• Tidak ada hasil yang ditemukan

06-Bab 6=Akhlak kepada Keluarga dan Tetangga

N/A
N/A
Muhammad Rasyid Ridho

Academic year: 2024

Membagikan "06-Bab 6=Akhlak kepada Keluarga dan Tetangga"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI:

AKHLAK KEPADA KELUARGA DAN MASYARAKAT

6.1. Akhlak Kepada Orang Tua

Orang tua sangat tinggi kedudukannya bagi seorang anak dalam pandangan syariat Islam. Sangat wajar dikarenakan beberapa pertimbangan, diantaranya:

1. Orang tua menjadi perantara keberadaan anak.

2. Orang tua yang mengasuh dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang.

3. Orang tua yang mendidik dan mengenalkan pendidikan kepada anak.

Beberapa akhlak yang harus diperhatikan oleh seorang anak, yaitu:

6.1.1. Memuliakan Orang Tua

Kedua orang tua dimuliakan kedudukannya oleh Allah Ta'ala.

Karena itu seorang muslim harus memuliakan kedua orang tuanya.

Mumuliakan keduanya diwujudkan dalam berbagai tindak tanduk dan sikapnya sehari-hari.

Karena kemuliaan orang tua, Allah mengaitkan keridhaan-Nya dengan keridhaan orang tua. Rasulullah bersabda (hadits dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash):

« اضَرِ

هِلَّلاَ

يفِ

اضَرِ

طُخَسَوَ ,نِيْدَلاَوَلاَ

هِلَّلاَ

يفِ

طُخَسَ

نِيْدَلاَوَلاَ

»

"Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua."1

Menempatkan kedua orang tua sebagai yang dimuliakan merupakan setinggi-tingginya akhlak kepada mereka. Segala

kebaikan kepadanya dikarenakan seorang anak memuliakan orang tuanya. Seandainya orang tua bukan lagi yang dimuliakan dalam hati seorang anak, maka tidak akan lagi ada kebajikan kepada orang tua. Keduanya tidak lebih dari orang lain pada umumnya, atau lebih rendah lagi daripada itu.

Untuk itu wasiat Allah kepada seluruh makhluk adalah agar memuliakan dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya.

   

"Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya." (QS. Al'ankabut: 8).

1 Hadits ini dimuat dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib (Syaikh al-Albani), no.

2501.

(2)

Karena ketinggian derajat keduanya, keharusan berbakti kepadanya sangat tinggi. Memuliakan dan ihsan kepadanya sangat dicintai oleh Allah Ta'ala.

Abdullah bin Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah,

"Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?"

Jawab Rasulullah, "Shalat pada waktunya."

Ibnu Mas'ud bertanya lagi, "Lalu amalan apa lagi?"

Jawab beliau, "Berbakti kepada orang tua."1

Memuliakan orang tua dan menempatkannya pada derajat yang tinggi dalam kehidupan seorang anak akan mengantarkannya kepada kemuliaan hidup di dunia, keberkahan, kebahagiaan, keselamatan, dan pahala surga di akhirat kelak.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya suatu ketika Rasulullah berkata, "Kehinaan bagi seseorang, kehinaan bagi seseorang, dan kehinaan baginya…"

Seseorang bertanya, "Siapa itu, wahai Rasulullah?"

Beliau bersabda:

« نِمَ

كَرِدْأَ

هِيْوَبَأَ

دَنْعِ

رِبَكِلاَ

امَهُدَحَأَ

وَأَ

امَهِيْلَّكِ

مْلَّفِ

لِخُدَيْ

ةَنْجَلاَ

»

"Siapa saja yang menjumpai kedua orang tuanya ketika telah lanjut usia salah satunya atau keduanya, namun tidaklah

perjumpaannya itu memasukkannya ke dalam syurga."2

6.1.2. Menaati Orang Tua

Menaati orang tua menunjukkan seseorang berakhlak kepada orang tua. Selain itu menandakan bahwa keduanya berkedudukan mulia di hadapannya. Sebaliknya, ingkar dan tidak taat kepada orang tua berarti mereka bukan orang yang dimuliakan dan dihormati sehingga tidak merasa perlu diberi perhatian dan respek.

Ketaatan kepada orang tua adalah perwujudan ihsan yang paling nyata kepada mereka. Allah memerintahkan untuk ihsan kepada kedua orang tua. Firman-Nya:

            

 

"Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak…."(QS. Alan'am: 151).

Menaati orang tua tidaklah secara mutlak. Ketaatan kepada mereka hanyalah dalam perkara yang tidak melanggar syariat

1 Berdasarkan HR. Bukhari (no. 504) dan Muslim (no. 85).

2 HR. Muslim, no. 2551.

(3)

agama. Apabila keinginan dan perintah keduanya bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada keharusan untuk menaatinya. Dan ditolak dengan cara yang baik dan lemah lembut.

Rasulullah mengatakan (hadits dari Abu Abdirrahman al-Sulami):

« لا ط عِا ةَ

ل مَ

خَ

لَّ

وَ

ق

ٍ

فِ

ي مَ

ع ص يْ

ةَ

هِلَّلاَ

عِ

زّ

وَ

ج لِ

ّ

»

"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allah 'Azza wa Jalla." (HR. Ahmad)1.

Gambaran lainnya disebutkan dalam ayat berikut yang artinya:

"Dan apabila keduanya (ibu dan bapak) memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan apa pun yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka janganlah mematuhi keduanya.

Dan tetap pergauli keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku saja tempat kembali kalian, lalu Kami beritakan kepada kalian tentang apa yang dahulu kalian kerjakan." ( QS. Luqman:

15 ).

6.1.3. Berbuat Baik dan Menyenangkan Hatinya

Berbuat baik kepada orang tua sangat ditekankan oleh Allah Ta'ala. Di dalam Alquran, perintah berbuat baik terkadang digandengkan dengan perintah bertauhid.

Allah berfirman:

        

"Sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu bapak…." (QS. Annisa: 36).

Dalam ayat ini Allah memerintahkan berbuat baik setelah memerintahkan bertauhid (beribadah hanya kepada Allah). Tauhid sangat vital bagi seorang muslim kaitannya dengan hubungan dia dengan Allah. Maka, berbuat baik kepada orang tua sangat vital dalam kehidupan seorang muslim kaitannya dengan hubungan sesama makhluk karena keduanya menjadi perantara keberadaan dia.

Berbuat baik kepada orang tua bisa berupa apa saja.

Menyangkut berbagai hal, baik perbuatan, ucapan, tingkah laku, dan lain sebagainya. Segala yang menyenangkan orang tua dianjurkan untuk dilakukan, selama tidak terlarang secara syariat.

Menyenangkan orang tua tidak mesti harus bersifat meteri.

Perilaku yang baik termasuk ke dalam berbuat baik kepada mereka, semisal:

1 HR. Ahmad, no. 1095. Dimuat dalam Shahih al-Jami al-Shaghir, no. 7520.

(4)

 Ramah dan menyambut gembira orang tua.

 Sopan santun secara baik kepada keduanya, dalam gestur tubuh ataupun tata cara bicara.

 Berbicara dengan lembut dan suara yang rendah.

 Merespon orang tua dengan ceria dan tidak menampakkan kekecewaan dan keluh kesah atas apa yang dilakukan keduanya.

 Akrab dengan orang tua dan mengunjunginya apabila tinggal terpisah.

 Membantu mengurangi kesulitan-kesulitan hidupnya.

 Membantu membimbing anak-anaknya yang lain. Dan lain sebagainya yang tentunya sangat banyak untuk disebutkan.

Dalam konteks ini Allah berfirman yang artinya:

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah", dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."

(QS. Alisra: 23).

Berbuat baik secara materi tidak akan pernah sebanding apabila disandingkan dengan kebaikan kedua orang tua.

Sabda Rasulullah (hadits dari Abu Hurairah)

« لا زجَيْ

:دَلوَ ي اَ;دَلاَوَ

لاإِ

نْأَ

هُدَجَيْ

ا;كِوَلَّمَمَ

هِيْرِتَشْيْفِ

هِقَتَعيْفِ

»

"Seorang anak tidak akan mampu membalas kebaikan orang tuanya kecuali ia mendapatinya menjadi seorang budak, lalu ia membeli dan memerdekakannya." (HR. Muslim)1.

Selain berbuat baik yang nampak dan dihadapan kedua orang tua, jangan lupa juga dengan kebaikan di belakang mereka, yaitu mendokannya dengan kebaikan, memohon ampunan, dan doa agar keduanya selalu dicintai Allah Ta'ala.

Selain itu apabila sudah berkeluarga, mendidik anak istrinya dan mengondisikannya agar mencintai kedua orang tua.

6.1.4. Tidak Durhaka dan Menyakiti Kedua Orang Tua

Agama tidak mengharapkan seorang muslim menyakiti kedua orang tuanya dan membuatnya sedih. ini akhlak yang buruk kepada orang tua.

Suatu ketika seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata, "Wahai Rasulullah, aku datang untuk berbai'at kepadamu.

1 HR. Muslim, no. 1510.

(5)

Kutinggalkan kedua orang tuaku, dan keduanya menangis karena ini."

Rasulullah berkata, "Kembalilah kepada kedua orang tuamu.

Buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis." (HR. Bukhari)1.

Rasulullah tidak menginginkan sahabatnya membuat kedua orang tuanya sedih dan menangis. Allah tidak menginginkan hambanya membuat menangis kedua orang tuanya. Dan Islam tidak menginginkan penganutnya menyakiti orang-orang tuanya.

Tidak ada alasan untuk menyakiti kedua orang tua sekalipun mereka kafir atau non muslim. Rasulullah memerangi orang kafir apabila mereka memusuhi dan memerangi Islam dan orang Islam.

Di luar itu kedua orang tua tetap harus dipergauli secara baik.

             

           

     

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu (memaksa menjadi musyrik), maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu. Maka, akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman: 15).

Durhaka kepada orang tua termasuk ke dalam dosa besar. Tidak mungkin seorang muslim yang mengagungkan Allah, Rasul-Nya, agama, dan beriman kepada hari akhir, akan menyakiti dan menganiaya kedua orang tuanya. Orang tua yang dengan susah payah (bahkan mengorbankan hidupnya) melahirkan dan membesarkan dia.

Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Bakrah):

« مْكِئُCبَنَأَ لاأَ

رِبَكِأَبَ

رِئِابَكِلاَ

؟ انْلَّقُ

: ىلَّبَ

، ايْ

لَوَسَرِ

هِلَّلاَ

. لَاNNقُ

: كَاَرِNNشْلْإِاَ

هِNNلَّلابَ

قوَقَعِوَ

نِيْدَلاَوَلاَ

...

»

"Maukah kalian aku beritahu tentang sebesar-besarnya dosa?"

Kami menjawab: "Ya, wahai Rasulullah."

Lalu beliau bersabda: "Berbuat syirik, dan durhaka kepada kedua orang tua." (Muttafaq 'alaih)2.

6.1.5. Ibu Paling Berhak untuk Didahulukan.

Bagian dari akhlak kepada orang tua yaitu memberikan perhatian yang lebih kepada ibu. Seorang ibu yang karena

1 HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 19. Dimuat dalam Shahih al-Targhib (Syaikh al-Albani), no. 2481.

2 HR. Bukhari (no. 2511) dan Muslim (no. 87).

(6)

kewanitaannya memiliki kelemahan secara fisik, tapi telah begitu perkasa melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang.

Dalam sebuah hadits diceritakan:

« نِعِ

يبَأَ

ةَرِيْرِهُ

يضَرِ

هِلَّلاَ

هِنْعِ

لَاقُ

: ءَاج :لِNNجرِ

ىلإِ

لَوَNNسَرِ

هِNNلَّلاَ

ىلَّNNصَ

هِلَّلاَ

هِيْلَّعِ

مْلَّسَوَ

، لَاقَفِ

: ايْ

لَوَسَرِ

هِلَّلاَ

، TقُّNNحَأَ نِمَ

سِاNNنْلاَ

نِNNسْحُبَ

يتَبَاحُNNصَ

؟

لَاقُ

كَTمَأَ : . لَاقُ

: مْثُ

نِمَ

؟ لَاقُ

: مْثُ

كَTمَأَ

. لَاقُ

: مْثُ

نِمَ

؟ لَاقُ

: مْثُ

كَ TNNمَأَ

. لَاNNقُ

:

مْثُ

نِمَ

؟ لَاقُ

: مْثُ

كَوَبَأَ

»

Dari Abu Hurairah bahwasanya datang seseorang kepada Rasulullah seraya berkata: "Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?"

Rasulullah menjawab, "Ibumu."

Lelaki tersebut bertanya lagi, "Lalu siapa?"

Jawab Rasulullah, "Lalu ibumu."

Lelaki tersebut bertanya lagi, "Lalu siapa lagi?"

Rasulullah menjawab, "Lalu ibumu."

Lalu lelaki tersebut bertanya lagi, "Lalu siapa lagi."

Rasulullah menjawab, "Lalu bapakmu." (HR. Muslim)1.

Kesusahan seorang ibu dalam mengurusi anaknya digambarkan dalam sebuah ayat:

        

           

         

           

      -   

          

    

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula.

Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang- orang yang berserah diri.

Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan, dan Kami ampuni

1 HR. Bukhari (no. 5626) dan Muslim (no. 2548).

(7)

kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka."

(QS. Alahqaf: 15-16).

6.1.6. Berbuat Baik Meskipun Telah Meninggal Dunia Berbuat baik kepada orang tua setelah meninggal dunia bisa dengan beberapa cara, antar lain:

1. Mendoakannya.

Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Hurairah):

« اَذَإِ

تَامَ

نْاسْنَلْإِاَ

عَطَقَنَاَ

هِنْعِ

هِلَّمَعِ

لاإِ

ٍةَثُلاَثُ نِمَ

: لاإِ

ٍةَقُدَصَ نِمَ

ٍةَيْرِاج

، وَأَ

ٍ مْلَّعِ

عَفَتَنْيْ

هِبَ

،

ٍدَلوَ وَأَ

ٍحٍلاصَ

وَعِدَيْ

هِل

»

"Apabila manusia meninggal, maka terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara: [1] sedekah jariah, [2] ilmu yang bermanfaat, atau [3] anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)1.

2. Menyambung kekerabatan dengan saudara-saudara kedua orang tua.

Ini bagian dari kebaikan yang dianjurkan oleh syariat.

Diceritakan bahwa suatu ketika Abdullah bin Umar sedang naik keledai dalam suatu perjalanan. Tiba-tiba lewatlah seorang badui.

Ibnu Umar berkata kepada orang tersebut, "Bukankah engkau ini si polan anak dari si polan?"

"Ya," jawab orang badui tadi.

"Ini ambillah keledai ini," kata Ibnu Umar sambil

menyerahkannya. Lalu ia membuka tutup kepalanya ('imamah) dan diserahkan kepada orang tersebut seraya berkata, "Pakailah tutup kepala ini olehmu."

Melihat hal tersebut teman-teman Ibnu Umar berkata, "Kenapa engkau berikan himar dan tutup kepala itu kepadanya? Bukankah engkau mempergunakannya?2"

Ibnu Umar menjawab, "Aku mendengar Rasulullah bersabda:

نْإِ«

Cرِبَأَ نِمَ

Cرِبَلاَ

ةَلَّصَ

لِجرِلاَ

لِهُأَ

Cدْوَ

هِيْبَأَ

دَعبَ

نْأَ

»ىCلوَيْ

"Sesungguhnya sebaik-baik kebajikan yaitu menyambungkan hubungan persaudaraan dengan orang yang dicintai bapaknya setelah bapaknya tersebut meninggal." (HR. Muslim)3.

Ternyata bapak orang badui tersebut teman dari Umar bin Khathab.

3. Bersedekah untuk kedua orang tuanya.

1 HR. Muslim, no. 1631.

2 Beliau beralih menunggang keledai apabila dirasa sudah capai atau bosan menunggang onta.

3 HR. Muslim, no. 6679.

(8)

Dulu Rasulullah bersedekah untuk Khadijah (salah satu istri beliau) dengan memberikan makanan kepada orang atau kepada teman-teman Khadijah1.

Patut dicermati di sini bahwa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah memberikan sedekah secara begitu saja tanpa suatu ritual tertentu atau perayaan tertentu. Jangan sampai bermaksud

mengikuti sunah Rasulullah dengan bersedekah, tapi yang

dilakukan adalah ritual dan upacara ibadah yang bernilai bid'ah.

Harus hati-hati dan cerdas.

6.2. Akhlak Kepada Suami atau Istri2

Akhlak kepada suami atau istri bagian terpenting untuk membentuk keluarga yang baik dan di atas bimbingan syariat Islam.

Ada banyak akhlak yang ditekankan oleh syariat untuk

diperhatikan oleh suami ataupun istri dalam berkeluarga. Di sini akan disinggung beberapa akhlak yang paling vital secara garis besarnya saja.

6.2.1. Akhlak Suami kepada Istri.

1. Mempergaulinya secara makruf (baik). Mempergaulinya secara baik menyangkut berbagai hal: mulai dari perkataan, perbuatan, perhatian, perasaan, hingga menyangkut kasih sayang.

2. Memberikan nafkah semaksimal yang bisa dilakukannya hingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

3. Mengarahkan dan mendidiknya dengan ajaran-ajaran Islam.

4. Berlaku adil kepada para istri apabila ia berpoligami. Berlaku adil dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka atau nafkahnya, lahir ataupun batin (seks). Adapun perasaan cinta, manusia tidak memiliki kuasa untuk membaginya secara benar- benar seimbang.

5. Memanggilnya dengan panggilan yang disenangi.

6. Memuliakan dan memujinya di hadapan keluarganya.

7. Mengunjungi kerabat-kerabatnya.

8. Mengundang kerabat-kerabatnya ke acara tertentu.

9. Meredakan kemarahannya secara baik dan penuh kasih sayang.

10. Memberikan perhatian dan mendengarkan dengan baik ketika menyampaikan sesuatu.

11. Menghormati pendapat-pendapatnya.

1 HR. Bukhari, no. 3818.

2 Pembahasan ini bersumber dari Bina al-Usrah al-Muslimah (Syaikh Khalid bin Abdurrahman al-'Ikk), hal. 94.

(9)

12. Melibatkannya dalam mengambil keputusan keputusan- keputusan dengan mengajaknya bermusyawarah.

13. Mampu atau berusaha menerima dan berlapang dada dengan beberapa kekeliruannya, karena sebagai manusia tak lepas dari sifat salah dan keliru.

14. Terbuka, akrab, bermanja-manja, dan senda gurau dengannya.

Umar bin Khathab berkata, "Sebaiknya seorang lelaki apabila bersama keluarganya ia bagaikan seorang anak kecil. Apabila keluar dan bergabung dengan kaumnya barulah ia menjadi seorang lelaki."

6.2.2. Akhlak Istri kepada Suami

Seorang isteri wajib menaati suami. Menaatinya sepanjang tidak memerintahkan yang makruf dan tidak menyalahi syariat. Inilah setinggi-tingginya akhlak isteri kepada suaminya.

Taat kepada suami menjadi bagian terpenting dalam keluarga dan berperan besar menciptakan kondisi yang baik di dalamnya.

Karena itu sangat besar pula pahalanya di sisi Allah Ta'ala. Saking besarnya menyamai pahala jihad fi sabilillah.

Gambaran besarnya keharusan seorang istri taat kepada suami seperti dalam hadits berikut (hadits dari Ibnu Abi Aufa):

« ل وَ

أَ

مَ

رِ

تَ

شْ

يْ

ئُ;

ا أَ

نْ

يْ

سْ

جَ

دَ

ل شْ

ي ءٍَ

مَلأ رِ

تَ

لاَ

مَ

رِ

أَ

ةَ

أَ

نْ

ت سْ

جَ

دَ

ل ز وَ

ج هِ

ا وَ

لاَ

ّذ

ي

نَ

فَ

سْ

ي بَيْ

دَ

هُ

لا ت ؤ دْC ي لاَ

مَ

رِ

أَ

ةَ

حَ

قُّ

رِ

بَC هِ

ا حَ

تَّ

ى ت ؤ دْC ي حَ

قُّ

ّ

ز وَ

ج هِ

ا

»

"Seandainya aku boleh memerintahkan sesuatu untuk bersujud kepada sesuatu, maka aku perintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, wanita belumlah menunaikan hak Tuhannya, sampai ia menunaikan hak suaminya."1

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda (hadits dari Anas bin Malik):

« ذَإِ

اَ

صَ

لَّ

ت لاَ

مَ

رِ

أَ

ةَ

خُ

مَ

سْ

هِ

ا وَ

صَ

مَا ت شْ

هِ

رِ

هُ

ا وَ

حَ

فَ

ظ ت فِ

رِ

ج هِ

ا وَ

طأَ

عِا ت

ز وَ

ج هِ

ا دْ

خُ

لَّ

ت لاَ

جَ

نْ

ةَ

»

"Apabila seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka ia masuk surga."2

Ada banyak bentuk ketaatan kepada suami, antara lain:

1. Memenuhi ajakannya untuk bersebadan.

2. Betah tinggal di rumah, dan hanya bepergian ketika diizinkan suami.

1 Hadits di muat di Shahih al-Targhib, no. 1938.

2 Hadits di muat di Shahih al-Jami' al-Shaghir, no. 661.

(10)

3. Melaksanakan puasa atas izin suami.

4. Memberikan sesuatu dari harta suami atas seizinnya.

5. Memerhatikan keperluannya sehari-hari.

6. Mencurahkan perhatian untuk mendidik anak-anak dalam keluarga.

7. Mendukung dan mengondisikan suami untuk bisa tegar dalam menghadapi kehidupan dengan penuh keberanian dan

semangat.

8. Menjaga kehormatan suami, anak-anak, dan hartanya.

9. Memperhatikan urusan di dalam rumah sehingga segala sesuatu terkendalikan dengan baik, terurus, terawat dan menjadi

kondusif.

6.3. Akhlak kepada Kerabat

Karib kerabat seorang muslim bagian dari keluarga besarnya.

Menurut Syaikh al-Jazairi1, akhlak kepada kerabat sebagaimana ia mempergauli dan berakhlak kepada ibu bapaknya, anak-anak, dan adik kakaknya.

Paman, bibi, om, tante, dan uwak dipergauli layaknya kedua orang tua. Berbuat baik kepada mereka bagian dari berbuat baik kepada kedua orang tua.

Menjaga hubungan dan menyambungkan silaturahmi dengan mereka adalah suatu keharusan, meskipun mereka tidak

menyambungkannya.

Begitu juga menghargai dan menghormati mereka. Berlemah lembut dan akrab dengan mereka. Mengunjungi dan menengok mereka ketika sakit. Berduka cita dan bertakziah ketika ada yang meninggal diantara mereka. Memenuhi undangannya.

Allah berfirman:

        

         

         

  

"Nabi itu hendaknya lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri (lebih dicintai) dan isteri-isterinya adalah ibu- ibu mereka.

Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak di dalam kitab Allah daripada orang- orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah)." (QS. Alahzab: 6)

1 Lihat Minhaj al-Muslim (Syaikh Abu Bakr Jabir al-Jajairi), hal. 78.

(11)

Allah berfirman:

"Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat haknya.

Demikian pula kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

(QS. Arrum: 38).

Dalam ayat lain disebutkan:

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS. Annisa: 36).

6.4. Akhlak kepada Tetangga 6.4.1. Mukadimah

Hubungan sesama manusia sangat diperhatikan. Ada hak-hak yang harus diperhatikan berkaitan dengan posisi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Syariat memandang bahwa dalam kehidupan bermasyarkat seseorang memiliki hak-hak khusus sebagai: [1] muslim, [2] kafir, [3] kerabat, dan atau [4] tetangga.

Pengelompokkannya sebagai berikut1:

a. Jika seseorang tersebut muslim, kerabat dan tetangga, maka ia mempunyai tiga hak: [1] hak Islam, [2] hak kekerabatan, dan [3] hak ketetanggaan.

b. Jika dia seorang kerabat sekaligus tetangga, tapi kafir, maka dia memiliki dua hak saja: [1] hak kekerabatan dan [2] hak ketetanggaan.

c. Jika dia seorang muslim, tetangga, tapi bukan kerabat, maka dia memiliki dua hak saja: [1] hak Islam dan [2] hak

ketetanggaan.

d. Jika dia adalah tetangga yang kafir, maka dia mendapat satu hak saja, yaitu hak ketetanggaan.

Lalu bagaimana akhlak bertetangga di dalam Islam?

Tetangga yaitu orang-orang yang rumahnya berdekatan. Dan yang paling dekat rumahnya menjadi tetangga yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan pemuliaan.

6.4.2. Memuliakan Tetangga

1 Lihat juga Silsilah al-Adab al-Islamiyyah (Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid), pada pembahasan ketetanggaan.

(12)

Berbuat baik kepada tetangga menjadi perhatian serius dalam ajaran Islam. Perhatikan firman Allah Taala:

         

      



....

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu- bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh…." (QS. Annisa:

36)

Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- dalam beberapa hadits mengingatkan kita agar selalu berbuat baik kepada tetangga, di antaranya adalah:

Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda (hadits dari Abu Hurairah):

« وَ

نِمَ

نْاكِ

نِمَؤيْ

هِلَّلابَ

مِوَيْلاَوَ

،رِخُلآاَ

مِرِكِيْلَّفِ

هُرِاج ....

»

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya." (Muttafaq 'alaih)1.

Beliau juga bersabda:

« اَذَإِ

تخَبَط

،;ةَقُرِمَ

رِثِكِأَفِ

،اهُءَامَ

دَهُاعتوَ

كَنَاَرِيْج

»

"Jika engkau memasak makanan berkuah, perbanyaklah airnya, dan bagikanlah kepada para tetanggamu." (HR. Muslim)2.

Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda:

« امَ

لَاَز لِيْرِبَج ينْيْصَوَيْ

رِاجَلابَ

ىتَحَ

تنْنْظَ

هِنَأَ

هِثُCرِوَيْسَ

»

"Malaikat Jibril senantiasa mewasiatkan kepadaku (untuk berbuat baik) dengan tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga akan mempunyai hak waris." (Muttafaq 'alaih)3.

Suatu ketika Rasulullah berkata, "Demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman, dan demi Allah dia tidak beriman…."

Ada seseorang yang bertanya, "Siapakah dia, wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya."4 (HR. Bukhari)4.

6.4.3. Beberapa Adab kepada Tetangga

Islam menuntun umatnya untuk berakhlak kepada para tetangga.

Diantara tuntunan tersebut:

1 HR. Bukhari (no. 5673) dan Muslim (no. 48).

2 Muslim, no. 2625.

3 HR. Bukhari (no. 5669) dan Muslim (no. 2624).

4 HR. Bukhari, no. 6016.

(13)

1. Ramah, sopan, dan sering bertegur sapa. Tanyailah keadaan kesehatan mereka, anak-anaknya, dan lain-lainya.

2. Mengucapkan selamat kepada tetangga atas keberhasilan yang diraihnya, baik pendidikan, pekerjaan, atau lain sebagainya.

3. Manfaatkan HP untuk menyampaikan selamat, informasi penting, nasihat-nasihat ringan, dan lain-lainnya.

4. Berikanlah kepada mereka sebagian makanan, minuman atau lainnya.

5. Apabila kita pulang dari bepergian jauh, berikan oleh-oleh buat mereka.

6. Bantulah mereka apabila sedang mengalami musibah, kesulitan keuangan, ataupun menyelenggarakan hajatan.

7. Berikanlah anak-anak mereka sesuatu yang menyenangkan, berupa makanan, minuman, ataupun mainan.

8. Sesekali undanglah mereka makan bersama.

9. Berikanlah hadiah kaset, CD, buku, atau majalah yang mendorong mereka untuk lebih memahami Islam.

10. Ajaklah mereka sesekali ke dalam suatu acara pengajian atau majelis taklim, atau pergilah bersama memenuhi suatu

undangan walimah apabila mereka juga diundang.

-o0o-

+++++++++++++++++++

+ Pembahasan ini bersumber dari Bina al-Usrah al-Muslimah (Syaikh Khalid bin Abdurrahman al-'Ikk), hal. 94.

Referensi

Dokumen terkait