• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidik yang Mencintai Tuhan

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 188-195)

Seorang pendidik Kristen harus mengasihi Tuhan terlebih dahulu. Hanya dengan

mengasihi Tuhan dan menjalankan tugas yang diberikan Tuhan untuk menjadi pendidik, barulah kita dapat mencapi kesuksesan seperti yang dikehendaki Tuhan. Kita harus mencintai Tuhan karena tugas menjadi pendidik adalah mandat yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Menjadi pendidik harus didsarkan pada cinta kepada Tuhan, sehingga kita mencintai tugas tersebut. Jika kita tidak memunyai motivasi bahwa kita mengerjakan tugas itu untuk Tuhan, maka kita akan sangat mudah tergelincir, kecewa, dan putus asa. Kita bisa saja mengundurkan diri dari tugas sebagai pendidik.

Banyak orang tua jengkel karena menganggap anaknya nakal. Jika boleh, ingin rasanya tidak memunyai anak, atau tidak perlu mendidik anak. Mereka berharap bisa

mendapatkan "malaikat yang tidak bersayap" supaya lebih mudah diatur. Tidak bisa demikian! Justru anak yang paling pandai selalu didampingi dengan kenakalan yang paling hebat. Anak yang paling berpotensi selalu memunyai sifat pemberontakan yang kuat. Semakin banyak talenta yang dimiliki anak, akan semakin mudah mereka menjadi "liar". Hanya ketika Saudara mendapatkan anak-anak yang tidak terlalu pandai,

Saudara akan merasa bahwa anak-anak itu tidak memberontak atau tidak nakal di hadapan Saudara. yang direpotkan oleh anak-anak tersebut hanya "baby sitter", yang memberi makan dan memakaikan baju kepada mereka. Ketika Saudara senang dengan anak-anak seperti itu, berarti Saudara sendiri tidak beres. Jika Saudara mendapatkan anak yang berpotensi, pasti mereka membawa kesulitan bagi Saudara. Nah, untuk itu, sangat diperlukan seorang pendidik yang mencintai Tuhan. Jika pendidik itu mencintai Tuhan, ia tidak akan menghiraukan beban berat yang harus ditanggung sebagai konsekuensi tugas seorang pendidik. di mana ada cinta, di sana tidak ada rasa beban yang berat.

Ada seorang wanita yang menggendong anaknya berjam-jam seperti tidak ada lelahnya. Lalu muncul temannya, seorang pria, yang ingin pula menggendong anak wanita itu. Setelah sang anak diserahkan kepada pria itu, ternyata anak itu terasa sangat berat. Baru 2 menit menggendong sang anak, pria itu pun mengembalikannya pada sang ibu. Pria itu pun bingung. Mengapa wanita yang kurus dan terlihat lemah bisa menggendong anaknya yang berat itu berjam-jam? Wanita itu bukannya tidak punya rasa lelah, namun dia memang tidak mau merasa lelah. Bukannya tidak ada beban, namun dia memang merasa tidak ada beban ketika menggendong anaknya. di mana ada cinta, maka dalam mengemban tugas pun tidak akan dirasakan beban yang berat. Kasih itu penting. Karena mencintai Tuhan, Saudara menjadi kuat. Karena mencintai Tuhan, Saudara akan menjadi pendidik yang baik.

Diambil dan disunting dari:

Judul buku: Seni Membentuk Karakter Kristen Judul artikel: Kristus Pengarah Pendidikan Penulis artikel: Pdt. Dr. Stephen Tong

Penulis buku: Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong Halaman: 77 -- 78

 

Bahan Mengajar: Perapian yang Menyala

Cara penyampaian firman Tuhan: Drama

Pemeran:

1. Raja Nebukadnezar (oleh guru sekolah minggu).

2. Sadrakh, Mesakh, Abednego (oleh 3 orang anak sekolah minggu). 3. Dua orang prajurit (oleh guru sekolah minggu).

4. Seorang guru yang menjadi narator. Catatan:

Karena melibatkan 3 orang anak sekolah minggu, guru sebaiknya memberi tahu orang tua dan anak bahwa sang anak diminta kesediaannya untuk membantu menyampaikan firman Tuhan di sekolah minggu. Peran yang dimainkan cukup mudah: intinya mereka harus menolak bila diminta menyembah patung. Sebagai ucapan terima kasih atas partisipasi mereka dalam penyampaian firman Tuhan hari itu, berikanlah penghargaan sepantasnya.

Usulan penggunaan alat peraga/alat bantu:

1. Pakaian dan atribut untuk raja: jubah, mahkota, dan tongkat kerajaan.

2. Pakaian dan atribut untuk prajurit: baju tentara, pedang/tombak, dan perisai (bisa dibuat sendiri dari bahan yang tidak berbahaya).

3. Dus besar yang bisa dimasuki 3 orang anak kecil dengan posisi berdiri (cukup bagian kakinya saja yang tertutup). Dus tersebut diberi hiasan menyerupai api yang menyala-nyala.

4. Mahkota kecil sebanyak 3 buah (untuk diberikan pada pemeran Sadrakh, Mesakh, dan Abednego).

5. Patung besar terbuat dari dus atau lemari yang ditutupi kain lebar (bisa juga menggunakan tumpukan kursi/meja dengan ditutupi kain).

Proses pengajaran:

Guru (narator) memulai cerita dengan menunjukkan sebuah mahkota. Tanyakan pada anak, siapa yang biasanya memakai mahkota. Guru memperkenalkan seorang raja yang jahat, raja yang tidak percaya kepada Tuhan, raja yang menyembah patung. Tekankan pada anak bahwa perbuatan raja tersebut tidak benar.

Raja Nebukadnezar masuk dan "bertingkah" sebentar. Misalnya, membentak-bentak prajurit, menyuruh mereka menyembah patung, dan meminta prajurit mengundang semua orang untuk datang kepadanya. Sambil ketakutan, para prajurit tersebut melaksanakan perintah raja.

namanya: S, M, dan A (bila kesulitan, sebaiknya gunakan singkatan saja karena memang penyebutan nama "Sadrakh, Mesakh, dan Abednego" sulit dicerna anak). Ketiga tokoh tersebut masuk dan memberi salam pada teman-temannya.

Tokoh 1: Halo, namaku Sadrakh. Tokoh 2: Halo, namaku Mesakh. Tokoh 3: Halo, namaku Abednego.

Guru (narator) menjelaskan bahwa ketiga orang tersebut adalah anak Tuhan, rajin berdoa, taat, dan mencintai Tuhan. Bila memungkinkan, guru dapat mengajak anak menyanyikan lagu:

"Baca kitab suci, Doa tiap hari, doa tiap hari, doa tiap hari .... Baca kitab Suci, doa tiap hari, kalau mau tumbuh ....

Kalau mau tumbuh, kalau mau tumbuh .... Baca kitab suci, doa tiap hari, Kalau mau tumbuh....

Sementara guru dan anak menyanyi, ketiga tokoh memerankan gaya "membaca kitab suci" dan "berdoa".

Prajurit masuk dan meminta Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menghadap raja. Mereka kemudian pergi menghadap raja bersama-sama. Raja meminta Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menyembah patung, tapi mereka bertiga tidak mau. Guru (narator)

menjelaskan bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego hanya mau menyembah Tuhan Yesus, tidak mau menyembah patung. Dengan marah, raja menyurut prajurit

memasukkan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego ke dalam perapian yang menyala-nyala. Tapi sungguh mengherankan, ketiga orang tersebut tidak terbakar sama sekali, bahkan kepanasan pun tidak. Lalu raja menyuruh ketiganya keluar.

Guru (narator) menjelaskan bahwa Tuhan menolong Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sehingga mereka selamat meski dibakar di dalam api.

Karena melihat perbuatan Tuhan yang ajaib, raja menghadiahkan mahkota kepada Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (sebagai tanda bahwa raja memberi kedudukan pada mereka atas pemerintahannya di Babel).

Catatan:

Bila kondisi memungkinkan, peragakan pada anak bahwa api dapat membakar segala sesuatu. Gunakan korek api dan kertas (sedikit saja), bakarlah kertas di dalam sebuah wadah tanah liat agar api tidak menyebar ke mana-mana. Pastikan situasi terkendali! Tunjukkan pada anak, bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dimasukkan dalam "wadah" seperti wadah tanah liat tersebut. Api dalam wadah tersebut sangat besar dan panas sekali. Siapa yang masuk ke dalamnya pastilah terbakar habis.

 

Ide aktivitas:

1. Menempel gambar 3 orang dan api yang menyala-nyala.

2. Mewarnai gambar Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dalam perapian yang menyala.

Penekanan pelajaran:

1. Tuhan sanggup menolong/ melepaskan anak-anakNya dari bahaya. 2. Tuhab menyertai orang yang mengasihi Dia.

Diambil dan disunting dari:

Nama situs: Indonesia -- EduCenter.net Penulis: Meilania

Alamat URL: http://indonesia-educenter.net/index.php?option=

com_content&task=view&id=200&Itemid=164

Mutiara Guru

e-BinaAnak 482/Mei/2010: Dewasa dalam

Menaati Firman Tuhan

Salam dari Redaksi

PELAYAN YANG MENJADI PELAKU FIRMAN Apakah tujuan Anda melayani anak-anak? Mungkin salah satunya adalah untuk mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak. Pastinya Anda rindu anak-anak yang Anda layani menjadi para pelaku firman, bukan? Jika sebagai guru Anda memiliki kerinduan tersebut, pastinya Anda pun memiliki kerinduan yang sama untuk hidup Anda. Setiap hamba Tuhan yang bertumbuh dewasa secara rohani, pasti bertambah dewasa pula dalam menaati firman Tuhan, tidak hanya menjadi pendengar, namun menjadi pelaku firman pula.

Artikel-artikel yang kami sajikan dalam edisi e-BinaAnak 482 ini kiranya dapat menolong Anda untuk semakin memiliki kerinduan untuk mencapai kedewasaan rohani

sehubungan dengan ketaatan akan firman Tuhan. Mari, ajarkan pula kepada anak-anak layan Anda indahnya hidup dalam kebenaran firman Tuhan, sehingga mereka tidak mudah terombang-ambing oleh rupa-rupa pengajaran yang dapat menyesatkan mereka. Selamat melayani.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana

http://pepak.sabda.org http://fb.sabda.org/binaanak

dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman sendiri." (Yakobus 1:22)

 

Artikel: Menjadi Pelaku Firman

Perkataan Yesus ketika mengajar selalu sederhana dan mudah mengerti. Dia mengajar dengan penuh kasih dan wibawa sehingga orang-orang pun takjub kepada-Nya. Dalam

Matius 7:24-27, kita mendapatkan bahwa Yesus berbicara tentang rumah yang dibangun di atas fondasi yang terbuat dari batu dan pasir.

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27)

Ada beberapa butir penting yang bisa kita peroleh dari perkataan Tuhan kita.

1. Ada dua jenis orang, yang satu mendengar dan menjadi pelaku firman dan yang lain hanya menjadi pendengar firman.

2. Kita bisa langsung mengerti dan membayangkan apa yang akan terjadi bila rumah dibangun di atas batu dan pasir. Cara Yesus yang unik dalam mengajar dengan menggunakan contoh dari alam membuat kita takjub dan perkataan-Nya itu menembus hati kita yang terdalam.

3. Kita tidak bisa berdalih dan mencari-cari alasan akan perkataan-Nya. Karena begitu sederhana dan mudah dimengerti.

Tuhan menginginkan kita untuk belajar dan membaca firman-Nya. Tuhan menginginkan kita untuk menjadi pelaku firman-Nya. Sangat mudah hanya untuk menjadi pendengar. Berapa banyak dari kita yang memilih mengesampingkan firman Tuhan karena tuntutan pergaulan dan hubungan kita dengan orang lain? Berapa banyak dari kita lebih memilih menyenangkan orang lain daripada memilih untuk tetap memegang teguh firman

Tuhan? Berapa banyak dari kita yang memilih mengesampingkan firman Tuhan karena kita takut dibilang sok suci, pendeta, dsb..

Camkan ini baik-baik, ketika kita melakukannya, kita akan seperti rumah yang dibangun di atas pasir. Ketika hujan, banjir, dan angin datang menerpa, kita akan merasa

kehilangan sesuatu. Apa itu? Kekuatan dan pengharapan dari Tuhan. Damai sejahtera dan penghiburan-Nya. Setiap masalah yang datang itu tidak lagi diatasi dengan

kekuatan yang dari Tuhan tapi diatasi dengan kekuatan sendiri. Akibatnya? Perasaan bersalah dan mengasihani diri sendiri menjadi sarapan setiap hari. "Kita menjadi lelah", hati kita menjerit.

melakukan firman Tuhan.

Melakukan firman Tuhan membuat kita yakin dan percaya bahwa Tuhan akan

membantu kita melalui setiap banjir dan angin yang datang melanda hidup kita. Berkat-berkat rohani mengalir memenuhi hati dan pikiran kita. Damai, sukacita dan

pengharapan yang dari Tuhan adalah bagian kita. Hari-hari akan kita lalui dengan indah bila kita melakukan firman Tuhan. Walaupun banjir dan badai melanda, hati kita akan berkata, "Tuhan adalah kekuatanku. Bersama Dia aku tidak akan goyah. Aku akan terbang tinggi bagai rajawali melakukan perbuatan yang besar dan melayang tinggi dalam kemuliaan-Nya. Biar bumi bergoncang dan badai menerpa, aku akan terbang tinggi bersama Dia".

Melakukan firman Tuhan adalah kehendak Tuhan bagi kita. Melakukan firman Tuhan bukanlah kewajiban. Melakukan firman Tuhan adalah wujud cinta dan kasih kita kepada Dia. Kita harus berdiri menjadi orang yang tangguh dan hidup di dalam firman Tuhan, di mana pun kita berada.

Tidakkah kita bangga memiliki Allah yang hidup? Tidakkah kita bangga memiliki seorang Bapa yang sangat peduli kepada kita? Tidakkah kita bangga memiliki Allah yang baik dan setia? Lakukan firman-Nya, jangan andalkan kekuatanmu sendiri tapi izinkan Dia bekerja dan memampukanmu melakukan firman-Nya.

"Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti

perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa

mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:3-6)

Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: UnitedFool.com

Penulis: Riel

 

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 188-195)