• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengajarkan Anak untuk Mencintai Rasulullah

ANALISA METODE PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM

A. Analisis Konsep Mohammad Fauzil Adhim tentang Pendidikan Keimanan bagi Anak dengan Pemikiran Tokoh Lain

3. Mengajarkan Anak untuk Mencintai Rasulullah

Nabi Muhammad Saw, idola dan tokoh yang paling layak untuk diukuti dan ditiru serta tak tergantikan. Beliau adalah manusia yang paling sempurna dan rasul utusan Allah yang terbaik. Mengajarkan anak untuk mencintai Rasulullah, karena dengan cinta inilah perasaan si anak tergugah, menambah semangat keislamannya, mendorongnya untuk melakukan segala kebaikan, memberikan solusi bagi segala permasalahannya dan meringankan segala musibah yang menimpanya. 99 4. Mengajarkan Al-Qur’an pada Anak.

Orang tua sepatutnya mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak sejak kecil. Ini untuk mengarahkannya kepada keyakinan bahwa Allah SWT adalah tuhan mereka dan ini adalah firman-firman-Nya. Agar ruh Al-Qur’an meresap dalam hati mereka, cahayanya merasuk dalam pikiran dan indra mereka. Supaya mereka mendapatkan akidah-akidah Al-Qur’an sejak kecil. Juga agar mereka tumbuh dengan kecintaan terhadapkan Al-Qur’an, keterikatan padanya, menjalankan segala perintah didalamnya,

98 Mohammad Fauzil Adhim. Mengenalkan Allah Kepada Anak. (Suara Hidayatullah. 2010) diakses di Makassar, 01 Juli 2021. https://www.hidayatullah.com/kolom/meminang-surga/read/2010/08/19/44581/mengenalkan-allah-kepada-anak.html

meninggal segala larangan yang terdapat padanya, berperilaku dengan akhlaknya dan berjalan sesuai dengan manhajnya.

Pengajaran Al-Qur’an merupakan sarana paling ideal dalam membentuk anak menjadi sosok manusia yang selalu berlandaskan Al-Qur’an. Jalan hidupnya tidak akan tersesat oleh gangguan sekitarnya dan akan tetap mampu memandang kebenaran dimanapun berada. Allah akan selalu menyinari jiwanya dengan Al-Qur’an. Sumber cahaya iman yang selalu turun melimpahi diri anak Ketika dia telah mencintai Al-Qur’an.100 5. Mendidik Anak Agar Teguh dan Berkorban Demi Akidah.

Akidah menjadi tinggi dengan pengorbanan. Setiap kali wilayah pengorbanan bertambah luas, maka jiwa akan semakin teguh. Itu juga merupakan bukti akan kejujuran dan keistiqamahan.

Dengan menanamkan sifat pengorbanan dan akidah yang kuat pada diri anak, diharapkan mereka mampu menghadapi gejolak dan tantangan dunia modern saat ini. Karena akidah yang kuat akan kemurnian ajaran Islam, anak mampu menghadapi godaan dan upaya setan dalam menyesatkan umat manusia. Dengan akidah serta keyakinan yang kuat akan kebenaran Islam tertanam kuat, maka dalam diri anak akan timbul keyakinan kuat dalam mempertahankan kebenaran Islam.101

Dari pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pemikiran Mohammad Fauzil Adhim dekat dan mempunyai kesamaan dengan pemikiran Hafizh tentang pola dalam mendidik keimanan anak. Senada juga dengan

100 Ibid h 330

pemikiran Amani Ar-Ramadi tentang pentingnya menanamkan pendidikan keimanan anak. Hanya dalam pengkajiannya, Amani Ar-Ramadi membagi periode anak dalam konteks penanaman jiwa keimanan pada anak menjadi pada saat sebelum memilih pasangan, saat hamil, saat anak lahir dan setelah lahir.

Paparan tersebut diatas menyimpulkan juga bahwa secara keseluruhan masing-masing tokoh memiliki konsentrasi yang sama yaitu adanya kesadaran dan perhatian yang kuat tentang pentingnya pendidikan keimanan pada anak sebagai landasan penting bagi kehidupan selanjutnya.

Secara ringkas analisis tersebut dapat dibaca pada table berikut:

Permasalahan Fauzil Adhim Amani Ar-Ramadi Hafizh Pendidikan Keimanan

pada anak sebagai

landasan pokok

kehidupan

√ √ √

Cakupan pengertian anak √ √ √

Metode dan isi dalam satu ulasan

√ √ √

Metode pendidikan keimanan dibuat dalam setiap periode anak.

- √ -

Pemikiran Mohammad Fauzil Adhim mengenai pendidikan keimanan bagi anak sangat diperlukan dan diperhatikan oleh setiap orang tua serta pendidik dalam kehidupan sekarang. Orang tua harus bersungguh-sungguh mendidik anak-anak dan menghindarkan mereka dari sejauh-jauhnya dari siksa neraka. Jika hari ini tidak tega melihat penderitaan mereka didunia, lalu merasa khawatir dengan “masa depan mereka” sesudah dewasa nanti, maka tegakah membiarkan wajahnya melepuh dibakar api neraka?

Seperti dalam kisah Luqman yang mengajarkan bahwa iman kita wariskan dengan mempersiapkan mereka untuk memiliki keyakinan yang bersih. Mendidik mereka untuk tidak mempersekutukan Allah; melalui nasihat maupun lewat contoh yang diberikan setiap kali bertindak dan bersikap. Rasa iman dibangkitkan melalui nasihat yang menghidupkan jiwa. Bukan sekedar melalui ajaran yang hanya memberi materi untuk otak.

Sepeninggal orang tua, selain shadaqah jariyah dan ilmu yang bermanfaat, tidak ada lagi yang diharapkan selain anak-anak yang sholeh dan sholehah. Artinya, anak-anak harus menjadi pribadi yang shalih terlebih dahulu, lalu tersebab keshalihannya mereka mendoakan orang tuanya. Oleh sebab itu, sangat diperlukan pendidikan keimanan pada anak sedini mungkin. Dalam mendidik anak, orang tua harus benar-benar mengilmui apa yang akan diajarkan sekaligus mengilmui bagaimana mengajarkannya kepada anak. Terlebih lagi mengenai pendidikan keimanan bagi anak yang menjadi tonggak keselamatan seorang hamba kepada Rabb-Nya, sebagai penguat jiwa anak dalam menghadapi tantangan dalam kehidupannya.

Selanjutnya yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah membentuk anak-anak yang mencintai ilmu. Membentuk anak-anak yang semangat dalam mencari ilmu, mencintai ilmu dan bermanfaat bagi dirinya serta orang lain. Tujuan utamanya bukan sekedar prestasi akademik, tetapi juga menumbuhkan sikap positif dan keyakinan anak atas kompetensi yang dimiliki.

Menurut penulis kelebihan konsep Mohammad Fauzil Adhim adalah beliau lebih banyak mengaitkan dengan hal-hal yang terjadi dimasa sekarang. Sehingga orang tua sudah mengerti situasi-situasi apa yang akan dihadapi ketika mendidik anak pada masa sekarang. Mohammad Fauzil Adhim juga lebih banyak mengajak orang tua untuk menguatkan keimanannya terlebih dahulu sebelum mendidik keimanan anaknya kuat. Konsep Mohammad Fauzil Adhim juga lebih memerhatikan bagaimana cara orang tua mendidik anak untuk beriman kepada Allah karena rasa cinta kepada-Nya bukan karena balasan dan neraka Allah bagi orang yang tidak beriman kepada-Nya.

Penulis pada hakekatnya sepakat dengan konsep Mohammad Fauzil Adhim, akan tetapi ketika konsep ini dihadapkan dengan realitas yang ada nampaknya masih ada kekurangan dalam konsep ini. Bisa dibayangkan ketika anak yang sering bermain video game/ playstation tanpa aturan yang ketat dan sikap keras orang tua dalam menghadapi anak, anak akan menjadi penakut, tidak pernah ada kenyamanan pada dirinya atau sebaliknya anak akan menjadi nakal, brutal, dan liar.

Kekurangan lain dari konsep pendidikan Mohammad Fauzil Adhim, dalam konsep ini tidak ada metode pendidikan yang dibuat untuk setiap periode anak.

Jika melihat konsep pendidikan keimanan menurut Amani Ar-Ramadi yang membagi periode anak dalam konteks penanaman keimanan pada anak menjadi pada saat sebelum memilih pasangan, saat hamil, saat anak lahir dan setelah lahir.

B. Metode Pendidikan Keimanan pada Anak Menurut Mohammad Fauzil

Dokumen terkait