARAN

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat memberi fasilitas untuk mengurangi tingkat stres mahasiswi, seperti menyediakan tempat-tempat belajar yang menarik dan mampu mengurangi kejenuhan mahasiswi yang mengakibatkan stres.

2. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang menghadapi stres, menjadikan stres sebagai suatu motivasi bukan sebagai suatu tekanan sehingga tidak berakibat buruk bagi kesehatan, salah satunya gangguan siklus menstruasi. 3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan bisa melaksanakan penelitian lanjutan seperti hal-hal yang belum tertera dalam penelitian saya seperti faktor-fator lain yang mempengaruhi gangguan siklus menstruasi.

4. Bagi Reponden

Sebagai mahasiswi kesehatan sebaiknya lebih mempelajari teknik-teknik untuk mengurangi stres dan lebih peduli tentang siklus bulanan.

(14)

10 DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Profinsi JATENG. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jateng. http://www.depkes.co.id/reso urces/dowlod/profil/PROFIL _KES_PROVINSI_2016/12_ JATENG_2016_pdf. (diakses maret 2019)

Deyisi dkk (2018) dengan judul “Hubungan Stres dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester V program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Indah (2016) dengan judul “hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi diploma IV BIDAN Pendidikan Tingkat Akhir Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta”

Kusyani, Asri. (2012). Hubungan Tingkat Stres dengan Ketidak teraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat 3 Stikes Bahrul

UlumTambakberasJombang. http://ws.ub.ac.id/selma2010/ public/images/UerTemp/2014 /05/10/20140510175703_245. doc Diakses pada Desember 2018

Nurlaila, dkk. 2015. Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa Usia 18-21 Tahun. Jurnal Husada Mahakam. Vol 3: hal 452-521

Putri dkk (2016) dengan judul “hubungan aktivitas fisik hrian dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas kedokteran universitas andalas

Sianipar. O, Nur. C.B, Prima. A, Neysa. C, Priyandini. W, Natasha. R, Raissa E. D, Irene, Adjie.S, Eva. S. (2009). Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Artikel Penelitian Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 7,

Juli 2009.

http://indonesia.digitaljourna ls.org/index.php/idnmed/artic le/download/653/648.

Diakses pada Desember 2018 Umi dkk (2018) dengan judul

“faktor-faktor yang hubungan dengan menstruasi pada commuter (penglaju)”

Word Health Organization. 2015. prevalensi internasional stres [Internet]. [cites 2019 maret]. Available

from:http://www.who.int/subt ance_abuse/researt_tools/indo nesia_whqol.p

Gambar

Tabel 1  Karakteristik  responden

Referensi

Dokumen terkait

Menurut peneliti, dismenorea yang terjadi pada responden saat ini, dimungkinan karena faktor stres dan faktor hormonal, faktor ketidakseimbangan antara hormon

Menurut asumsi peneliti, pada mahasiswa kebidanan Stikes Yarsi, indeks masa tubuh kategori normal disebabkan karena pola hidup yang salah, seperti mahasiswa suka

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa stres pada mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir di Stikes Husada Mandiri Poso sebagian Besar

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang penelitian yang akan dilaksanakan sesuai dengan judul tersebut diatas, saya mengetahui bahwa tujuan penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa program studi D III kebidanan semester 2 STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, maka dapat dibuat tabulasi silang antara

Mereka juga menyatakan merasa tertekan/ stres dengan adanya banyak tugas yang harus diselesaikan dalam waktu yang singkat diantaranya menyusun KTI (karya tulis ilmiah), ujian

Berdasarkan hasil penelitian Tingkat Stres yang dilakukan terhadap 40 responden di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember didapatkan bahwa sebagian

Sehingga demikian maka Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dismenore terhadap siklus menstruasi mahasiswa STIKES Abdurahman Palembang