• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat pancasila jadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Filsafat pancasila jadi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT PANCASILA dan KAITANNYA DENGAN ALIRAN FILASAFAT LAIN

A.Filsafat Pancasila

1. Pengertian Filsafat

Definisi Filsafat secara Etimologis. Istilah filsafat (Inggris: philosophy; Arab: falsafah) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu philein atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, secara etimologis philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan.

Definisi Filsafat Secara Operasional filsafat mengandung dua pengertian pokok, yaitu mencakup pengertian filsafat sebagai hasil produk ( hasil pemikiran manusia ) dalam hal ini bersifat statis, dan filsafat sebagai proses sehingga dalam hal ini filsafat bersifat dinamis.

Definisi Filsafat Secara Leksikal. Ditinjau secara leksikal, sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa filsafat berarti sikap hidup atau pandangan hidup.

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.

2. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan ideologi dasar bagi negara. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah:

(2)

(sila 1) Ketuhanan Yang Maha Esa

(sila 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila 3) Persatuan Indonesia

(sila 4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

(sila 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

Dan ini sesuai dengan yang tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

3. Filsafat Pancasila

Filsafat pancasila adalah pembahasan pancasila secara filsafati, yaitu pembahasan pancasila sampai hakikatnya yang terdalam ( sampai inti yang terdalam ). Dari segi objek formanya, filsafat pancasila merupakan suatu pengetahuan yang terdalam yang merupakan hakikat pancasila yang bersifat essesnsial, abstrak umum universal, tetap dan tidak berubah. Dari objek materinya maka pengertian filsafat pancasila yaitu suatu sistim pemikiran yang rasional, sistematis, terdalam dan menyeluruh tentang hakikat bangsa negara dan masyarakat Indonesia nilai nilainya telah ada dan digali dari bangsa Indonesia sendiri. ( Notonagoro)

Filsafat pancasila yakni suatu system atau aliran kefilsafatan kebangsaan Indonesia yang bersumber pada sejarah, budaya tradisi dan juga lingkungan. Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,

(3)

norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

a. Tokoh Pemikir Filsafat Pancasila : 1. Soedirman Kartohadiprojo

Seorang ahli hukum khususnya hukum adat (Guru besar Universitas Parahyangan). Menurut Kartohadiprojo, intisari filsafat “kekeluargaan” yang dapat dijabarkan dalam pernyataan aksiomatik “kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan.” Guna memferivikasi apakah benar intisari filsafat pancasila adalah kekeluargaan, Kartohadiprojo menggunakan kriteria jiwa bangsa sebagaimana termaktub dalam azas hukum adat. Ternyata azas-azas tersebut tidak lain adalah “kekeluargaan” itu sendiri. Misalnya, dalam kehidupan rakyat nusantara untuk pengelolaan tanah selama berabad-abad dianut hak ulayat, yakni hak bersama atas tanah.

2. N. Drijarkara

Berpendapat bahwa filsafat pancasila berbasis pada cinta kasih terhadap sesama. Dengan melakukan analisis eksistensi, drijarkara menyatakan bahwa keberadaan manusia tidak lain dari “ada bersama” bukan dalam bipolaritas “aku” dan dilain pihak “mengaku” keberadaan manusia secara eksistensial adalah ada bersama dalam “aku engkau”. Analoginya seperti pada permainan bulu tangkis dimana akan mustahil bermain sendirian, melainkan harus berpartner bersama. Dari fakta itu maka eksistensi manusia tidak lain adalah koeksistensi, saling membutuhkan sebagai mitra dalam mengarungi kehidupan di dunia. Posisi partner tidak menomorsatukan persaingan atau konflik melainkan kemitraan dan kerjasama. Kasih merupakan sumber dari segala sumber. Eksistensi yang melimpahkan kasih-Nya kepada seluruh eksistensi. 3. Notonagoro:

Pancasila secara filosofis berdasar atas sifat dasar manusia sebagai makhluk monodualis dan monopluralis. Hal ini berarti bahwa manusia sendiri sebagai basis analisis mewujudkan dirinya dalam wahana pluralisme. Manusia

(4)

adalah makhluk jasmani dan rohani; manusia adalah makhluk individu dan sosial; manusia adalah makhluk bebas dan sekaligus bergantung pada tuhan. 4. M. W. Pranarka

Menegaskan dalam disertasinya (1985) bahwa pancasila sebagai aliran pikiran bukanlah subsistem aliran helenistik dan bukan subsistem semitistik, melainkan merupakan aliran keindonesiaan. Jelaslah bahwa modalitas pancasila ini akan berimplikasi pada keniscayaan teoretik atas hukum, tata negara, sosiologi dan berbagai bidang kajian lainnya.

b. Dasar pikiran dan rasional pancasila sebagai filsafat hidup bangsa

Negara Republik Indonesia yang berdiri 17 Agustus 1945 sebenarnya adalah Negara Pancasila. Predikat prinsipil ini berdasarkan ketentuan yuridis konstitusional bahwa Negara Indonesia berdasarkan Pancasila, sebagai termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan:

“Kemudian daripada itu, untuk ,membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

Ketentuan yuridis konstitusional ini mengandung makna konsekuensi baik formal maupun fungsional, bahkan imperatif bahwa:

(5)

a. Pancasila adalah dasar negara atau fiafat negara Republik Indonesia

b. Pancasila adalah norma dasar dan norma tertinggi di dalam Negara Republik Indonesia

c. Pancasila adalah ideologi neara, ideologi nasional Indonesia.

d. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional, yang perwujudannya secara melembaga, sebgai sistem negara Pancasila

e. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup (keyakinan bangsa) yang menjiwai sistem kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia. Karena itu Pancasila adalah sistem filsafat Indonesia yang berpotensial dan fungsional, yang normatif ideal.

Sesungguhnya ketentuan formal atau yuridis konstitusional di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa Pancasila dasar Negara Republik indonesia itu diangkat dari realitas sosio-budaya dan tata nilai dasar masyarakat Indonesia. Justru karena nilai-nilai dasar ini telah menjiwai dan merupakan perwujudan kepribadian bangsa, maka identitas substansialdan instrunsik ini ditingkatkan dalam hidup kenegaraan (sebagai sitem kenegaraan) secara formal. Motivasi demikian bersumber atas keyakina bahwa nilai Pancasila adalah keyakinan atau pandangan hidup yang benar, baik dan unggul.

Sangatlah wajar apabila Pancasila dikatakn sebagai filsafat hidup bangsa, menurut Muhammad Nur Syam (1986: 345-346), bahwa nilai-nilai dasar di dalam sosio-budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannya, terutama meliputi:

a. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana dan potensial.

(6)

b. Kesadaran kekluargaan, yang berwujud cinta keluarga sebagai dasar dan kodrat terbebtuknya masyarakat dan berkesinambungan generasi.

c. Kesadaran musyawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama; ataupun memecahkan masalah-masalah bersama di dalam keluarga atau di dalam masyrakat sederhana mereka.

d. Kesadaran gotong royong, tolong menolong, semangat bekerja sama sesama tetangga, kampung dan desa; konsekuensinya wajar adanya kegotong-royongan.

e. Kesadaran tenggang rasa atau tepa slira, sebagai semangat di dalam kekeluargaan dan kebesamaan; hormat menghormati dan memelihara kesatuan, saling pengertian demi keutuhan kekeluargaan ataupun kebersamaan.

Nilai-nilai dasar tersebut di atas tumbuh dan berkembang di dalam praktek tata masyarakat awal sosio-budaya kita, dan berkembang bahkan teruji sepanjang sejarah bangsa. Karena itu nilai dasar tersebut teruji di dalam kehidupan, sehingga meyakinkan bangsa kita bahwa nilai-nilai dsar ini menjamin kekluargaan, kedamaian dan kesjahteraan, yang pada gilirannya merupakan kebahagian hidup. Karena itulah nilai dasar ini dianggap sebagai pandangan hidup. Inilah das Sein atau realitas tata sosio-budaya kita. Berdasarkan realitas dan identitas ini maka nilai dasar ini diangkat menjadi Dasar Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.

Nilai-nilai dasar yang potensial ini telah mencapai bentuk, sifat dan kualitasnya yang formal dalam rangka sistem kenegaraan Indonesia, sebagai terjelma di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Konsekuensi formal dan imperatif dari kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ata sistem kenegaraan ialah bahwa semua sub-sistem dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan wajib mencerminkan identitas Pancasila pula. Sub-sistem atau bidang-bidan kehidupan dimaksud terutama; bidang ideologi,

(7)

politik, bidang hukum, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang keagamaan/kepercayaan dan bidang Hankamnas.

Tegasnya bagaimana sub-sistem tata hukum nasional berdasarkan Pancasila atau hukum nasional Pancasila itu secara konsepsional dan praktis, demikian pula dengan sub-sitem lainnya, termasuk sistem pendidikan nasional. Dasar pikiran atau rasional demikian dapat dijelaskan, bahwa konsekuensinya dibina dan dilaksanakan sebagaimana konsepsi dan lembaga sub-sistem (tata) hukum nasional Pancasila, tata ekonomi Pamcasila, tata pendidikan nasional Pancasila dalam kehidupan bangsa.

Konsepsi dan lembaga demikian wajar sebagai perwujudan adanya konsepsi filsafat pendidikan Pancasila yang bersumber dan berinduk kepada sistem filsafat Pancasila sebagai filsafat Indonesia. Inilah suatu sisi lain dari aspek das Sollen sistem kenegaraan Pancasila disamping sisi das Sein kenegaraan. Jadi sisi lain dimaksud dapat kita namakan sisi kultural atau kebudayaan dari kehidupan bangsa dan negara.

c. Implementasi pancasila sebagai dasar negara

1) Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) indonesia merupakan azas dari kerohanian tertib hukum, seperti yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

2) Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.

3) Mewujudkan cita – cita hukum dari hukum dasar negara.

4) Mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945 mengandung isi yang diwajibkan penyelenggaraan negara (partai, fungsional) untuk memelihara budi pekerti (moral) kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

5) Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945bagi penyelenggara negara, bagi pelaksaanaan pemerintah, sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan semangat yang bersumber dari atas kerohanian negara sebagai pandangan

(8)

hidup bangsa, aka dinamika masyarakat dan negara menjadi seperti yang di cita-citakan oleh proklamasi.

d. Tujuan dan Manfaat Filsafat Pancasila Tujuan filsafat Pancasila , antara lain:

 Untuk membentuk kepribadian yang seimbang yaitu keseimbangan dengan unsur intelektual jasmani dan rohani.

 Untuk membentuk manusia yang berjiwa pancasila sejati yang taat kepada Tuhan YME, menjunjung keadilan, memiliki kejujuran serta bertanggung jawab.

 Untuk menumbuhkan wawasan berfikir integralistik, menjunjung tinggi nilai filosofis dari pancasila serta mampu menerapkan metode ilmiah mempelajari norma-norma/kaidah dan nilai-nilai yang digali dari pancasila.

Sedangkan, untuk manfaat filsafat pancasila dapat dibagi dalam berbagai segi salah satunya yaitu Manfaat Pancasila bagi Setiap Bidang Kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia, yaitu:

1) Memperdalam pengetahuan dan pengertian pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup bangsa, yang telah menjadi ideologi negara, sehingga terletak pada kehidupan bangsa dan negara Indonesia.

2) Penjelmaan dan pelaksanaannya sebagai dasar filsafat negara selanjutnya menjadi tujuan hidup, pedoman hidup sikap dan cara hidup dalam setiap kehidupan bangsa, masyarakat dan negara Indonesia.

3) Penjelmaan dan pelaksanaan pada setiap warganegara dan para penyelenggara negara sebagai perseorangan, harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan baik dalam masyarakat, bangsa dan kehidupan negara Indonesia.

4) Dengan pengetahuan Pancasila secara filosofis dan ilmiah maka pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia akan mendarah daging dan merupakan realisasi yang strategis dalam pelestarian pancasila.

(9)

e. Beberapa aliran filsafat pendidikan antara lain :

1) Filsafat pendidikan esensialisme yang didukung oleh idealisme dan realisme.

2) Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

3) Filsafat pendidikan progresivisme yang didukung oleh filsafat pragmatisme.

4) Filsafat pendidikan rekonstruksionisme. 5) Filsafat pendidikan Behaviorisme. 6) Filsafat pendidikan Humanisme.

B. Filsafat Pancasila kaitannya dengan aliran filsafat yang lain. 1. Aliran Filsafat Esensialisme dalam Filsafat Pancasila

Esensialisme adalah filsafat pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial,dan bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran yang esensial itu ialah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin yang dikenal dengan nama Great Book. Buku ini sudah berabad-abad lamanya mampu membentuk manusia –manusia berkaliber internasional. Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan suatu kebenaran yang esensial. Tokohnya antara lain Brameld. Esensialisme didukung oleh idealisme obyektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Esensialisme juga didukung realisme yang berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut. Idealisme modern yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, pandangan-pandangannya bersifat spiritual sedangkan realisme modern,

(10)

sebagai eksponen yang lain, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik. Alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat. Maka anggapan mengenai adanya kenyataan bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan keduanya. Bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (memilih, melaksanakan). Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.

Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila sebagai petunjuk operasional pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan Pancasila itu haruslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam pancasila itu, sebagai yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu:

1. Ketuhanan yang Maha Esa,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan dan

5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari sini dapat terlihat bahwa esensialisme turut andil dalam penerapan pancasila sebab, Negara Indonesia muncul bukan karena tiba-tiba namun ada sejarah perjuangan dalam menggapai kemerdekaan tersebut. Pancasila sudah

(11)

ada sejak kemerdekaan negara kita dan tercantum seperti dalam sila pertama, manusia telah memiliki keyakinan adanya Tuhan sudah berabad-abad lamanya, sila ke dua manusia memiliki hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang dijalankan jika ada orang yang melanggar hukum atau ketentuan, sila ke tiga terlihat dengan adanya sebuah kerukunan dan persatuan antara warga negara, sila ke empat sebuah negara ada juga karena adanya seorang pemimpin yang dapat memberikan kebijakan dalam memecahkan masalah dan sila ke lima karena hukum yang berlaku maka diharapkan adanya keadilan sosial antar warga negara sehingga aliran filsafat Esensialisme dapat di terapkan atau sesuai dengan lima sila pancasila.

2. Aliran Filsafat Perenialisme dalam Filsafat Pancasila

Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.

Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.

Aliran perenialisme menurut Zuhairini sebagaimana dikutip Abdul Khobir dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menganggap bahwa zaman modern adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan sehingga banyak menimbulkan krisis di segala bidang kehidupan manusia. Untuk menghadapi situasi krisis itu, perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan regressive road to culture, yaitu jalan kembali atau mundur kepada kebudayaan lama (masa lampau), kebudayaan yang dianggap ideal dan telah teruji ketangguhannya. Disinilah pendidikan

(12)

mempunyai peranan yang penting dalam rangka mengembalikan keadaan manusia modern kepada kebudayaan masa lampau yang ideal tersebut. Berikut aliran perenialisme yang sesuai dengan filsafat pancasila dan yang tidak sesuai dengan filsafat pancasila:

a. Perenialisme yang sesuai dengan filsafat Pancasila

1) fundamental pendidikan perenialisme adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.

2) perenialisme itu rnenghendaki agar pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan dan pikiran sebagaimana yang dimiliki secara kodrat.

3) Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di masyarakat.

4) Tujuan pendidikan untuk semua warga adalah relative sama. Yaitu untuk “meningkatkan harkat manusia sebagai manusia”.

5) Menjungjung tinggi kebudayaan masa lampau, menghargai sejarah. 6) Sifat hakiki manusia selalu sama sehingga semua orang memerlukan

pendidikan yang sama.

b. Perenialisme yang tidak sesuai dengan filsaat Pancasila

1) Perenialisme lebih berorientasi ke masa lalu, sedangkan Pancasila masa lalu digunakan sebagai dasar untuk hidup dinamis demi kemajaun di masa depan.

2) Penganut perenialis mengutamakan kemampuan intelektual (excellence), menentang pendidikan kejuruan di sekolah, sedangkan pancasila menerapkan keduanya.

3) Mengutamakan pengembangan kognitif yaitu pelajaran dasar, yang mencakup matematika, bahasa, logika, IPA, sejarah, sedangkan Pancasila mengembangkan kognitif dengan menyertakan afektif dan psikomotor.

(13)

4) Focus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan minat-minat siswa.

5) Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural

6) Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

7) Mata pelajaran menjadi pusat atau sentral pendidikan, bukan siswa. 3. Aliran Filsafat Progresivisme dalam Filsafat Pancasila

Aliran filsafat progresivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan pada abad ke 20, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan baik secra fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan bakat dan kemamapuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa hambatan oleh rintangan yang di buat oleh orang lain, oleh karena itu filsafat progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.

Adapun filsafat progresivisme mamandang tentang kebudayaan bahwa budaya sebagai hasil budi manusia, di kenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan refleksi dari

(14)

kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan itu. Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru haruslah menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhirnya akan dapat memberikan warna dan corak dari output yang dihasilkan sehngga keluaran yang dihasilkan(anak didik) adalah manusia yang berkualitas unggul, berkompetitif, inisiatif, adaptif, dan kreatif sanggup menjawab tantangan zaman.

Sosialisasi nilai dasar Pancasila dan proses pembelajarannya akan memiliki keberhasilan bermakna manakala berpijak pada filsafat pendidikan yang tepat digunakan. Dalam hal ini aliran progresivisme bisa dianggap menciptakan kegagalan pendidikan Pancasila. Progresivisme memandang suatu nilai itu baik jika itu bersifat pragmatis, berguna langsung dalam kehidupan terlebih pada kehidupan material seperti sekarang ini. Padahal nilai-nilai Pancasila bukanlah nilai nilai material, nilai-nilai Pancasila tidak bisa untuk mencari kerja, atau mendapatkan ketrampilan. Jadi dari sisi pragmatisme tidak menguntungkan. Karena itulah mengapa anak muda sekarang ini segan atau malas belajar Pancasila karena dianggap tidak berguna untuk mencukupi kebutuhan materialnya. Paham yang berkembang sekarang ini adalah progresivisme yang didukung oleh pragmatisme.

4. Aliran Filsafat Rekonstruksionisme dalam Filsafat Pancasila

Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct, yaitu gabungan dari kata re- yang artinya kembali dan construct yang artinya membangun atau menyusun. Maka, secara etimologis reconstruct diartikan menyusun kembali. Sedangkan, dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dalam pendidikan dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran ini dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930.

Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme banyak yang sepaham dengan aliran perenialisme. Kedua aliran tersebut berpandangan bahwa

(15)

kehidupan manusia modern telah banyak mengalami kebobrokan, kerusakan, kebingungan, dan tidak menentunya prinsip manusia, sehingga manusia modern sudah banyak kehilangan jati diri mereka. Beda antara kedua aliran ini adalah jika aliran perenialisme berpandangan bahwa kebobrokan kehidupan manusia modern dapat diatasi dengan cara kembali ke dalam kehidupan yang masih menjunjung tinggi kebudayaan dan peradaban masa lampau, karena kaum perenialis berpandangan bahwa pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman adalah sebagai pengulangan dari apa yang ada dalam masa sebelumnya, sehingga perenialisme sering disebut juga dengan istilah tradisionalisme. Sementara, aliran rekonstruksionisme berusaha membina konsensus yang paling luas dan mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari kepepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya dan hal itu dilakukan melalui lembaga dan proses pendidikan. Paham rekonstruksionisme menginginkan perombakan tata susunan lama dan pembangunan tata susunan hidup kebudayaan yang baru.

Dari jalan pikiran dan upaya yang berusaha ditempuh oleh aliran rekonstruksionisme, maka dapat dilihat juga bahwa aliran ini tidak terlepas dari prinsip pemikiran aliran progresifisme yang mengarah kepada tuntutan kehidupan modern. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.

Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia atau orang, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan perlu merombak tata

(16)

susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, dan untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar ummat manusia. Dalam proses pendidikan, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Akan tetapi Aliran rekonstruktivisme tidak tepat jika diterapkan dalam Filafat Pancasila, oleh karena sesungguhnya aliran ini sebagai kelanjutan dari progresivisme. Nilai-nilai dasar Pancasila sampai saat sekarang ini adalah kesepakatan bersama bangsa sebagaimana dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998. Ada konsensus nasional yang di era reformasi ini tidak akan dilakukan perubahan yaitu : Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika. Jika kita merekonstruksi kesepakatan akan nilai Pancasila berarti kita memulai lagi kehidupan bernegara.

Dalam pendidikan, mungkin memang dipandang perlu adanya perombakan didalamnya seperti dalam sistem pendidikan khususnya dalam hal metode Pendidikan. Itu bisa dilihat dalam metode pembelajaran yang dipakai sejak dulu yang mana metode tersebut memposisikan peserta didik untuk lebih pasif daripada guru (teacher’s center), ini seakan sudah menjadi kebudayaan indonesia dalam hal Pendidikannya. Dan dengan adanya rekonstruks didalamnya, itu bisa sebagai langkah perbaikan dalam sistem pendidikan . Seperti yang tertulis dalam makalah aliran rekonstruksionisme yang telah dibahas sebelumnya yaitu “metode-metode pendidikan yang dapat digunakan menurut para rekonstruksionis dalam proses pembelajaran dan pendidikan dapat menggunakan metode-metode yang menuntut keaktifan peserta didik dan keterampilan serta kecakapan peserta didik dalam memecahkan masalah, menganalisis kebutuhan hidup, dan penyusunan

(17)

program aksi perbaikan masyarakat, karena pada hakekatnya pendidikan dituntut untuk dapat mewujudkan generasi yang mampu mengatasi setiap permasalahan kehidupan secara menyeluruh” dan ini sesuai dengan yang sedang digalakkan oleh pemerintah indonesia sekarang, yang mana pendidikan indonesia sekarang lebih ditekankan dengan student center dan menghindari teacher center dalam proses pembelajarannya. Akan tetapi, tidak harus semua warisan kebudayaan ditata ulang karena adanya krisis kebudayaan, sebab ada hal-hal baik yang masih bisa diteruskan. Contoh kecilnya seperti kebudayaan menghormati orang yang lebih tua yang mana dalam pendidikan ini bisa terlihat dengan siswa menyalami guru ketika disekolah dan menyapanya ketika diluar sekolah dengan sapaan yang baik. Ini dapat menjadi langkah mewujudkannya karakter bangsa Indonesia.

5. Hubungan Filsafat Behaviorisme dengan Filsafat Pancasila a. Konsep Behaviorisme

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.

Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan

(18)

yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.

Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan, psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement, yakni :

1) ClassicalCondtioning

Suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.

2) Law of Effect

Perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.

3) Operant Conditioning

Suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguat negatif).

4) Modelling Munculnya

Perubahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model) Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru.

(19)

• Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.

• Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.

• Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.

• Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi. • Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol

dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.

• Banyak ahli membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan. Terhadap aliran behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan pada pengingkaran terhadap potensi alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut pandangan ini, manusia tidak memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah lakunya sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat behaviorisme tidak sesuai dengan filsafat pancasila karena secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.

6. Aliran Filsafat Humanisme dalam filsafat pancasila

Dari segi bahasa humanisme artinya kemanusiaan, sedangkan menurut istilah berarti suatu paham menghakiki. Jelasnya, humanisme adalah suatu gerakan atau aliran yang bertujuan untuk menempatkan manusia pada posisi kemanusiaan yang sebenarnya.

(20)

Konsep pemikiran oleh filsuf humanis: 1) Pandangan tentang hakekat manusia

Hakekat manusia dalam pandangan filosuf humanistic adalah manusia memilki hakekat kebaikan dalam dirinya. Dalam hal ini apabila manusia berada dalam lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan untuk berkembang maka mereka akan mampu untuk mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat pada umumnya (Hanurawan,2006).

2) Pandangan tentang kebebasan dan otonomi manusia

Penganut aliran humanistik memberikan pandangan bahwa setiap manusia memilki kebebasan dan otonomi memberikan konsekuensi langsung pada pandangan terhadap individualitas manusia dan potensialitas manusia. Individualitas manusia yang unik dalam diri setiap pribadi harus dihormati. Berdasarkan pandangan ini, salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang perlu dilakukan dalam proses pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal adalah pemberian kesempatan kepada berkembangnya aspek-aspek yang ada dalam diri individu.

3) Pandangan tentang diri (the self) dan konsep diri (self concept).

Diri (the self) menurut penganut filsafat humanis merupakan pusat kepribadian yang pengembangannya dapat dipenuhi melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki seseorang. Diri (the self) yang ada dalam diri seseorang digambarkan sebagai jumlah keseluruhan yang utuh dalam diri individu yang dapat membedakan diri seseorang dengan orang lain. (Ellias dan Meriam dalam Hanurawan, 2006). Dalam diri (the self) seseorang terdapat perasaa, sikap, kecerdasan, intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik.

(21)

Konsep diri (self concept) menurut Kendler dalam Hanurawan 2006 merupakan keseluruhan presepsi dan penilaian subyektif yang memiliki fungsi menentukan tingkah laku dan memiliki pengaruh yang cukup besar untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan perkembangan individu merupakan potensialitas individu untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kemampuan manusia menghadirkan diri secara nyata . Aktualisasi diri terwujud untuk memperoleh pemenuhan diri (self fulfillment) sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Dengan aktualisasi diri, manusia mampu mengembangkan keunikan kemanusiaannya guna meningkat kualitas kehidupan serta dapat mengubah situasi kearah yang lebih baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat humanisme sesuai dengan filsafat pancasila. Filsafat humanisme tersirat pada pancasila sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Kemanusiaan terutama berarti sifat manusia yang merupakan esensi dan identitas manusia karena martabat kemanusiaannya (human dignity). Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif; jadi, tidak subjektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi, beradab berarti berbudaya. Ini mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu berdasarkan nila-nilai budaya, terutama norma social dan kesusilaan (moral). Adab terutama mengandung pengertian tata kesopanan, kesusilaan atau moral. Dengan demikian, bearadab dapat ditafsirkan sebagai berdasar nilai-nilai kesusilaan atau moralitas khususnya dan kebudayaan umumnya. Jadi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan mausia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan

(22)

dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan. Pada prinsipnya Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nial, dan berbudaya.

Di dalam sila ke II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh hakikat manusia. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi manusia(Indonesia). Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, maka setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama-sama terhadap Undang-Undang Negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama; setiap warga Negara dijamin haknya serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang-orang seorang, dengan Negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia. Jadi sila kedua ada keterkaitan yang erat dengan filsafat humanisme karena makna dalam sila kedua yaitu menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sangat tinggi, sentral dan penting, baik dalam perenungan teoretis-filsafati maupun dalam praktis hidup sehari-hari.

(23)

Kesimpulan

Filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

Beberapa aliran filsafat pendidikan antara lain :

a. Filsafat pendidikan esensialisme yang didukung oleh idealisme dan realisme. b.Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

c. Filsafat pendidikan progresivisme yang didukung oleh filsafat pragmatisme. d.Filsafat pendidikan rekonstruksionisme.

e. Filsafat pendidikan Behaviorisme. f. Filsafat pendidikan Humanisme.

Jadi dari ke-enam aliran filsafat pendidikan ini ada beberapa aliran yang terdapat hubungan yang sesuai dengan filsafat pancasila dan ada juga aliran yang di dalamnya tidak terdapat hubungan dengan filsafat pancasila, maka dapat disimpulkan :

Pada aliran filsafat Esensialisme terdapat kesesuaian dengan filsafat pancasila yakni terdapat pada sila I, sila ke-II, sila ke-III, sila ke-IV dan sila ke-V. Pada aliran filsafat Humanisme terdapat kesesuaian dengan filsafat pancasila. Filsafat humanisme tersirat pada pancasila sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.

Aliran yang di dalamya tidak sesuai dengan filsafat pancasila yakni aliran behaviorisme, karena secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dalam aliran Rekonstruksionisme juga tidak dapat diterapkan dalam filsafat pancasila. Aliran filsafat Progresivisme juga tidak terkait dengan filsafat pancasila karena dasar-dasarnya tidak tercantum dalam ke-lima sila pancasila.

Aliran filsafat Perenialisme dapat diterapkan dalam filsafat pancasila dan pada aliran filsafat Perenialisme dasar-dasarnya ada yang sesuai dengan filsafat pancasila dan ada yang tidak sesuai dengan filsafat pancasila.

(24)

Daftar Pustaka

Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : PARADIGMA.

Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Sutrisno, Slamet. 1988. Pancasila Kebudayaan dan Kebangsaan. Yogyaakarta : Liberty Yogyakarta.

Pratiwindyanti, mahliga,dkk. 2012. Filsafat Rekonstruksionisme. Yogyakarta : makalah. winarno.staff.fkip.uns.ac.id/files/.../pancasila-di-orde-reformasi.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

http://sharedofblog.blogspot.com/2011/02/pengertian-filsafat-pancasila.html www.direktori.upi.ac.id

(25)

Tugas Filsafat Pendidikan

FILSAFAT PANCASILA dan KAITANNYA DENGAN ALIRAN FILASAFAT LAIN

Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah Filsafat Pendidikan Diampu oleh Bapak T.Sulistyanto, M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 7 : 1. Dedi Sulaksono (09108244004) 2. Ambar Sambudi (09108244063) 3. Khusnia Ekawati (09108241073) 4. Ainiyatullatifah (09108244095) 5. Dyah Puji Lestari (09108244129) 6. Asri Feriyanti (09108244109)

7. Zepty Dyah N (09108244099)

8. I’anatut Tolibin (09108249016) Kelas S. 6B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi gen STOX1 dilakukan dengan metode PCR dengan forward primer adalah 5’-TGGGTGTGAA-3’ dan reversed primer 5’-TTGGAGCGTTTGATGAAACA-3’ (First Base,

Alexandra memulai usaha dagangnya pada tanggal 1 januari 2000 dengan nama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terhadap Belanja Modal di Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa ekstrak etanolik rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) memiliki kandungan senyawa chalcone

batu bara, coal washing, coalification, pembatubaraan, pencucian batu baram coal benification Ditulis oleh Ratna dkk pada 15-01-2010 Seperti disebutkan dimuka, batubara adalah

Kegiatan diawali dengan berdoa dan pemanasan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan materi dasar (basic) oleh pelatih, saat pelatih memberikan

Penelitian ini termasuk penelitian pe- ngembangan yang pada tahun I penelitian difokuskan pada kegiatan: (a) Mengiden- tifikasi permasalahan pelaksanaan pem- belajaran

penulis ingin mengetahui apakah ada Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien Skizofrenia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah