• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Dona Primasari, SE., M.Si Lego Waspodo, SE., Ak., M.Si Syaiful Rahman, SE., M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Dona Primasari, SE., M.Si Lego Waspodo, SE., Ak., M.Si Syaiful Rahman, SE., M.Si"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

VARIABEL ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD)

(STUDI EMPIRIS PADA BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMBANGUNAN LINTAS KABUPATEN / KOTA WILAYAH I PROPINSI JAWA TENGAH)

Oleh:

Dona Primasari, SE., M.Si

Lego Waspodo, SE., Ak., M.Si

Syaiful Rahman, SE., M.Si

(2)

ABSTRACT

This study examines the antecedent variable of implementation Government Financial Information Sistem (SIKD) and its consequence. The antecedent variables are : decentralization of decision making, adaptation and the influence of desain SIKD. The Concequences are satisfaction and performance officer .

This research represents the empirical test which used convienence sampling technics in data collection. Data were collected from 148 officer of local government in Bakorwil I central Java provinces. Data analysis used Structural Equation Model (SEM) with the program AMOS 5.0

Keywords : Decentralization of decision making, adaptation officer, influence of design SIKD, implementation of Government Financial Information Sistem (SIKD), satisfaction and performance officer.

I. LATAR BELAKANG PENELITAN

Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Salah satu ketetapan MPR yaitu Tap MPR Nomor XV/ MPR / 1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Republik Indonesia merupakan landasan dikeluarkannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Daerah antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai penyelenggaraan Otonomi Daerah.

Dengan bergulirnya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah, dan aturan pelaksanaannya, pemerintah mengeluarkan UU RI Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ini dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada Pemerintah Daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

Pada masa pemerintahan sentralistik (orde baru), Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) di seluruh Indonesia diatur dalam undang–undang (UU) nomor 5 tahun 1974,

(3)

dilengkapi dengan peraturan pemerintah (PP) nomor 6 tahun 1975. Atas tiga dasar aturan ini, pemerintah pusat menerbitkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.900-099 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) pada tahun 1981 yang pada era sekarang di sebut Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). MAKUDA inilah yang akhirnya menjadi pedoman atau manual yang berfungsi sebagai SIKD yang harus dijalankan sama/ seragam bagi seluruh daerah di Indonesia. Implementasi dari Sistem informasi keuangan daerah diharapkan dapat memenuhi tuntutan dari masyarakat tentang transaparansi dan akuntabilitas dari lembaga sektor publik (Mardiasmo,2002). Rintangan penting untuk tercapainya kesuksesan dari suatu implementasi sistem yang baru adalah kurangnya perhatian pada faktor perilaku selama implementasi.

Penelitian yang dilakukan Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) telah meneliti faktor-faktor perilaku selama tahap implementasi sistem baru. Menurut Arbenethy (2005) desentralisasi pengambilan keputusan mengakibatkan diterapkannya sebuah sistem baru dalam perusahaan. Implementasi sistem baru ini dimediasi oleh dua faktor perilaku yaitu adaptasi pegawai dan keterlibatan pegawai mendesain sebuah sistem baru. Kemampuan adaptasi pegawai akan membantu diterimanya implementasi sistem yang baru, dengan adanya kemampuan adaptasi maka para pegawai akan berusaha maksimal untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan kerja mereka sehingga proses implementasi sistem dapat diterima. Keterlibatan pegawai dalam mendesain sebuah sistem baru juga membantu diterimanya implementasi sebuah sistem baru tersebut. Pegawai yang terlibat secara langsung dalam mendesain sistem cenderung akan memiliki rasa tanggungjawab terhadap implementasi sistem sehingga akan semakin mendukung proses diterimanya implementasi sistem tersebut.

Hasil penelitian Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) tersebut tidak mencerminkan dan tidak mewakili seluruh organisasi, dalam artian bahwa hasil penelitian tersebut tidak semuanya menghasilkan kesimpulan yang sama jika diterapkan pada organisasi sektor publik,

(4)

hal ini dikarenakan adanya sifat dan karakteristik yang berbeda antara organisasi sektor publik dan swasta.

Secara khusus penelitian ini dimotivasi faktor–faktor sebagai berikut: pertama, bahwa sejak mulai ditetapkannya UU RI Nomor 33 tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Kepmendagri nomor 29 tahun 2002 mengenai pengimplementasian model struktur otoritas baru dan rancangan sistem informasi akuntansi yang baru di seluruh Indonesia, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan kinerja sektor publik. Kedua, masih sedikitnya penelitian pada implementasi sistem akuntansi yang baru pada organisasi non laba. Ketiga, masih sedikitnya penelitian yang memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya implementasi sistem baru serta pengaruhnya terhadap kepuasan dan kinerja (Abernethy dan Jan Bouwens, 2005).

Selain hal-hal tersebut penelitian ini juga dimaksudkan untuk menguji kembali apakah dengan menggunakan teori yang sama tetapi dengan sampel dan lokasi yang berbeda akan menghasilkan hasil penelitian yang sama sehingga memperkuat teori yang ada dan bisa digeneralisasikan (Abernethy dan Guthrie, 1994; Chong dan Kar, 1997). Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dan apakah impelementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah meningkatkan kepuasan dan kinerja aparat dengan mengambil sampel objek penelitian di Badan Koordinasi Wilayah Pembangunan Lintas Kabupaten / Kota Wilayah I Propinsi Jawa Tengah

PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang penelitian secara spesifik rumusan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap adaptasi pegawai aparat pemda?

(5)

2. Apakah desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD)?

3. Apakah pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah di mediasi oleh kemampuan adaptasi para pegawai aparat Pemda ?

4. Apakah desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap keterlibatan aparat pemda dalam mendesain Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD)?

5. Apakah pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dimediasi oleh keterlibatan aparat pemda dalam mendesain (merekontruksi) Sistem informasi keuangan daerah?

6. Apakah penerimaan implementasi Sistem Informasi Keuangan daerah berpengaruh terhadap kepuasan pegawai aparat pemda?

7. Apakah penerimaan implementasi Sistem Informasi Keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja para pegawai aparat Pemda?

8. Apakah pengaruh implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap kinerja operasi para aparat dimediasi oleh kepuasan kerja mereka?

II. TELAAH LITERATURE Theory of Reasoned Action (TRA)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara sikap dan perilaku individu terhadap implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah. Dalam Theory of Reasoned

Action (TRA) yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) yaitu suatu teori yang

berhubungan dengan sikap dan perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan/tindakan yang beralasan (reasoned action). Dengan diterapkannya Sistem Informasi Keuangan Daerah pada masing-masing wilayah akan berdampak terhadap sikap dan perilaku para pegawai dalam lingkungan tersebut. Peraturan Pemerintah tersebut menuntut semua aparat pemerintah

(6)

daerah yang terkait untuk mampu mengimplementasikan Sistem Informasi Keuangan Daerah pada masing-masing wilayah. Menurut Mortensen (1988) dalam Suhaili (2004) Kesuksesan impelementasi sebuah sistem terletak pada pekerja/karyawan, jika sebuah sistem gagal maka dapat diestimasi bahwa 80% hingga 90% kemungkinan masalahnya adalah dari pekerja/karyawan. Faktor-faktor perilaku karyawan sangat mempengaruhi kesuksesan implementasi sebuah sistem.

Desentralisasi Pengambilan Keputusan, Adaptasi Aparat Pemda, Implementasi SIKD Desentralisasi pengambilan keputusan mengakibatkan perubahan kondisi pada suatu organisasi. Pada kondisi seperti ini para pegawai dan manajer dituntut untuk mampu merespon perubahan-perubahan situasi lokal yang terjadi. Mereka harus mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan tersebut.

Pengertian adaptasi menurut Buss et.al. (1998) dalam Dicky (2000) adaptasi merupakan satu karakteristik yang berkembang secara reliabel yang berarti kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah. Berdasarkan pada penelitian Arbenethy (2005) desentralisasi mempunyai pengaruh positif terhadap adaptasi dan adaptasi mengakibatkan sub unit manajer mampu menerima implementasi MAS (Management

Accounting Sistem) secara efektif dan efisien. Mengacu pada definisi tersebut apabila

dikaitkan dengan pemerintah daerah maka di asumsikan dengan adanya desentralisasi pemerintah daerah memiliki kesempatan yang luas untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada, adaptasi berperan sebagai variabel intervening yang memediasi desentralisasi pengambilan keputusan dan implementasi SIKD, dengan adanya adaptasi pegawai diharapkan implementasi SIKD dapat diterima oleh para pegawai aparat pemda.

Sesuai dengan telaah teoritis dan beberapa penelitian yang ada tersebut dapat dijadikan dasar untuk membangun hipotesis sebagai berikut :

H1 : Desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap adaptasi pegawai pemda. H2 : Desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap implementasi Sistem

(7)

Informasi Keuangan Daerah (SIKD).

H3 : Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah di mediasi oleh kemampuan adaptasi para pegawai Pemda.

Desentralisasi Pengambilan Keputusan,Keterlibatan Aparat Pemda dalam Desain SIKD, Implementasi SIKD

Dalam penelitian ini dengan adanya desentralisasi pengambilan keputusan dapat berpengaruh nyata terhadap keterlibatan aparat pemda dalam merekontruksi Sistem Informasi Keuangan Daerah. Dengan adanya desentralisasi aparat pemda memiliki wewenang merekontruksi dan menetapkan kembali SIKD yang baru sebagai ganti SIKD lama (MAKUDA) sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing.

Keterlibatan desain SIKD berperan sebagai variabel intervening yang memediasi hubungan antara desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi SIKD. Desentralisasi pengambilan keputusan dapat berpengaruh langsung terhadap implementasi SIKD, tetapi dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu melalui variabel keterlibatan desain SIKD terlebih dahulu baru kemudian ke implementasi SIKD. Logikanya semakin tinggi tingkat partisipasi pegawai dalam merekontruksi SIKD maka akan semakin berpengaruh terhadap diterimanya implementasi SIKD.

Dengan adanya keterlibatan dalam desain dan implementasi SIKD tersebut diharapkan akan meningkatkan keberadaan sistem ini untuk dibentuk sesuai dengan kebutuhan aparat pemda sehingga impelementasi SIKD dapat diterima.

Dalam hal ini dikembangkan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap keterlibatan aparat pemda dalam mendesain Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD).

H5 : Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dimediasi oleh keterlibatan aparat pemda dalam

(8)

mendesain Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Kepuasan dan Kinerja Aparat Pemda terhadap Implementasi SIKD

Kepuasan diartikan sebagai suatu sikap yang dimiliki secara umum oleh orang atau individu terhadap pekerjaannya ( Robbins,2003). Sikap tersebut akibat adanya persepsi masing-masing individu tersebut terhadap pekerjaannya. Faktor-faktor yang mendukung kepuasan kerja antara lain : pekerjaaan yang menantang, pekerjaan yang memberikan hasil reward yang pantas dan terdapat kondisi kinerja dan rekan kerja yang mendukung. Igbaria dan Tan (1997) menemukan bahwa kepuasan pengguna atas teknologi informasi memiliki efek langsung atas kinerja. Menurut Arbenethy (2005) saat pihak manajer menerima perubahan yang terjadi dalam sebuah sistem cenderung akan mengakibatkan semakin besar diterimanya inovasi sistem informasi oleh pihak manajerial dan semakin besar pula kepuasan mereka atas sistem ini. Kepuasan cenderung mengarah pada peningkatkan kinerja melalui manfaat yang diperoleh dari informasi yang disediakan bagi para pengguna.

Menurut (Kalbery,1995) dalam David (2001) kinerja manajerial diartikan sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan melalui atasan langsung, rekan kerja, diri sendiri dan bawahan langsung. Penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara inovasi sistem dan kinerja. Hunton (1996) menggunakan metode eksperimen menguji hubungan antara partisipasi dalam desain sistem informasi , penggunaan sistem informasi dan kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy (2005) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara implementansi inovasi sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial.

Mengacu pada penelitan Arbenethy apabila dikaitkan dengan implementasi SIKD maka diharapkan dengan adanya implementasi SIKD tersebut dapat meningkatkan kepuasan dan kinerja para pegawai dalam hal ini aparat pemda, sehingga dirumuskan hipotesa sebagai berikut :

(9)

H6 : Penerimaan implementasi Sistem Informasi Keuangan daerah berpengaruh terhadap kepuasan pegawai aparat pemda

H7 : Penerimaan implementasi Sistem Informasi Keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pegawai aparat pemda

Impelementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Operasi Pegawai melalui Kepuasan Pegawai Aparat Pemda

Menurut Strauss dan Syales, yang dikutip Handoko (1992), kepuasan kerja merupakan hal yang penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologik dan pada gilirannya akan frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi. Jika kepuasan kerja karyawan meningkat maka perputaran karyawan dan absensi menurun. Hal ini cenderung mengakibatkan kinerja karyawan akan semakin baik dan meningkat.

Pada penelitian Arbenethy (2005) menghasilkan hasil uji yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan postif dan signifikan antara diterimanya impelementasi MAS

(Management Accounting Sistem) terhadap kinerja melalui kepuasan pengguna.

Berdasarkan penelitian Arbenethy diatas, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut :

H8 : Pengaruh implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap kinerja operasi para aparat pemda dimediasi oleh kepuasan kerja aparat pemda

(10)

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Gambar I

Model kerangka teoritis

III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer bersumber dari jawaban responden atas beberapa jumlah pertanyaan tentang desentralisasi pengambilan keputusan, kemampuan, adaptasi dan desain sistem serta implementasi sistem dan pengaruhnya terhadap kepuasan dan kinerja.

Populasi dan Teknik Sampling

Populasi mencakup aparat pemda yang tercakup dalam Badan Koordinasi Wilayah Pembangunan Lintas Kabupaten / Kota Wilayah I Propinsi Jawa Tengah. Sampel penelitian terdiri atas aparat pemda yang terlibat dalam rekontruksi rancangan dan penggunaan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) meliputi sekretariat daerah, kepala badan, kepala dinas, kepala sub dinas, kepala bagian, kepala sub bagian dan kepala seksi yang berkaitan dengan implementasi dan penggunaan SIKD (M.Syafruddin, 2005) pada Badan Koordinasi Wilayah Pembangunan Lintas Kabupaten / Kota Wilayah I Propinsi Jawa Tengah.

Desentralisasi Pengambilan Keputusan Adaptasi pegawai Pengaruh desain SIKD Diterimanya implementasi SIKD Kepuasan pegawai Kinerja pegawai

(11)

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik

Convenience Sampling. Metode Convenience Sampling merupakan metode pemilihan sampel

dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti mengambil lima wilayah pembangunan Kabupaten/ Kota yaitu : Kota Semarang, Salatiga, Kabupaten Purwodadi, Jepara, dan Rembang.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mail survey melalui penyebaran kuesioner dan mendatangi langsung wilayah sampel dalam penelitian yang dapat dijangkau (personally

administered questionare). Bentuk kuesioner terdiri dari kuesioner dengan pertanyaan

terkait (angket terstruktur). Variabel Penelitian

Untuk melakukan pengujian hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti perlu diukur. Dalam penelitian ini, variabel – variabel penelitian terdiri dari variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah “source variabel” atau “independent variabel” yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model (Augusty, 2001). Sedangkan variabel endogen adalah variabel yang diprediksi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel eksogen adalah desentralisasi pengambilan keputusan. Sedangkan variabel endogen terdiri atas implementasi SIKD, adaptasi pegawai, pengaruh keterlibatan desain SIKD, kepuasan dan kinerja pegawai aparat pemda. Variabel Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Likert Scale dengan skala 1 sampai 5.

Teknik Analisis

Uji hipotesis menggunakan teknik Multivariate Structur Equation Model (SEM). Pemodelan SEM terdiri dari model pengukuran (measurement model) dan model struktural

(12)

(struktural model). Model struktural ditujukan untuk menguji hubungan antara konstruk

eksogen dan endogen. Sedangkan model pengukuran ditujukan untuk menguji hubungan antara indikator dengan konstruk / variabel laten Ballen (1989 ) dalam Imam Ghozali (2005). Penelitian ini mengukur dua bagian yaitu (1) pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya impelentasi SIKD melalui variabel adaptasi dan pengaruh desain SIKD, (2) diterimanya impelementasi SIKD berpengaruh langsung terhadap kinerja dan melalui kepuasan para pegawai. SEM dalam penelitian ini dianalisa menggunakan

software AMOS.5.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

Kuesioner disebarkan dengan cara melalui jasa pos dan mengantar langsung kepada responden. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data selama 3 bulan dimulai dari 1 September 2006 sampai dengan 1 Desember 2006. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 350 kuesioner dan yang dikembalikan sejumlah 157 kuesioner, dengan tingkat respon rate sebesar 44,8%. Sebanyak 9 kuesioner tidak dapat diikutsertakan dalam analisis karena pengisian yang tidak lengkap, oleh karena itu jumlah data yang bisa diolah untuk analisis adalah sebanyak 148 kuesioner.

Uji Kualitas Data

Berdasarkan uji kualiditas data diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah reliabel dan valid sehingga bisa digunakan untuk pengujian hipotesis selanjutnya (hasil uji kualitas data dapat dilihat pada lampiran)

Analisis Data

(13)

Setelah dilakukan analisa data menggunakan software AMOS versi 5.0 maka didapat hasil untuk menjawab hipotesis yang diajukan (data terlampir)

Hipotesis 1

Hipotesis pertama menyatakan bahwa semakin tinggi desentralisasi pengambilan keputusan akan menyebabkan tingginya adaptasi pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara desentralisasi pengambilan keputusan (DPK) terhadap adaptasi pegawai (ADT) menunjukkan ada pengaruh positif 0.144, dengan nilai

critical ratio (CR) sebesar 6.423 dan nilai p-value ***. Nilai CR tersebut berada jauh di atas

nilai kritis ± 1.96 dengan tingkat signifikansi *** (artinya signifikan) yaitu p berada di bawah nilai signifikan 0.05. Dengan demikian hipotesis pertama dapat diterima.

Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Osborne dan Gaebler (1992), yang menyatakan bahwa organisasi yang menerapkan struktur desentralisasi jauh lebih fleksibel daripada yang tersentralisasi, karena dapat memberikan respon yang lebih cepat terhadap lingkungan dan kebutuhan yang berubah. Dengan desentralisasi, para aparat pemda mempunyai wewenang dan otoritas mengambil keputusan, pada kondisi ini para aparat mampu mengambil keputusan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan lokal dan para pegawai secara cepat merespon perubahan situasi lokal yang terjadi. Hasil ini juga mendukung penelitian sebelumnya Scott dan Bruce (1994); Tsai (2001), Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) yang menemukan bahwa desentralisasi pengambilan keputusan secara langsung mempengaruhi adaptasi pegawai.

Hipotesis 2

Hipotesis H2 menyatakan bahwa desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap diterimanya implementasi SIKD. Dalam hasil pengolahan data menunjukkan nilai S.E 1.266 dengan nilai critical ratio (CR) sebesar -0.745 dan nilai p-value 0.456. Nilai CR tersebut berada jauh di bawah nilai kritis ± 1,96 dengan tingkat signifikansi 0.456 (artinya tidak signifikan) yaitu p berada di atas nilai signifikan 0,05. Dengan demikian hipotesis

(14)

keempat tidak dapat diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap diterimanya implementasi SIKD ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy dan Jan Bouwens (2005). Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Susrani (2002) yang menemukan bahwa desentralisasi pengambilan keputusan tidak terbukti mempengaruhi secara langsung diterimanya perubahan karakteristik Sistem Akuntansi.

Perbedaan ini disebabkan kemugkinan disebabkan oleh fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana dengan diterapkannya desentralisasi pengambilan keputusan mengakibatkan bergantinya regulasi atau undang-undang yang mengatur pembaruan sistem. Perubahan pedoman dalam pelakuan SIKD menyebabkan kerancuan dalam implementasi. Para pegawai cenderung mengalami ketidakjelasan tugas, peran dan tujuan dalam kinerja mereka sehubungan dengan perubahan sistem sehingga mengakibatkan sulitnya penerimaan implementasi SIKD

Hipotesis 3

Hipotesis H3 menyatakan bahwa Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah di mediasi oleh kemampuan adaptasi para pegawai aparat Pemda.

Besarnya pengaruh tidak langsung desentralisasi pengambilan keputusan terhadap penerimaan implementasi SIKD melalui adaptasi pegawai sebesar 0.772 . Tanda positif tesebut memberi makna bahwa adaptasi pegawai terbukti memediasi antara desentralisasi pengambilan keputusan dan penerimaan implementasi SIKD. Maka hipotesis H3 yang menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah di mediasi oleh kemampuan adaptasi para pegawai aparat pemda diterima. Desentralisasi pengambilan keputusan mengakibatkan aparat pemda dituntut mampu beradaptasi terhadap implementasi sistem. Hal ini sesuai dengat teori adaptasi menurut Buss et.al (1998) dalam Dicky (2000) bahwa adaptasi merupakan salah satu

(15)

karakteristik yang berkembang secara reliabel yang berarti kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah. Proses adaptasi dari para pegawai pemda membuktikan mampu diterimanya implementasi SIKD.

Hasil ini juga mendukung penelitian Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) yang mengidentifikasikan bahwa desentralisasi mempunyai pengaruh positif terhadap adaptasi dan adaptasi mengakibatkan sub unit manajer mampu menerima implementasi MAS

(Management Accounting Sistem) secara efektif dan efisien. Adaptasi berperan sebagai

variabel intervening yang memediasi hubungan antara desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi MAS.

Hipotesis 4

Hipotesis H4 menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap keterlibatan aparat pemda dalam mendesain Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Dalam hasil pengolahan data menunjukkan ada pengaruh positif 0.148, dengan nilai critical

ratio (CR) sebesar 7.223 dan nilai p-value ***. Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai

kritis ± 1.96 dengan tingkat signifikansi *** (artinya signifikan) yaitu p berada di bawah nilai signifikan 0.05. Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh positif terhadap keterlibatan pegawai dalam merekontruksi SIKD diterima.

Desentralisasi akan menjadikan para aparat pemda lebih tahu dan fokus pada kebutuhan lokal. Seiring dengan otoritas yang didelegasikan kepada aparat pemda (kepala dinas,kepala badan), mereka akan semakin bertanggung jawab untuk kinerja departemennya. Salah satu cara mencapai untuk hal ini adalah dengan menerapkan keterlibatan para pegawai mereka dalam mendesain sistem pada organisasi mereka. .Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy dan Jan Bouwens (2005).

(16)

Hipotesis H5 menyatakan Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dimediasi oleh keterlibatan aparat pemda dalam mendesain Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Besarnya pengaruh tidak langsung desentralisasi pengambilan keputusan terhadap penerimaan implementasi SIKD melalui pengaruh desain SIKD sebesar 0.834. Maka hipotesis H5 yang menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dimediasi oleh keterlibatan desain Sistem Informasi Keuangan Daerah diterima.

Atasan yang mendukung implementasi sistem dengan memberikan kebebasan pada pegawainya untuk terlibat dalam mendesain sebuah sistem terbukti membantu diterimanya implementasi SIKD. Hasil ini sesuai dengan teori TRA (Theory of Reasoned Action) yang dikemukan Fishben dan Ajzen (1975) mengenai sikap dan perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan yang beralasan dalam konteks penggunaan teknologi informasi, apabila dikaitkan dengan aparat pemda maka dapat dilihat sikap para pegawai pemda menerima implementasi SIKD merupakan hal yang terjadi akibat dari adanya pengaruh desain SIKD. Para pegawai yang telibat langsung dalam mendesain SIKD dapat melihat segi positif dan manfaat dari SIKD sehingga membantu proses penerimaan implementasi SIKD.

Hal ini juga mendukung teori yang menyatakan bahwa adanya dukungan atas keterlibatan merekontruksi desain sebuah sistem berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi sistem karena adanya kekuasaan desentralisasi yang dimiliki atasan atas sumber daya yang dimilikinya. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Arbenthy (2005) yang menemukan bahwa pengaruh desain sistem memediasi secara positif desentralisasi pengambilan keputusan dan penerimaan implementasi sistem.

Hipotesis 6

Hipotesis keenam menyatakan bahwa penerimaan implementasi SIKD akan menyebabkan tingginya kepuasan pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression

(17)

weight) antara penerimaan implementasi SIKD terhadap kepuasan pegawai menunjukkan ada

pengaruh positif 0.160, dengan nilai critical ratio (CR) sebesar 6.447 dan nilai p-value ***. Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai kritis ± 1,96 dengan tingkat signifikansi *** (artinya signifikan) yaitu p berada di bawah nilai signifikan 0,05. Dengan demikian hipotesis keenam dapat diterima. Kepuasan mengacu pada keyakinan pegawai selaku pengguna sistem, bahwa sistem yang mereka dapatkan memang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan (Ives,1984). Penerimaan implementasi sebuah sistem cenderung berhubungan positif dengan kepuasan pengguna. Penerimaan implementasi sistem oleh pengguna terhadap sistem yang dikembangkan akan memberikan keyakinan nyata bahwa sistem tersebut mampu memotivasi kinerja mereka (Ives,1984).

Pada lingkungan aparat pemda, penerimaan implementasi SIKD merupakan wujud dari keyakinan para pegawai pemda terhadap SIKD bahwa SIKD memang sesuai dengan yang mereka harapkan dan yang mereka butuhkan. Hasil ini mendukung penelitian Arbenethy (2005) bahwa penerimaan implementasi sistem akan meningkatkan kepuasan pegawai. Dukungan yang berpengaruh positif dengan diterimanya implementasi SIKD akan meningkatkan kepuasan pegawai.

Hipotesis 7

Hipotesis tujuh menyatakan bahwa penerimaan implementasi SIKD berpengaruh terhadap kinerja. Dalam hasil pengolahan data menunjukkan parameter estimasi

(standardized regression weight) ada pengaruh positif 0.226 dengan nilai critical ratio (CR)

sebesar 2.843 dan nilai p-value 0.004. Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai kritis ± 1,96 dengan tingkat signifikansi 0.004 (artinya signifikan) yaitu p berada di bawah nilai signifikan 0,05. Dengan demikian hipotesis ketujuh dapat diterima. Teori yang dikemukakan Macintosh (1994) bahwa penerimaan implementasi sistem merupakan bagian yang sangat penting dalam spektrum mekanisme kontrol keseluruhan yang digunakan untuk memotivasi, mengukur, dan memberi sanksi tindakan-tindakan para manajer dan karyawan organisasi.

(18)

Adanya penerimaan implementasi sistem mampu meningkatkan perencanaan dan kontrol aktivitas organisasi dengan lebih baik sehingga meningkatkan kinerja.

Dalam lingkungan pemda peneriman implementasi SIKD akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi sumber daya. Konsekuensi penerimaan implementasi SIKD dapat membantu pekerjaan lebih efisisen selaras dengan kesesuaian tugas, sehingga disimpulkan bahwa penerapan SIKD akan meningkatkan kinerja. Menurut Hunton (1996) penggunaan sistem informasi akan meningkatkan kinerja manajerial. Penerimaan implementasi sistem akan membantu para pegawai dalam melaksanakan kegiatan operasional kerja mereka, para pegawai cenderung akan memberdayakan implementasi sistem semaksimal mungkin sehingga secara otomatis akan meningkatkan kinerja mereka. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Arbenethy dan Jan Bouwens (2005).

Hipotesis 8

Hipotesis delapan menyatakan bahwa pengaruh implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap kinerja operasi para aparat pemda dimediasi oleh kepuasan kerja aparat pemda

Besarnya pengaruh tidak langsung penerimaan implementasi SIKD terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan pegawai sebesar 0.096. Tanda positif tesebut memberi makna bahwa kepuasan pegawai terbukti memediasi antara penerimaan implementasi SIKD dan kinerja pegawai. Maka hipotesis H8 yang menyatakan terdapat pengaruh antara implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dan kinerja operasi pegawai melalui kepuasan pegawai diterima. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukan Mawhinney (1990) bahwa terdapat dua hal yang memiliki korelasi kuat dan konsisten dengan diterimanya implementasi sebuah sistem pemanfaatan teknologi yaitu kepuasan pengguna dan kinerja pada tingkat komptensi sistem.

(19)

yang tidak memiliki kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologis. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologik dan pada gilirannya akan frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi. Jika kepuasan kerja karyawan meningkat maka perputaran karyawan dan absensi menurun.

Dengan adanya implementasi SIKD memberikan pengaruh postif terhadap karyawan. Dukungan yang berpengaruh positif dengan diterimanya implementasi SIKD akan meningkatkan kepuasan pegawai. Apabila kepuasan pegawai meningkat maka akan membantu meningkatkan kinerja pegawai. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hunton dan Price (1997) yang menguji kemungkinan adanya hubungan antara diterimanya MAS (Management Accounting Sistem) dan kinerja tak langsung, yang dioperasionalisasikan lewat kepuasan. Hasil ini juga mendukung penelitian Arbenthy (2005) yang menemukan bahwa kepuasan pegawai memediasi penerimaan implementasi sistem dengan kinerja pegawai.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Desentralisasi pengambilan keputusan terbukti mempengaruhi adaptasi pegawai. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya Scott dan Bruce (1994); Tsai (2001), Arbenethy

(20)

dan Jan Bouwens (2005) yang menemukan bahwa desentralisasi pengambilan keputusan secara langsung mempengaruhi adaptasi pegawai.

2. Desentralisasi pengambilan keputusan tebukti tidak berpengaruh terhadap diterimanya implementasi SIKD. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy dan Jan Bouwens (2005). Perbedaan ini disebabkan kemugkinan disebabkan oleh fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana dengan diterapkannya desentralisasi pengambilan keputusan mengakibatkan bergantinya regulasi atau undang-undang yang mengatur pembaruan sistem. Perubahan pedoman dalam pelakuan SIKD menyebabkan kerancuan dalam implementasi. Para pegawai cenderung mengalami ketidakjelasan tugas, peran dan tujuan dalam kinerja mereka sehubungan dengan perubahan sistem sehingga mengakibatkan sulitnya penerimaan implementasi SIKD.

3. Desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah terbukti di mediasi oleh kemampuan adaptasi para pegawai aparat pemda diterima. Hasil ini mendukung penelitian Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) yang mengidentifikasikan bahwa desentralisasi mempunyai pengaruh positif terhadap adaptasi dan adaptasi mengakibatkan sub unit manajer mampu menerima implementasi MAS (Management Accounting Sistem) secara efektif dan efisien.

4. Desentralisasi pengambilan keputusan terbukti mempengaruhi pengaruh desain SIKD, hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) bahwa dengan adanya desentralisasi para pegawai memiliki otoritas atau wewenang yang cukup untuk mempengaruhi desain atau pembentukan suatu sistem.

5. Desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah terbukti dimediasi oleh keterlibatan desain Sistem

(21)

Informasi Keuangan Daerah diterima. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Arbenthy (2005) yang menemukan bahwa pengaruh desain sistem memediasi secara positif desentralisasi pengambilan keputusan dan penerimaan implementasi sistem.

6. Penerimaan implementasi SIKD terbukti menyebabkan tingginya kepuasan pegawai. Hal ini mendukung penelitian Arbenethy (2005) bahwa penerimaan implementasi sistem akan meningkatkan kepuasan pegawai. Dukungan yang berpengaruh positif dengan diterimanya implementasi SIKD akan meningkatkan kepuasan pegawai. 7. Penerimaan implementasi SIKD tebukti berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini

mendukung penelitian Igbaria dan Tan (1997) yang menemukan bahwa kepuasan pengguna atas teknologi informasi memiliki efek langsung atas kinerja. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Arbenethy dan Jan Bouwens (2005).

8. Terdapat pengaruh antara implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dan kinerja operasi pegawai melalui kepuasan pegawai . Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hunton dan Price (1997) yang menguji kemungkinan adanya hubungan antara diterimanya MAS (Management Accounting

Sistem) dan kinerja tak langsung, yang dioperasionalisasikan lewat kepuasan. Hasil

ini juga mendukung penelitian Arbenthy (2005) yang menemukan bahwa kepuasan pegawai memediasi penerimaan implementasi sistem dengan kinerja pegawai.

Saran

1. Perlu dilakukan pengembangan instrument yaitu disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan dari objek yang diteliti.

2. Penelitian mengenai pengaruh perilaku terhadap inovasi sistem di pemerintahan sebaiknya mengacu jurnal terdahulu Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) dan penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan inovasi sistem dan perilaku.

(22)

Daftar Pustaka

Abernethy, M. A., and Guthrie. 1994.” The consequences of customization on management accounting system design”. Accounting Organization and Society.

Abernethy, M. A., and A. M. Lillis.2001. “Interdependencies in Organization Design: A Test in Hospitals”. Journal of Management Accounting Research, Vol. 13.

Abernethy, M. A., and Jan Bouwens. 2005. “ Determinants of accounting innovation”. ABACUS.

Ahmad Suhaili. 2004. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Teknologi

Informasi dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Manajerial pada Perusahaan Manufaktur dei Kalimantan Selatan”. Program Studi Magister Akuntansi

Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Anderson,S.W. 1995.”A frame work for assessing cost management system changes. The case of activity based costing implementation at general motors’. Journal of

management accounting research. Vol.71.

Ajzen, and Fishbein. 1975. “The theory of planned behavior organizational behavior and human decision process”. Journal of Applied Social Psychology. Vol.32.

Ayu Oktaviani. 2003.” Desentralisasi Pengambilan Keputusan, Pengendalian Akuntansi dan

Kinerja Kantor Dinas”. Program studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro,

Semarang (tidak dipublikasikan)

Abernethy, M.A., and Jan Bouwens. 2000. “The Consequences of Customization on

Management Accounting System Design”. Accounting, Organizations and Society, Vol. 25, No. 3.

Burn, W.J. 2000. “ A field study of an attempt o change an Embedded Cost Accounting System”. Harvard Bussiness School Press.

Cavalluzzo, K. S., and C. D. Ittner. 2004. “Implementing Performance Measurement

Innovations: Evidence From Government”. Accounting, Organizations and Society, Vol. 29, Nos 3–4.

Chong,. and Kar. 1997.” The role of accounting information ini organizational control: The state of art. Behavioral research : Foundation and frontiers.

Cohen, W. M., and D. A. Levinthal. 1990. “Absorptive Capacity: A New Perspective on Learning and Innovation”. Administrative Science Quarterly, Vol. 35, No. 1.

Cooperm R., R.S.Kaplan.L.S. Maisel.E. Morrisey and R.M. Ochm. 1992. “Implementing Activity Based Costing”. Institute Of Management Accountant.

David, Effendi. 2001. “ Pengaruh informasi akuntansi terhadap kinerja manajer dengan

ketidakpastian tugas sebagai variable moderating (Studi pada Pemda Eks Karisidenan Madiun)”. Program studi Magister Sains Akuntansi Universitas

(23)

Dicky, Hastjarjo. “Mengenal sepintas psikologi evolusioner”. Bulletin Psikologi UGM Th. IX no.2.

Gatot, Indra.2005.”Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah di Indonesia”. CV.Duta Nusindo. Semarang

Gosselin, M. 1997. “The effect of strategy and organizational structure on the adoption and implementation Activity Based Costing”. Accounting Organization and Society. Vol.22 No.2.

Hair, J.R., Anderson, R.E., Tatham,R.L., Black,W.C. 1998. “Multivariate Data Analyst”. Fifth edition. Prentice Hall International.Inc.

Handoko, T.Hani. 1992. “ Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia”. Edisi Kedua, BPFE UGM. Yogyakarta.

Honeman, C.T. 1997. “Introduction to managerial performance”. Prentice Hall.

Hunton, J. E., and Price, K. H. 1997. “Effects of the User Participation Process and Task Meaningfulness on Key Information System Outcomes”. Management Science, Vol. 43, No. 6.

Igbaria, M., and M. Tan. 1997. “The Consequences of Information Technology Acceptance on Subsequent Individual Performance”. Information and Management, Vol. 21, No. 3.

Indra Bastian.2002. “Akuntansi sektor publik di Indonesia”. BPFE Yogyakarta.

Imam Ghozali. 2005. “Model persamaan structural , konsep dan aplikasi dengan program

AMOS Ver.5.0”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ives. B, and M.H.Oslan.1984.” User involvement and MIS success: Review of research”.

Journal of management science. pp.586-603.

Kaplan, R. S. 1986. “Accounting Lag: The Obsolescence of Cost Accounting Systems”.

California Management Review, Vol. 28, No. 2.

Krumwiede, K.R. 1995. “The implementation stage of Activity Based Costing and the impact of contextual and organizational factor”. Journal of Management

Accounting Research. Vol.33.

Libby,T. and J.H. Waterhouse.1996.”Predicting change ini management accounting system”. Journal of management accounting research. Vol.8

Lifaldo, Muchinsky, and Muller. 1986. “On the job satisfaction and the organizational commitment”. Academy of Management Journal Vol.29.

Lyna Latifah, 2005. “Pengaruh faktor organisasional, peran konflik kognitif dan afektif

dalam tahap awal implementasi system keuangan daerah”. Program Magister

(24)

Macintosh,N.B. 1994.”Management accounting and control system”. Jhon Willey and sons Mardiasmo.22 Maret 2001. “Perencanaan keuangan public sebagai suatu tuntutan

dalam pelaksanaan pemerintahan daerah yang bersih dan berwibawa”. Makalah

seminar IAI-KASP. Jakarta.

Mardiasmo. 2000. “Akuntansi sektor publik”. Andi Yogyakarta.

McGowan, A.S., and T.P. Klamme. 1997. “ Statisfaction with Activity Based Management Implementation”. Journal of Management Accounting Research. Vol.9.

Miah, N.Z and Mia L. 1996. “Desentralitation, Accounting control system and Performance of Government Organization : A new Zaeland Empirical Study”.

Financial Accountability and management.

Peraturan Pelaksanaan UU Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah. 2006. Penerbit CV. Duta Nusindo, Semarang.

Osborne, David and Ted Gaeble.1992.”Reinventing Government: how the enterprenual all

spirit in transforming puclic sector”. Pustaka Bihama Prasindo.

Robbins, Stephen. 2003. “ Organizational Behaviora”l. Prentice Hall, Inc.

Scott, S. G., and R. A. Bruce. 1994. “Determinants of Innovative Behavior: A Path Model of Individual Innovation in the Workplace”..Academy of Management

Journal, Vol. 37, No. 3.

Shields, M. D.. 1995. “An Empirical Analysis of Firms” Implementation Experiences With Activity-Based Costing”. Journal of Management Accounting Research,

Vol.7.

Susrani. 2002. “ Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap karakteristik

sistem akuntansi dengan kejelasan peran dan tugas sebagai variable moderanting.”

Program Magister Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang (tidak dipublikasikan).

Tomarker, A.J. and Waller, N.G. 2005. “Structural Equation Modelling, Strength,

Limitation, and Misconceptions”. Annv.Rev. Clin. Psychology. Vol.1. pp-65.

Tsai, W. 2001. “Knowledge transfer in intra-organizational networks: Effect of network position and absorpitive capacity on business unit innovation and performance”.

Academy of Management Journal. Vol.44. No.5.

(25)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN I

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL

Model persaman struktural

Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap penerimaan implentasi SIKD melalui adaptasi pegawai dan pengaruh keterlibatan desain SIKD, Pengaruh

Impementasi SIKD terhadap kepuasan pegawai dan kinerja pegawai

DPK X5 e5 X4 e4 X3 e3 X2 e2 X1 e1 PDSIKD X14 e14 1 X13 e13 X12 e12 X11 e11 X10 e10 ADT X6 e6 1 1 X7 e7 1 X8 e8 1 X9 e9 PISIKD X15 e15 1 X16 e16 X17 e17 KP X20 e20 X19 e19 X18 e18 KJ X21 e21 1 1 X22 e22 X23 e23 X24 e24 X25 e25 X26 e26 X27 1e27 X28 e28 X29 e29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Diagram Path 3 Z2 Z4 Z3 Z1 Z5 LAMPIRAN 2

Ringkasan Index Goodness Of Fit

Goodness- of-fit Index Cut-of Value

Chi- square Diharapkan kecil

Significance Probability ≥ 0,05 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 CMIN/DF ≤ 2,00 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,95 RMSEA ≤ 0,08

(26)

LAMPIRAN 3 STATISTIK DESKRIPTIF

A. RINCIAN PENGIRIMAN PENGEMBALIAN KUESIONER

Keterangan Jumlah Kuesioner

- Kuesioner yang didistribusikan 350 kuesioner - Kuesioner yang diterima (kembali) 157 kuesioner - Kuesioner yang tidak kembali 193 kuesioner - Kuesioner yang gugur (tidak lengkap pengisiannya)

sehingga tidak dapat diolah 9 kuesioner - Kuesioner yang lengkap 148 kuesioner

- Tingkat pengembalian (respon rate) ( 157 / 350) * 100% = 44,8 % - Tingkat pengembalian yang bisa digunakan ( 148 / 350) * 100% = 42,2% Sumber : Data diolah, 2006

B. PROFIL RESPONDEN

Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Pria 92 62,2% Wanita 56 37,8% Pendidikan D3 12 81% S1 106 71,6% S2 28 18,9% S3 2 1,4% Lama bekerja Dibawah 3 tahun 65 43,9% Diatas 3 tahun 83 56,1%

Sumber : Data diolah, 2006

LAMPIRAN 4. HASIL UJI KUALITAS DATA

A. HASIL UJI RELIABILITAS

No Variabel

Nilai Cronbach

Alpha

Keterangan 1 Desentralisasi Pengambilan Keputusan 0.85 Reliabel

2 Adaptasi Pegawai 0.81 Reliabel

3 Pengaruh Desain SIKD 0.84 Reliabel

4 Penerimaan Implementasi SIKD 0.73 Reliabel

5 Kepuasan Pegawai 0.80 Reliabel

6 Kinerja Pegawai 0.92 Reliabel

(27)

B. HASIL UJI VALIDITAS

No Variabel Kisaran

Korelasi Signifikansi Keterangan

1 Desentralisasi Pengambilan Keputusan 0.756**-0.826** 0.01 Valid

2 Adaptasi Pegawai 0.738**-0.791** 0.01 Valid

3 Pengaruh Desain SIKD 0.762**-0.789** 0.01 Valid 4 Penerimaan Implementasi SIKD 0.792**-0.819** 0.01 Valid

5 Kepuasan Pegawai 0.735**-0.876** 0.01 Valid

6 Kinerja Pegawai 0.704**-0.826** 0.01 Valid

Sumber: Data diolah, 2006

C. PENGUJIAN NON RESPONSE BIAS BERDASARKAN TANGGAL CUTOFF Sebelum Cutoff ( n = 97 ) Sesudah Cutoff ( n = 51 ) Levene's-test for equality of variances Variabel Rata-rata SD Rata-rata SD F P-value

DPK 18,35 3,963 18,61 4,094 0,214 0,644 ADT 14,80 3,268 14,31 3,829 2,795 0,097 PDSIKD 16,47 4,505 15,69 4,558 0,005 0,944 PISIKD 11,07 2,333 10,69 2,895 3,495 0,064 KP 11,47 2,407 11,73 2,474 0,134 0,715 KNJ 34,89 7,327 36,00 6,765 1,176 0,280

Sumber : Data diolah 2006

D. PENGUJIAN NON RESPONSE BIAS BERDASARKAN CARA PENGIRIMAN Antar-ambil langsung ( n = 96 ) Jasa pos ( n = 52 ) Levene's-test for equality of variances Variabel Rata-rata SD Rata-rata SD F P-value

DPK 18,64 3,990 18,08 4,024 0,002 0,968 ADT 15,14 3,307 13,71 3,594 1,074 0,302 PDSIKD 16,56 4,544 15,54 4,452 0,048 0,827 PISIKD 11,06 2,279 10,71 2,966 4,719 0,031 KP 11,56 2,427 11,56 2,445 0,237 0,627 KNJ 35,14 7,423 35,52 6,726 1,181 0,279

(28)

LAMPIRAN 5. ANALISA DATA

A. UJI NORMALITAS DATA

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r. x29 1.000 5.000 -.905 -4.494 .227 .564 x28 1.000 5.000 -.874 -4.342 .099 .246 x27 1.000 5.000 -.973 -4.831 .272 .675 x26 1.000 5.000 -.779 -3.871 .256 .636 x25 2.000 5.000 -.733 -3.643 -.418 -1.038 x24 2.000 5.000 -.591 -2.934 -.519 -1.290 x23 2.000 5.000 -.539 -2.679 -.785 -1.949 x22 2.000 5.000 -.891 -4.424 .191 .473 x21 2.000 5.000 -.645 -3.203 -.692 -1.718 x14 1.000 5.000 -.505 -2.510 -.816 -2.027 x5 1.000 5.000 -.662 -3.287 -.291 -.722 x18 1.000 5.000 -.704 -3.498 -.185 -.458 x19 2.000 5.000 -.410 -2.035 -.710 -1.763 x20 1.000 5.000 -.551 -2.735 -.109 -.271 x17 1.000 5.000 -.269 -1.338 -.910 -2.259 x16 1.000 5.000 -.714 -3.544 .017 .041 x15 1.000 5.000 -.467 -2.317 -.604 -1.499 x10 1.000 5.000 -.359 -1.781 -1.193 -2.963 x11 1.000 5.000 -.649 -3.222 -.472 -1.171 x12 1.000 5.000 .246 1.223 -1.330 -3.304 x13 1.000 5.000 -.150 -.745 -1.171 -2.907 x9 1.000 5.000 -.415 -2.061 -.698 -1.733 x8 1.000 5.000 -.206 -1.022 -1.075 -2.671 x7 1.000 5.000 -.500 -2.485 -.652 -1.618 x6 1.000 5.000 -.909 -4.515 .348 .865 x1 1.000 5.000 -1.141 -5.668 1.318 3.274 x2 1.000 5.000 -.799 -3.968 -.247 -.614 x3 1.000 5.000 -.641 -3.184 -.197 -.488 x4 1.000 5.000 -.523 -2.599 -.734 -1.823 Multivariate 120.010 17.216

(29)

DPK .54 x3 e3 .74 1.08 ADT .45 x6 e6 .67 .62 x8 e8 .78 .74 PDSIKD .50 x12 e12 .71 .60 x11 e11 .77 .58 PISIKD .44 x16 e16 .67 .56 x17 e17 .75 .64 KP .74 x19 e19 .86 .68 x18 e18 .82 z2 z4 z1 1.04 .86 .97 .80 z3 .55 KNJ .53 x24 e24 .73 .67 x27 e27 .82 .54 x28 e28 .73 z5 Chi-squares=53.885 Probabilitas=.198 df=1.171 GFI=.943 AGFI=.904 TLI=.985 CFI=.989 RMSEA=.034 .64 -.99 .74 .12

Goodness of fit indicates

Full model stuctural equation model setelah eliminasi Goodness of fit index Cut off Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square 53.885 Probabilitas ≥ 0.05 0.198 Fit CMIN/DF ≤ 2.00 1.171 Fit GFI ≥ 0.90 0.943 Fit AGFI ≥ 0.90 0.904 Fit TLI ≥ 0.95 0.985 Fit CFI ≥ 0.90 0.989 Fit RMSEA ≤ 0.08 0.034 Fit

Sumber : Data dolah, 2006

C. Full Model Regression Weights

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

ADT <--- DPK .927 .144 6.423 *** par_5 PDSIKD <--- DPK 1.070 .148 7.223 *** par_6 PISIKD <--- PDSIKD .742 .330 2.247 .025 par_7 PISIKD <--- DPK -.943 1.266 -.745 .456 par_12 PISIKD <--- ADT .793 1.459 .544 .587 par_13 KP <--- PISIKD 1.030 .160 6.447 *** par_8 KNJ <--- PISIKD .755 .266 2.843 .004 par_11

KNJ <--- KP .111 .186 .597 .550 par_14

(30)

Estimate S.E. C.R. P Label x6 <--- ADT 1.000 x8 <--- ADT 1.471 .194 7.599 *** par_1 x12 <--- PDSIKD .993 .123 8.085 *** par_2 x11 <--- PDSIKD 1.000 x16 <--- PISIKD 1.000 x17 <--- PISIKD 1.321 .178 7.407 *** par_3 x19 <--- KP .969 .101 9.554 *** par_4 x18 <--- KP 1.000 x24 <--- KNJ .921 .116 7.966 *** par_9 x27 <--- KNJ 1.047 .125 8.405 *** par_10 x28 <--- KNJ 1.000

D. STANDARDIZED DIRECT EFFECT

DPK PDSIKD ADT PISIKD KP KNJ

PDSIKD 0.858 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

ADT 1.041 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

PISIKD -0.991 0.973 0.742 0.000 0.000 0.000

KP 0.000 0.000 0.000 0.802 0.000 0.000

KNJ 0.000 0.000 0.000 0.638 0.120 0.000

PENGARUH TIDAK LANGSUNG DESENTRALISASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PENERIMAAN IMPLEMENTASI SIKD Jalur Pengaruh langsung

DPK-ADT Pengaruh langsung ADT-PISIKD langsung DPK-ADT-Pengaruh tidak PISIKD

a b (a X b)

DPK-ADT-PISIKD

1.041 0.742 0.772

PENGARUH TIDAK LANGSUNG DESENTRALISASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PENERIMAAN IMPLEMENTASI SIKD Jalur Pengaruh langsung DPK-PDSIKD Pengaruh langsung PDSIKD-PISIKD Pengaruh tidak langsung DPK-PISIKD-PISIKD a b (a X b) DPK-PDSIKD-PISIKD 0.858 0.973 0.834

PENGARUH TIDAK LANGSUNG PENERIMAAN IMPLEMENTASI SIKD TERHADAP KINERJA PEGAWAI MELALUI KEPUASAN PEGAWAI Jalur Pengaruh langsung

PISIKD-KP

Pengaruh langsung KP-KNJ

Pengaruh tidak langsung PISIKD-KP-KNJ

a b (a X b)

PISIKD-KP-KNJ

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Perpustakaan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Rejang Lebong saat ini masih berada dalam perkembangan, oleh karena itu sebagai komponen pendidikan

(6) Dalam hal Pegawai Perumda BPR Bank Daerah Kabupaten Madiun sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dapat membuktikan bahwa ia bebas dari

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji - t dua pihak secara benar di bidang peternakan, dengan contoh penerapan pada uji kesamaan rata-rata antara kecernaan rumput raja dan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 6 kelas tiap kelas sebanyak 35 orang siswa

Sebuah citra diinterpolasi dengan ukuran tetap untuk menghasilkan nilai prediksi piksel baru, kemudian dilakukan penyimpanan pesan ke dalam piksel baru berdasarkan hasil

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan April tahun 2013 di Konveksi Rizkya Batik Ngemplak Boyolali menunjukkan sebanyak 36,6 % memiliki asupan zat gizi (energi,

• Sekutu lama memperoleh memperoleh alokasikan penurunan nilai asset yang terjadi sebelum penerimaan sekutu baru, atau sekutu baru mendapatkan goodwill atau bonus sebagai

IKK Jumlah Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang dibentuk dan dibina ini ditetapkan sebagai bentuk pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem