Nama : Azzara Nur Azizah NIM : 20102241013 Prodi/Kelas : PLS/6B UJIAN AKHIR SEMESTER PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA
1. Setelah mengikuti perkuliahan mata kuliah Pengasuhan Anak dalam keluarga selama 1 semester, jelaskan konsep pengasuhan anak menurut pendapat anda!
Jawab : Menurut pendapat saya, pengasuhan anak adalah merupakan salah satu tindakan untuk mengarahkan anak menjadi pribadi yang baik. Dalam hal ini pengasuhan anak menjadi suatu proses pemeliharaan dan penyediaan kebutuhan perkembangan anak mulai dari perkembangan fisik, emosional, sosial, intelektual, dan juga tentunya sprititual. Dari pernyataan tersebut juga bisa diartikan pengasuhan anak ini sebagai cara orang tua dalam memperlakukan anaknya dengan menjaga, merawat, dan mendidik sehingga dalam perkembangannya anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, sehat, berbudi pekerti yang baik, dan mempunyai akhlak yang mulia. Pengasuhan anak ini merupakan hal yang harus dilakukan oleh orangtua kepada anaknya agar anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Pengasuhan pada anak ini dapat dilakukan berdasarkan kasih sayang, saling menghargai, pemenuhan hak anak dapat dilakukan, dan juga menstimulasi tumbuh kembang anak.
2. Saat ini gadget bukanlah hal yang asing bagi ank-anak. Mereka terfasilitasi di keluarganya sangat lincah dan mahir menggunakan gadget tersebut dalam aktivitas sehari-hari hingga menimbulkan ketergantungan (kecanduan). Menurut anda, pola pengasuhan apakah yang tepat untuk diterapkan pada anak yang kecanduan gadget? Jelaskan alasannya!
Jawab : Pola pengasuhan yang tepat untuk diterapkan pada anak yang kecanduan gadget adalah pola pengasuhan demokratis atau pola asuh authoritative. Karena, dalam pola pengasuhan anak ini orangtua dapat menjelaskan kepada anak perbuatan dan dampaknya. Hal ini sesuai dengan permasalahan yang mana anak itu mengalami kecanduan gadget. Jika orangtua menjelaskan dampak dari penggunaan gadget ini yaitu dapat menguatkan anak agar bersikap kritis terhadap pengaruh maupun dampak positif dan negatif gadget tersebut. Orangtua dalam pola pengasuhan demokratis atau authotitative ini dapat memberikan aturan main atau semacam aturan disiplin
dalam penggunaan gadget tetapi dengan cara komunikasi yang baik dalam penyampaian nya.
Peraturan yang dibuat oleh orangtua pada pola pengasuhan ini tergolong adil dan masuk akal.
Sehingga amak menjadi lebih penurut dan bertanggung jawab.Dalam menerapkan pola pengasuhan demokratis atau pola asuh authoritative ini orangtua harus menjadi role model untuk anaknya. Maka dari itu, orang tua juga harus berhati-hati dalam menggunakan gadget secara berlebihan. Pola asuh demokratis atau pola asuh authoritative ini mengedepankan kedisiplinan tetapi juga orangtua mendidik anak dengan kasih sayang. Seperti yang sudah dipaparkan diatas yaitu pola asuh ini menggunakan peraturan atau kedisiplinan kepada anak dengan cara berkomunikasi yang baik kepada anak yang mana anak akan diberikan kesempatan berargumen mengenai peraturan, menjadikan anak mudah menginternalisasi, dan menerima nilai serta peraturan yang sudah berlaku mengenai gadget.
3. Sebagai calon orangtua, pola pengasuhan apa yang akan anda terapkan di keluarga untuk anak- anak anda kelak? Jelaskan alasannya!
Jawab : Pola pengasuhan yang akan saya terapkan di keluarga untuk anak-anak saya kelak yaitu pola pengasuhan otoritatif (Authoritative). Alasannya yaitu pola pengasuhan ini memberikan kebebasan tetapi juga tidak meninggalkan bimbingan kepada anak. Dalama artian tetap memberikan kontrol dan bimbingan manakala anak melalukan hal-hal yang negative yang dapat merusak kepribadian anak. Jadi, jika anak saya kelak melakukan hal-hal yang negatif disini peran sebagai orangtua yaitu memberikan masukan dan arahan dengan cara berdialog dan berembuk dengan anak melalui komunikasi yang baik. Karena pola asuh ini menempatkan musyawarah sebagai pilar dalam memecahkan berbagai persoalan anak.Dengan pola asuh yang saya pilih ini akan membawa dampak yang menguntungkan untuk anak. Diantaranya yaitu anak akan merasa Bahagia, mempunyai control diri, percaya diri, lebih kreatif, dan tentunya bertanggung jawab atas keputusan yang anak lakukan. Mengingat, penerapan pola otoritatif ini senantiasa dilatih untuk mengambil keputusan dan siap menerima segala konsekuensi dari keputusan yang telah diambil.
4. Dalam mengasuh anak, komunikasi dengan pasangan sangatlah penting. Hal ini akan berpengaruh dengan karakter dan pribadi anak. Sebagai calon orangtua, bagaimana cara anda mengkomunikasikan dengan pasangan dalam hal mengasuh anak ? Jelaskan !
Jawab : Cara saya mengkomunikasikan dengan pasangan dalam hal mengasuh anak yaitu dimulai dari bertukar pengalaman atau berdiskusi perihal pengasuhan anak. Bertukar pengalaman ini
maksutnya adalah membicarakan pengalaman pengasuhan yang saya dan pasangan saya dapatkan dari orangtua masing-masing. Dalam hal ini kami mempunyai perbedaan mengenai pola asuh yang didapatkan dari orangtua. Maka dari itu, Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu berkompromi atau mencari titik temu untuk pola pengasuhan anak yang baik kedepannya . Melalui pengalaman pola asuh oleh orangtua masing-masing, bisa jadi sebuah pertimbangan dan kesepakatan berdua mengenai pola asuh yang akan dilakukan nantinya. Dengan adanya kesepakatan pola asuh yang akan diterapkan, hal selanjutnya yaitu memikirkan konsekuensi atau dampak yang diperoleh anak Ketika menggunakan pola asuh yang dipilih. Mengenai pemilihan pola asuh yang diterapkan ini akan bersifat fleksibel dengan mengikuti perkembangan anak nantinya.
5. Carilah 1 kasus tentang pengasuhan anak dalam keluarga yang terjadi di masyarakat, kemudian analisis kasus tersebut menggunakan cara DIER ( Deskripsi, interprestasi, evaluasi, refleksi).
Cantumkan sumber dari kasus tersebut.
Jawab : Kasus tentang pengasuhan anak dalam keluarga yang terjadi di masyarakat salah satunya yaitu maraknya Tawuran oleh kelompok remaja. Kasus ini merupakan salah satu kasus yang mana diakibatkan oleh pola pengasuhan orangtua kepada anak yang salah. Sebagai contoh kasus yaitu
“Kelompok Remaja di Jogja terlibat tawuran hingga kena bacok,Potretnya Bikin Miris”
https://www.merdeka.com/jateng/potret-miris-tawuran-remaja-terbaru-di-jogja-ada-korban- terkena-luka-bacok.html
Deskripsi : Tawuran merupakan bentuk penyimpangan sosial yakni berupa perkelahian.Tawuran ini dilakukan dari dua orang atau lebih dengan alas an tertentu. Fenomena tawuran antar pelajar sudah bukan sekedar tawuran remaja biasa. Perkelahian beramai-ramai tersebut bukan dengan tangan kosong atau mengandalkan kekuatan, melainkan sudah menggunakan barang-barang atau senjata berbahaya lainnya dan mengarah ke tindakan kriminal karena menelan korban jiwa. Seperti halnya dalam berita tersebut dijelaskan bahwa ada korban bacok dikarenakan beberapa anggota terlihat membawa parang dan celurit dalam tawuran itu. Bahkan ada korban terkena luka bacok.
Terdapat factor-faktor yang menyebabkan anak ikut terlibat dalam tawuran antara lain factor intenal dan eksternal. Faktor internal ini dapat mencakup reaksi frustasi negatif, gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja, gangguan cara berpikir dan inteligensi pada diri remaja dan gangguan emosional atau perasaan pada anak remaja. Tawuran pada dasarnya dapat
terjadi karena tidak berhasilnya remaja untuk mengontrol dirinya sendiri. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada diri remaja antara lain berupa: ilusi, halusinasi dan gambaran semu. Selain faktor dari dalam (internal) yang dapat menyebabkan tawuran juga ada beberapa faktor dari luar, yaitu salah satunya keluarga. Keluarga memegang peranan penting dalam membentuk watak anak.
Kondisi keluarga sangat berdampak pada perkembangan yang dialami seorang anak, apabila hubungan dalam keluarganya baik maka akan berdampak positif begitupun sebaliknya, jika hubungan dalam keluarganya buruk maka akan pula membawa dampak yang buruk terhadap perkembangan anak
Interprestasi : Pendapat atau gagasan saya mengenai kasus tersebut yaitu, penyebab factor internal sangat mempengaruhi anak dalam melakukan perilaku menyimpang seperti tawuran ini. Faktor internal penyebab tawuran antar pelajar biasanya terdapat pada pengaruh lingkungan terutama orangtua. Orang tua merupakan madrasah Wiyata Mandala yang pertama bagi anaknya, korelasi antara orang tua dengan terjadinya perilaku tawuran antar pelajar sebagian besar terletak pada kesalahan pola asuh. Sebagian besar pola asuh yang diterapkan pada anak sehingga mengikuti tawuran yaitu pola asuh permisif. Pola asuh permisif merupakan jenis pola asuh yang secara keseluruhan memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada anak untuk menentukan bagaimana dia berkembang, bagaimana dia bertindak, berperilaku, bertutur kata, bahkan bergaul dengan siapapun, sedikitpun tidak disentuh atau tidak diatur oleh orang tua. Dalam hal ini pola asuh permisif memberikan asumsi bahwa anak merupakan individu yang harus diberikan kebebasan bukan diatur secara keseluruhan mengenai proses perkembangannya, apabila anak dapat mencerna makna dari pola asuh permisif dengan baik maka anak tetap akan bertumbuh dengan baik. Namun apabila penafsiran pola asuh permisif ini justru menjurus kepada arah negatif, maka aksi tawuran antar pelajar di Yogyakarta ini merupakan contoh dari buah pola asuh permisif yang diberikan oleh orang tua. Dampak pola asuh permisif terhadap pelaku tawuran adalah pelajar cenderung merasa aman ketika akan melakukan suatu tindakan tawuran, sebab mereka memiliki cara berpikir bahwa orang tua tidak akan melarang bahkan memarahi anaknya ketika melakukan perbuatan yang salah sebab adanya pemberian pola asuh permisif yang cenderung liberal tersebut.
Evaluasi : Evaluasi mengenai pola asuh yang salah menyebabkan anak tersebut berperilaku menyimpang hendaknya orangtua melakukan peninjauan ulang atau memperbaiki pola asuh seiring tumbuh dan berkembangnya anak .Salah satu alasan anak melakukan tindakan tawuran
adalah karena adanya miskomunikasi antara pemberian pola asuh orang tua kepada anaknya, Di mana kita di didik disitulah kepribadian akan terbentuk. ketika orang tua memberikan pola asuh yang tepat pada sasaran dan juga selaras dengan ketentuan maka anak akan berkembang menjadi pribadi yang baik. namun apabila anak diberikan pola asuh yang salah seperti pola asuh yang sifatnya tumpang tindih dan tidak sesuai dengan porsinya, maka akan terjadi pembentukan perilaku ke arah yang negatif salah satunya adalah perilaku tawuran pelajar di Jogja tersebut. Untuk menghindari agar anak tidak melakukan perilaku menyimpang ini bisa dengan cara mengganti pola asuh yang awalnya diterapkan. Dalam hal ini perbadingannya yaitu dengan pola asuh demokratis yang mana pola asuh ini menerapkan kebebasan pada anak tetapi masalah dalam pantauan dan pendampingan orangtua. Jika anak melakukan kesalahan, orangtua menegur dengan cara berkomunikasi yang baik dengan anak menyertakan penjelasan mengenai dampak dari perbuatan yang mereka telah lakukan.
Refleksi : Adanya beberapa macam pola asuh dapat dijadikan menjadi sarana refleksi kritis untuk orangtua dalam mendidik anaknya. Dalam kasus tawuran ini, anak sangat memerlukan perhatian khusus dari orangtua untuk mengubah mereka menjadi pribadi yang baik dan tidak mengulangi kesalahannya. Hal yang diperlukan anak untuk mereka bisa berubah adalah yang pertama kehangatan dari orangtua, maksutnya adalah orangtua menunjukkan kasih sayang kepada anak, adanya keterlibatan emosi antara orangtua dan anak serta menyediakan waktu bersama anak.
Orangtua membantu anak untuk menidentifikasi dan membedakan situasi ketika memberikan atau mengajarkan perilaku yang tepat dan tentunya tidak menyimpang dari norma agama maupun sosial. Kedua yaitu kontrol, jika pola asuh yang diterapkan pola asuh permisif maka aspek control ini tidak terpenuhi oleh anak. Karena harusnya orangtua menerapkan cara berdisiplin kepada anak, memberikan beberapa aturan serta mengontrol aktivitas anak, menyediakan beberapa standar yang dijalankan atau dilakukan secara konsisten, dan percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh kedisiplinan tetapi tidak dengan cara memaksa. Kemudian yang paling penting adalah komunikasi yang dilakukan antara anak dan orangtua.