Sampai Juli 2016, UNAIR
Luluskan
2.694
Dokter
Spesialis
UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali meluluskan putra
putri terbaiknya untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Pada Rabu (20/7), bertempat di Aula Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR, sebanyak 98 mahasiswa spesialis-1 angkatan ke-117, dilantik menjadi dokter spesialis baru.
Pelantikan dokter spesialis-1 tersebut dihadiri oleh Rektor UNAIR, Sekretaris UNAIR, Direktur Rumah Sakit UNAIR, Dekan FK dan jajaran pimpinan fakultas serta departemen, dan Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Sebelum acara pelantikan dimulai, sederet lulusan yang berprestasi dibacakan oleh Ketua Sub-komite Seleksi Sertifikasi dan Pelantikan, dr. Widodo, Sp.PD, K-GH, FINASIM. Prestasi yang dibacakan antara lain peraih nilai tertinggi ujian nasional bidang bedah plastik dan rekonstruksi di Makassar pada 28 Mei 2016, dr. Diah Rahmawati, Sp.BP-RE, dan peraih ujian nasional bidang bedah saraf, dr. I Gede Anom, Sp.BS, dan juara I poster ilmiah bidang bedah saraf se-Asia pada Maret 2016, dr. Taufik Faturahman, Sp.BS.
Sejak tahun 2002 hingga bulan Juli 2016, jumlah lulusan dokter spesialis yang telah dididik oleh pengajar FK UNAIR mencapai 2.694. Pada periode Juli 2016, jumlah departemen yang paling banyak meluluskan dokter spesialis adalah Departemen Ilmu Penyakit Dalam sebanyak 15 orang, disusul Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi sebanyak 12 orang, dan Departemen Radiologi sebanyak 12 orang.
Dalam prosesi pelantikan dokter spesialis, para lulusan baru mendapatkan Berbagai wejangan yang disampaikan oleh jajaran tamu yang hadir. Wakil Direktur RSUD Soetomo, misalnya,
berpesan agar lulusan dokter spesialis menjunjung etika kedokteran dan senantiasa mengutamakan kepentingan penderita. Sedangkan, Dekan FK UNAIR dalam sambutannya mengatakan, diharapkan lulusan dokter spesialis bisa menerapkan softskill dengan baik.
“Kalian harus bisa menjadi leader, dan berkomunikasi dengan baik dengan dokter-dokter dari berbagai daerah,” tutur Prof. Soetojo.
Ia juga berpesan, agar para lulusan baru tetap melakukan riset kesehatan. Menurutnya, kegiatan riset bisa berdampak terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. “Kalau kalian memiliki riset yang bagus setelah berada di daerah, kirimkan ke FK UNAIR. Nanti kita akan coba proses ke jurnal yang terakreditasi,” imbuh Prof. Soetojo.
Sebagai penutup, Rektor UNAIR mengucapkan selamat kepada para lulusan baru dokter spesialis. Prof. Nasih juga berterima kasih kepada seluruh pihak, khususnya RSUD dr. Soetomo, yang telah memberikan jalan bagi proses lulusan spesialis.
“Dengan dikukuhkannya saudara-saudara sebagai tenaga profesional baru, diharapkan bisa meningkatkan daya saing bangsa Indonesia,” tutur Prof. Nasih. (*)
Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Dilan Salsabila
Rektor Dengarkan Curhat Wali
Murid Hingga Canangkan Ide
Angkat Anak Asuh
UNAIR NEWS – Ratusan wali murid dari mahasiswa baru calon
penerima bantuan pendidikan bidikmisi jalur SBMPTN disambut dengan sesi dialog bersama Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih., SE., MT.,Ak., CMA,. rektor yang juga didampingi Direktur Kemahasiswaan, Dr. M. Hadi Subhan, SH., M.H., C.N, dan Ketua PIH (Pusat Informasi dan Humas) UNAIR, Drs. Suko Widodo, M.Si, mendengarkan beragam cerita dari mahasiswa baru calon penerima bidikmisi dan orang tua wali, Selasa (19/7). Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih memberikan kesempatan kepada para wali murid calon mahasiswa bidikmisi, untuk menyampaikan beberapa pertanyaan dan keluh kesahnya, setelah putra-putri mereka akan menerima bidikmisi selama masa studi di UNAIR.
“Saya gak menyangka, anak saya bisa masuk ke gedung mewah ini (merujuk ke UNAIR, red). Karena saya ini orang gak mampu,” ungkap wali murid dari mahasiswa bernama Nararian.
Wali murid lainnya juga sempat menceritakan kisah hidupnya yang berujung pada ketidaksanggupan dirinya untuk membiayai perkuliahan putrinya di UNAIR.
“Anak saya sebenarnya mau masuk kedokteran umum, saya bilang k e d i a , m a u m a s u k p a k e u a n g a p a k o k k a m u m a u m a s u k kedokteran,” ujar wali murid dari Karina, mahasiswa asal Blitar. “Saya khawatir, tapi kok Alhamdulillah ada universitas yang mau menerima anak saya,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih memberikan wejangan kepada mahasiswa calon penerima bidikmisi, agar selalu hormat kepada orang tua dan para dosen. Selain itu, ia juga mengaskan bahwa semua mahasiswa memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menuntut ilmu di UNAIR.
bersikap mendengarkan para dosen,” seru Prof. Nasih. “Semua pada posisi yang sama untuk menuntut ilmu di UNAIR. Tidak ada yang dilebih-lebihkan,” imbuhnya.
Himbau jadi orang tua asuh
Ada yang unik dalam acara yang diadakan di Aula Garuda Mukti tersebut. Salah satu walimurid yang diberi kesempatan menceritakan kisah hidupnya, ia mengungkapkan bahwa anaknya menempuh sekolah SMAN 1 Geger Madiun, yang sama dengan Suko Widodo selaku moderator diacara tersebut.
Suko pun mempersilahkan mahasiswa yang bernama Ardion Massaid dan ibunya, Suhardiyah, untuk menuju panggung. Setelah berdialog, Kepala PIH tersebut menjadikan mahasiswa calon penerima bidikmisi tersebut sebagai anak asuh.
“Nanti bisa dititipkan ke saya, biar jadi anak asuh saya,” seru Suko Widodo.
Rupanya, kejadian tersebut membuat Rektor UNAIR, Prof. Nasih menghimbau kepada seluruh dosen UNAIR, agar menjadikan salah satu mahasiswa bidikmisi sebagai anak asuh oleh seluruh dosen yang merupakan satu almamater dengan mahasiswa tersebut.
“Mahasiswa bidikmisi yang berasal dari sekolah yang sama dengan salah satu dosen bisa dijadikan anak asuh,” ujar Prof. Nasih. “Kita identifikasi dulu, belum tentu dari semua sekolah ada (dosen dan mahasiswa se-almamater, red). Ini kita kembangkan lagi, dan kita himbaukan kepada para dosen di UNAIR,” imbuhnhya.
Prof. Nasih menegaskan, bahwa pengangkatan anak asuh tersebut, bukan berarti para dosen harus membantu secara finansial, namun lebih kepada sebuah bimbingan atau pembinaan kepada mahasiswa terkait selama perkuliahan di UNAIR.
“Bukan secara finansial namun dalam pembimbingan. Artinya, kalau mahasiswa terkait memiliki permasalahan, dosen selaku
orang tua asuh dapat membantu selesaikan masalah tersebut,” ujar Prof. Nasih. (*)
Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan
Penelitian
Rantai
Pasok
Perusahaan
Berkontribusi
Nyata Bagi UMKM
UNAIR NEWS – Yang menarik dari sebuah penelitian adalah bila
hasil dari penelitian tersebut aplikatif di masyarakat. Maka itu, mahasiswa dituntut pandai mencari bahan atau topik penelitian. Tentu saja, kepiawaian dosen dalam membimbing juga menjadi faktor penentu.
Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Program Studi Manajamen pada konsentrasi Riset Manajemen Operasi, topik penelitian yang belakangan kerap dilakukan adalah soal rantai pasok sebuah perusahaan. Konsep tersebut menarik karena mahasiswa dapat meneliti bagaimana perusahaan menjalankan seluruh proses usaha. Dimulai dari pemilihan bahan baku/raw material hingga beragam proses produksi. Selanjutnya, proses distribusi ke agen penjual hingga proses transaksi ke konsumen dan berujung pada proses after sales/purna jual.
Setiap proses bisa diteliti oleh mahasiswa. Bahkan, beberapa mahasiswa bisa terbagi untuk meneliti full process sebuah perusahaan. Topik ini dianggap aplikatif karena mahasiswa bisa langsung berinteraksi dengan perusahaan. Mereka dapat belajar langsung dan memahami segala kelebihan dan kekurangan sebuah perusahaan.
“Penelitian tentang rantai pasok ini banyak membantu perusahaan skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak efektif dalam proses bisnis,” kata dosen Prodi Manajemen Tuwanku Aria Auliandri saat diwawancara Senin lalu (18/7).
Jamak diketahui, perusahaan skala UMKM di indonesia memiliki kendala di aspek kemampuan dan pengetahuan. Tidak hanya terbatas dalam pendanaan modal usaha, pemahaman mereka tentang manajemen operasional terhadap sebuah proses usaha juga masih perlu dibenahi. Kehadiran mahasiswa yang melakukan penelitian, diharapkan dapat memberi alternatif solusi dan masukan bagi mereka. Dengan demikian, elemen kampus dapat memberi manfaat konkret di masyarakat.
Persoalan yang ada misalnya, tentang manajemen inventory bahan b a k u . P e r u s a h a a n l e v e l U M K M p e r l u d i b a n t u u n t u k mengidentifikasi bagaimana cara yang pas untuk proses order dan penyimpanan bahan baku.
“Banyak rekan-rekan UMKM yang stok bahan bakunya banyak, namun produksinya tidak optimal. Akibatnya, bahan baku tersebut rusak atau kadaluarsa. Sering hal ini terjadi pada rekan UMKM di bidang kuliner,” tambah Aria.
Ada juga yang berupaya memproduksi dalam jumlah banyak, namun terkendala proses jual. Bahkan, sebaliknya pun juga terjadi. Yakni, produk order banyak, namun terkendala proses produksinya. Contoh tersebut sering terjadi pada UMKM bidang
handycraft/kerajinan tangan. Tantangan Mahasiswa
Saat meneliti beragam proses operasi di perusahaan, terkadang mahasiswa akan dihadapkan pada proses administrasi perusahaan yang tidak terbuka atau data sulit diminta. Karena untuk meneliti proses operasional, mahasiswa perlu mendapat data detail terkait penjualan, vendor, mesin, durasi aktivitas, jumlah barang rusak, jumlah bahan baku, dan lain sebangsanya.
“Ini tantangan bagi mahasiswa. Mereka dituntut mengasah skill komunikasi dan skill negosiasi dengan perusahaan sehingga seluruh data bisa didapatkan,” tambah Aria.
Terkadang, permasalahan belum selesai hanya setelah data didapat. Karena, mahasiswa setelahnya perlu untuk cross check data tersebut dengan staf pekerja lapangan. Upaya cross check data lapangan ini juga perlu ketelitian dan kesabaran. Keterbatasan waktu kerap menjadi kendala. Di sinilah kelihaian mengatur waktu diperlukan.
“Meneliti itu membutuhkan kesabaran, dan saya memiliki keyakinan bahwa mahasiswa S-1 Manajemen FEB UNAIR adalah bibit-bibit potensial yang bakal menjadi akademisi unggul di masa datang. Mereka memiliki segala kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan dan menghasilkan penelitian yang berkualitas. Sekaligus, berkontribusi nyata bagi masyarakat umum dan dunia usaha,” kata Aria. (*)
Penulis : Rio F. Rachman
Editor : Binti Q. Masruroh
Tips Menembus Seminar dan
Publikasi Internasional
UNAIR NEWS – Mengikuti seminar bertaraf internasional
merupakan kebanggaan tersendiri bagi kalangan akademisi, baik mahasiswa maupun dosen. Terlebih, bagi mereka yang berstatus staf pengajar. Partisipasi di event akademik berstandar internasional merupakan nilai plus.
Meski demikian, untuk menggapainya diperlukan kerja keras. Sebab, kompetisi yang ada didalamnya tentulah kental, tidak
sembarang orang bisa menembusnya.
“Untuk menempatkan diri dalam seminar internasional, seseorang mesti lebih dulu mengirimkan abstrak penelitian atau konsep pemikiran sebagai persyaratan,” kata Dekan FIB Diah Ariani Arimbi SS., MA., PhD.
Perempuan yang menuntaskan program magister di Amerika Serikat ini mengutarakan, abstrak biasanya terdiri dari sekitar 200 hingga 400 kata. Bergantung pada ketentuan dalam pendaftaran seminar tersebut. Nah, pengirim abstrak harus pandai dalam mengolah kalimat. Tujuannya, memampatkan ide yang ingin dicetuskan. Dalam abstrak, terdapat elemen-elemen penting dalam karya yang akan dipresentasikan. Seperti argumen yang jelas, metodologi, hingga hasil yang diperoleh.
Yang harus diingat, kata dosen yang mengambil gelar doktor di Autralia ini, bahasa yang dipakai adalah bahasa Inggris khusus untuk penulisan akademik. Panitia seminar biasanya cukup saklek tentang ini. Untuk bisa memahami bahasa yang dimaksud, ada banyak literatur yang dapat dipelajari. Ada begitu jamak
link-link internet yang menyediakan informasi tentang ini.
Pengetahuan tentang bahasa Inggris khusus penulisan akademik juga mesti dimiliki oleh seseorang yang ingin masuk dalam publikasi internasional. Untuk yang satu ini, calon penulis publikasi internasional harus menyiapkan lebih banyak hal. Misalnya, karya yang lengkap (tidak hanya abstrak) dan memiliki unsur kebaruan.
“Biasanya, reviewer di level internasional itu sangat mempertimbangkan suatu isu yang dinamis di masyarakat,” kata Diah.
Misalnya, ada satu isu yang sudah dibahas oleh sejumlah peneliti. Nah, peneliti baru yang ingin karyanya dimuat dalam publikasi internasional, harus mempertimbangkan riset-riset yang sudah ada dan mengisi lubang atau space kosong yang belum terbahas detail oleh peneliti sebelumnya. Dinamika penelitian
perlu dijabarkan dengan lebih komplit.
Di tempat terpisah, Prof. Dr. Achmad Syahrani, Apt., MS mengungkapkan, publikasi internasional bukan merupakan hal yang mustahil diraih. Kuncinya adalah banyak-banyak membaca dan melakukan penelitian. Wawasan luas seputar topik yang lagi berkembang di dunia sangat diperlukan.
“Jangan biarkan diri larut dalam rutinitas sehari-hari yang monoton tanpa penambahan pengetahuan akan dunia luar,” ujar penulis tak kurang dari 31 publikasi internasional ini. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Editor : Binti Q. Masruroh
Self-Cleaning,
Inovasi
Pelayanan Baru di Kantin FKG
UNAIR NEWS – Kantin kampus merupakan salah satu tempat yangpaling sering dikunjungi untuk makan atau sekadar rehat maupun berbincang oleh sivitas akademika. Oleh karena itu, penting sekali agar suasana kantin dibuat senyaman mungkin, terlihat bersih, dan tersedia makanan serta minuman yang higienis.
Begitu pula dengan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga. Pada Kamis (14/7), Stovit Cafetaria telah diresmikan oleh Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes.
“Kantin di FKG itu sudah terkenal bersih. Ada sertifikatnya. Nah, sekarang kita perbaiki dan renovasi lagi apa-apa yang kurang. Biar kalau mahasiswa belajar itu merasa bersih, sehat, nyaman, dan aman,” tutur Darmawan.
Apa yang berbeda dari sebelumnya setelah kantin Stovit diresmikan?
Pertama, adalah sistem pembayaran satu pintu. Sebelumnya, pelanggan kafe Stovit membayar sajian makanan yang sudah dibeli ke masing-masing penjual. Kini, sistem pembayaran banyak pintu tak lagi diterapkan di kafe Stovit. “Sekarang, sistem pembayarannya satu kasir,” ujar Darmawan.
Kedua, pembeda kantin Stovit dulu dengan pasca diresmikan adalah self-cleaning. Pelayanan self-cleaning yang dimaksud adalah pelanggan kantin membereskan sendiri perkakas makan yang digunakan seusai makan.
“Piringnya dibawa sendiri ke belakang, ke tempat cuci. Jadi, nanti sisa makanannya dibuang ke tempat sampah basah. Baru, piringnya ditaruh di tempat piring kotor, tapi tidak usah dibersihkan,” ujar dokter gigi itu.
Menurut Darmawan, pola self-cleaning tu diterapkan agar pelanggan kantin membiasakan diri dengan pola hidup bersih dan sehat. Ia mengaku, prinsip ini diterapkan dengan mengadaptasi kebiasaan hidup warga Jepang dan Korea. “Dengan begitu, kita bisa latih mereka untuk self-cleaningnya,” imbuh Darmawan.
Untuk menjaga kebersihan kantin, dekanat FKG mempercayakan manajemen pengelolaan kantin kepada Dharmawanita FKG. “Karena lingkup tugas fakultas terlalu luas, makanya dipercayakan kantin kepada Dharmawanita. Biar nanti ada petugas yang mengawasi. Sebulan sekali dipel. Kita rancang dengan baik saluran airnya. Setiap stan itu memiliki saluran air yang bisa dibersihkan sendiri,” terangnya.
Variasi menu
Kafe Stovit menawarkan berbagai menu makanan dan minuman yang menarik. Tercatat, ada sembilan menu kuliner yang bisa segera disantap. Diantaranya nasi pecel, soto ayam, crepes, nasi uduk, dan lontong cap gomeh. Harga yang dipatok berada pada
kisaran Rp5 ribu – Rp9 ribu per porsi.
Zeyn, penjual makanan ringan crepe di Stovit, mengaku senang dengan adanya renovasi kantin. Ia mengaku merasa semakin nyaman karena kebersihan kantin akan tetap terjaga.
Yuk, makan dan jajan di kafe Stovit! (*) Penulis : Defrina Sukma S.
Editor : Binti Q. Masruroh
Rini Sugiarti Kembangkan
Model Kompetisi Siswa Cerdas
Istimewa
UNAIR NEWS – Menjalani kesibukan sebagai dosen sekaligus ibu
rumah tangga, tidak menghalangi langkah Dr. Rini Sugiarti., S.Psi., M.Si., Psikolog., menjadi wisudawan terbaik pada program doktoral Ilmu Psikologi Universitas Airlangga. Dengan memegang teguh prinsip fokus, trust, melakukan yang terbaik, dan rendah hati, perempuan kelahiran Semarang, 7 Januari 1976 tersebut menyandang predikat lulusan terbaik dengan IPK 3,91. “Penting untuk fokus pada tujuan. Selain itu, apapun yang dikerjakan haruslah diupayakan secara maksimal dan tetap bersikap rendah hati, berani bertanya, serta terbuka terhadap kritik yang bermanfaat untuk kemajuan dan perkembangan diri,” jelasnya saat ditanya mengenai prinsip sukses dalam kuliah. Selama menempuh pendidikan doktoral, dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Semarang (USM) tersebut juga kerap menjadi pemakalah di berbagai negara. Diantaranya menjadi pemakalah dalam International Conference of Educational
Psychology and Society tahun 2015 di Cheng Du, China, dan pemakalah dalam Conference on Business, Economics, and Social Science & Humanities tahun 2016 di Bangkok, Thailand. Dalam disertasi miliknya, Ibu dua anak tersebut mengangkat ide pengembangan model kompetensi sosial siswa cerdas istimewa. Baginya, siswa cerdas istimewa membutuhkan keseimbangan perkembangan yang ideal, antara sisi kognitif (intelektual) dan sisi psikososial (kepribadian).
“Siswa cerdas istimewa memiliki potensi intelektual yang besar. Namun dalam kenyataannya, optimalisasi potensi lebih cenderung dominan pada ranah kognitif saja, sehingga belum mencakup juga secara optimal pada ranah psikososial atau kepribadian,” papar perempuan yang memiliki hobi riset, menulis, dan traveling tersebut.
Di akhir wawancara, Rini yang juga psikolog konsultan di Pelangi Kasih Pusat Asesmen Psikologi di Semarang menuturkan kesannya selama menempuh studi doktoral UNAIR, khususnya di FPsi. Baginya, rekan belajar selama menempuh studi S-3 sangat memberikan atmosfir akademik yang terbuka untuk maju dan berkembang.
“Keluarga besar FPsi UNAIR, para dosen juga karyawan sangat
welcome, sehingga menjadikan saya merasa nyaman dalam
interaksi akademik. Hubungan yang terjalin sangat baik ini merupakan salah satu support besar yang memperlancar proses studi yang saya jalani. (*)
Penulis : Nuri Hermawan
Unsiyah Anggraeni, Angkat
Kasus Prostitusi, Seimbangkan
Akademik dan Organisasi
UNAIR NEWS – Mengangkat tema penulisan tentang jaringan sosial
prostitusi tidaklah gampang, pastinya ada beberapa hal yang harus dilakukan dan juga siap menanggung berbagai bentuk resiko, bahkan bisa-bisa penelitian pada ranah ini akan urung dilanjutkan apabila tidak siap. Menepis berbagai anggapan miring tersebut, perempuan kelahiran Pasuruan, 28 Pebruari 1994 ini mengangkat judul “Jaringan Sosial Prostitusi di Kawasan Tretes Pasuruan” pada skripsinya. Perempuan yang pernah meraih juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Goresan Pena Sosial tingkat mahasiswa se Jawa Timur ini berhasil menyelesaikan penyusunan tentang Jaringan sosial pada kawasan prostitusi dengan tepat.
“Penelitian ini saya lakukan sekitar 2 bulan, setiap harinya dimulai dari pukul 8 malam hingga 11 malam,” ungkapnya.
Unsiyah bercerita lebih lanjut tentang isi dari skripsinya, yaitu tentang jaringan sosial prostitusi yang melibatkan banyak aktor didalamnya dengan fokus kajian pada latar belakang seseorang menjadi pelacur yang kemudian mempengaruhi pada praktik-praktik prostitusi di Tretes.
Anak desa yang juga menyukai pendakian gunung ini mendengarkan dengan seksama ketika berinteraksi dengan pemeran utama jaringan prostitusi, bahkan berbagai hal yang ia dapat dari penelitian tersebut membuatnya semakin dewasa.
“Curahan hati mereka setidaknya membuat saya harus bersikap lebih bijaksana,” tuturnya.
Skripsi yang mengantarkannya menjadi wisudawan terbaik dengan nilai IPK 3,75, harus ia selesaikan dengan selalu mendapatkan
teguran dari kedua orang tuanya, dengan alasan berhubungan dengan persoalan prostitusi. Jerih payahnya akhirnya terbayar, skripsinya dapat terselesaikan dengan baik.
“Kalau menginginkan hasil yang bagus wajib membaca berbagai referensi yang sangat berkaitan dan valid,” paparnya ketika sedikit membagikan tips triknya.
Ketekunannya memang sudah lumrah, pasalnya selama kuliah ia memiliki keahlian dalam bidang penulisan. Hal tersebut terbukti dengan berbagai prestasi pernah didapatkannya, selain Juara LKTI Jawa Timur, ia juga pernah menjadi Participant of international conference Multidisciplinary Trends In Academic
Research (MTAR-2015) di Bangkok Thailand tahun 2015, kemudian
juga Finalis LKTI Youth Power Paper UGM 2015 dan juga Juara 3 Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) PKM GT Se-Universitas Airlangga tahun 2014.
Perempuan dengan nama lengkap Unsiyah Anggraeni, juga aktif di organisasi. Beberapa amanah yang sempat ia duduki antara lain staf administrasi Sekretaris Kabinet BEM KM Universitas Airlangga, serta ormawa-ormawa tingakat universitas dan fakultas juga organisasi Ekstra kampus.
“Organisasi memberikan saya pengalaman dan ilmu lain namun s a y a j u g a m e n g i m b a n g i n y a d e n g a n a k a d e m i k y a n g baik,”pungkasnya. (*)
Penulis : Achmad Janni Editor : Nuri Hermawan
Dodik Harnadi Kolaborasikan
Doa dan Usaha
UNAIR NEWS – Tinggal dan besar di desa tidak membuat Dodik
patah semangat untuk terus menempuh pendidikan. Pria yang sudah menikah dengan Irawati, S.HI., ini merupakan anak desa yang dilahirkan dari keluarga petani di Bondowoso. Sejak menempuh pendidikan tingkat menengah, ia sudah dikenalkan dengan dunia pondok pesantren, tepatnya pada 1999-2005 ketika masih berada di Madrasyah Tsanawiyah (MTs) hingga Madrasyah Aliyah (MA).
“Bagi saya pesantren banyak memberikan pelajaran penting, nilai-nilai organisasi, leadership, keilmuan jurnalistik, kemandirian, dan masih banyak lagi,” paparnya.
Pemilik nama lengkap Dodik Harnadi ini, menjadi salah satu lulusan wisudawan terbaik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan nilai IPK 3,82 dan mendapatkan gelar Master Sosiologi (M.Sosio). Tesis yang menjadi prasyaratnya mendepatkan gelar tersebut berjudul Living Lawdan Mekanisme
Resistensi atas UU Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso
“Ketertarikan saya kepada sosiologi hukum semakin memuncak setelah berkenalan dengan beberapa tulisan Prof. Soetadyo dibidang sosiologi hukum,” jelas pria yang masih aktif di salah satu organisasi masyarakat Islam ini.
Lebih jelasnya, Dodik bercerita tentang isi dari tesisnya yang berangkat dari realitas sosial masyarakat Bondowoso. Ketika masyarakat setempat masih meletakkan praktik pemberian sanksi fisik dalam mendidik anak-anak maupun para murid, dari hal tersebut seharusnya pihak yang terlibat harus mampu mendiagnosa hal ini secara tepat agar penegakan hukum tidak semata-mata tekstual. Penyusunan tesis ini tuturnya tidak menemui kendala berarti.
“Intinya saya memaknai tesis saya ini sebagai kolaborasi doa dan usaha, tanpa keduanya penelitian ini tidak akan berhasil,” tegas Dodik.
Dalam proses penyusunan tesisnya menurut ia sudah mencapai target waktu yang ditargetkan oleh lembaga yang memberikan ia biaya kuliah, yaitu Lembaga Pengelolal Dana Pendidikan (LPDP). Selain itu, dengan dorongan dari ibu dan ayahnya yang ketika itu masuk ICU di RSU Situbondo, Dodik melaksanakan ujian tesis dengan lancar.
Ketika ditanya pengalaman lainnya, Dodik bercerita tentang bagaimana perjuangannya sebagai anak kos yang pergi ke kampus harus terbiasa naik angkot dengan keadaan sesak dan panas.
“Maklum tempat kos saya cukup jauh sementara saya tidak membawa alat transportasi roda dua selama kuliah,” ungkapnya. Warna-warni orang-orang Surabaya dimanfaatkannya untuk mengenal lebih banyak karakteristik masing-masing orang yang ia jumpai di angkot, sehingga kemudian pria yang juga hobi menulis ini terbiasa naik angkot dan mendapatkan manfaatnya. “Saya bisa tahu banyak rute angkot Surabaya daripada mereka yang sudah lama di Surabaya,” pungkasnya. (*)
Penulis : Achmad Janni Editor : Nuri Hermawan
Ketut
Wiradnyana,
Bekal
Arkeologi
UNAIR NEWS – Sejak menempuh pendidikan sarjana, Dr. Ketut
Wiradnyana, Drs., M.Si. sudah menekuni bidang arkeologi dengan skripsinya yang berjudul “Katoda Sebagai Unsur Tradisi Megalitik di Sumba Timur”. Pria kelahiran kota Jembrana, 26 April 1966 ini, sejak tahun 1994 hingga sekarang masih aktif dalam berbagai penelitian arkeologi di Provinsi Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Selain itu, Ketut juga masih menjadi dosen tamu di Departemen Antropologi Universitas Sumatera Utara. Bahkan, pria yang memiliki hobi bermain musik (rock tahun 70an, red) ini pernah menjadi Ketua Tim Penelitian Arkeologi, Anropologi – Geografi Kebudayaan Pulau Nias (IRD), Prancis. Selain itu lebih dari seratus karya artikel pernah ia buat dan diterbitkan.
“Keseluruhan artikel terbit pada jurnal arkeologi dan antropologi diberbagai jurnal arkeologi dan jurnal kebudayaan yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dan luar negeri,” ungkapnya.
Anak ke lima dari tujuh bersaudara ini bercerita, bahwa pengumpulan data disertasi telah dimulai sejak tahun 2009, sehingga ketika ditanyai kendala yang dihadapi dalam penyusunan disertasi ini, ia menjawab tidak terlalu banyak kendala.
“Kalau penyusunan disertasi tidak terlalu banyak kendala, tetapi dalam penyusunan ilmu pengetahuan arkeologis itu yang jauh lebih sulit,” ujarnya.
Bahkan dalam penyusunan ini sedikit dapat terselesikan lebih lama dari terget yang ia susun, karena ia harus mencari dan memproses data arkeologis di Gayo dengan beberapa Universitas di Eropa dan Amerika. Isi dari disertasi yang menjadi syarat doktoral ini sendiri membahas tentang proses penyusunan
pengetahuan arkeologis dalam kaitannya dengan genealogi (manusia dan budaya) di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Hal tersebut kemudian menjadi wacana geonelogis etnis Gayo yang disebarluaskan oleh berbagai komponen masyarakat Gayo, dengan tujuan untuk melegitimasi identitas etnis Gayo yang berbeda denga etnis Aceh. Hal itu nantinya dapat menentukan upaya pembentukan Aceh Leuser Antara (ALA) yang terpisah dengan provinsi Aceh.Uniknya dari hasil penelitian Ketut ini, pengetahuan arkeolgois yang digunakan sebagai identitas etnis Gayo itu masih terus berlangsung.
“Jadi nantinya penelitian ini akan bisa dilanjutkan karena masih banyak aspek yang belum terungkap,” paparnya. “Penyelesaian disertasi dan tugas-tugas akan dapat diselesaikan pada waktunya jika fokus atau dikerjakan setiap hari” imbuhnya.
Mahasiswa yang akan diwisuda tanggal 16 juli ini, menjadi wisudawan terbaik dengan nilai IPK 3,86. (*)
Penulis: Achmad Janni Editor : Nuri Hermawan
UNAIR Terima Kunjungan SSDN
Lemhanas RI
UNAIR NEWS – Universitas Airlangga mendapat kehormatan sebagai
salah satu kampus yang mendapat kunjungan dari Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI). Kunjungan Lemhanas RI kali ini dalam rangka kegiatan Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN) Program Pendidikan Reguler Angkatan LIV Tahun 2016, Senin (18/7).
Pada kunjungan yang dilangsungkan di ruang sidang pleno, Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., beserta jajaran petinggi UNAIR, menjelaskan mengenai kondisi UNAIR yang terus berbenah dari tahun ke tahun, utamanya kemandirian UNAIR yang mengantarkan menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH).
“UNAIR terus berbenah mulai dulu yang berstatus badan hukum milik negara, kini sudah menjadi PTN BH,” tegasnya.
Menanggapi sambutan rektor, Laksamana Muda FX Agus Susilo yang mewakili Gubernur Lemhanas menuturkan bahwa kedatangannya bersama jajaran kepolisian, TNI, perwakilan negara sahabat, akademisi, dan tokoh masyarakat ke UNAIR ini merupakan pemenuhan fungsi dari Lemhanas. Hal tersebut untuk mendidik, menyiapkan kader dan memantapkan pimpinan tingkat nasional, dan mengkaji berbagai permasalahan strategik nasional, regional dan internasional.
“Tujuan kami kemari tidak lain juga sebagai pemenuhan fungsi lemhanas. Harapannya dari pakar UNAIR yang hadir bisa memberikan wawasan tambahan kepada kami,” paparnya.
Turut hadir sebagai pakar dari bidang hukum, M. Syaiful Aris, S.H., M.H., LL.M., selaku kepala bidang hukum UNAIR yang menjelaskan mengenai statuta UNAIR. Selain Aris, Dr. Sri Endah Nurhidayati selaku dosen D3 Pariwisata UNAIR juga turut hadir dalam kunjungan tersebut. Dalam paparannya Dr. Sri Endah menjelaskan bahwa peranan UNAIR dalam pengembangan kepariwisataan sebagai upaya untuk ketahanan bangsa. Baginya, kekayaan Indonesia yang membentang mulai dari alam, budaya, dan etnis perlu dikembangkan. Dalam dunia pariwisata banyak aspek yang dirangkul, mulai dari identitas bangsa, kemandirian, dan ketahanan.
“Tidak sekedar aspek ekonomi, dalam atraksi pariwisata kepribadian bangsa juga dipertaruhkan, pasalnya dengan saling mengunjungi pariwisata negara lain akan tahu bagaimana kesan
negara kita bagi orang lain,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan pariwisata, keutuhan NKRI juga bisa dijaga. “Menjaga dan memelihara keutuhan NKRI bisa melalui pariwisata, caranya dengan memelihara pulau terluar sebagai aset wisata,” tegasnya.
Di penghujung diskusi, ia juga menjelaskan peranan UNAIR dalam mengembangkan pariwisata di Indonesia, yaitu menjadikan program studi D3 Pariwisata dalam lingkup fakultas vokasi yang menjadikan prodi ilmu terapan lebih banyak dan melakukan program internasionalisasi, serta pendampingan masyarakat dalam bidang pariwisata.
“Untuk urusan pendampingan kepada masyarakat yang kami lakukan ini, agar mereka bisa menjadi pelaku pariwisata, jadi tidak sekedar penonton,” pungkasnya. (*)
Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila