• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah kajian hukuman kebiri.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah kajian hukuman kebiri.docx"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A

A.. LLaattaar r BBeellaakkaanngg

Sa

Saat at inini i sasangngatatlalah h babanynyak ak kakasusus s titindndak ak kekekekerarasasan n seseksksuaual l didi ma

masyasyarakrakatat. . TTeerutrutamama a titindndak ak kekekerkerasaasan n sekseksuasual l teterharhadadap p anaanak.Tk.Tinindadak k  kekerasan seksual ini dipacu dari berbagai hal. Seperti beredarnya video porno kekerasan seksual ini dipacu dari berbagai hal. Seperti beredarnya video porno yang terebar dimasyarakat luas, maupun film-film yang tidak layak bagi anak  yang terebar dimasyarakat luas, maupun film-film yang tidak layak bagi anak   berusia

 berusia dibawah dibawah 18 18 tahun, tahun, factor factor lingkungan, lingkungan, pergaulan, pergaulan, minum-minumanminum-minuman keras yang beralkohol dan lain sebagainya.

keras yang beralkohol dan lain sebagainya. T

Tiindndak ak kekekekerarasasan n seseksksuaual l sesepepertrti i pepememerkrkososaaaan n yayang ng beberarakhkhir ir   pembunuhan

 pembunuhan sekarang sekarang ini banyak ini banyak terjadi di terjadi di lingkungan maslingkungan masyarakat. Tindakanyarakat. Tindakan ini terjadi bukan hanya kesalahan dari pelaku tindak kekerasan seksual saja, ini terjadi bukan hanya kesalahan dari pelaku tindak kekerasan seksual saja, tetapi korban juga bisa menjadi pemicu dari tindakan pelaku kejahatan ini. tetapi korban juga bisa menjadi pemicu dari tindakan pelaku kejahatan ini. ij

ijamaaman n sekasekarang rang ini ini banybanyak ak sekasekali li wanwanita ita yanyang g tidtidak ak menmenjagjaga a dirdirinyinyaa den

dengagan n babaikik. . !e!erereka ka dedengangan n mumudadahnyhnya a mememamancincing ng kejkejahahatatan an dendengagann menggunakan pakaian yang seksi dan tidak selayaknya dikenakan. "ekerasan menggunakan pakaian yang seksi dan tidak selayaknya dikenakan. "ekerasan seksual terjadi bukan hanya kepada orang dewasa saja, bahkan banyak terjadi seksual terjadi bukan hanya kepada orang dewasa saja, bahkan banyak terjadi kekerasan seksual terhadap anak."ekerasan seksual pada anak pelakunya kekerasan seksual terhadap anak."ekerasan seksual pada anak pelakunya  biasanya

 biasanya adalah oadalah orang rang dewasa dewasa yang yang lingkupnya lingkupnya dekat dengdekat dengan an korban korban baik baik ituitu lingkungan keluarga maupun orang-orang di lingkungan anak itu tinggal. lingkungan keluarga maupun orang-orang di lingkungan anak itu tinggal. #el

#elaku aku daldalam am kasukasus s ini sendirini sendiri i serisering ng disdisebut sebagaebut sebagaii pedophilia pedophilia. $rti kata. $rti kata  pedophilia

(2)

 perkembangan

 perkembangan di kemudian, di kemudian, sehingga sesehingga secara umum cara umum digunakan digunakan sebagai istilahsebagai istilah unt

untuk uk memenerneranangkagkan n salsalah ah satsatu u kekelalaininan an pspsikikoseoseksuksual al didimamana na inindidivividudu memiliki hastrat erotis yang abnormal terhadap anak-anak.

memiliki hastrat erotis yang abnormal terhadap anak-anak.11 "arena anak-anak  "arena anak-anak 

dibawa

dibawah h umur menjadi objek dari pelaku pedophilia maka tidak jarang anak-umur menjadi objek dari pelaku pedophilia maka tidak jarang anak-anak

anak tertersebusebut t menmengalgalami ami kekkekeraserasan an fisfisik ik yanyang g bahbahkan kan beruberujung jung dengdenganan kematian.

kematian. a

allam am mmenengagattasasi i titindndak ak kekekekerarasasan n seseksksuaual l iinini, , pepemmereriintntahah mene

menetaptapkan kan #era#eraturturan an #en#enggangganti ti %nd%ndang-ang-%nda%ndang ng &om&omor or 1 1 tahtahun un '(1)'(1) tentang perubahan kedua %ndang-%ndang &omor '* Tahun '((' tentang tentang perubahan kedua %ndang-%ndang &omor '* Tahun '((' tentang #erlindungan $nak. #erppu ini mengubah dua pasal dari %% sebelumnya #erlindungan $nak. #erppu ini mengubah dua pasal dari %% sebelumnya yakni pasal 81 dan 8', serta menambah satu pasal 81$.

yakni pasal 81 dan 8', serta menambah satu pasal 81$.''  #asal-pasal ini  #asal-pasal ini

mengatur tentang hukuman kebiri bagi pelaku tindak kekerasan seksual. mengatur tentang hukuman kebiri bagi pelaku tindak kekerasan seksual.

engan adanya hukuman kebiri ini diharapkan bahwa pelaku tindak  engan adanya hukuman kebiri ini diharapkan bahwa pelaku tindak  ke

kekekerarasa sa seseksksuaual l iini ni kekehihillanangagan n hahasrsrat at ununttuk uk kekemmbaballi i mmelelakakukukanan  perbuatannya.

 perbuatannya. TeTetapi, tapi, wacana wacana tersebut tersebut menimbulkan menimbulkan pro pro dan dan kontradikontradi lingkungan masyarakat. +anyak yang mendukung keputusan kebiri ini, tetapi lingkungan masyarakat. +anyak yang mendukung keputusan kebiri ini, tetapi  banyak

 banyak pula pula yang yang menolaknya. menolaknya. idalam idalam makalah makalah ini ini kami kami memaparkanmemaparkan mengenai alasasn kotradisi hukuman tambahan kebiri.

mengenai alasasn kotradisi hukuman tambahan kebiri.

B

B.. RRuummuussaan n MMaassaallaahh

1

1 Sawitri Suparti Sadarjoen, '((, Sawitri Suparti Sadarjoen, '((, Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual,

+andung, efika $ditama, al. /1. +andung, efika $ditama, al. /1.

2

2 %% 10, #asal '8+, %% 10, #asal '8+, %ndang-%ndang &omor *0 tahun 1000, t%ndang-%ndang &omor *0 tahun 1000, tentang ak $entang ak $sasisasi

!anusia pasal ** ayat 1 !anusia pasal ** ayat 1

(3)

+erdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam makalah ini yaitu2

1. +agaimana hukuman kebiri ditinjau dari tujuan pemidanaan di 3ndoneisa4

'. +agaimana hukuman kebiri ditinjau %% no.*0 tahun '((0 tentang ak  a5asi !anusia4

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebiri

"ebiri 6al ikhsha`, castration7 artinya adalah pemotongan dua buah d5akar 6al khushyatain,testis7, yang dapat dibarengi dengan pemotongan  penis 6dzakar 7. adi kebiri dapat berupa pemotongan testis saja, dan inilah pengertian dasar dari kebiri. &amun adakalanya kebiri berupa  pemotongan testis dan penis sekaligus. "ebiri bertujuan menghilangkan syahwat dan sekaligus menjadikan mandul. 6awwas 9al:ah ie, Mu’jam  Lughah l !u"aha, hlm. 1(; l Mu’jamul #asith, 1<')0; l Mausu’ah  l !i"hiyyah, 10<110; =$dil !athrudi, l hkam l !i"hiyyah l   Muta’alli"ah $i l %yaha&aat , hlm. 887.

!etode kebiri secara garis besar ada dua macam, yaitu

1. !etode fisik dilakukan dengan cara memotong organ yang memproduksi testosteron, yaitu testis. Setelah testis dipotong dan dibuang melalui operasi, sisanya diikat dan kemudian dijahit. engan pemotongan testis tersebut, berarti sudah dihilangkan testosteron sebagai hormon pembangkit gairah seks. $kibatnya laki-laki akan kehilangan gairah seks dan sekaligus menjadi mandul permanen. 6 'a&a Pos, ''<1(<'(17.

(5)

'. metode kebiri hormonal, dilakukan bukan dengan memotong testis atau penis, tapi dengan cara injeksi 6suntikan7 hormon kepada orang yang dikebiri. $da dua metode injeksi. Pertama, diinjeksikan obat yang menekan produksi hormon testosteron. 3njeksi dilakukan berulang-ulang sehingga hormon testosteron seolah-olah hilang. Kedua, diinjeksikan hormon estrogen kepada orang yang dikebiri, sehingga ia memiliki ciri-ciri fisik seperti  perempuan. ormon testosteron akan menurun dan gairah seksual  juga akan ikut menurun. +ila suntik hormon testosteron ini dihentikan, keadaan orang yang dikebiri akan pulih seperti semula. 6 'a&a Pos, ''<1(<'(17

"ebiri 6disebut juga pengebirian atau kastrasi7 adalah tindakan  bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk 

menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. #engebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia.>'?

%ndang-%ndang 6#erppu7 nomor 1 tahun '(1) merupakan  perubahan kedua dari %ndang-%ndang nomor '* tahun '((' mengenai  perlindungan anak. #erppu ini memperberat sanksi bagi pelaku kejahatan seksual, yakni hukuman mati, penjara seumur hidup, maksimal '( tahun  penjara dan minimal 1( tahun penjara. #erpu juga mengatur tiga sanksi

(6)

tambahan, yakni kebiri kimiawi, pengumuman identitas ke publik, serta  pemasangan alat deteksi elektronik.

B. Hukuman Kebiri ditinau dari Sistem Pemidanaan di Ind!nesia

#emidanaan secara sederhana dapat diartikan sebagai  penghukuman. #emidanaan juga diartikan sebagai tahap dalam  penjatuhan sanksi pidana. !enurut Satochid "artanegara terdapat * 6tiga7 teori tujuan pemidanaan, yaitu a$solute atau (ergeldings theorieen 6(ergeldings<imbalan, pembalasan7, relati(e atau doel theorieen 6doel <maksud,tujuan7 dan (ereningings theorieen 6teori gabungan7.* Sejauh ini, belum ada hukum positif di 3ndonesia secara eksplisit menyatakan tentang teori tujuan pemidanaan apa yang dianut oleh 3ndonesia. #.$.@. Aamintang menyatakan tujuan pemidanaan ada * 6tiga7, yaitu untuk memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri, untuk  membuat orang menjadi jera dalam melakukan kejahatan, dan untuk  membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk  melakukan kejahatan-kejahatan lain, yakni penjahat yang dengan cara-cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Sesuai dengan pendapat #.$.@ . Aamintang yang pada dasarnya bahwa tujuan pemidanaan tidak 

3 Satochid "artanegara, '((1, )ukum Pidana Bagian %atu,+alai Aektur !ahasiswa,

(7)

hanya semata-mata untuk membuat pelaku jera atas tindakan yang dilakukan namun tujuan kedepannya yaitu untuk memperbaiki pribadi  pelaku itu sendiri. +erdasarkan hal tersebut maka teori tujuan  pemidanaan yang dianut 3ndonesia adalah teori gabungan, walaupun

secara eksplisit belum ada hukum positif yang menyatakan demikian. +agian dari teori a$solute yang diterapkan di 3ndonesia adalah adanya asas Aegalitas yang tercantum pada #asal 1 ayat 617 "%# serta  jenis-jenis pidana yang diatur pada #asal 1( "%#. Sedangkan bagian dari teori relati(e yang diterapkan di 3ndonesia terdapat pada #asal ' %ndang-%ndang &omor 1' Tahun 100 tentang #emasyarakatan menyebutkan bahwa tujuan sistem pemasyarakatan adalah untuk  membentuk Barga +inaan #emasyarakatan menyadari kesalahannya dan memperbaiki dirinya agar menjadi manusia yang lebih baik lagi. ika dikaitkan dengan wacana penerapan hukuman kebiri, hal ini bertentangan dengan tujuan pemidanaan 3ndonesia. ukuman kebiri tidak akan menimbulkan efek jera bagi pelaku kekerasan seksual pada anak karena kekerasan seksual pada anak atau pedophilia itu merupakan manifestasi atau operasionalisasi hasrat menguasai, mengontrol dan mendominasi anak. ukum kebiri dipandang tidak menyasar kepada akar permasalahan kekerasan seksual terhadap anak namun hanya semata-mata untuk  menimbulkan efek jera terhadap pelaku kekerasan seksual pada anak  yang diragukan secara ilmiah. engan demikian hukuman kebiri hanya

(8)

semata-mata sebagai suatu tindakan pembalasan dari pemerintah tanpa upaya memperbaiki pribadi pelaku kekerasan seksual. al inilah yang tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan 3ndonesia.

a. Hukuman Kebiri "idak Sesuai dengan Sistem Pemidanaan di Ind!nesia

Sanksi pidana secara eksplisit diatur pada #asal 1( "%#. +entuk   pidana sendiri ada ' 6dua7 yaitu pidana pokok dan pidana tambahan.

#idana pokok terdiri dari pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan,  pidana denda, dan pidana tutupan. Sedangkan pidana tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan  pengumuman putusan hakim.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, hukuman kebiri tidak  tercantum di dalam #asal 1( "%#, yang berarti bahwa hukuman kebiri tidak termasuk dalam sistem pemidanaan 3ndonesia.. ukuman kebiri akan menimbulkan efek malu tidak hanya bagi pelaku kekerasan seksual anak namun juga keluarga pelaku. +elum lagi, pelaku tidak bisa meneruskan keturunan akibat dari hukum kebiri tersebut. "edua hal tersebut bisa membuat pelaku mengalami tekanan yang luar biasa dan menyebabkan ia dapat mengulangi tindakannya. ukuman kebiri disini sangat jelas bukan memperbaiki pribadi pelaku tetapi membuat pribadi  pelaku lebih buruk lagi.

(9)

!enurut Tina $smarawati, terdapat beberapa penyakit jiwa tertentu dalam situasi tertentu dapat menimbulkan si penderita melakukan kejahatan, antara lain sakit jiwa, psycho*pathologi tentang tingkah laku, e+hi$itionist ,  pedophilia dan fetishisme. "etentuan #asal  "%# menyebutkan apabila pelaku suatu tindak pidana jiwanya cacat maka ia tidak dapat dipidana dan hakim dapat memerintahkan agar dimasukkan ke rumah sakit jiwa. &amun tidak semua pelaku kekerasan seksual pada anak merupakan seorang  pedophilia. +anyak penelitian menyatakan hanya setengah dari pelaku kekerasan seksual pada anak adalah penderita dan disebabkan pedophilia, sisanya disebabkan penyakit lain, korban kekerasan beruntun atau korban kekerasan dalam keluarga.  adi

 pemerintah harus menyortir para pelaku kekerasan seksual pada anak  apakah ia memiliki penyakit pedophilia atau tidak. #elaku yang memiliki  penyakit  pedophilia selain dijatuhi pidana yang sesuai juga diberikan

rehabilitasi atau pengobatan atas penyakitnya.

4 Tina $smarawati, '(1*, )ukum  Psikiarti,Cogyakarta, eepublish, al. 1(8.

5 $lan Darembo, '(1*, Many Research -aking a .i//erent 0ie& o/ Pedophilia, Aos

$ngeles Times, diakses melalui articles.latimes.com<'(1*<jan<1<local<la-me- pedophiles-'(1*11

(10)

+erdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik ' 6dua7 kesimpulan. #ertama, tujuan pemidanaan 3ndonesia adalah teori gabungan dan hukuman kebiri hanya berdasarkan pada pembalasan belaka dan mengesampingkan perbaikan pribadi pelaku. ukuman kebiri tidak  menyelesaikan akar dari kejahatan kekerasan seksual pada anak. "edua, hukuman kebiri tidak sesuai dengan sistem pemidanaan di 3ndonesia dan hukuman kebiri tidak tercantum dalam #asal 1( "%#.

#. Hukuman Kebiri ditinau dari UU n!.$% tahun &''% tentang Hak  Asa(i Manusia

"omisi &asional ak $sasi !anusia 6"omnas $!7, mencermati perkembangan berkaitan dengan rencana #emerintah untuk  memberikan pemberatan hukuman bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak dengan hukuman pengebirian. !engikuti pemberitaan di media massa, rencana tersebut akan diwujudkan melalui penerbitan  peraturan pemerintan pengganti undang-undang 6#erppu7 yaitu dengan memberikan penghukuman kebiri secara kimiawi 6chemical castration7. "omnas $! memahami bahwa masalah kejahatan seksual terhadap anak sudah mencapai titik luar biasa dan memahami pula perlu diambilnya langkah yang luar biasa untuk mengatasi masalah tersebut.  &amun, "omnas $! mengingatkan bahwa perkembangan peradaban menuntun agar penghukuman tetap dilakukan dengan manusiawi dan

(11)

diupayakan menjadi sebuah mekanisme rehabilitasi agar seseorang dapat kembali menjadi manusia yang utuh dan siap kembali dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. engan demikian, pemberian hukuman baik cara maupun tujuan tetaplah harus berpedoman pada hak asasi manusia. "omnas $! telah meminta masukan dari berbagai pihak, dan dengan tetap memperhatikan keadilan bagi korban, "omnas $! memberikan  pandangan sebagai berikut2

a. #emberian hukuman melalui pengebirian dapat dikualifikasi

sebagai penghukuman keji dan tidak manusiawi yang dengan demikian tidak sesuai dengan "onstitusi dan komitmen 3ndonesia dalam bidang hak asasi manusia. "etentuan #asal '8E ayat 6'7 "onstitusi 3ndonesia menyatakan bahwa F>s?etiap orang berhak  untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusiaG.) engan demikian, hak tersebut

merupakan hak yang bersifat konstitutusional dan pemajuan,  perlindungan serta pemenuhannya menjadi komitmen kontitustional pula. 3ndonesia juga telah mengesahkan "onvensi !enentang #enyiksaan dan #erlakuan atau ukuman Aain yang "eji, Tidak !anusiawi, dan !erendahkan !artabat !anusia melalui %% &o.  Tahun 1008.

(12)

b. #emberian hukuman tambahan dengan pengebirian 6baik kimiawi

maupun dengan operasi medis7, dapat pula dikualifikasi sebagai  pelanggaran hak yaitu pelanggaran hak atas persetujuan tindakan medis 6the right to informed consent7 dan hak atas perlindungan atas integritas fisik dan mental seseorang 6the protection of the  physical and mental integrity of the person7.

). !asukan dari para dokter, ahli hukum dan kriminolog

menyatakan bahwa sebab kekerasan seksual bukan hanya bersifat medis namun juga psikologis dan sosial. Tindakan kekerasan seksual juga bukan hanya penetrasi alat kelamin semata. alam hal ini, selain hukuman berdasarkan %ndang-undang yang ada, yang harus diberikan adalah upaya pemulihan melalui rehabilitasi secara menyeluruh baik medis, psikologis dan sosial dengan tetap  berpedoman pada hak asasi manusia. engan demikian,  penanganan masalah kekerasan seksual dengan pemberian hukuman tambahan pengebirian 6castration7 mereduksi masalah dan tidak akan menjawab masalah kekerasan seksual yang dihadapi. Aangkah pemberian hukuman melalui pengebirian tidak   proporsional untuk menangani masalah dan menjauh dari tujuan

yang ingin dicapai.

d. #erppu tentang pemberian hukuman kebiri sebaiknya

dipertimbangkan kembali dan tidak diterbitkan. "omnas $! memandang bahwa penanganan kejahatan seksual terhadap anak 

(13)

 H dalam hal ini juga perempuan-- meminta sebuah tindakan menyeluruh dan konsisten serta tidak hanya berpusat pada  penghukuman namun juga rehabilitasi dan tindakan pencegahan seperti pengembangan sistem perlindungan sosial terhadap anak  6misalnya komunitas ramah anak dan juga perempuan, keterbukaan informasi tentang para pelaku7 ataupun melalui  pendidikan dan peningkatan pemahaman mengenai reproduksi. al ini, dapat dilakukan dengan melaksanakan 3npres &o.  tahun '(1 tentang Eerakan &asional $nti "ejahatan Seksual Terhadap $nak, instrumen yang ada lainnya ataupun memperkuatnya. "iranya hal ini dapat menjadi perhatian utamanya para pengambil kebijakan demi pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di 3ndonesia.

e. Hukuman Kebiri "idak Sesuai dengan S*ariah Islam

!enjatuhkan hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia hukumnya haram, berdasarkan * 6tiga7 alasan sebagai berikut;

1.  Pertama, syariah 3slam dengan tegas telah mengharamkan kebiri pada manusia, tanpa ada perbedaan pendapat 6khila/iyah7 di kalangan fuIaha.

(14)

alam kitab l Mausu’ah l !i"hiyyahdikutip pernyataan tentang tidak adanya khilafiyah ulama mengenai haramnya kebiri sebagai berikut 2

JKL MNO MP QR RO UVWX MYZ [\ 2 V]^ _O`  

F3mam 3bnu ajar $l $sIalani berkata,:6adits yang melarang kebiri7 adalah larangan pengharaman tanpa perbedaan  pendapat di kalangan ulama, yaitu kebiri pada manusia.: 6 l   Mausu’ah l !i"hiyyah, 10<1'17.

alam kitab l hkam l !i"hiyyah l Muta’alli"ah $i l  %yah&at , Syekh =$dil !athrudi berkata 2

(15)

F#ara ulama telah sepakat bahwa kebiri pada manusia itu diharamkan dan tidak boleh.G 6=$dil !athrudi, l hkam l   !i"hiyyah l Muta’alli"ah $i l %yah&at , hlm. 887.

alil haramnya kebiri pada manusia adalah hadits-hadits sahih yang dengan jelas menunjukkan larangan asulullah S$B terhadap kebiri. ari Sa:ad bin $bi BaIIash $, dia berkata 2

_O    x ` z ` [{ K{  Nx| q } [q ~•|€|q` [ 

Gasulullah S$B telah menolak %tsman bin !a5h:un $ untuk melakukanta$attul  6meninggalkan kenikmatan duniawi demi ibadah semata7. "alau sekiranya asulullah S$B mengi5inkan %tsman bin !a5h:un untuk melakukanta$attul , niscaya kami sudah melakukan pengebirian.G 6 +ukhari no (/*; !uslim no **0(7.

ari 3bnu !as:ud $, dia berkata ;

N ‚xq  x ` z M€Nq`  ƒ„Z N…  †q} _ ZYNP ‡M|ˆZ  2N‰P ~ŠZ 

(16)

Gahulu kami pernah berperang bersama &abi S$B sedang kami tidak bersama isteri-isteri. Aalu kami berkata 6kepada  &abi S$B7,:+olehkah kami melakukan pengebirian4: !aka  &abi S$B melarang yang demikian itu.G 6 +ukhari no )1; !uslim no 1(; $hmad no *)(; 3bnu ibban no 117. 6TaIiyuddin $n &abhani, n 1izhaml 2jtima’i /i l   2slam, hlm. 1); l Mausu’ah l !i"hiyyah, 10<1107

'. syariah 3slam telah menetapkan hukuman untuk pelaku  pedofilia sesuai rincian fakta perbuatannya, sehingga tidak   boleh 6haram7 melaksanakan jenis hukuman di luar ketentuan

Syariah 3slam itu. alil haramnya melaksanakan hukum-hukum non syariah adalah firman $llah SBT 2

 ‹Y Œq   [Ž ŒU   ‹ `V ‹  Œq Œ[ Œ {    Œ ` ‘    `} ’“ ”N “– ‹ Œ   _ “– ‹ Œq “  …      Nx€ “ Œ R—   •  —   ˜ ‹‰ P   Œq [ Œ {    ` ™ “  ‹U  _ ‹     ‹\“V “ ‹ _ ‹“ šŒV x ˆ“q ‹`

3.an tidaklah patut $agi laki*laki yang mukmin dan tidak  4pula5 $agi perempuan yang mukmin, apa$ila llah dan Rasul*  1ya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada $agi mereka  pilihan 4yang lain5 tentang urusan mereka6 .an $arangsiapa mendurhakai llah dan Rasul*1ya maka sungguhlah dia telah  sesat, sesat yang nyata6769S $l $h5ab >**?2 *)7.

(17)

$yat tersebut dengan jelas melarang muslim untuk membuat suatu ketentuan baru apabila sudah ada ketentuan hukum yang tertentu dari Syariah 3slam. !aka dari itu haram hukumnya menerapkan hukum kebiri untuk pelaku pedofilia, karena Syariah 3slam sudah menetapkan rincian hukuman tertentu bagi  pelaku pedofilia.

$dapun rincian hukuman untuk pelaku pedofilia sbb; 617 jika yang dilakukan pelaku pedofilia adalah perbuatan 5ina, hukumannya adalah hukuman untuk pe5ina 6had az zina7, yaitu dirajam jika sudahmuhshan  6menikah7 atau dicambuk seratus kali jika bukan muhshan; 6'7 jika yang dilakukan pelaku  pedofilia adalahli&ath 6homoseksual7, maka hukumannya adalah hukuman mati, bukan yang lain; 6*7 jika yang dilakukan adalah pelecehan seksual 6at taharusy al jinsi7 yang tidak  sampai pada perbuatan 5ina atau homoseksual, hukumannya ta:5ir. 6$bdurrahman $l !aliki, 1izhamul 89"u$at , hlm. 0*7.

!emang benar, hukuman untuk pelaku pedofilia yang hanya melakukan pelecehan seksual 6at taharusy al jinsi7, adalah hukuman ta’zir , yang dapat ditentukan sendiri jenis dan kadarnya oleh hakim 6"adhi7. !isalnya dicambuk  kali

(18)

cambukan, dipenjara selama  tahun, dsb. #ertanyaannya,  bolehkah hakim menjadikan kebiri sebagai hukuman ta:5ir4

awabannya, tidak boleh 6haram7. Sebab meski hukuman ta:5ir  dapat dipilih jenis dan kadarnya oleh hakim, tetapi disyaratkan hukuman ta:5ir itu telah disahkan dan tidak dilarang oleh nash-nash syariah, baik $l 9ur›an maupun $s Sunnah. ika dilarang oleh nash syariah, haram dilaksanakan. !isalnya, hukuman membakar dengan api. 3ni haram hukumnya, karena terdapat hadits sahih yang melarangnya 6 +ukhari7 6$bdurrahman $l !aliki, 1izhamul 89"u$at , hlm. 817. !aka demikian pula, menjatuhkan ta:5ir berupa kebiri hukumnya haram, karena telah terdapat hadits-hadits sahih yang melarang kebiri.

*.  Ketiga, dalam hal metode kebiri yang digunakan adalah metode injeksi kedua, yakni yang diinjeksikan adalah hormon estrogen, hukumnya juga haram dari sisi lain, karena mengakibatkan laki-laki yang dikebiri memiliki ciri-ciri fisik  seperti perempuan. #adahal 3slam telah mengharamkan laki-laki menyerupai perempuan atau sebaliknya perempuan menyerupai laki-laki. alil keharamannya adalah hadis riwayat 3bnu $bbas $ bahwa 2

(19)

~ŠNqO Vq` _ _xY€œ|q`  x ` z ` [{ _q  VqO ŠNq` _ Y€œ|q` 

G Rasulullah %# telah melaknat laki*laki yang menyerupai &anita dan melaknat &anita yang menyerupai laki*laki6G 6  +ukhari, no )7.

adis ini mengharamkan perbuatan laki-laki menyerupai wanita atau perbuatan wanita menyerupai laki-laki. !aka, metode kebiri dengan cara injeksi hormon estrogen kepada laki-laki pelaku pedofilia haram hukummya, karena menjadi  perantaraan 6&asilah7 bagi laki-laki itu untuk menyerupai lawan jenisnya 6perempuan7. "aidah fiIih dalam masalah ini menyebutkan2

”VW J`VWq` q’ ”x[q`

7l*#asilah ila al*haram muharromah67 6Segala perantaraan menuju yang haram hukumnya haram juga7.

+erdasarkan * 6tiga7 alasan di atas, menjatuhkan hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia hukumnya adalah haram.

(20)

BAB III PENU"UP A. Sim+ulan

(21)

ari #embahasan diatas dapat disimpulkan bahwa2

1. tujuan pemidanaan 3ndonesia adalah teori gabungan dan hukuman kebiri hanya berdasarkan pada pembalasan belaka dan mengesampingkan perbaikan pribadi pelaku. ukuman kebiri tidak  menyelesaikan akar dari kejahatan kekerasan seksual pada anak. "edua, hukuman kebiri tidak sesuai dengan sistem pemidanaan di 3ndonesia dan hukuman kebiri tidak tercantum dalam #asal 1( "%#. '. #emberian hukuman melalui pengebirian dapat dikualifikasi sebagai

 penghukuman keji dan tidak manusiawi yang dengan demikian tidak  sesuai dengan "onstitusi dan komitmen 3ndonesia dalam bidang hak  asasi manusia. "etentuan #asal '8E ayat 6'7 "onstitusi 3ndonesia menyatakan bahwa F>s?etiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusiaG. engan demikian, hak tersebut merupakan hak yang bersifat konstitutusional dan pemajuan, perlindungan serta pemenuhannya menjadi komitmen kontitustional pula. 3ndonesia juga telah mengesahkan "onvensi !enentang #enyiksaan dan #erlakuan atau ukuman Aain yang "eji, Tidak !anusiawi, dan !erendahkan !artabat !anusia melalui %%  &o.  Tahun 1008.

(22)

*. +erdasarkan syariah islam menjatuhkan hukuman kebiri bagi pelaku  pedofilia hukumnya adalah haram.

(23)

DA,"AR PUS"AKA

$smarawati, Tina, '(1*, )ukum  Psikiarti,eepublish, Cogyakarta.

"artanegara, Satochid, '((1, )ukum Pidana Bagian %atu, +alai Aektur !ahasiswa, akarta.

Sadarjoen, Sawitri Suparti, '((,  Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, efika $ditama, +andung.

Soekanto, Soerjono '(1',  Pengantar Penelitian )ukum, #enerbit %niversitas 3ndonesia akarta.

PERA"URAN PERUNDAN-UNDAN-AN

"itab %ndang-%ndang ukum #idana

%ndang-%ndang &omor 1' Tahun 100 Tentang #emasyarakatan %ndang-%ndang &omor '* Tahun '((' Tentang #erlindungan $nak %ndang-%ndang &omor *0 Tahun '((0 Tentang ak $sasi !anusia

Referensi

Dokumen terkait