• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN STRATEGI GURU DALAM MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK di MADRASAH IBTIDAIYAH MADANI ALAUDDIN PAO-PAO KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN STRATEGI GURU DALAM MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK di MADRASAH IBTIDAIYAH MADANI ALAUDDIN PAO-PAO KABUPATEN GOWA"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN STRATEGI GURU DALAM MENUMBUHKAN NILAI

KARAKTER PESERTA DIDIK di MADRASAH IBTIDAIYAH MADANI ALAUDDIN PAO-PAO KABUPATEN GOWA

TEACHER STRATEGY MANAGEMENT IN GROWING CHARACTER VALUES OF EDUCATION OF STUDENT IN ELEMENTARY SCHOOL IN MADRASAH

IBTIDAIYAH MADANI ALAUDDIN PAO-PAO GOWA DISTRICT

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah

Makassar

Oleh :

JUNAEDI

Nim : 1050601.043.16

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Junaedi

NIM : 1050601.043.16 Program Studi : Pendidikan Dasar

Institusi : Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Makassar, 2019 Saya yang menyatakan

(5)

MOTTO

ِميِحهرلٱ ِن َٰ م ۡحهرلٱ ِ هللَّٱ ِم ۡسِب

لَّ و ْاوُفا خ ت هلَّ أ ُة كِئ

ََٰٰٓ ل مۡلٱ ُمِهۡي ل ع ُلهز ن ت ت ْاوُمَٰ ق تۡسٱ همُث ُ هللَّٱ ا نُّب ر ْاوُلا ق نيِذهلٱ هنِإ

ْاوُن ز ۡح ت

نوُد عوُت ۡمُتنُك يِتهلٱ ِةهن جۡلٱِب ْاوُرِشۡب أ و

٣٠

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah

Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka

malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:

"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan

gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah

(6)

PERSEMBAHAN

Teriring dzikir dan do‟a penuh harap Kepada-Mu Ya Allah SWT. Sebagai ibadahku dalam menuntut ilmu atas perintah-Mu dan atas segala

Ridho-Mu yang selalu mengiringi setiap langkahku…… Atas nama cinta setulus hati karya ini ku persembahkan kepada:

Ayah, Ibunda tercinta (Rabading dan Nursiah) kakak dan adik tercinta (Jusnadi dan Dilla Nurul Febrianti) dan segenap keluarga besarku yang selalu sabar membimbing dan memberikan jutaan kasih sayangnya selalu mendo‟akan dengan penuh ikhlas dan memberi motivasi padaku untuk berusaha selalu memberikan yang terbaik.

Para Guru dan Dosen yang telah memberikan ilmu tiada henti semoga untaian do‟a tiada jenuh teralir hingga yaumul akhir

Dan segenap sahabat-sahabatku yang tak bisa disebutkan satu persatu, serta semua mahasiswa Pascasarjana DIKDAS Universitas

(7)

PRAKATA

Segala puji syukur bagi Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kita tetap iman dan Islam, serta komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir, sebagaimana syarat yang harus dipenuhi dalam jenjang perkuliahan di pascasarjana khususnya di Unismuh Makassar

Selesainya penyusunan Tesis berkat bimbingan dari dosen yang sudah ditetapkan, dan juga berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E,. M.M. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Sulfasyah, S. Pd., M. Pd., Ph.D selaku ketua jurusan program studi pendidikan dasar Unismuh Makassar yang senantiasa membimbing kami dalam hal ilmu pengetahuan.

3. Dr. Darwis Muhdina, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana yang selalu memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

4. Dr. Abd. Azis Muslimin, M.Pd dan Dr. Rosleny Babo, M.Pd. selaku dosen Pembimbing Tesis yang telah membimbing selama dalam penyusunan Tesis.

(8)

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Pendidikan Dasar Unismuh Makassar yang telah berjasa menghantarkan penulis untuk mengetahui arti pentingnya ilmu pengetahuan.

6. Kedua orang tua yang tercinta yang telah memberikan bimbingan, dukungan moral dan spiritual selama studi, serta senantiasa menberikan kasih sayangnya yang tidak ternilai harganya.

7. Teman-teman angkatan 2016 program studi Ilmu Pendidikan Dasar yang selalu ada dalam kebersamaan dan bantuannya, baik suka maupun duka selama ini, serta memberikan motivasi.

Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan kita semua diterima Allah SWT. Dan tercatat sebagai amal shalih. Jazakumullah khoirul jaza‟. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan, serta pengembangan lebih sempurna dalam kajian-kajian pendidikan Islam. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah swt. Amin.

Makassar, 2019 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN:

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ...

B. Teori dan Konsep Strategi Guru Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter 1. Strategi ... 2. Guru ... 3. Nilai ... 4. Pendidikan Karakter ... 5. Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 6. Peserta Didik ... C. Paradigma Penelitian ...

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... B. Lokasi dan waktu penelitian ... C. Subjek Penelitian ... D. Langkah-Langkah Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Tekhnik Analisis Data ...

G. Hipotesis Statistik ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

1. Deskripsi Sekolah ... 2. Sejarah Sekolah ... 3. Visi, Misi dan Tujuan ... 4. Data Guru dan Karyawan ... 5. Data peserta didik ... 6. Sarana dan Prasarana ... B. Paparan dimensi Penelitian

1. Perencanaan Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter Peserta didik ...

2. Pelaksanaan Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter Peserta didik ...

3. Evaluasi Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter Peserta didik ...

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(12)

DAFTAR TRANSLITERASI

1. Didalam naskah Tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Keterangan

Tidak dilambangkan (harf madd)

ب B B Be

ت T T Te

ث Ts Th Te dan Ha

ج J J Je

ح Ch ḥ Ha (dengan titik dibawah)

خ Kh Kh Ka dan Ha د D D De ذ Dz Dh De dan Ha ر R R Er ز Z Z Zet س S S Es ش Sy Sy Es dan Ha

ص Sh ṣ Es (dengan titik dibawah)

ض DI ḍ De (dengan titik dibawah)

ط Th ṭ Te (dengan titik dibawah)

ظ Dh ẓ Zet (dengan titik dibawah)

ع „ „ Koma terbalik diatas

غ Gh Gh Ge dan Ha ف F F Ef ق Q Q Qi ك K K Ka ل L L El م M M Em ن N N En و W W We ھ H H Ha

(13)

ء A . Apostrof

ي Y Y Ye

2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yanf lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut:

a. Vokal rangkap (و ى) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, al yawm.

b. Vokal rangkap ( ي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:

misalnya al bayt.

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ْ ت لَْ ا = al-fatihah),

( وم ل ل ع ع ت = al-„ulum), dan ( ٌمْ ق ي = qimah).

4. Syaddah atau tasdid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasyid, transliterasi dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( دﱞ َ = haddun), ( دﱞ َ = saddun), (

طي ب = tayyib).

5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam transliterasinyadalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung misalnya ( بب يا = al-bayt), ( بَمت لا = al-sama‟).

6. Ta‟ marbutah mati atau yang dibaca ber-harakat sukun, tranliterasinya dalam

tulisan Latin di lambangkan huruf “t”, misalnya ( بل هل ْ ع عؤ ر ي = ru‟yat al-hilal).

7. Tanda spostrof („) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang

terletak ditengah atau di akhir kata, misalnya ( ْ ع عؤ ر ي = ruhyah), ( ء ع ق ُتلا = fuqoha‟).

(14)

ABSTRAK

Tesis dengan judul “Strategi Guru kelas dalam menumbuhkan Nilai Karakter Peserta Didik (Studi Kasus MI Madani Alauddin Pao-Pao Gowa)” ini ditulis oleh Junaedi dibimbing oleh Dr. Abdul Azis Muslimin, M.Pd dan Dr.Rosleny Babo, M.Si

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa penerapan Pendidikan Karakter kini sudah mulai dicanagkan oleh berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah maka dari itu perlu diteliti mengenai keberhasilan pada pelaksanaan penerapan pendidikan karakter tersebut. Guru mempunyai kedudukan khusus dalam langkah penananaman nilai-nlai ini untuk meciptakan generasi penerus yang berakhlak mulia, guru dipercaya mampu memberikan kontribusi pada masyarakat. Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif dengan teknik pemaparan informan temuan secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi partisipan, wawancara mendalam, serta analisis dokumentasi.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik, Kepala Madrasah dan stack Holder merumuskan dan merencanakan program-program pembiasaan di sekaolah baik di dalam maupun di luar kelas. Perencanaan tersebut kemudian direalisasikan setiap hari seperti menjemput kedatangan peserta didik, Murojaah Hafalan surah-surah, Mengaji, Shalat duha dan shalat duhur secara berjamaah. Selain program unggulan yang diterapkan di Madrasah, Guru kelas memiliki strategi tertentu dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik seperti Kultum setalah shalat Duha, Membaca Ayat Kursi, Budaya Literasi, Ice Breaking disela-sela pembelajaran, Sabtu sehat dan gizi juga penumbuhan karakter lainnya. Tidak hanya sekedar strategi yang diterapkan, melainkan guru kelas melakukan evaluasi kegiatan baik lisan maupun tulisan, juga dilakukan evaluasi melalui komunikasi oleh orangtua peserta didik.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk Allah yang diberi kewajiban dalam mencari ilmu adalah manusia.Yang mana ilmu tersebut berguna untuk bekal kehidupannya di dunia maupun diakhirat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

مِلْسُم ِّلُك ىَلَع ٌةَضْي ِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط

Artinya : Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.

Selain itu, dijelaskan dalam al-Quran surat al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

ُريِبَخ َنوُلَمْعَت اَمِب ُالله َو تا َج َرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلا َو ْمُكنِم اوُنَماَء َنيِذَّلا ُالله ِعَف ْرَي

Terjemahannya : Allah akanmeninggikan orang-orang yang beriman di antaramudan orang-orang yang diberiilmupengetahuanbeberapaderajat (Q.s. al-Mujadalah : 11).

Selanjutnya, setelah manusia memiliki ilmu pengetahuan mereka berkewajiban untuk mengamalkan/mengajarkan ilmu yang sudah mereka peroleh. Dalam mengamalkan atau mengajarkan ilmu tersebut, hendaknya seorang guru memiliki wawasan tentang system pembelajaran.Salah satunya yakni strategi pembelajaran. Strategi merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Apabila dalam proses pendidikan tidak menggunakan strategi yang tepat maka harapan tercapainya tujuan pendidikan akan sulit untuk diraih. Dalam al-Qur’an dan beberapa hadist juga menganjurkan untuk menggunakan strategi dalam proses

(16)

pembelajaran. Strategi pembelajaran yang termuatdalam al-Quran salah satunya termuat dalam Surah an-Nahl ayat 125

َّنَا ُن َس ْحَا َيِه ىِتَّلاِب ْمُهْلِداَج َو ِةَنَسَحْلا ِةَظِع ْوَمْلا َو ْهَمْكِحْلِب َكِّب َر ِلْيِبَس ىَلِا ُعْدُا

َنْيِدَتهُمْلِب ُمَلْعَا َوُه َو ِهِلْيِبَس ْنَع َّلَض ْنَمِب ُمَلْعَا َوُه َكَّب َر

«

: لحنلا

۱۲۵

»

Terjemahannya : (Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara) yang terbaik. SesungguhnyaTuhan pemelihara kamu, dialah yang lebih mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).

Di era modernisasi kini, metodologi pembelajaran mengalami perkembangan dan kemajuan, kalangan guru baik guru umum, guru mata pelajaran, maupun guru pendidikan islam telah memahami betapa pentingnya strategi dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada umumnya mereka memilih dan menerapkan strategi yang dapat memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar demokratis dan meransang timbulnya inspirasi, kreasi, inovasi, mencari, menemukan, dan menyelesaikan masalah dengan usahanya sendiri. Dengan strategi yang tepat peserta didik didorong untuk memperoleh pengetahuan dengan aktivitas, kreativitas, dan caranya sendiri sehingga tumbuh kemampuan dan kecintaannya pada kegiatan belajar.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena

(17)

merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing - masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak mengerti menjadi mengerti , dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kenyataanya anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik.

Dalam pendidikan diperlukan peran guru sebagai pendidik dan pengajar yang profesional, materi yang relevan dengan kebutuhan, metode yang tepat untuk mencapai tujuan, evaluasi sebagai alat mengukur kemampuan serta sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Begitupun dengan siswa dan lingkungannya sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Ia harus pula pandai memilih metode yang sesuai untuk menyajikan materi tersebut. Oleh karena itu agar pendidikan dan pengajaran yang di paparkan guru kepada anak didik memperoleh respon positif pula (terjadi keseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik) maka hendaklah guru dapat mengaplikasikan metode pengajarannya semenarik mungkin. Karena metode yang digunakan di sekolah di rasakan masih kurang menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didikuntuk dapat mempelajari serta mencerna isi atau materi pelajaran. Hal ini siswa kurang

(18)

kosentrasi bahkan menjadi malas dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah.

Guru mempunyai kedudukan khusus dalam masyarakat bahkan sejak masa lalu. Sepak terjang serta lagak lagunya banyak mewarnai kehidupan, baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Mereka sering tampil di panggung pembicaraan orang banyak, dan menjadi berita hangat media masa.Dalam masyarakat juga dikenal slogan : guru harus (dapat) digugu dan ditiru dan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Dalam slogan tersebut tersirat pandangan serta harapan tertentu dari masyarakat terhadap guru. Memang tidak dinyatakan siapa yang harus menggugu dan menirunya, apakah terbatas pada peserta didiknya atau berlaku juga untuk seluruh masyarakat.

Namun kenyataan menunjukkan dari ketentuan atau kaidah masyarakat, manakala guru itu menyimpang dari apa yang diharapkan masyarakat daripadanya. Masyarakat langsung memberikan suara sumbang kepadanya, bahkan sering pula suara sumbang itu di tunjukkan kepada seluruh jajaran guru. Kenakalan anak yang kini merajalela di beberapa tempat, sering pula tanggung jawabnya di tundingkan kepada guru sepenuhnya. Dalam kedudukan seperti itu sebenarnya guru tidak lagi hanya dipandang sebagai pengajar di kelas, namun mereka di harapkan pula tampil sebagai pendidik, bukan saja terhadap anak didiknya di kelas melainkan juga sebagai pendidik di masyarakat yang seyogyanya memberikan teladan yang baik kepada seluruh masyarakat.

(19)

Dalam kedudukan ini mereka kembali tampil sebagai orang yang harus digugu dan ditiru, bahkan oleh seluruh masyarakat, manakala seorang guru berhasil atau dianggap berhasil memenuhi harapan masyarakatitu, ia pun mendapatkan tempat khusus di mata masyarakat. Ia menjadi tempat bertanya, tempat terhormat, dan berbagai jabatan serta kedudukan disodorkan kepadanya.

Dalam pembelajaran dikelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang jika mendapat pujian dari guru, dan merasa kecewa jika kurang diperhatikan atau diabaikan.Guru merupakan faktorpenting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dan dalam belajar. Demikian halnya dengan pengembangan pendidikan karakter yang menuntut aktifitas, kreatifitas, dan budi pekerti guru dalam membentuk kompetensi pribadi peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran harus banyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. Dalam kerangka inilah perlunya membangun guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator dan mitra belajar bagi peserta didiknya. Sehubungan dengan itu, untuk membangun karakter guru, sesuai dengan kebutuhan guru dan

(20)

perkembangan saat ini. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus di latih menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang sarat tantangan dan persaingan.

Awal abad ke–21 ditandai dengan berbagai perubahan yang mencengangkan. Kenyataan tersebut telah menghadapkan masalah pendidikan pada suatu kesadaran kolektif. Sebagai agen perubahan sosial pendidikan nilai yang berada dalam atmosfer modernisasi dan globalisasi saat ini dituntut untuk mampu memainkan peranannya secara dinamis dan pro-aktif. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi baru yang berarti bagi perbaikan moral manusia, baik pada tataran intelektual teoritis maupun praktis.

Pendidikan karakter dewasa ini menjadi solusi alternatif bagi perkembangan siswa menjadi insan ideal.Pendidikan karakter diarahkan untuk menanamkan karakter bangsa secara menyeluruh, baik pengetahuan (kognitif), nilai hidup (afektif), maupun tindakan terpuji (psikomotor).Melalui pendidikan karakter diharapkan lahir manusia Indonesia yang idealseperti yang dirumuskan dalam UU No 20 Tahun

(21)

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Sisdiknas tersebut menyatakan bahwa fungsi pendidikan Indonesia adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan dan fungsi pendidikan nasional tersebut mengandung makna secara substansi bahwa pendidikan kita diarahkan kepada pendidikan berbasis pembangunan karakter.

Beragam sekali defenisi pendidikan dari para pakar. UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pun mempunyai defenisi tersendiri. UU Nomor 20 tahun 2003 mendefenisikan Pendidikan Yaitu : “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Menurut Doni Koesoema (2007), hakikat pendidikan adalah adalah proses penyempurnaan diri manusia terus menerus yang berlangsung dari generasi yang satu ke generasi yang lain.Dalam peraturan perundangan disebutkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah mengembangkan

(22)

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sementara tujuan pendidikan karakter secara islam untuk melahirkan pribadi manusia yang sempurna, beragama, kreatif, produktif, dan peka terhadap situasi lingkungannya. Manusia sepanjang hidupnya sebagan besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama tersebut, Keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ke tiga hal tersebut disebut dengan tripusat pendidikan.

Undang – Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan anak, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Sedangkan jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan Keluarga.

(23)

Rizal dalam (Suprayogo, 2013:17) Pendidikan dipercayai dapat mengubah seseorang dari bodoh menjadi pintar. Namun ternyata, berbekal kepintaran saja tidak cukup. Dalam kehidupan sehari-hari, orang pintar yang tidak berkarakter, berkepribadian baik, atau berakhlak mulia justru akan mencelakakan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kepintaran harus dibarengi dengan karakter atau akhlak mulia. Bahkan kalau boleh memilih, antara pintar dan berakhlak mulia, lebih baik memilih yang berakhlak mulia. Bodoh yang berakhlak lebih baik daripada pintar tetapi minus karakter.

Terjadi kontradiksi dari realita pendidikan sekarang dengan pengertian pendidikan sendiri. Pengertian pendidikan yang tertuang pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan sendiri adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia.

Penelitian ini untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Madani UIN Alauddin Pao-Pao Gowa.

Widyani, 2013: 164, Guru SD/MI yang merupakan guru kelas mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas untuk membantu proses perkembangan.

(24)

Tugas guru kelas sangat urgen dan penting dalam mengimplementasikan dan menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik.

Menurut Sopidi (2010: 38-39), guru kelas berperan sebagai: 1) sebagai pemimpin menengah (middle manager); 2) sebagai mitra siswa(guru kelas merupakan pengganti orang tua di sekolah); 3) sebagai mitra orang tua murid; dan 4) sebagai mitra guru bidang studi.

Zain (2010: 38-39) Hal tersebut merupakan hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan karena faktor siswa yang bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, akan tetapi mereka juga satu kelompok sosial yang memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lain.

Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana sosok guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian guru kelas lupa bahkan tidak tahu apa tugas dan tanggung jawab seorang guru kelas. Guru kelas sebagian besar hanya mengetahui bahwa tugasnya adalah menata dan mengelola kelas; mengontrol kehadiran siswa; menyusun administrasi kelas dan melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila dilihat kembali bahwa peranan guru kelas dirasa penting untuk mewujudkan tujuan pendidikan karakter pada siswa. Guru kelas menjadi “ujung tombak” dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada siswa baik di sekolah maupun di madrasah. Karena dari tugas dan peran dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, guru kelas

(25)

memiliki waktu interaksi yang paling sering dengan siswa dari pada guru mata pelajaran.

Implementasi pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan atau metode. Penggunaan pendekatan atau metode ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai karakter yang baik, sehingga anak tidak hanya tahu tentang karakter yang baik (moral

knowling), tetapi juga diharapkan mereka mampu melaksanakan (moral action) yang menjadi tujuan utama pendidikan karakter. Diantara

pendekatan atau metode yang digunakan untuk implementasi pendidikan karakter yaitu: 1) internalisasi nilai; 2) pembelajaran berbuat; 3) pembudayaan; 4) pembiasaan; 5) keteladanan; 6) pembinaan disiplin; dan 7) pelibatan seluruh warga sekolah dan orang tua (Rizal, 2017: 52-59).

Berangkat dari kenyataan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut, dengan menyusun sebuah tesis yang berjudul “ Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai

Karakter peserta didik(Studi Kasus : MI Madani Alauddin Pao-Pao gowa).

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini akan difokuskan pada pembahasan terkait strategi guru dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik, yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya.

(26)

1. Bagaimanakah perencanaan strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao ?

3. Bagaimanakah evaluasi strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk Mendeskripsikan tentang perencanaan strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao ?

2. Untuk Mendeskripsikan tentang pelaksanaan strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao ?

3. Untuk Mendeskripsikan tentang evaluasi strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao ?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter khususnya perilaku siswa.

2. Secara Praktis: a. Bagi Kepala Sekolah

Penerapan pelaksanaan pendidikan karakter dapat bermamfaat menjadikan pijakan dasar untuk lembaga atau sekolah dalam kaitannya menentukan kurikulum pengajaran pendidikan yang berbasis karakter yang lebih baik untuk masa depan.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan evaluasi, usaha untuk memperbaiki kualitas dan sebagai guru profesional dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan. Khususnya dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berkarakter,

C. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bahwa hasil kajian ini dimaksudkan agar bermamfaat sebagai petunjuk, arahan, acuan, serta bahan pertimbangan bagi peneliti atau istansi yang mengadakan pengkajian lanjut yang relevan dan sesuai dengan hasil kajian ini.

D. Perpustakaan

Sebagai bahan referensi kajian karya ilmiah yang berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti mencoba mengungkap penelitian terdahulu,sebagai langkah pemetaan teoritik,untuk menghindari pengulangan kajian dan juga untuk mencari posisi dari penelitian ini. Tentang penelitian pendidikan karakter, terdapat penelitian terdahulu yg relevan dengan penelitian yang akan di teliti oleh penulis. Adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

N o.

Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Minarni Puji Sulistyarini.Tesis. Universitas Negeri malang. Program Studi Pendidikan Luar Sekolah.2014

Pola penanaman nilai-nilai karakter pada anak usia dini (Studi Kasus di little camel school mojokerto)

Memfokuskan pada penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik.

Penelitian ini memfokuskan pada penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif 2. Abu Hasan Agus R. Thesis. Pendidikan Anak Usia Dini Islam. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011 Penanaman Nilai -nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini Melalui Cerita di Taman Kanak-kanak Bina Anaprasa Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Persamaanya Yaitumemfokuskan pada Penanaman Nilai-nilai. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini memfokuskan pa da Penanaman Nilai -nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini Melalui Cerita di Taman Kanak -kanak.Jenis

penelitianadalah penilaian

tindakan kelas. Metode yang

(29)

digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. 3. Desy Anindia Rosyida, Skripsi. PGMI UIN MALIKI Malang 2012. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Raudiotun Nasin Purwokerto Srengat Blitar. Persamaanya Yaitumemfokuskan pada penerapan Pendidikan Karakter pada siswa. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi Pendidikan Karakter Peserta Didik melalui kegiatan keagamaan dan Kendala beserta solusinya. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. 4. Fartika Ifriqia.Thesis. Manajemen Pendidikan. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. 2007 Sosialisasi Nilai -nilai Budaya Sekolah di SD Negeri Banjaran IV Kota Kediri Persamaanya yaitu memfokuskan pada penanaman Nilai-nilai Pada Peserta Didik Penelitian ini memfokuskan pada Sosialisasi Nilai -nilai Budaya Sekolah Peserta Didik. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. 5. Maftuhin, Thesis, Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN MALIKI Malang. 2009. Pengaruh Arahan Pendididkan Oleh Keluarga dan kompetensi Guru terhadap Pembentukan Karakter (character building) Siswa SMP Al Izzah Islamic Boarding School Batu. Persamaanya yaitu memfokuskan pada Pembentukan Karakter (character building) siswa. Penelitian ini memfokuskan pada kajian Keluar ga dan kompetensi Guru terhadap Pembentukan Karakter. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. 6. Mohammad Ahyan Yusuf Peranan Guru Pendidikan Persamaanya yaitu Penelitian ini memfokuskan pada

(30)

Sya‟bani. Thesis, Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014. Agama Islam Dalam Penanaman Nilai -nilai Karakter Terhadap Siswa Sekolah Menegah Kejuruan (Studi Kasus Guru PAI SMK Muhammadiyah Imogiri dan SMK Nasional Bantul). memfokuskan pada penanaman nilai-nilai Karakter pada Peserta Didik. penanaman nilai -nilai Karakter pada Peserta Didik. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya mencoba mengambil celah mengenai tema yang akan di kaji dalam penelitian ini mengenai strategi guru dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter pada peserta didik (Studi kasus di MI Madani Alauddin Pao-Pao).

B. Konsep Mengenai Strategi

Saat ini pembelajaran yang karakter sedang gencar-gencarnya dilaksanakan sesuai dengan amanat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak peringatan Hardiknas 11 Mei 2010, pada tingkat pendidikan mulai dari pendidik dasar hingga pendidik menengah. Penerapan Pendidikan Karakter kini sudah mulai diterapkan oleh berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah maka dari itu perlu diteliti mengenai keberhasilan pada pelaksanaan penerapan pendidikan karakter tersebut yang saat ini sedang gencar-gencarnya sedang dilaksanakan pada peserta didik.

Menurut Ramli 2003 (dalam Heri Gunawan) pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.Pemerintah dan rakyat Indonesia, dewasa ini tengah gencar-gencarnya

(31)

mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan, mulai dari tingkat dini (PAUD), sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah (SMA/MA), hingga perguruan tinggi (Suyadi, 2013: 1-2). Lingkungan pendidikan sekolah menjadi tanah subur bagi pertumbuhan karakter anak didik antara lain : pemahaman tentang sekolah sebagai wahana aktualisasi nilai, penghayatan momen-momen perjumpaan antara guru dan siswa, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas (Koesoema, 2010: 222-224). Nilai-nilai karakter yang telah dirumuskan oleh Kemendiknas ada 18 nilai karakter, yaitu : 1) religius; 2) jujur; 3) toleransi; 4) disiplin; 5) kerja keras; 6) kreatif; 7) mandiri; 8) demokrasi; 9) rasa ingin tahu; 10) semangat kebangsaan; 11) cinta tanah air; 12) menghargai prestasi; 13) bersahabat/komunikastif; 14) cinta damai; 15) gemar membaca; 16) peduli lingkungan; 17) peduli sosial; dan 18) tanggung jawab (Tim DPP FITK UIN SUKA, 2011: 11-23). Pendidikan karakter yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal kasus korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, penggunaan narkoba, tawuran pelajar, kebut-kebutan dijalan para pelajar, minuman keras, pembunuhan, rampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah atas (Afandi, 2011: 85).

1. Pengertian Strategi

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan dalam mengatur strategi untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas.

(32)

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dari pengertian di atas, yaitu :

1. Strategi merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemamfaatan berbagai sumber daya/kekuatan.

2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan strategi khususnya pembelajaran digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri–sendiri. Guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran berikut :

a. Berorientasi pada tujuan

Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru, hal ini yang seringkali dilupakan oleh guru. Guru yang senang berceramah, hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan berpikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian.

b. Aktivitas

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.

(33)

Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh sikap peserta didik yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak. c. Individualitas

Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun mengajar pada sekelompok peserta didik namun pada hakikatnya yang ingin di capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik. Di lihat dari segi jumlah peserta didik sebaiknya standar keberhasilan guruditentukan setinggi-tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka semakin berkualitas proses pembelajaran.

d. Integritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuaqn kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik secara terintegritas.

C. Tugas Guru sebagai Pendidik a. Tugas guru

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus mengusai betul seluk-beluk pendidikan dan

(34)

pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.

Oleh sebab itu guru adalah figur seorang pemimpin. Ia adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Maka jika kita bicara tugas guru, sesungguhnya ia mempunyai tugas yang banyak, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Namun demikian juga dikelompokkan maka guru memiliki tiga jenis tugas, yaitu : (1) tugas guru dalam bidang profesi (2) tugas kemanusiaan (3) tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Pertama, guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Dan hal ini tidak semua orang dapat melakukannya. Dalam konteks ini tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atau tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Sedangkan tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak anak didik. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Atau dengan kata lain tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Sehingga secara makro tugas guru adalah menyiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.

(35)

Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati ia menjadi idola para siswanya. Oleh karena itu harus mampu memahami jiwa dan watak anak didik. Maka pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Jika seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik , maka kegagalan pertama adalah tidak dapat menanamkan benih pengajarannya kepada para siswanya. Guru harus menanamkan nilaikemanusiaan kepada anak didik. Dengan begitu anak didik mendidik aga rmempunyai sifat kesetiakawanan sosial.

Ketiga, tugas guru di bidang kemasyarakatannya. Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor

condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun

dalam kehidupan bangsa sejak dulu, hingga di era kontemporer. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Jika dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Di samping itu ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yakni membimbing dan mengelola administrasi sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan guru kepada pelajar dan tiga peranan yang harus dijalankannya. Tiga layanan dimaksud adalah:

(36)

b). Layanan bantuan (bimbingan dan konseling) c). Layanan administrasi

Adapun tiga peranan guru adalah: a). Sebagai pengajar

b). Sebagai pembimbing

c). Sebagai administrator kelas

Sebagai pengajar guru, mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar. Tugas yang mempunyai porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi empat pokok, yaitu:

a). Menguasai bahan pengajaran

b). Melaksanakan program belajar-mengajar

c). Melaksanakan, memimpin, dan mengelola proses belajar-mengajar d). Menilai kegiatan belajar-mengajar

Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar-mengajar berkaitan keras dengan berbagai masalah di luar kelas yang sifatnya non akademis.

Tugas guru sebagai administrator mencakup ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti mengelola kelas, memanfaatkan prosedur dan mekanisme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugas-tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan.

Menurut Roestiyah N.K bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

1. Menyelenggarakan kebudayaan terhadap anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

(37)

2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai dengan cita-cita dan dasar negara kita Pancasila.

3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.

4. Sebagai pelantara dalam belajar. Artinya dalam proses belajar guru hanya sebagai pelantara/medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian/insigt, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap.

5. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah di bawah pengawasan guru.

7. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.

8. Guru sebagai administrator dan menajer

9. Pekerjaan gur sebagai suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.

10. Guru sebagai perencana kurikulum.

11. Guru sebagai pemimpin (guidance worker). Guru mempunyai kesempatan dan tanggungjawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan soal, membentuk keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada problem.

(38)

12. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

b. Tanggung jawab guru

Tuntutan pada profesionalisme terhadap anak didik, sudah pasti akan menambah tanggungjawab guru. Dengan menyadari besarnya tanggungjawab guru terhadap anak didiknya, hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadis di tengah-tengah anak didiknya.

Bagi guru pendidikan agama Islam (PAI) tugas dan kewajiban seperti yang telah disebutkan sebelumnya merupakan amanah yang harus diterima guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt., dalam al-Qur’an surat an-Nisa; (4) : 58, Terjemahannya adalah :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat”.

Berdasarkanterjemahan Ayat di atas, mengandung makna bahwa tanggungjawab guru adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, penuh keikhlasan dan mengharapkan ridha Allah Swt. Tanggungjawab guru adalah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban disadarkan atas pertimbangan profesional (profesional judgment) secara tepat. Pekerjaan guru menutut kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi dan persyaratan para “pekerja pendidikan” atau orang-orang yang disebut pendidik karena pekerjaanya itu patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh-sungguh pula.

Berikut penulis uraikan beberapa tanggungjawab guru sebagai berikut : 1. Guru harus menuntut murid-murid belajar.

(39)

2. Turut serta membina kerikulum sekolah.

3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmaniah).

4. Memberikan bimbingan kepada murid.

5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar.

6. Menyelenggarakan penelitian.

7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif.

8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila.

9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia.

10. Turut mensukseskan pembangunan.

11. Tanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru.

Pertama, tanggungjawab guru dalam menuntut anak-anak belajar yang

terpenting adalah merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Maka untuk mencapai agar cita-cita ideal tersebut, dan agar pengajarannya berhasil, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru yaitu:

1. Mempelajari setiap murid di kelasnya

2. Merencanakan, menyediakan, dan menilai bahan-bahan belajar yang akan dan/atau telah diberikan

3. Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan murid dan dengan bahan-bahan yang akan diberikan

(40)

5. Menyediakan lingkungan belajar yang serasi.

6. Membantu murid-murid dalam memecahkan berbagai masalah 7. Mengatur dan menilai kemajuan belajar siswa

8. Membuat catatan-catatan yang berguna dan menyusun laporan pendidikan 9. Mengadakan hubungan dengan oran tua murid secara kontinu dan penuh

saling pengertian

10. Berusaha sedapat-dapatnya mencari data melalui serangkaian penelitian terhadap masalah-masalah pendidikan

11. Mengadakan hubungan dengan masyarakt secara aktif dan kreatif guna kepentingan para siswa.

Namun demikian, menjadi catatan bagi guru bahwa tanggungjawab guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak anak didik. Tapi yang terpenting adalah membentuk jiwa dan watak anak didik. Sebab pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan.

Kedua, membina kurikulum sekolah sekolah. Pada posisi ini guru merupakan

seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Oleh karena sewajarnya apabila ia turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahnya. Dalam hal ini banyak hal-hal yang dapat dilakukan guru, antara lain; menyarankan ukuran-ukuran yang mungkin dapat digunakan dalam memilih bahan-bahan kurikulum, berusaha menemukan minat, kebutuhan dan kesanggupan murid, berusaha menemukan cara-cara yang tepat agar antara sekolah dan masyarakat terjalin hubungan kerjsama yang seimbang, mempelajari isi dan bahan pelajaran pada setiap kelas dan meninjaunya dalam hubungan dengan praktek sehari-hari.

(41)

Ketiga, melakukan pembinaan terhadap diri siswa. Seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya bahwa sulitnya mentrasfer ilmu, tidak seberat membina siswa agar menjadi manusia berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang sudah. Agar aspek-aspek kepribadian ini dapat berkembang maka guru perlu menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk mengalami, menghayati situasi-situasi yang hidup dan nyata. Dalam konteks ini para guru sebaiknya memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengenal dunianya. Kemandirian yang diberikan guru kepada peserta didiknya akan melahirkan siswa yang bertanggungjawab serta memiliki kepribadian yang mantap.

Anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan di sekolah dan di masyarakat daripda apa yang guru katakan, tapi baik perkataan maupun apa yang guru tampilkan, keduanya menjadi penilaian anak didik.Oleh karena itu apa yang dikatakan guru hendaknya dipraktekan dalam kehidupan sehari. Dan dalam konteks inilah interaksi edukatif akan tercipta. Dimana guru selalu menunjukkan sikap yang dapat diteladani oleh peserta didik.

Keempat, memberikan bimbingan kepada murid. Patut diingat bahwa

bimbingan diberikan kepada anak didik tujuannya agar mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik. Bimbingan ini sebenarnya tidak mesti menjadi tanggungjawab guru BP saja, seperti yang terjadi pada sekolah umumnya, akan tetapi penulis berpendapat bahwa semua guru terlibat langsung dalam memberikan bimbingan, yang menjadikan profesi guru sebagai manusia yang selalu menjadi tualadan terhadap anak didiknya.

Kelima, melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaia atas kemajuan belajar. Tanggungjawab guru dalam hal ini

(42)

menyesuaikan semua setuasi belajar dengan minat, latar belakang dan kematangan siswa. Juga mempunyai tangungjawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar dan kemajuan belajar serta melakukan diagnosis dengan cermat terhadap kesulitan dan kebutuhan siswa.

Keenam, menyelenggarakan penelitian. Guru dalam versi ini dituntut tidak

hanya sekedar melaksanakan tugas rutin. Tetapi juga para guru hendaknya jua melakukan berbagai penelitian. Bagi guru keahlian dalam melakukan penelitian adalah tugas profesional

Ketuju, mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. Pelaksanaan tugas guru

akan secara maksimal jika ia mengenal masyarakat seutuhnyadan secara lengkap. Harus dipahami dengan baik tentang pola kehidupan, kebudayaan, minat dan kebutuhan masyarakat, karena peerkembangan sikap, minat, aspirasi anak sangat dipengaruhi oleh masyarakt sekitarnya. Ini berarti, bahwa dengan mengenal masyarakat, guru dapat mengenal siswa dan menyesuaikan pelajarannya secara efektif. Lingkungan yang baik akan menarik anak-anak berakhlak baik. Dan lingkungan yang jahat akan pula mencoraki watak dan pribadi anak. Oleh sebab itu haruslah pendidik memperhatikan lingkungan yang berhubungan dengan anak-anak di luar rumah tangga. Begitu juga harus diperhatikan anak-anak sejawatnya, karena sesungguhnya pada mereka terdapat pengaruh yang besar terhadap anak-anak didik. Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat. Dalam posisi ini guru akan berpeluang menjelaskan eksistensi sekolah dan anak didiknya di tengah-tengah masyarakat, sehingga akan tercipta kerjasama antara lembaga pendidikan dan masyarakt dalam menyelesaikan problem-problem sekolah dan anak didik.

(43)

Kedelapan, menghayati, mengamalkan, dan mengamnkan Pancasila.

Penanaman nilai-nilia Pancasila bagi anak didik barangkali merupakan hal yang penting. Namun penulis berpendapat bagi guru PAI, disamping menananmkan nilai-nilai Pancasila, yang terpenting adalah nilai-nilai-nilai-nilai keagamaan sebaiknya dijadikan sebagai skala prioritas. Pada tataran ini pendidik lebih banyak dituntut memberikan keteladanan dalam hal pengamalan ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kesembilan, menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa. Tanggungjawab

guru adalah mempersiapkan siswa agar mereka menjadi warga negara yang baik. Penanaman cinta tanah air, mengenal budaya dan adat-istiadat memang bukan pekerjaan yang mudah. Oleh sebab itu diperlukan usaha yang mesti ditempuh oleh guru. Disamping harus disediakan sumber-sumber yang relevan, harus juga mengadakan tour dan kunjungan serta sikap tingkah laku guru sendiri.

Kesepuluh, harus mensukseskan pembangunan. Guru pada posisi ini harus

mampu mengantarkan anak didiknya menjadi masyarakat yang membangun. Bagi anak penanaman sikap ini sangat urgen, demi pengabdian untuk kepentingan masyarakat yang diberikan oleh pribadi guru.

Kesebelas, tanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru. Tuntutan

kurikulum berbasis kompotensi di satu sisi akan menuntut guru agar senantiasa meningkatkan profesionalismenya. Sebab tanpa kecakapan guru akan mengalami kesulitan dalam mengemban dan melaksanakan tugasnya. Sebab guru adalah profesi. Dalam kamus bahasa Indonesia profesi diartikan, sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan lain-lain). dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta baku (standar) layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh

(44)

orang-orang yang secara khusus dipersiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.

Oleh sebab itu atas profesi inilah maka meningkatkan kecakapan hidup dan profesionalisme bagi guru menjadi sebuah keharusan dan keniscayaan. Kemampuan harus selalu dipupuk dalam diri guru sejak ia mengikuti pendidikan sampai ia bekerja.

Maka tanggunjawab guru pendidikan agama Islam merupakan amanah, dan amanah ini harus diwujudkan dalam upaya mengembangkan profesionalismenya yaitu mengembangkan mutu, kualitas dan tindak-tanduknya.

D. Nilai Karakter

Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soelaeman (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat.

Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani. Sedangkan Soekanto (1983:161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan

(45)

kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nilai dapat dikatkan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Persahabatan sebagai nilai (positif/baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai di sini dalam konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).

Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku membimbing”. paedogogike berarti aku membimbing anak Hadi (dalam Amalia, 2010). Purwanto (dalam Amalia, 2010) juga menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Adler (dalam Amalia, 2010) mengartikan pendidikan sebagai proses dimana seluruh kemampuan manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk membantu orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh

(46)

melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.

a. Nilai karakter Religius

Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, dalam Amalia, 2010). Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya seni dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam seni bersifat individual dan personal.

Semi (1993:21) juga menambahkan, kita tidak mengerti hasil-hasil kebudayaanya, kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau agama yang mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan pribadi manusia itu sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

b. Nilai karakter Moral

Moral merupakan makna yang terkandung dalam karya seni, yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320). Hasbullah (dalam Amalia, 2010) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan

(47)

seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Uzey (2009) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan manusia sehari-hari.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku.

c. Nilai karakter Sosial

Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial yang ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, dalam Amalia, 2010). Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.

(48)

Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakatIndonesiayang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku.

Uzey (2009) juga berpendapat bahwa nilai pendidikan sosial mengacu pada pertimbangan terhadap suatu tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan, dan nilai ketuhanan. Jadi nilai pendidikan sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai pendidikan sosial juga merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.

d. Nilai karakter Budaya

Nilai-nilai budaya menurut merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. (Rosyadi, dalam Amalia, 2010).

(49)

Uzey (2009) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan.

Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem nilai pendidikan budaya merupakan nilai yang menempati posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.

E. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal pada jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan tertentu.

Peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Variaation näistä kaikista voi nähdä yksin romaanissa Sadan vuoden yksinäisyys: Macondon perustaminen ja sinne siirtyminen tapetun miehen haamua ja yhteisön vihaa karkuun

Tujuan pengkajian obyek dalam Desain Interior ini adalah untuk menyusun dan membuat laporan rancangan interior dari food court yang berlokasi di Tanjung Perak Surabaya dengan

Nur Samad Kamba juga merupakan tokoh yang seringkali mengisi diskusi bersama Jama’ah Maiyah diberbagai kota, serta pelbagai kajian rutinitas dikampus- kampus

Dari analisis tersebut diharapkan kinerja simpang tak bersinyal di simpang Klayatan Gang 3 yang berdasarkan ukuran- ukuran kinerja, kita bisa menemukan solusi agar

ada perda restribusi Air Limbah. Pemerintah Daerah ataupun pihak swasta belum ada mempunyai sedot tinja. Pendanaan dan pembiayaan masih belum mencukupi baik dari pemerintah

Tujuan penelitian adalah menganalisis biaya perawatan pasien gagal ginjal kronis (GGK), mengetahui pengaruh faktor pasien (usia dan jenis kelamin), penyakit penyerta dan lama

Sebuah lembaga dakwah yakni pesntren daerah Cipasung Singaparna kini mendirikan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), program utama di KBIH Yayasan Pondok

[r]