• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Banjir Pasteur Bandung 2016 (Autosaved)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Banjir Pasteur Bandung 2016 (Autosaved)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MAKALAH

BANJIR PASTEUR BANDUNG 2016

Disusun oleh.

 Nama : Faletehan al fathur

 NPM : 41155020160080

DRAINASE PERKOTAAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL B

UNIVERSITAS LANG-LANG BUANA

(3)

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Banjir di Pasteur Bandung.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai  pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, 15 Maret 2018

(4)

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ………. iii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1  A. Latar Belakang ……….. 2  B. Rumusan Masalah ……… 2  C. Tujuan Penulisan ……….. 3  D. Manfaat Penulisan ……… 3 BAB II PEMBAHASAN ………. 4

 A. Pengertian Erosi Air ……… 4

 B. Penyebab Erosi Air ……….. 6

 C. Dampak Erosi Air ………. 12

 D. Contoh Kasus Erosi Air ………. 16

 E. Cara Mengatasi Erosi Air ………. 20

 F. Upaya Pencegahan Erosi Air ……….. 25

BAB III PENUTUP ……… 26

 A. Simpulan ……… 30

 B. Saran ……… 31

(5)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banjir di Kota Bandung Pasteur merupakan kawasan yang paling parah karna itu Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memprediksikan akan terjadi hujan lebat antara 23 – 25 Oktober 2016. Dari kondisi atmosfir terkini, dilaporkan t erdapat indikasi munculnya potensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di beberapa wilayah di Indonesia.

Salah satu kota yang terkena dampak hujan lebat adalah Kota Bandung. Hujan berintensitas tinggi mengguyur dan menggenangi jalan –  jalan utama kota Kembang tersebut, Senin, 24 Oktober 2016.

“Kawasan Pasteur yang paling parah terkena dampaknya,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho dalam

keterangan pers, Senin, 24 Oktober 2016.

Sutopo mencontohkan, keadaan banjir saat itu seperti diterjang tsunami kecil yang tumpah di  jalan. Air merendam jalan utama setinggi 160 sentimeter sehingga tampak seperti sungai.

Banjir tersebut merendam kendaraan yang melintas di Jalan Pasteur. Kawasan parkir mal Bandung Trade Center, yang berada di Jalan Pasteur, juga terendam. Beberapa mobil di  jalanan bahkan terseret banjir.

Selain Pasteur, banjir merendam Jalan Pagarsih dengan ketinggian air hingga 150 sentimeter serta Jalan Nurtanio setinggi 120 sentimeter. Sutopo mengatakan banjir mengalir cepat dan semua drainase perkotaan meluap. “Saluran drainase perkotaan tidak mampu mengalirkan aliran permukaan sehingga terjadi banjir,” tuturnya.

Berdasarkan laporan awal Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat,  banjir menyebabkan ratusan rumah terendam. Beberapa rumah rusak akibat tergerus banjir di  bantaran Kali Cilimus. Banjir juga menjebol pagar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

9 Bandung sehingga ruang kelas dan ruang guru terendam dengan ketinggian air sekitar 90 sentimeter.

Pemerintah Bandung hingga saat ini belum membentuk BPBD. Pendataan t erkait dengan  bencana itu dilakukan BPBD Jabar bersama unsur lainnya, seperti TNI, Polri, Tagana, satuan

kerja perangkat daerah, dan relawan

Menurut Sutopo, saat ini sebagian banjir telah surut. Kondisi topografi yang miring menyebabkan banjir cepat surut. “Masyarakat mulai membersihkan rumah dari lumpur,” katanya.

(6)

BNPB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir dan longsor. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi curah hujan akan terus meningkat. Fenomena intensitas La Nina lemah diprediksi akan meluruh pada Desember 2016.

SedangkanDipole Modemasih menguat sehingga curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia akan meningkat. Peristiwa hujan ekstrem diprediksi akan meningkat sehingga potensi banjir, longsor, dan puting beliung bakal meningkat.

1.2. Identifikasi Masalah

Kawasan Pasteur yang paling parah terkena dampaknya,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho dalam

keterangan pers, Senin, 24 Oktober 2016.

Sementara itu, Menurut Pakar Tata Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Denny Zulkaidi menilai masih banyaknya pekerjaan yang mesti diselesaikan Pemer intah Kota Bandung, terutama masalah banjir kala hujan datang. Salah satu persoalannya adalah sistem drainase yang masih buruk. Indikatornya, bisa dilihat mulai dari banyak atau tidaknya titik genangan, luas genangan, tinggi genangan dan lamanya genangan.

a. Perancangan Masterplan

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) berapa persen diperuntukan untuk

membangun. Itulah yang dipakai bahan hitungan untuk mengukur lebar drainase setiap ruas  jalan yang diperlukan sampai masuk ke tanah. Atau bisa juga digunakan menghitung jumlah

sumur resapan, biopori dan RTH untuk meresapkan air yang tidak masuk ke tanah.  b. Dranase yang buruk

Di Kota Bandung belum ada sistem informasi drainase, yang menyebabkan kurang  baiknya sistem drainase di Bandung. Hal ini menybabkan banyaknya banjir di Kota

Bandung ketika musim hujan, dan juga banyaknya jalanan yang hancur ketika musim hujan. Salah satu cara untuk meningkatkan pengelolaan drainase di Kota Bandung adalah membuat suatu sistem informasi yang bisa diaplikasikan untuk membantu perbaikan drainase.

c. Korban jiwa

Berdasarkan data yang diterima Mongabay, Banjir juga menyebabkan Ade Sudrajat (30) karyawan mini market meninggal dunia . Diduga korban terbawa arus ketika berupaya menolong sepupuhnya, namun nahas korban terpeleset masuk selokan dan terbawa arus. Jenzah korban telah diketemukan di depan SMPN 15 Bandung dan sudah diserahkan ke pihak keluarga.

1.3. Tujuan Perencanaan

(7)

karena adanya sedimen tanah, sampah dan faktor lain. Sehingga resapan ke lintasan drainase makin besar karena build up (pembangunan kota) areanya juga makin besar.

Ditambah lagi, belum adanya pembaharuan rancangan masterplan drainase untuk kota

Bandung. “Kalau tidak salah, adanya masterplan drainase pas Bandung Urban Development Project (BUDP) di awal tahun 1980-an, ketika saya masih duduk di bangku kuliah. Tetapi, sampai saat ini saya belum melihat ada lagi masterplan drainase yang baru,” katanya. Dia mengatakan, sejauh ini perkembangan Kota Bandung dilihat dari presentase Ruang

Terbuka Hijau (RTH) dengan ruang terbangun sangat tidak seimbang, masih jauh dari standar minimum yang ditetapkan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007, yakni sekitar 20%.

Kota Bandung sendiri memiliki luas sekitar 16.729 hektar. Itu artinya, wilayah seluas 160 hektar harus berfungsi sebagai RTH dan tidak boleh dijamah oleh pembangunan.

Menurutnya, angka RTH kota Bandung masih belum akurat, namun berdas arkan data Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distamkam) Kota Bandung, dari hasil perhitungan sesusai dengan yang dikelolanya baru sekitar 6%-11%.

Seharusnya, Pemerintah Kota Bandung harus segera merealisasikan penyediaan 20% wilayah untuk RTH sekaligus menentukan kawasan –  kawasan yang diproyeksikan sebagai RTH. Dia mencontohkan, jika pemerintah Kota Bandung berencana menar getkan menambah ruang terbuka hijau secara berkala sebesar 0.5% di tiap tahunnya. Untuk menambah angka 7.5% diperlukan waktu selama 15 tahun sampai 2031, kiranya pemerintah harus membebaskan lahan sekitar 80 hektar per tahun.

“Kalau misalkan harga tanah per meter (sekarang) Rp1 juta, berarti harus menyiapkan sedikitnya Rp. 800 milyar pertahun hanya untuk pembebasan t anah, belum bikin

infrastruktur. Untuk merealisasikan itu, tergantung pada kemampuan APBD yang harus pula disiapkan untuk pembebasan tanah,” terangnya Dia menyebutkan, kebijakan pemerintah Kota Bandung dalam membangun dan merevitalisasi sejumlah taman, jika dilihat dari aspek RTH, taman yang ada di Kota Bandung lebih banyak perkerasannya daripada hijaunya.

“Lihat di taman, apakah lebih banyak yang hijau atau yang keras (yang tidak bisa meresap air)?. Tiap taman, misalnya dari satu hektar, mungkin cuman 2000 meter 2 yang hijaunya, sisanya diperkeras. Makanya, saya lebih suka menyebut taman yang ada saat ini adalah ruang terbuka publik, bukan ruang terbuka hijau. Karena lebih banyak kerasnya, ketimbang

hijaunya,” jelas Denny.

Dia mengatakan, sejauh ini kebijakan pembangunan taman oleh pemerintah belum

dikategorikan sebagai penambah RTH, tetapi hanya menambah Ruang Terbuka Non Hijau. Dia melanjutkan, pentingnya RTH tidak hanya bagus untuk ekologi t etapi juga dapat

memperbaiki iklim mikro menjadi lebih sejuk. Merancang Masterplan

(8)

Denny menerangkan, bila dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) berapa persen diperuntukan untuk membangun. Itulah yang dipakai bahan hitungan untuk mengukur lebar drainase setiap ruas jalan yang diperlukan sampai masuk ke tanah. Atau bisa juga digunakan menghitung jumlah sumur resapan, biopori dan RTH untuk meresapkan air yang tidak masuk ke tanah.

Jadi, bukan hanya pencegahan melalui pendekatan secara struktural menciptakan drainase yang besar-besar itu, tetapi juga bisa dilakukan secara ekologi, artinya menyiapkan RTH yang punya resapan siginifikan untuk mengurangi limpasan ke drainasenya.”RTH diperluas, sumur resapan diperbanyak. Supaya air yang masuk ke drainase, sebetulnya bisa

diminimalisir,” papar Denny.

Denny menyarankan, dalam jangka waktu dekat ini, pemerintah kota Bandung agar

mendesain ulang masterplan drainase secara lengkap. Yang bisa diperuntukkan untuk kondisi saat ini atau kalau bisa, dirancang sebagai antisipasi untuk masa depa

(9)

Barat, pada Senin, 24 Oktober, kemarin.

Dalam akun Twitter-nya, Sutopo menyebutkan dugaan penyebabnya: 1. Jebolnya bendung Citepus

2. Meluapnya sungai Citepus

3. Sungai dangkal dan sampah menyumbat sungai/drainase 4. Minimnya jumlah drainase

Pakar Tata Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Denny Zulkaidi berpendapat sama. Denny juga menyebut minimnya jumlah drainase di Bandung menjadi salah satu penyebab  banjir yang menewaskan satu orang itu.

"Terkait penyebab banjir di Kota Bandung, yang harus diperhatikan itu adalah bertambahnya luas kawasan terbangun, airnya melimpah tidak meresap, ruang terbuka hijau, sumur s erapan, drainase tidak memadai dan faktor teknis, seperti air hujan harusnya masuk ke drainase tapi malah ke badan jalan," kata Denny.

Pemerintah Kota Bandung saat ini harus menghitung ulang kebutuhan akan drainase karena, menurut Denny, rencana perbaikan dan pengadaan drainase di Kota Bandung terakhir kali dilakukan pada tahun 1980-an.

“Setahu saya terakhir kali rencana untuk pengadaan drainase itu tahun 1980. Jadi Pemkot Bandung harus membuat masterplan drainase," ujarnya.

Solusi banjir

Ia menuturkan ada solusi jangka pendek dan jangka panjang yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi masalah banjir.

Solusi jangka pendek adalah dengan membersihkan drainase dari sampah dan sedimentasi. Sedangkan solusi jangka panjang adalah memperbanyak ruang t erbuka hijau dan ruang terbuka hijau privat di setiap rumah warga.

"Idealnya memang jumlah ruang terbuka hijau yang harus dimiliki oleh Pemkot Bandung adalah 20 persen dari total luas wilayah yang ada," katanya.

Kawasan Pasteur yang paling parah terkena dampaknya pada Senin kemarin. Di sepanjang  jalan utama itu, air sudah menutup jalan layaknya sungai.

(10)

Kawasan di Jalan Pasteur terendam banjir hingga ketinggian 160 cm. Begitu juga di Jalan Pagarsih tinggi air 150 cm dan Jalan Nurtanio setinggi 120 cm, dan banjir mengalir dengan cepat sehingga semua drainase perkotaan meluap.

Referensi

Dokumen terkait