BAB II LANDASAN TEORI
B. Qardhul Hasan
1. Pengertian Qardhul Hasan
Qardh atau Iqradh secara etimologi berarti pinjaman. Secara
terminologi muamalah (ta‟rif) adalah memiliki sesuatu yang harus
dikembalikan dengan pengganti yang sama.27 Al-qardh adalah harta
kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literature fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathaqqui atau akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial.28 Qard adalah suatu pemberian
atau meminjamkan harta kepada orang lain yang dapat ditagih dan tanpa mengharapkan imbalan. Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan biasanya untuk pembelian barang-abarang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya).29
Pada dasarnya qardhul hasan merupakan pinjaman sosial yang diberikan secara benevolent tanpa ada pengenaan biaya apapun, kecuali pengembalikan modal aslinya. Namun sejalan dengan perkembangan
27
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah Analisi Fiqh & Keuangan (Yogyakarta: UUP STIM YKPN, 2014). 331
28
Muhammad Safi‟I Antoni, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001). 131
29
19
dunia ekonomi keungan dan perbankan, pinjaman sosial ini tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya materai, notaris, peninjauan feasibility proyek, biaya pegawai bank dan lain-lain sehingga pengenaan
biaya-biaya administrasi tersebut tak terhindarkan. Wanprestasi
diberlakukan bila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak menempatkan kewajibannya terhadap banak dalam suatu perjanjian. Dalam hukum Islam, seseorang diwajibkan untuk menghormati dan
mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan kepadanya. 30
Apabila suatu kewajiban (urusan) tidak dapat dilakukan kecuali setelah pemenuhan suatu faktor tertentu, maka pemenuhan faktor tersebut wajib adanya. Biaya administrasi juga merupakan faktor penunjang kontrak atau untuk menjauhkan dari riba maka biaya administrasi:
a. Harus dinyatakan dalam nominal bukan presentase
b. Sifatnya harus nyata, jelas dan pasti serta terbatas pada hal-hal yang
mutlak diperlukan untuk terjadinya kontrak.31
Biaya administrasi tersebut harus disepakati oleh kedua belah pihak, agar menghindari riba.
30
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2016), 333
31
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta Anggota IKAPI, 2000), 41-42
20
2. Dasar Hukum Qardhul Hasan a. Al- Qur‟an
Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada
Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (QS.
Al-Baqarah: 245)32
Artinya: “Barang siapa meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, maka Allah akan mengemblikan berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia”. (QS. Al-Hadid: 11)33
b. Hadist
َّنَأ ٍدوُعْسَم ِنْبا ْنَع
ٍمِلْسُم ْنِم اَم َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص َِّبَِّنلا
ِنَِّأَبْ نَأ َكِلَذَك َلاَق ًةَّرَم اَهِتَقَدَصَك َناَك َّلًِإ ِْيَْ تَّرَم اًضْرَ ق اًمِلْسُم ُضِرْقُ ي
ٍدوُعْسَم ُنْبا
Artinya: “Ibnu Mas'ud berkata, "Sesungguhnya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang lain dua kali, kecuali seperti sedekahnya yang pertama." Ia berkata, "Seperti itu pula yang di beritakan Ibnu Mas'ud kepadaku."34
32
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 31
33
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 430
34
21
3. Rukun Qardhul Hasan
Ulama sepakat bahwa dalam akad harus ada rukun, meskipun mereka berbeda pedapat tentang rukun akad. Rukun akad al-qardh anatar lain:
a. Muqridh (da‟in) yaitu pihak yang memberikan pinjaman harta atau yang memiliki piutang (hak tagih)
b. Muqtridh (madin), yaitu pihak yang menerima pinjaman harta atau yang memiliki utang (wajib bayar).
c. Al-qardh (al-ma‟qud‟alaih), yaitu harta yang dipinjamkan yang wajib dikembalikan kepada pemilik.
d. Shighat al-„aqd, yaitu pernyataan ijab dan qabul.35
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa rukun qardhul hasan yaitu kedua belah pihak yang berakad, harta, dan shighat atau ijab dan qabul. 4. Ketentuan dan Persyaratan Terkait Akad Qardhul Hasan
Wahbah al-Zuhaili dalam Imam Mustofa menjelaskan bahwa secara garis besar ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam akad
qardh, yaitu:
a. Akad qard delakukan dengan sighat ijab dan Kabul atau bentuk lain yang dapat menggantikannya, seperti muatah (akad dengan tindakan/ saling memberikan dan saling mengerti)
b. Kedua belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum (berakal, baligh dan tanpa paksaan). Berdasarkan syarat ini, maka qard sebagai akad tabarru‟ (berderma/ sosial), maka akad qard yang dilakukan anak kecil, orang gila, orang bodoh atau orang yang dipaksa, maka hukumnya tidak sah.
c. Menurut kalangan Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta yang ada padanannya di pasaran, atau padanan nilianya (mitsil), sementara menurut jumhut ulama, harta yang dipinjamkan dalam qard dapat berupa harta apa saja yang dapat dijadika tenggungan.
d. Ukuran, jumlah, jenis, dan kualitas harta yang dipinjamkan harus jelas agar mudah untuk dikembalikan. Hal ini untuk menghindari
perselisihan di antara para pihak yang melakukan akad qard. 36
35
Jaih Mubarok, Hasanudin, Fikih Mu‟amalah Maliyah Akad Tabarru‟ (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017). 80
22
Al-Zuhaili, sebagaimana dikutip oleh Imam Mustofa juga menjelaskam dua syarat lain dalam akad qard. Pertama, qard tidak boleh mendatangkan keuntungan atau manfaat bagi pihak yang meminjamkan.
Kedua, akad qard tidak dibarengi dengan transaksi lain, seperti jual beli
dan lainnya.37
Pada prakteknya qardhul hasan dapat diterapkan oleh BMT dalam beberapa kondisi:
a. Sebagai produk pelengkap
BMT membuka produl al qard, karena terbatasnya dana sosial yang tersedia, atau rendahnya plafond yang diprogramkan. Dalam keadaan ini, produl al qard yang diterapkan jika keadaan sangat mendesak.
b. Sebagai fasilitas pembiayaan
BMT dapat mengembangkan produk ini, mengingat nasabah atau anggota yang dilayani BMT tergolong sangat miskin, sehingga tidak mungkin menggunakan ada komersial.
c. Pengembangan produk baitul maal
Al qard dikembangkan oleh BMT seiring dengan upaya
pengembangan Baitul maal. Kondisi ini yang paling ideal. Hal ini
36
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2018). 172
37
23
sekaluigus dalan rangka menyeimbangkan antara sisi bisnis dan sosial
BMT.38
5. Sumber Dana Qardhul Hasan
Sumber dana dapat dibedakan menjadi:
a. Dana komersial atau modalDana ini diperutukkan untuk membiayai kebutuhan nasabah tau anggota yang sangat mendesak dan berjangka pendek, sementara dana zakat tidak sedia.
b. Dana sosial
Dana ini diperutukkan dalam pengembangan usaha nasabah yang tergolong delapan asnaf. Pengelolaanya harus dipola seemikian rupa sehingga penerima tidak menjadi tergantung terus. Di sinilah dituntut supaya baitul maal ditata secara professional. dana ini dapat berasal dari wakaf, infak, sedekah, hibah serta pendapatan yang diragukan.39.
Karena sifatnya yang tidak memberikan keuntungan finansial secara langsung, maka sumber pendanaannya biasanya berasal dari dana sosial juga. Meskipun BMT tidak mengalokasikan sebagian dana komersilnya untuk membiayai qard.
6. Manfaat Qardhul Hasan
Manfaat Qardhul Hasan antara lain sebagai berikut:
a. Membantu nasabah pada saat mendapat kesulitan dengan memberikan dana talangan jangka pendek.
38
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2004). 184
39
24
b. Pedagang kecil memperoleh bantuan dari bank syariah untuk mengembangkan usahanya, sehingga merupakan misi sosial bagi bank syariah dalam membantu masyarakat miskin.
c. Dapat mengalihkan pedagang kecil dari ikatan utang rentenir, dengan mendapatkan utang dari bank syariah.
d. Meningkatkan loyalitas masyarakat kepada bank syariah, karena bank
syariah dapat memberikan manfaat kepada golongan miskin 40
Dari manfaat tersebut nasabah bisa menggunakan akad qardhul
hasan apabila nasabah tersebut tidak mampu dan mempunyai kebutuhan
mendesak untuk jangka pendek. Disini akad qardhul hasan menjadi pembeda antara bank syariah dan bank konvensional, dimana akad
qardhul hasan tidak ada misi komersial.