• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI BAHASA DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR SELAKAU KABUPATEN SAMBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI BAHASA DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR SELAKAU KABUPATEN SAMBAS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

248

DI PASAR SELAKAU KABUPATEN SAMBAS

Rini Agustina brentex32@yahoo.co.id IKIP PGRI PONTIANAK

ABSTRACT

The problems in this study were the language variation and the factor of language variation in the communication of the social interaction at Selakau Sambas Market. This study aimed to describe the language variation and the factor of language variation in social interaction at Selakau Sambas Market. This study used interview method consisted of study design, population and sample (the study subjects) and the object of the study, the technique and tool of data collection and the technique of data analysis. The results of this study revealed that people in Selakau Market where the interaction was vary used Sambas Malay, Chinese and Indonesian language. The factors caused the specific language variation were social, culture, and study.

Key words: Language Variation, Social Interaction, Selakau.

PENDAHULUAN

Setiap manusia selalu berkeinginan untuk menjalin hubungan dengan manusia lain di luar dirinya. Hal ini merupakan kudrat manusia sebagai makhluk sosial. Dalam menjalin hubungan tersebut, bahasa memiliki peranan yang sangat penting. Bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti dirinya dalam setiap kegiatannya. Mulai dari pagi hingga malam ketika ia beristirahat, manusia tidak lepas dari pemakaian/penggunaan bahasa, bahkan saat tidur pun tidak jarang ia “memakai bahasanya”. Menurut Dardjowidjojo (Kusuma, 2013: 4) bahasa adalah suatu sistem simbol yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar

sesamanya berlandaskan pada budaya yang mereka miliki.

Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa baik secara lisan maupun tulis merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam peradaban manusia. Melalui bahasalah, manusia dibedakan dari makhluk lain di dunia ini. Dengan bahasalah, manusia mampu berpikir dan bernalar. Pikiran dan penalaran yang dilakukan akan mengarahkan pada semua tindakan, perilaku, dan perbuatan manusia, sehingga tindakannya dapat dikontrol dan dikendalikan. Dengan bahasa pulalah manusia dapat berkomunikasi satu dengan yang lain sehingga terbentuk masyarakat bahasa. Komunikasi yang berlangsung dalam

(2)

masyarakat bahasa merupakan tempat atau media untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Dengan demikian, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud pembicara kepada pendengar.

Peristiwa komunikasi yang berlangsung antara pembicara kepada pendengar merupakan suatu peristiwa yang sangat majemuk. Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai peristiwa penyampaian pesan dari pembicara (pengirim pesan) kepada pendengar (penerima pesan). Agar pesan tersebut sampai kepada pendengar, seorang pembicara harus menggunakan bahasa yang juga dipahami oleh pendengar. Ketika seorang pembicara menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan maka pesan yang disampaikan oleh pembicara tidak akan sampai pada pendengar. Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting.

Wibowo (Kusuma, 2013: 4) menegaskan bahwa penggunaan bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor nonlinguistik, seperti faktor sosial dan faktor situasional. Faktor sosial, di antaranya meliputi status sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, usia, dan jenis kelamin. Adapun faktor situasional di antaranya mencakup siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, bilamana, di mana, dan masalah apa yang dibicarakan.

Sesuai dengan penegasan ini, berarti dominasi faktor sosial dan situasional dalam pemakaian bahasa akan mempengaruhi munculnya variasi bahasa. Selaras dengan pendapat Hymes (Alimin, 2013: 8) menyatakan bahwa faktor luar bahasa (extra linguistic) yang dikatakan sebagai penentu penggunaan bahasa dalam bertutur itu dapat pula disebut sebagai komponen tutur (components of speech).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa adalah faktor luar bahasa yang juga sebagai penentu penggunaan bahasa dalam bertutur. Komponen-komponen yang berpengaruh terhadap variasi bahasa dalam bertutur mengunakan bahasa yang dan pengucapan yang berbeda.

Variasi bahasa dipandang sebagai bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Chaer dan Agustina (Alimin, 2013: 6). Lebih lanjut Chaer menegaskan bahwa terjadinya variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogeny. Chaer (Alimin, 2013:6). Senada dengan pendapat Suwito (Alimin, 2013: 5) Variasi bahasa merupakan sejenis ragam bahasa yang pemakainnya disesuaikan dengan fungsi dan situasi, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok

(3)

yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan dan variasi bahasa mencakup semua aspek yang berkaitan dengan masyarakat tutur dan bagaimana hubunganya dengan orang lain dalam melakukan tuturan.

Berdasarkan beberapa pengertian pendapat ahli diatas disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah keanekaragaman bahasa yang dipakai penutur bahasa yang tidak jauh berbeda dengan bahasa induknya akibat berbagai faktor yang mempengaruhi peristiwa tutur tersebut. Keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.

Faktor penentu variasi bahasa merupakan faktor yang terdapat dalam faktor social, budaya, dan pembelajaran Harimurti Kridalaksana (Alimudin 2010). Faktor sosial misalnya status perbedaan umur, perbedaan status sosial, orientasi kelompok etnis dan sebagainya. Sedangkan faktor situasional meliputi siapa yang berbicara, kepada siapa, dimana, mengenai apa, untuk apa dan menggunakan bahasa apa.

Dalam KBBI, interaksi diartikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan, atau saling mempengaruhi. Jadi, pengertian interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Pendapat ini sejalan dengan

pendapat Gilin yang mengatakan bahwa pengertian interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu dan kelompok atau antar kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahawa interaksi sosial adalah hubungan sosial yang menyangkut hubungan antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Interaksi sosial juga merupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Dalam penelitian ini penulis membahas tentang interaksi sosial. Interaksi sosial yang di bahas dalam penelitianan ini berhubungan dengan interaksi sosial pada penjual dan pembeli di pasar selakau. Bahasa yang digunakan oleh pedangang dan penjual di pasar selakau suatu hal paling sering kita dengar karena di mana pasar selakau tersebut merupakan tempat perdagangan masyarakat. Selain penjual dan pembeli ada juga kegiatan suatu hiburan dan jasa lainnya, tetapi dalam penelitian ini hanya menekankan pada interaksi sosial pada penjual dan pembeli di pasar selakau.

Begitu pentingnya bahasa sehingga kajian tentang bahasa yang dihubungkan dengan faktor sosial merupakan suatu kajian yang sangat menarik. Hal ini disebabkan oleh luasnya objek penelitian yang menarik dan dapat terus dikaji. Sosiolinguistik mencakupi bidang kajian yang sangat luas, tidak hanya menyangkut wujud

(4)

formal bahasa dan variasinya, namun juga penggunaan bahasa masyarakat. Penggunaan bahasa tersebut mencakupi faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan, misalnya faktor hubungan antara penutur dan mitra tuturnya Hudson (Alimin, 2013: 5).

Situasi kebahasaan masyarakat tutur diwarnai pemakaian bahasa pertamanya atau bahasa etniknya dan bahasa Indonesia dengan segala kemungkinan pemakaian bahasa daerah lain. Apabila dalam situasi seperti itu terjadi kontak sosial antar penutur yang terlibat dalam kontak sosial tersebut akan berusaha memilih salah satu bahasa atau variasinya yang paling cocok untuk keperluan dan situasi tertentu. Pemilihan bahasa demikian menunjukkan fungsi tiap-tiap bahasa bertalian dengan keperluan dan situasinya (Alimin, 2013: 6).

Biasanya dalam komunikasi, penutur memilih bahasa yang mudah digunakan agar tujuan komunikasi dapat tercapai seperti yang dikehendaki. Dalam komunikasi di pasar selakau masyarakat berkomunikasi selalu menggunakan bahasa Melayu Sambas. Hal ini disebabkan karena etnik Melayu Sambas merupakan masyarakat terbesar dalam interaksi sosial di pasar selakau, Kabupaten Sambas. Sampai saat ini bahasa Melayu Sambas masih tetap digunakan dalam berkomunikasi antar penjual dan pembeli di pasar selakau sehari-hari.

Latar belakang penulis mengadakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bahasa yang dipakai dalam

interaksi sosial di pasar selakau, Kabupaten Sambas . Selain itu penulis juga ingin mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi variasi bahasa lisan di lingkungan dalam interaksi sosial di pasar selakau, Kabupaten Sambas dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dibuat dengan tujuan mengetahui dialek bahasa dan variasi bahasa yang digunakan di lingkungan yang diadakan penelitian.

Terkait dengan berbagai teori variasa bahasa di atas, permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada dua masalah. Pertama bagaimana bentuk variasi bahasa yang terjadi dalam interaksi sosial di pasar selaka Kabupaten Sambas? Kedua Bagaimana bentuk faktor-faktor variasi bahasa yang terjadi dalam interaksi sosial di pasar selakau, Kabupaten Sambas.

METODE

Metode penelitian ini adalah metode wawancara. Metode ini mencakup rancangan penelitian, populasi dan sampel (subjek penelitan) dan objek penelitian, teknik dan alat pengumpulan data dan teknik analisis data.

Rancangan penelitian pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti berhadapan langsung dengan obyek penelitian, kemudian menyimak dan mengamati masalah yang diteliti yaitu pemakaian pemakaian bahasa yang dipakai oleh penpenjual dan pembeli di pasar selakau dan faktor-faktor yang melatarbelakangi variasi bahasa lisan pembeli dan penjual di

(5)

pasar selakau pada percakapan sehari-hari.

Subjek penelitian adalah penjual dan pembeli di pasar selakau, yang sedang melakukan percakapan antara penjual dan pembeli, yang berjumlah 4 orang. Obyek dalam penelitian ini adalah bahasa yang digunakan oleh penjual dan pembeli di pasar selakau pada percakapan sehari-hari.

Data dalam penelitian ini adalah bahasa yang digunakan oleh pembeli dan penjual di pasar selakau, Kabupaten Sambas. Sumber data dari penelitian ini adalah masyarakat setempat yang sedang melakukan jual beli yang di lakukan sehari-hari.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak. Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu pemakaian bahasa (Sudaryanto dalam Mahsun, 2005: 90). Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian meliputi: teknik referensial adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis konteks kalimat bahasa komunikasi antar penjual dan pembeli di pasar selakau. Selain teknik di atas dalam penelitian ini saya juga menggunakan teknik rekaman audio. Teknik rekaman audio adalah teknik pengumpulan data untuk menangkap pembicaraan orang agar lebih mudah untuk melakukan mengolaan data dengan terus memutar audio yang di peroleh dan menghilangkan kelupaan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Metode

padan adalah metode analisis bahasa yang alatnya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemakaian bahasa dan variasi bahasa pada penjual dan pembeli di lingkungan pasar selakau, Kabupaten Sambas dapat disajikan sebagai berikut. Bahasa yang digunakan pada penjual dan pembeli di lingkungan pasar selakau menggunakan bahasa Melayu Sambas, Bahasa Cina dan Bahasa Indonesia. Tetapi hampir seluruh masyarakat setempat menggunakan Bahasa Melayu Sambas, karena pembeli banyak mayoritas orang melayu dan penjual adalah orang cina dan ada sedikit yang berjualan itu orang melayu. Faktor-faktor yang melatarbelakangi variasi bahasa di lingkungan pasar selakau antar pembeli dan penjual di lihat dari tempat dimana orang tersebut berada. Penggunaaan masing-masing tingkat tutur oleh para masyarakat dalam berkomunikasi pada umumnya tidak konsisten. Artinya, dalam suatu wacana para penutur jarang yang berpegang pada satu tingkat tutur saja. Mereka sering menggunakan dua atau lebih variasi tingkat tutur.

A. Variasi Bahasa

Pasar selakau memiliki berbagai suku dan etnis, dalam interaksi percakapan sehari-hari di lingkungan pasar selakau pemakain bahasa oleh penjual dan

(6)

pembeli di pasar selakau tersebut sangat bervariasi. Sehari hari di lingkungan ini menggunakan bahasa Melayu Sambas dan ada yang menggunakan Bahasa China dan Bahasa Indonesia.

1. Data 1:

Konteks: seorang ibuk sedang membeli baju tidur kepada seorang laki-laki tua yang sebagai penjual di pasar selakau. Seorang ibuk yaitu pembeli itu bernama Lena yang berumur 38 tahun dan beragama Islam. Buk Lena di kehidupan sehari-harinya menggunakan bahasa Melayu Sambas. Seorang laki-laki tua yaitu penjual di pasar selakau yang bernama Cong Ten Fuk berumur 50 tahun dan beragama Kong Hu Cu. Cong Ten Fuk di kehidupan sehari-harinya mennggunakan bahasa China. Ada pun pemakaian bahasa dan variasi bahasa dalam berkomunikasi antar pembeli dan penjual di jabarkan dalam dialog sebagai berikut:

 Cong Ten Fuk : Masok lah buk, maok beli

ape, celane ke, baju ke. Pilih jak dolok buk.  Lena : Ade baju tidok

ke ko?

 Cong Ten Fuk : Ade...nak model macam mane buk?

 Lena : Yo... baju tarus eee, daster ke

nye urang e.  Cong Ten Fuk : Ade buk,

bantar i aku ambeknye dolok.  Lena : Aok.

 Cong Ten Fuk : Yo buk bajunye pileh ajak siye.  Lena : Yang itok berapa

ko?

 Cong Ten Fuk : Yang iye 65 buk.  Lena : Mahal inyan be ko.  Cong Ten Fuk : Kurang sikit

boleh lah buk.  Lena : 30 lah ko i.

 Cong Ten Fuk : Hayya modal jak dak

sampai, 50 lah buk.

 Lena : Mahalnya be ko.  Cong Ten Fuk : Udah lah, ngai

kasik nyi 40 lah i.

 Lena : Udah lah ambek jak siye, dakan maok lalu nak 30.

 Cong Ten Fuk : Kalau bise dah di kasik buk, modal dak sampai, bangkrut, moloy ooo.  Lena : Aok, bungkus dah lah.  Cong Ten Fuk : Nak brape alay

buk?  Lena : Sutek ajak jang.

(7)

 Cong Ten Fuk : Uang nya 50 buk, kembali 10.

 Lena : Iye.

Analisis bahasa difokuskan pada kata berikut: duet, duit dan dikit.

a. Penggunaan kata ko. Kata ko yang kata panjangnya koko merupakan bahasa China yang artinya dalam bahasa indonesia adalah abang. Dalam bahasa Melayu Sambas masyarakat melayu juga mengartikannya abang. Kata tersebut sudah biasa diucapkan ketika lawan bicaranya ada yang beragama Kong Hu Cu. Pada kata ko terdapat beberapa variasi seperti [ko], [koko], [abang] penggunaan kata ini konsisten pada wilayah atau daerah setempat. Kata ko yang digunakan dalam percakapan diatas adalah bahasa China yang biasa di gunakan oleh penjual dan pembeli di pasar Selakau .

b. Penggunaan kata dakan. Pada kata dakan yang digunakan oleh pembeli di atas merupakan bahasa Melayu Sambas. Kata dakan dalam bahasa Indonesia bermakna tidak. Penggunaan kata dakan sudah biasa di ucapkan pada interaksi sosial di pasar selakau. Dalam bahasa Melayu Sambas memiliki beberapa variasi lain seperti [ndak], [indak]. Penggunaan kata ndak merupakan bentuk pemenggalan dari kata indak. Penggunaan kata indak merupakan variasi Bahasa Melayu dialek Sambas yang sering digunakan terbatas pada daerah Kabupaten Sambas.

c. Penggunaan kata sutek. pada kata sutek yang ada pada dialok antara pembeli dan penjual di atas merupakan kata dari bahasa Melayu Sambas. Kata sutek dalam bahasa Indonesia bermakna satu. Dalam bahasa melayu Sambas memiliki beberapa variasi lain seperti [sigek], [sebutek]. Kata sutek memang sering didengar di kalangan masyarakat pada penjual dan pembeli di pasar selakau.

2. Data 2

Konteks: seorang gadis ingin membeli kerudung untuk adiknya yang SD kepada penjual kerudung di pasar selakau. Seorang gadis tersebut bernama Tisa Saraswati yang beragama Islam. Tisa berumur 20 tahun dan sehari-hari Tisa menngunakan bahasa Melayu Sambas untuk berkomunikasi. Seorang penjual kerudung adalah seorang ibu-ibu yang beragama Kong Hu Cu. Ibu tersebut bernama Susi yang biasa di panggil mak nyah Susi. Mak nyah Susi berumur 43 tahun dan dalam kehidupan seharinya maknyah menngunakan bahasa China.

 Tisa : Nyah... ada kerudung?  Susi : Ada maok model

macam mana?  Tisa : Kerudung langsong.  Susi : Yang itok ke moy?  Tisa : Bukan yang itok moy,

itok ke kerudung urang tue.

 Susi : Maok yang bagaimane Moy

(8)

 Tisa : Untukkan biak sekolah be nyah.

 Susi : Oh yang iye, itok yo i.  Tisa : Aok, ade warne lain

ke?

 Susi : Maok warne ape moy.  Tisa : Nak warne puteh  Susi : Yang itok warne puteh,

rase nak panjang sikit.  Tisa : Sikan yang pendek

sikit ke nyah?

 Susi : Dak ade, cuman itok jak moy.

 Tisa : Usah jak lah moy, dakan maok denye itok e.

 Susi : Iye lah.

Analisis bahasa difokuskan pada kata berikut: maok , abis dan besak

a. Penggunaan kata maok. Pada kata maok yang di gunakan oleh penjual di atas merupakan bahasa Melayu Sambas. Kata maok dalam bahasa Indonesia bermakna ingin. Penggunaan kata maok sudah biasa di ucapkan pada interaksi sosial di pasar selakau. Dalam bahasa Melayu Sambas memiliki beberapa variasi lain seperti [nak], [mintak]. Penggunaan kata nak merupakan bentuk pemenggalan dari kata mintak. Penggunaan kata mintak merupakan variasi Bahasa Melayu dialek Sambas yang sering digunakan terbatas pada daerah Kabupaten Sambas.

b. Penggunaan kata sikan. Pada kata sikan yang di gunakan oleh pembeli di atas merupakan bahasa Melayu Sambas. Kata sikan dalam

bahasa Indonesia bermakna tidak ada. Penggunaan kata sikan sudah biasa di ucapkan pada interaksi sosial di pasar selakau. Dalam bahasa Melayu Sambas memiliki beberapa variasi lain seperti [ndak ade]. Penggunaan kata indak merupakan variasi Bahasa Melayu dialek Sambas yang sering digunakan terbatas pada daerah Kabupaten Sambas.

c. Penggunaan kata denye. Pada kata denye yang di gunakan oleh penjual di atas merupakan bahasa Melayu Sambas. Kata denye dalam bahasa Indonesia bermakna dia. Penggunaan kata denye sudah biasa di ucapkan pada interaksi sosial di pasar selakau. Dalam bahasa Melayu Sambas memiliki beberapa variasi lain seperti [die], [biak]. Penggunaan kata die merupakan bentuk pemenggalan dari kata denye. Penggunaan kata denye merupakan variasi Bahasa Melayu dialek Sambas yang sering digunakan terbatas pada daerah Kabupaten Sambas.

Dengan kajian

sosiolinguistik inilah, keunikan berbahasa dapat dipotret. Di sini, penulis mendeskripsikan bahasa apa saja yang digunakan pada intarsi sosial di pasar selakau. Lingkungan ini cukup unik dan dikenal luas sebagai salah satu pusat perdagangan. Dengan label itulah, kekhasan yang diterima di lingkungan itu. Mereka tidak hanya berlatar belakang etnik yang

(9)

berasal dari Sambas, seperti etnik Melayu Sambah, dan Kong Hu Cu.

Dengan keadaan multi-etnik ini, lingkungan ini cenderung mewujud sebagai lingkungan multi-bahasa. Hal ini disebabkan tiap-tiap etnik memiliki bahasa ibu. Namun demikian, beberapa penelitian berhasil menyingkap adanya pemakaian bahasa melayu Sambas di lingkungan ini. Hal ini disebabkan karena etnik Melayu Sambas merupakan masyarakat terbesar di lingkungan ini.

Ada keunikan-keunikan tertentu manakala bahasa melayu Sambas digunakan. Keunikan lain pun bisa terjadi, mengikut arus kekinian. Ada perubahan yang terjadi dari generasi ke generasi selanjutnya. Keyakinan dan pandangan tradisi pemilihan kosa kata dalam berbahasa melayu Sambas semestinya dipilah-pilah berdasarkan sosial, budaya dan pembelajaran.

B. Faktor Penentu Variasi Bahasa

Ada tiga faktor yang menyebabkan penjual dan pembeli di pasar selakau memilih varian bahasa tertentu dalam komunikasi, baik dalam berkomunikasi dengan sesama etnis maupun lain etnis. Tiga faktor tersebut adalah (1)sosial, (2)budaya, dan (3)pembelajaran.

1. Faktor Sosial

Ada tiga faktor sosial yang menjadi penyebab dipilihnya varian bahasa tertentu dalam berkomunikasi, yaitu (1)

perbedaan umur, (2) perbedaan status sosial, (3) orientasi kelompok etnis.

Tingkat perbedaan umur juga menjadi salah satu faktor penentu pemilihan varian bahasa. Hal itu tampak pada kata (ko, nyah, moy,buk). Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam berkomunikasi penjual dan pembeli menggunakan kata pengganti untuk orang yang lebih tua mau pun orang muda. Pada kata (ko, nyah) kata ko yang di artikan sebagai abang dan nyah di artikan sebagai orang tua perempuan yang menunjukkan bahwa ada tingkatan lebih tua.

Di samping perbedaan umur, perbedaan status sosial juga menjadi salah satu sebab dipilihnya varian bahasa. Dalam berkomunikasi antar penjual dan pembeli di pasar selakau, penjual yang merasa lebih rendah status sosialnya, karena dalam suatu perdagangan seorang pembeli adalah raja, jadi seorang penjual harus melayani apa yang di inginkan pembeli. Seperti kata (Lena: Yo... baju tarus eee, daster ke nye urang e., Cong Ten Fuk: Ade buk, bantar i aku ambeknye dolok).

Di samping pemilihan varian bahasa yang dilakukan oleh warga etnis Kong Hu Cu di pasar selakau berkaitan dengan faktor-faktor yang telah

(10)

disebutkan, diperoleh fakta bahwa etnis juga menjadi salah satu penyebab pemilihan bahasa. Orang Kong Hu Cu memilih bahasa China untuk menunjukkan etnis mereka. Seperti kata, (Cong Ten Fuk: Kalau bise dah di kasik buk, modal dak sampai, bangkrut, moloy ooo). (Cong Ten Fuk: Hayya modal jak dak sampai, 50 lah buk). (Cong Ten Fuk: Udah lah, ngai kasik nyi 40 lah i). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa kata-kata yang digunakan oleh Cong Ten Fuk dalam berkomunikasi dengan Lena adalah kata-kata yang berasal dari bahasa China. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orientasi antaretnis juga menjadi salah satu penyebab dipilihnya variasi bahasa. Meskipun orang melayu di pasar selakau merupakan warga mayoritas.

2. Faktor Budaya

Ada dua faktor budaya yang menyebabkan pembeli dan pembeli di pasar selakau menggunakan varian bahasa tertentu dalam komunikasi. Dua faktor tersebut adalah peminjaman konsep budaya, dan kebiasaan. Varian bahasa yang dipergunakan oleh orang China di pasar selakau dipengaruhi oleh faktor budaya. Faktor budaya yang menjadi salah satu sebab dipilihnya varian bahasa adalah

adanya perbedaan konsep budaya yang terdapat pada bahasa Melayu Sambas, bahasa China dan Bahasa Indonesia. Jika konsep budaya yang akan mereka kemukakan hanya terdapat pada bahasa China dan bahasa Melayu Sambas, misalnya, ada penyelipan bahasa China pada dialog, meskipunun dalam komunikasi sebelumnya mereka lancar menggunakan bahasa Melayu Sambas. (Cong Ten Fuk: Masok lah buk, maok beli ape, celane ke, baju ke. Pilih jak dolok buk). (Lena: Ade baju tidok ke ko?). (Cong Ten Fuk: Ade...nak model macam mane buk?). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa dalam berkomunikasi kata-kata budaya yang sering di ucapkan oleh setiap penjual yang ada di pasar selakau, dengan tujuan untuk menarik pembeli agar masuk ke tokonya dan membeli barang yang di jual.

3. Faktor Pembelajaran

Di samping faktor sosial, dan budaya, pemilihan varian bahasa oleh penjual dan pembeli di pasar selakau dalam komunikasi disebabkan adanya faktor pembelajaran. Dalam berkomunikasi dengan anaknya yang masih kanak-kanak, orang melayu di pasar selakau cenderung menggunakan bahasa melayu sambas, dan orang Kong Hu Cu

(11)

menggunakan bahasa China selain menggunakan kedua bahasa tersebut, orang tua sering juga menyelipkan bahasa Indonesia ketika berbicara dan begitu juga berbicara dalam interaksi sosial di pasar selakau sesekali menggunakan bahsasa Indonesia. Kata tersebut seperti, (Cong Ten Fuk: Uang nya 50 buk, kembali 10). (Tisa: Nyah... ada kerudung?). Penggunaan varian tersebut didorong oleh alasan agar anaknya mengenal bahasa ibu dan mengenal bahasa Indonesia lebih dini sehingga, jika memasuki bangku sekolah dasar, anak-anak mereka sudah

tidak menghadapi kendala kebahasaan.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan kajian teori dapat diambil simpulan sebagai berikut. Pertama variasi bahasa dalam interaksi sosial di pasar selakau banyak mengalami variasi bahasa yang terjadia pada penggunaan bahasa Melayu Sambas, Bahasa Cina dan Bahasa Indinesian, adapun kata-kata yang yang bervariasi seperti kata sutek yang variasinya sebutek, sigek dan satu. Kedua variasi bahasa pada interaksi sosial di pasar selakau di lihat dari faktor-faktor yang melatarbelakangi variasi bahasa yang diantaranya mengenai tentang (1) sosial, (3) budaya, dan (4) pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Al Ashadi. (2013). Analisis Alih Kode dan Campur Kode Tabloid PULSA Rublik Connect. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Alimin, Al Ashadi. (2013). Pemakaian Bahasa Masyarakat Pontianak Di berbagai Ranah Atau Konteks (Kajian Sosiolinguistikt. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Alimudin (2010). Faktor-Faktor Penentu Variasi Bahasa. Yokyakarta: Universitas Gajah Mada.

Kusuma, Fitri Anjar. (2013). Faktor Penyebab Variasi Bahasa Lisan Pada Penghuni Kos Coklat, Jl.Ir. Sutami Gg. Sidodadi 3 Rt 5 Rw1 Kecamatan Jebres. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Jika dilihat karakteristiknya (Lampiran 10), lulusan perguruan tinggi S2 ITB dan UGM yang lulus serta memiliki persentase kelulusan yang tinggi cenderung merupakan

Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata menjadi dasar dari perjanjian kredit, yang di dalamnya diatur ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian pinjam meminjam

(2012), pemberian dosis yang berbeda setiap perlakuan dalam kemampuan meningkatkan penyerapan unsur hara berbeda karena hifa dari mikoriza dapat menghasilkan enzim

berpengaruh (Hitler dan Dönitz) pada peranan U-boat dalam blokade Inggris di lautan.. Atlantik 1939-1944 menjadi salah satu pemicu kegagalan Jerman

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah suatu pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah : Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan

Tingginya tuntutan akan pasokan naskah dan banyaknya penerbit yang menggarap tema yang sama, meski dengan judul berbeda-beda, mengakibatkan nama penulis yang tercantum di