Mata Kuliah : Maternitas Mata Kuliah : Maternitas
ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT RADANG PANGGUL PENYAKIT RADANG PANGGUL
OLEH OLEH
KELOMPOK 4 KELOMPOK 4
1.
1. KHOIRUL KHOIRUL ANAM ANAM ( ( C05117170C051171706 6 )) 2.
2. SAENAB SAENAB ( ( C05117172C051171723 3 )) 3.
3. TRESIA TRESIA LINTIN LINTIN ( ( C05117171C051171712 2 )) 4.
4. FATMA FATMA SYAM SYAM ( ( C05117171C051171714 4 ))
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS B
FAKULTAS KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 2017
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT RADANG PANGGUL A. Prevalensi
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) dikenal sebagai suatu kelainan yang manifestasinya dapat merusak system kesehatan reproduksi yang menjebabkan terjadinya epidemic sekunder dari infertilitas faktor tuba dan menyebabkan terjadinya gangguan pada outcome kehamilan. Dalam praktik kedokteran di Inggris di dapatkan diagnosis PID 1,7 %pada wanita berusia 16-46 tahun. Remaja merupakan penderita yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok yang lebih tua. (Mbouw and Foster, 2000)
Secara epidemiologic di Indonesia insidennya diekstrapolasikan sebesar lebih dari 850.000 kasus baru setiap tahun.PID merupakan infeksi serius yang paling biasa pada perempuan umur 16-25 tahun. Ada kenaikan insidensi PID dalam 2-3 dekade yang lalu, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adat istiadat social yang liberal, insidensi pathogen menular seksual, dan pemakaian kontrasepsi seperti alat konrasepsi dalam Rahim (AKDR)
B. Defenisi
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,tuba falopi,ovarium,myometrium,parametria dan peritoneum panggul. (wiknjosastro, 2011)
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) merupakan infeksi genitalia bagian atas wanita, yang sebagian besar sebagai akibat hubungan seksual. Penyakit radang panggul dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya menimbulkan berbagai penyulit ikatan yang berakhir dengan terjadinya perlekatan dan pasangan yang telah menikah akan mengalami kemandulan (Manuaba,1998)
C. Etiologi
PID merupakan infeksi polimikrobial dan biasanya disebabkan infeksi menular seksual oleh mikroorganisme N.gonorhoea,C.trachomatis, M .hominis, bakteri fakultatif gram negative, bakteri anaerob dan streptokokus. Bakteri masuk melalui
vagina dan serviks (kolonisasi pada endoserviks) dan menjalar ke rahim lalu ke tuba fallopi. Jamur (Actynomyces israeli) dan parasite (Skistosomiasis) yang juga dapat menjadi penyebab.
D. Faktor Resiko
Banyak pasangan seks, didefinisikan sebagai lebih dari dua pasangan dalam waktu 30 hari, sedangkn pada pasangan monogami serial tidak didapatkan resiko yang meningkat
Infeksi oleh organisme menular seksual, dan sekitar 15 % pasien dengan gonorea anogenital tanpa komplikasi akan berkembang menjadi PID pada akhir atau segera sesudah menstruasi.
Pemakaian AKDR dapat meningkatkan resiko PID tiga sampai lima kali. Resiko PID terbesar terjadi pada waktu pemasangan AKDR dan dalam 3 minggu pertama setelah pemasangan.
E. Manifestasi Klinis
Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut (ketiga-tiganya harus ada)
Nyeri gerak serviks
Nyeri tekan uterus
Nyeri tekan adneksa
Kriteria tambahan seperti berikut dapat dipakai untuk menambah spesifitas kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.Gejalanya biasa muncul pada awal atau segera setelah siklus menstruasi. Tingkat progesterone yang rendah pada saat itu , mengakibatkan penipisan mukosa pertahanan pada serviks. Keluhan atau gejala yang paling sering muncul adalah
Nyeri menusuk dibagian bawah abdomen. Biasanya sifat nyerinya tumpul, sakit atau kram,bilateral dan tetap. Dimulai beberapa hari setelah permulaan siklus menstruasi terakhir.
Mengeluarkan keputihan dapat bercampur nanah
Demam dengan suhutubuh > 38,30C merupakan gejala-gejala diakhir perjalanan klinis penyakit
Bila infeksi menyumbat tuba falopi maka tuba yang tersumbat bisa membengkak dan berisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.
Nadi meningkat, pernapasan bertambah dan tekanan darah mungkin dalam
batas normal.
F. Patofisiologi
Sebagian besar kasus PID terjadi dalam 2 tahap.Tahap pertama adalah infeksi pada vagina atau serviks.Tahap kedua adalah infeksi mikroorganisme menyebar secara langsung ke saluran genital bagian atas.Infeksi uterus biasanya terbatas pada endometrium, tetapi mungkin dapat lebih invasif pada uterus yang matang atau setelah melahirkan. Peradangan dapat meluas ke struktur parametrium yang tidak terinfeksi , termasuk usus besar. Infeksi dapat menyebar melalui purulen yang pecah dari saluran tuba atau menyebar melalui aliran limfatik kebagian luar pelvis yang dapat menyebabkan peritonitis akut dan perihepatitis akut
G. Pemeriksaan penunjang 1. Laboratorim
Tidak ada tes tunggal yang spesifik dan sensitive untuk penyakit radang panggul. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain:
Tes kehamilan, jika hasilnya positif perlu di pertimbangkan kemungkinan aborsi septik dan kehamilan ektopik. Pilihan terapi antibiotic yang diberikan dapat mempengaruhi kehamilan
Sediaan apusan serviks yang diberi pewarnaan gram dengan diplokokus gram-negatif intraseluler (gonorea)
Laju endap darah (LED) > 15 mm/jam
Hitung sel darah putih menunjukkan leukositosis
Pemeriksaan untuk hepatitis dan HIV
Peningkatan protein C-reaktif dan laju endap darah 2. Pemeriksaan penunjang lainnya:
USG transvaginal
Pemeriksaan ini sangat berguna dalam mengevaluasi diagnosis banding
seperti kehamilan ektopik, kista ovarium hemoragik,torsi
ovarium,endometrioma,dan usus buntu serta abses tuba ovarium.
Computerized tomography (CT)
Penemuan gambaran CT pada PID antara lain linea fasia pelvis tidak jelas, servitis,ooforitis,salpingitis,penebalan ligament uterosakral, dan terdapat cairan/abses panggul sederhana atau kompleks
MRI
MRI dapat menunjukkan gambaran antara lain dindingnya menebal, saluran tuba berisi cairan dengan atau tanpa cairan bebas pada panggul atau tuba ovarium kompleks. Pemeriksaan MRI ini relative mahal dan jarang dilakukan pada PID akut. Spesifitas dan sensitifitas yaitu 95% .
Kuldosentesis
Dapat dilakukana dengan cepat dalam keadaan gawat darurat.Caranya yaitu dengan memasukkan sebuah jarum nomor 18 secara transvaginal dan diarahkan kebagian cul-de-sac untuk mendapatkan cairan bernanah atau darah dari peritoneum. Temuan positif yang di dapat antara lain leukosit, bakteri non spesifik dan mungkin di dapat produk dari proses peradangan
Biopsy endometrium
Dapat digunakan untuk menentukan diagnosis histopatologi endometritis. Memiliki spesifitas dan sensitifitas 90 %
Laparaskopi
Merupakan kriteria standar untuk diagnosis PID, jauh lebih spesifik dan sensitive dibandingkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Indikasi dilakukan laparaskopi adalah pasien sakit dengan kecurigaan tinggi apendisiti, pasien dengan PID akut yang gagal dengan pengobatan rawat
jalan dan pasien dengan PID yang tidak membaik setelah 72 jam diberikan pengobatan rawat inap.
H. Penatalaksanaan
Sasaran pengobatan adalah untuk menghilangkan gejala akut, pemberantasan infeksi yang sedang terjadi dan meminimalisasi resiko berulang untuk jangka panjang.Pemilihan antibiotic harus di tujukan pada mikroorganisme etiologi utama.Biasanya tidak ada agen tunggal yang cukup efektif.
Terapi
Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau
tuba-ovarium dan sindrom fitz-hugh-curtis, seringkali membutuhkan
perawatan.Duduk rendam dengan air hangat dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan serta penyembuhan.Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi semi fowler untuk memungkinkan pengeluaran cairan rabas mukopurulen.
Terapi antibiotic rawat jalan terdiri atas cefoxitin 2 gram intramuskuler ditambah probenecid 1gr per oral atau ceftriaxone 250 mg intramuskuler. Terapi ini dikombinasikan dengan doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari. Pengobatan alternative meliputi ofloxacin 400 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari yang ditambah dengan klindamicin hidroclorida 450 mg per oral 4 kali sehari selama 14 hari atau dengan metronidazole 500 mg per oral 2 kali sehari selama 1 hari (Bowie et al 1994)
Terapi antibiotic spectrum luas diberikan secara intra vena saat klien di rawat inap yaitu:
Regimen A: cefoxitin 2 gr IV setiap 6 jam atau cefotetan 2 gr IV setiap 12 jam. Dilanjutkan minimal selama 48 jam setelah klien tidak demam. Obat ini dikombinasikan dengan doksisiklin 100 mg setiap 12 jam per oral atau per IV selama 10-14 hari.
Regimen B: clindamicyn 900 mg IV setiap 8 jam minimal selama 48 jam setelah klien tidak demam. Obat ini dikombinasikan dengan gentamisin, dosis pembebanan (loading dose) 2 mg/kg berat bada
melalui IV atau IM, kemudian 1,5 mg/kg berat badan setiap 8 jam sampai pulang. Setelah pulang berikan doksisiklin 100 mg per oral setiap 12 jam selama 10- 14 hari
I. Pencegahan
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mencegah infeksi chlamydia dapat
mengurangi insiden PID. Peningkatan pendidikan, skrining rutin, dan pengobatan pada infeksi dapat mengurangi insiden dan prevalensi dari proses dan gejala sisa jangka panjang
J. Pathway
Gangguan Flora Normal di Vagina
Tracomatis Gonorhoe
Aktivitas Seksual Kontrasepsi AKDR, Kadar
Estrogen Meningkat
Hipertermi Ansietas Kurang Pengetahuan
Penurunan system Imunologik Vagina
Pelvic Inflamatory Disease (PID)
Menyebar ke Vagina, Serviks, dan Traktus Genitalis Atas
Infeksi Asenden
Spinal Cord Nocyseptor Merangsang Mediator
Kimia (Bradikinin)
Menyerang Tuba Fallopy dan Ovarium Gejala Inflamasi Disfungsi Sexual Gangguan Dlm Berhubungan Nyeri Akut Thalamus Resiko Infeksi Sistem Imun Tdk Adekuat Vagina Discharge (Patologi) Merangsang Hypotalamus
K. Konsep asuhan keperawatan 1. Pengkajian
Biodata
Riwayat penyakit dahulu : KET, abortus septikus, endometriosis
Riwayat penyakit sekarang: metroraghia, menoragia
Pemeriksaan fisik
Status kesehatan ibu selama kehamilan : harus dikaji terutama pemeliharaan kesehatan, manajemen kesehatan diri seperti melakukan seks bebas, penggunaan pembalut dan perawatan perineum. Penggunaan fasilitas kesehatan selama sakit.
Nutrisi
Makanan yang dikonsumsi, mual muntah, kebutuhan minum air per hari.Jenis- jenis konsumsi makanan yang di konsumsi oleh ibu selama ini.
Eliminasi
BAB lancar, konstipasi, BAK yang menimbulkan nyeri, volume urine, keadaan, warna dan bau urine¸ oliguria atau dysuria, sering berkemih.
Aktivitas dan istirahat
Aktivitas yang dilakukan oleh pasien selama ini dan olahraga yang dilakukan yang berguna bagi kesehatan.
Persepsi /kognisi
Pengetahuan pasien terhadap penyakit , penyebab , tanda dan gejala serta pengobatan penyakit radang panggul. Adanya kebingungan atau cemas dalam menghadapi masalah kesehatan
Seksualitas
Adanya nyeri saat melakukan hubungan seksual, nyeri tekan abdomen bawah, menstruasi yang tidak teratur dan karakteristik yang abnormal
Koping / toleransi terhadap stress
Respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya selama ini
Prinsip- prinsip hidup
Harapan pasien untuk meningkatkan kesehatan setelah mengetahui penyakit yang dialaminya.
Adanya rasa nyeri yang dialami di bagian bawah , nyeri yang semakin meningkat ketika di goyang ataupun di tekan
2. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi b/d proses penyakit 2. Nyeri akut b/d agen cedera biologic
3. Disfungsi seksual b/d gangguan fungsi tubuh 4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan 5. Resiko infeksi
3. Intervensi N
o
NANDA NOC NIC
1. Hipertermi
b/d proses
penyakit
Setelah dilakukan perawatan selama 1x 24 jam
temperature suhu dalam batas normal (360-370C) dengan kriteria hasil:
Klien tidak menggigil
Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh TTV dalam batas normal ( TD: 100-120/80 mmhg, N: 70-80 x/mnt, P: 16-20 x/mnt, SB: 36-370C) Perawatan demam
Pantau suhu dan tanda
tanda vital lainnya
Monitor warna kulit dan
suhu
Monitor asupan dan
keluaran.
Dorong konsumsi cairan
Tutup pasien dengan
selimut atau pakaian ringan tergantung pada fase demam. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas Pantau komplikasi komplikasi yang berhubungan dengan demam serta tanda dan gejala kondisi penyebab
demam.
Tingkatkan sirkulasi
udara
Beri obat / cairan
intravena. Manajemen cairan
Jaga intake/asupan
cairan yang adekuat
Monitor status hidrasi
Monitor hasil
laboratorium yang relevan dengan retensi cairan.
Berikan cairan dengan
tepat
Dukung pasien dan
keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan dengan baik. 2. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam nyeri
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri Melaporkan bahwa nyeri berkurang Mampu mengenali nyeri(skala,intensitas frekuensi dan tanda nyeri)
Manajemen nyeri
Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang meliputI lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan intensitas nyeri serta faktor pencetus.
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
mengenai nyeri
Kurangi faktor yang
dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri Pilih dan implementasikan tindakan farmakologi dan nonfarmakologi untuk memfasilitasi penurunan nyeri Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
control nyeri
Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
Pemberian analgesic
Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
Cek perintah
pengobatan
Tentukan pilihan obat
analgesic berdasarkan tipe dan keparahan penyakit
Kolaborasikan dengan dokter. 3. Disfungsi seksual b/d gangguan fungsi tubuh Setelah dilakukan
perawatan selama 2x24 jam klien menunjukkan fungsi seksual meningkat dengan kriteria hasil: Mengespresikan kenyamanan dengan tubuh Mengkomunikasikan kenyamanan dengan pasangan. Mengespresikan minat seksual Konseling seksual Bangun hubungan terapeutik
Berikan privasi dan
jaminan kesehatan
Tetapkan lamanya
konseling
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
ketakutan dan untuk
bertanya mengenai
fungsi seksual
Kumpulkan riwayat
seksualitas pasien
Monitor timbulnya
stress, kecemasan dan
depresi sebagai kemungkinan penyebab dari disfungsi seksual Tentukan tingkat pengetahuan pasien mengenai seksual secara umum Bantu pasien mengespresikan kesedihan dan kemarahan mengenai perubahan dalam
fungsi tubuh Diskusikan efek kesehatan dan penyakit terhadap seksualitas Libatkan pasangan
pasien pada saat
konseling
Beri rujukan untuk
berkonsultasi pada
petugas tim kesehatan
lainnya sesuai kebutuhan 4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan Setelah dilakukan perawatan selama 2x 24
jam tingkat kecemasan
berkurang dengan kriteria hasil:
Dapat beristirahat
Perasaan tidak
gelisah
Menyampaikan rasa
takut dan cemas secara lisan Tidak mengalami gangguan tidur TTV dalam batas normal Pengurangan kecemasan
Kaji tanda verbal dan
nonverbal kecemasan
Gunakan pendekatan
yang tenang dan meyakinkan
Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap perilaku klien
Berikan informasi faktual
terkait diagnosis, perawatan dan prognosis
Berada di sisi klien untuk
meningkatkan rasa aman
Dangarkan klien
Dorong verbalisasi
perasaan
Identifikasi pada saat
tingkat kecemasan
Atur penggunaan obat
obat untuk mengurangi kecemasan secara tepat. Tekhnik menenangkan
Pertahankan sikap
yang tenang dan hati-hati
Pertahankan kontak
mata
Kurangi stimuli yang
menciptakan perasaan takut maupun cemas
Berada disisi klien
Duduk dan bicara
dengan klien Instruksikan klien untuk menggunakan metode mengurangi kecemasan (mis: teknik bernafas dalam)
Berikan obat anti
kecemasan jika di perluka
5. Resiko
infeksi
Setelah dilakukan
perawatan infeksi tidak
terjadi dengan kriteria hasil: Tidak ada tanda tandainfeksi(kemerah an, demam ,nyeri dan
Control infeksi
Ganti peralatan
perawatan per pasien sesuai protocol
Batasi jumlah
pengunjung
bengkak) sesudah kegiatan perawatan
Dorong untuk
beristirahat
Berikan terapi antibiotic
yang sesuai Perlindungan infeksi
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan local
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Monitor hitung mutlak
granulosit, WBC dan hasil hasil diferensiasi
Tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M, dkk (2016), Nursing Intevensions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: ISBN
Bobak, loudernil, Jensen (2012), Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC
Herman , T. Heather (2015), Nursing Diagnoses Definitions and Classification 2015-217 . Jakarta : EGC
Moorhead, Sue, dkk (2016), Nursing Outcomes Classification Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : ISBN
Rasjidi ,Imam (2014), Panduan Penatalaksanaan Infeksi pada Traktus Genitalis dan Urinarius. Jakarta: EGC
Reader , Sharon J (2013), Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga Edisi 18. Jakarta : EGC
Wiknjosastro , Hanifa(2011), Ilmu Kandungan Edisi Ketiga.Yogyakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo