• Tidak ada hasil yang ditemukan

07 Friendy G Marpaung Proposal Tugas Akhir

N/A
N/A
07@Friendy Givenus Marpaung_OBU 18 C

Academic year: 2025

Membagikan "07 Friendy G Marpaung Proposal Tugas Akhir"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

2025

KAJIAN TINGKAT RISIKO BIRD STRIKE TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDAR UDARA

KALIMARAU BERAU

TUGAS AKHIR

Oleh:

FRIENDY GIVENUS MARPAUNG NIT. 15112210055

PROGRAM STUDI OPERASI BANDAR UDARA PROGRAM DIPLOMA III

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG

(2)

KAJIAN TINGKAT RISIKO BIRD STRIKE TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDAR UDARA

KALIMARAU BERAU

TUGAS AKHIR

Oleh:

FRIENDY GIVENUS MARPAUNG NIT. 15112210055

PROGRAM STUDI OPERASI BANDAR UDARA PROGRAM DIPLOMA III

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG 2025

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

KAJIAN TINGKAT RISIKO BIRD STRIKE TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDAR UDARA

KALIMARAU BERAU

Oleh :

Friendy Givenus Marpaung NIT.15112210055

Disetujui untuk diujikan pada tanggal : Curug,

Pembimbing I : NIP.

Pembimbing II :

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

KAJIAN TINGKAT RISIKO BIRD STRIKE TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDAR UDARA

KALIMARAU BERAU

Oleh : Friendy Givenus Marpaung NIT. 15112210055

Telah dipertahankan dan dinyatakan lulus pada Ujian Proyek Akhir/Tugas Akhir Program Studi Operasi Bandar Udara Program Diploma Tiga

Politeknik Penerbangan Indonesia Curug pada Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Ketua :

NIP.

2. Sekretaris : NIP.

3. Anggota : NIP.

Ketua Program Studi

Operasi Bandar Udara Program Diploma III

DR. AGOES SOEBAGIO S.H., DESS NIP. 19650713 199303 1 003

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME. yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir dengan judul “KAJIAN TINGKAT RISIKO BIRD STRIKE TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDAR UDARA KALIMARAU BERAU” dengan baik, lancar, dan tanpa hambatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.. Selama penyusunan laporan ini penulis menemui banyak pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan anugerah rezeki, rahmat, dan lindungan-Nya kepada penulis.

2. Keluarga tercinta yang memberikan banyak support kepada penulis khususnya Bapak Oyen Marpaung, Ibu Lisbet Simanjuntak.

3. Capt. Megi Hudi Helmiadi selaku Direktur Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.

4. Bapak Dr. Agoes Soebagio S.H., DESS, selaku Ketua Program Studi Diploma III Operasi Bandar Udara Politeknik Penerbangan Indonesia Curug dan sebagai dosen pembimbing penulis.

5. Bapak Dwi Afriyanto CH., S.Sos., MMTr selaku Dosen Pembimbing laporan On the Job Training

6. Seluruh dosen dan instruktur beserta staf pada Program Studi Operasi Bandar Udara di Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) Curug

7. Bapak Ferdinan Nurdin, S.H., S.Si.T., M.M.Tr. sebagai Kepala Bandar Udara Kelas 1 Kalimarau

8. Bapak Yudhy Anggara RBP.,S.E.,M.A selaku Kasubag Keuangan dan Tata Usaha Bandar Udara BLU Kelas 1 Kalimarau

(6)

9. Bapak Martono ,S.SI. T selaku Kepala Seksi Keamanan dan Pelayanan Darurat Bandar Udara BLU Kelas 1 Kalimarau

10. Bapak Budi Sarwanto ,S.S. T selaku Kepala Seksi Teknik dan Operasi Bandar Udara BLU Kelas 1 Kalimarau

11. Bapak Muhammad Alfian selaku Kepala Unit AMC di Bandar Udara BLU Kelas 1 Kalimarau

12. Bapak Akhyari Hasan selaku Kepala Unit Avsec di Bandar Udara BLU Kelas 1 Kalimarau

13. Ibu Ninit Amalia Aprilianti selaku Senior Avsec dan Supervisor OJT di Bandar Udara BLU Kelas 1 Kalimarau

14. Mas Nawir , Mas Aris, Mba Riska, Mas Syamsul, Mas Triaji, Kak Luftisia, dan Mba Kuny Ilya Selaku Senior OJT di Unit AMC dan Unit AVSEC yang telah membimbing serta memberikan ilmu mengenai Unit AMC dan Unit AVSEC

15. Seluruh rekan-rekan OJT Bandar Udara Kelas 1 Kalimarau baik itu dari kampus PPI Curug, Poltekbang Makassar, Poltekbang Surabaya, Poltekbang Medan, dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan Laporan OJT ini

Pennulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun guna meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca, khususnya dalam indsutri penerbangan.

Berau, 17 Februari 2024

Friendy Givenus Marpaung

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Batasan Masalah... 4

1.4 Tujuan Penelitian...4

1.5 Hipotesis...5

1.6 Manfaat Penelitian...5

1.7 Sistematika Penulisan...6

BAB II LANDASAN TEORI...9

2.1 Teori Penunjang...9

2.1.1 Penerbangan...9

2.1.2 Bandar Udara...9

2.1.3 Keselamatan Penerbangan...10

2.1.4 Sisi Udara... 11

2.1.5 Hazard...11

2.1.6 Hewan Liar...11

2.1.7 Manjemen Hewan Liar(Wildlife Hazard Management)...11

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan...14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...19

3.1 Desain Penelitian...19

3.2 Variabel Penelitian...20

3.3 Objek Penelitian...21

3.3.1 Populasi...21

3.3.2 Sampel...21

3.3.3 Objek Penelitian...21

(8)

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian...21

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data...21

3.5 Teknik Analisis Data...24

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian...24

DAFTAR PUSTAKA... 25

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tabel Penelitian Terdahulu...14

(10)

1.1 Latar

Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Transportasi udara

melibatkan penggunaan pesawat untuk mengangkut penumpang, barang, dan kargo dengan aman serta efisien. Menurut Undang- Undang Penerbangan, bandar udara adalah area tertentu di darat atau perairan yang berfungsi sebagai lokasi pesawat untuk mendarat, lepas landas, serta

mendukung pergerakan

penumpang dan kargo. Bandara dilengkapi dengan berbagai fasilitas keamanan, keselamatan penerbangan, dan infrastruktur pendukung lainnya. Keberadaan bandara yang memadai berperan penting dalam mendukung pertumbuhan serta kelancaran transportasi udara. Keunggulan utama dari transportasi udara adalah kecepatannya, sehingga menjadi pilihan favorit bagi banyak orang. (Ali Akbar Pratama & Kifni Yudianto, 2024) Bandar Udara Kalimarau Berau, yang berlokasi strategis di Berau, Kalimantan Timur, merupakan salah satu bandara tersibuk di Indonesia. Dengan kode IATA BEJ dan ICAO

(11)

baik untuk keperluan bisnis maupun wisata. Sebagai gerbang utama menuju Kalimantan Timur, bandara ini menyediakan berbagai fasilitas modern, seperti ruang tunggu yang nyaman, area perbelanjaan, dan beragam pilihan kuliner. Selain itu, infrastruktur yang memadai, termasuk landasan pacu yang luas dan sistem navigasi canggih,

mendukung kelancaran

operasional penerbangan.

Bandar udara terdiri dari dua zona utama yang memiliki fungsi saling melengkapi. Zona darat, yang dikenal sebagai terminal, merupakan area publik yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan penumpang. Di area ini, pengguna

1

(12)

jasa penerbangan melakukan berbagai aktivitas, seperti check-in hingga menunggu keberangkatan. Sementara itu, zona udara adalah area terbatas yang diperuntukkan bagi operasional penerbangan, mencakup landasan pacu, landasan penghubung, dan apron sebagai tempat parkir pesawat. Pembagian zona ini bertujuan untuk menjaga keselamatan dan keamanan penerbangan serta meningkatkan kenyamanan bagi seluruh pengguna bandara.

Berdasarkan panduan internasional, segala sesuatu yang berpotensi menimbulkan kecelakaan pesawat dikategorikan sebagai bahaya. Salah satu ancaman yang sering terjadi adalah keberadaan hewan liar dan burung. Untuk mengurangi risiko ini, setiap negara harus memiliki prosedur khusus dalam memantau serta mengevaluasi aktivitas hewan liar terutama burung di sekitar bandara. Proses ini mencakup pengumpulan data dari berbagai sumber, seperti laporan pilot, petugas bandara, dan masyarakat setempat. Data yang terkumpul kemudian dikaji oleh para ahli guna menentukan langkah-langkah pencegahan yang efektif.

Keselamatan penerbangan merupakan prioritas utama dalam industri aviasi. Salah satu ancaman serius yang sering kali dihadapi oleh pesawat, terutama saat fase lepas landas dan mendarat, adalah bird strike atau tabrakan antara pesawat dan burung. Insiden bird strike dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada struktur pesawat, mesin, dan sistem lainnya, bahkan dalam beberapa kasus dapat berujung pada kecelakaan fatal. Menurut data dari ICAO dan otoritas penerbangan sipil berbagai negara, jumlah insiden bird strike cenderung meningkat seiring dengan berkembangnya lalu lintas udara dan perambahan habitat alami burung.

Bandar Udara Kalimarau yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, merupakan salah satu pintu gerbang utama transportasi udara di wilayah tersebut. Dengan meningkatnya aktivitas penerbangan di bandara ini, risiko terhadap keselamatan penerbangan akibat bird strike menjadi perhatian yang sangat penting. Lokasi geografis bandara yang dekat dengan kawasan hutan, lahan basah, dan sumber air lainnya menjadikan area di sekitar bandara sebagai habitat alami berbagai spesies burung. Hal ini meningkatkan

(13)

bandara.

Penanganan dan mitigasi risiko bird strike memerlukan kajian yang komprehensif, mencakup identifikasi spesies burung yang dominan, pola pergerakan burung, waktu-waktu rawan kejadian, serta efektivitas sistem pengendalian fauna di area bandara. Kajian risiko ini penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis yang dapat meminimalkan potensi insiden bird strike serta mendukung keselamatan operasional penerbangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat risiko bird strike di Bandar Udara Kalimarau Berau dan menganalisis sejauh mana ancaman ini mempengaruhi keselamatan penerbangan. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pengelola bandara dan otoritas penerbangan dalam upaya mitigasi risiko dan peningkatan keselamatan penerbangan secara menyeluruh. Dengan demikian, penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis. Maka dari itu, berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk membuat sebuah penelitian tugas akhir Diploma Tiga Operasi Bandar Udara dengan judul “KAJIAN TINGKAT RISIKO BIRD STRIKE TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDAR UDARA KALIMARAU BERAU”.

(14)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertulis, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar tingkat risiko bird strike terhadap keselamatan penerbangan di Bandar Udara Kalimarau Berau?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberadaan burung di area bandara?

3. Langkah-langkah apa yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko bird strike di bandara tersebut?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan keterbatasan waktu penelitian, agar penelitian ini tetap fokus dan terarah, batasan masalah yang diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya membahas bird strike yang berhubungan langsung dengan keselamatan penerbangan di Bandar Udara Kalimarau Berau.

2. Fokus utama adalah pada hewan liar yang sering ditemukan di area bandara, terutama burung yang berpotensi menyebabkan bird strike.

3. Analisis risiko didasarkan pada data observasi, laporan insiden, serta wawancara dengan pihak terkait.

4. Mitigasi yang dibahas hanya mencakup tindakan yang dapat diterapkan oleh pengelola bandara dalam jangka pendek dan menengah.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, dapat dirumuskan tujuan pada penelitian ini yaitu

1. Untuk mengetahui tingkat risiko bird strike terhadap keselamatan penerbangan di Bandar Udara Kalimarau Berau.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan meningkatnya potensi gangguan hewan liar terutama burung terhadap operasional penerbangan.

(15)

3. Untuk menyusun rekomendasi strategis untuk mengurangi risiko bird strike di area bandara.

1.5 Hipotesis

Dari rumusan masalah di atas, dapat diambil hipotesis yaitu semakin tinggi aktivitas hewan liar terutama burung di area bandara, semakin besar potensi risiko terhadap keselamatan penerbangan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaaat pada penelitian kali ini yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan data dan informasi yang dapat digunakan oleh pihak pengelola bandara dalam pengelolaan risiko serangan burung

2. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mitigasi bird strike dalam operasional penerbangan.

3. Mendukung kebijakan keselamatan penerbangan yang lebih efektif dan berkelanjutan.

1.7 Sistematika Penulisan

1. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan pentingnya keselamatan penerbangan dan ancaman bird strike, terutama di Bandar Udara Kalimarau Berau yang memiliki ekosistem mendukung keberadaan hewan liar terutama burung.

Rumusan masalah mencakup jenis satwa yang berpotensi mengganggu penerbangan, tingkat risiko yang ditimbulkan, serta strategi mitigasi yang dapat diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hewan liar terutama burung di area bandara, menganalisis tingkat risikonya, dan memberikan rekomendasi pencegahan. Manfaat penelitian diharapkan dapat berkontribusi secara teoritis dalam bidang keselamatan penerbangan serta memberikan solusi praktis bagi pengelola bandara.

2. BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini mencakup beberapa konsep utama yang berkaitan dengan

(16)

keselamatan penerbangan dan bird strike. Pertama, konsep keselamatan penerbangan dijelaskan berdasarkan regulasi internasional dan nasional, termasuk faktor-faktor yang memengaruhi keamanan operasional penerbangan. Kedua, teori tentang bird strike dalam penerbangan membahas definisi, jenis ancaman yang ditimbulkan oleh hewan liar terutama burung serta dampak yang dapat terjadi. Ketiga, kajian mengenai faktor lingkungan dan habitat hewan liar terutama burung di bandara mengidentifikasi elemen-elemen seperti sumber makanan, air, dan vegetasi yang dapat menarik burung serta hewan liar ke area operasional bandara. Selanjutnya, penelitian ini mengacu pada regulasi dan kebijakan mitigasi risiko bird strike, termasuk standar yang ditetapkan oleh ICAO dan Kementerian Perhubungan dalam mengelola ancaman terhadap penerbangan. Landasan teori ini menjadi dasar dalam menganalisis tingkat risiko serta menyusun rekomendasi strategi mitigasi yang efektif untuk Bandar Udara Kalimarau Berau.

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Desain penelitian akan dibahas pada bagian ini termasuk penjelasan terkait metode penelitian yang akan diambil berupa metode penelitian campuran (mixed method) oleh penulis. Selain itu, bab ini mencakup pendekatan penelitian yang digunakan, lokasi dan waktu penelitian, serta metode pengumpulan dan analisis data. Observasi langsung dilakukan di Bandar Udara Kalimarau Berau untuk mengidentifikasi burung, didukung dengan wawancara petugas bandara dan studi dokumentasi insiden penerbangan. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode statistik atau skala risiko untuk menentukan tingkat ancaman wildlife hazard terhadap keselamatan penerbangan..

4. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini menyajikan hasil identifikasi burung di area bandara, analisis tingkat risiko yang ditimbulkan, serta strategi mitigasi yang dapat diterapkan. Pembahasan ini bertujuan memberikan gambaran menyeluruh mengenai dampak bird strike terhadap operasional penerbangan di Bandar Udara Kalimarau Berau serta langkah-langkah pencegahan yang efektif..

5. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

Merangkum temuan utama penelitian mengenai tingkat risiko bird strike di Bandar Udara Kalimarau Berau. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis, sementara saran diberikan kepada pengelola bandara untuk meningkatkan pengendalian burung dan bagi penelitian selanjutnya agar mengembangkan metode mitigasi yang lebih efektif.

(18)

2.1 Teori Penunjang 2.1.1 Penerbangan

BAB II LANDASAN TEORI

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, penerbangan merupakan sebuah sistem terpadu yang mencakup penggunaan wilayah udara, pesawat udara, bandara, transportasi udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas pendukung dan fasilitas umum lainnya.

Penyelenggaraan penerbangan bertujuan untuk mencegah praktik bisnis yang merugikan serta memastikan bahwa penerbangan berjalan dengan tertib, teratur, selamat, aman, dan nyaman dengan harga yang terjangkau.

2.1.2 Bandar Udara

Berdasarkan dokumen International Civil Aviation Organization (ICAO), bandar udara merupakan suatu area yang berada di darat termasuk di perairan yang mencakup bangunan, instalasi, serta peralatan yang digunakan untuk kegiatan penerbangan. Kegiatan penerbangan yang dimaksud yaitu aktivitas pesawat lepas landas, mendarat, dan bergerak, serta pergerakan penumpang dan kargo. Pada umumnya, bandar udara memiliki fasilitas seperti landasan pacu, apron, terminal, hangar, dan fasilitas penunjang penerbangan lainnya yang dibutuhkan untuk operasional penerbangan. (ICAO Annex 14, 2018).

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No. 1 yang disahkan pada tahun 2009 tentang Penerbangan menjelaskan tentang pengertian “Bandar udara yaitu kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan

(19)

fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

2.1.3 Keselamatan Penerbangan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Keselamatan Penerbangan diartikan sebagai suatu kondisi di mana semua persyaratan keselamatan terpenuhi dalam penggunaan wilayah udara, pesawat udara, bandara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

Keselamatan penerbangan bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi lebih merupakan tanggung jawab untuk memastikan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan seluruh penumpang serta personel bandara yang terlibat. Keselamatan penerbangan tercapai ketika operasi penerbangan berjalan lancar sesuai prosedur dan standar teknis yang berlaku terhadap sarana dan prasarana penerbangan beserta fasilitas pendukungnya. Kewajiban untuk menjaga keselamatan penerbangan ini berlaku bagi semua maskapai penerbangan dan pihak bandara.

Untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001. Negara secara langsung bertanggung jawab penuh dalam mengelola dan mengawasi seluruh aspek keamanan dan keselamatan penerbangan sipil. Menurut peraturan ini, yang dimaksud dengan :

 Keamanan dan keselamatan penerbangan merupakan kondisi yang menjamin pelaksanaan penerbangan sesuai dengan standar keselamatan yang telah ditetapkan.

 Keselamatan penerbangan tercapai ketika semua kegiatan penerbangan mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan dan semua peralatan yang digunakan dalam kondisi baik.

(20)

2.1.4 Sisi Udara

Sisi Udara adalah Sisi udara adalah daerah pergerakan pesawat udara atau movement area di bandar udara, termasuk daerah sekitarnya dan gedung atau bagianya dimana akses masuk daerah tersebut dikendalikan dan dilakukan pemeriksaan keamanan dan/atau memiliki izin khusus (Amri, 2022). Dalam buku yang ditulis oleh Harnaeni (2023), diketahui fasilitas an area di sisi udara sebagai berikut:

a) Runway : merupakan area persegi Panjang khusus di bandar udara, baik didarat maupun perairan, yang dirancang untuk mendukung kegiatan pendaratan dan lepas landas pesawat terbang dengan aman. Lingkungan sekitar landasan pacu juga dikelola secara ketat untuk menghilangkan potensi gangguan yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan.

b) Taxiway : sebagai penghubung vital, landas hubung (taxiway) memfasilitasi pergerakan pesawat udara antara lepas landas pacu dan apron, memungkinkan pesawat untuk berpindah dari satu area ke area lainnya. Karena perannya yang krusial, perencanaan taxiway harus memenuhi standar dan regulasi yang ketat untuk menjamin kelancaran dan keamanan operasional bandara.

c) Apron : merupakan area di bandara yang berfungsi sebagai tempat parkir pesawat, pengisian bahan bakar, perawatan, serta kegiatan naik dan turunnya penumpang maupun kargo.

2.1.5 Hazard

Gangguan (Hazard) adalah segala kondisi, benda, atau aktivitas yang memiliki potensi untuk menyebabkan cedera pada personel, kerusakan pada peralatan atau struktur, kerugian materi, atau penurunan kemampuan dalam menjalankan suatu fungsi. Sumber atau keadaan berbahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan, penyakit, kerusakan peralatan, atau kerusakan lingkungan.

Bahaya kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: bahaya kesehatan

(21)

menyebabkan kecelakaan atau kerusakan), dan bahaya lingkungan (berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan).. (Halim & Panjaitan, 2016)

.

2.1.6 Bird Strike

Bird Strike merupakan kejadian di mana burung bertabrakan dengan pesawat udara, umumnya terjadi saat pesawat tinggal landas, mendarat, atau terbang pada ketinggian rendah. Menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), bird strike termasuk dalam kategori gangguan dari satwa liar (wildlife strike) yang bisa mengancam keselamatan penerbangan.

Dampak dari insiden ini dapat berupa kerusakan serius pada mesin, kaca depan, dan bagian penting lainnya pada pesawat, bahkan bisa menyebabkan kecelakaan fatal. Berdasarkan data dari Federal Aviation Administration (FAA), sebagian besar insiden ini terjadi di bawah ketinggian 3.000 kaki, yang artinya wilayah sekitar bandara sangat rentan terhadap kejadian ini. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya bird strike antara lain:

- Kondisi lingkungan bandara, seperti: keberadaan perairan, tempat sampah, dan lahan terbuka yang menarik burung untuk bersarang atau mencari makan.

- Perubahan musim dan waktu aktivitas burung, di mana intensitas pergerakan burung biasanya meningkat pada pagi dan sore hari, serta selama musim migrasi.

- Jenis burung dan perilakunya, terutama burung berukuran besar atau yang terbang berkelompok, memiliki risiko lebih tinggi terhadap pesawat.

- Frekuensi penerbangan, di mana semakin tinggi volume penerbangan, semakin besar pula potensi interaksi dengan burung.

2.1.7 Manajemen Hewan Liar(Wildlife Hazard Management) 1. Pengertian Manajemen Hewan Liar

(22)

mengontrol atau pengendalian daya tarik bandar udara terhadap burung dan hewan liar lainnya yang bagian dari prosedur pedoman pengoperasian bandar udara (Sulthan Abdi Rahman Mafaza & Eny Sri Haryati, 2022). Manajemen hewan liar dapat berupa memanipulasi perilaku hewan atau habitatnya untuk mencapai tujuan tertentu sehubungan dengan perilaku, populasi, atau distribusi geografis hewan.

2. Petugas Manajemen Hewan Liar

Petugas yang menangani bahaya hewan liar terdiri atas AMC (Apron Movement Control), petugas safety and risk management, petugas ATC (Air Traffic Control), petugas security bandar udara, petugas PKP-PK, unit infrastruktur bandar udara. Mereka harus bekerja sama dan berkoordinasi dalam penanganan hewan liar.

3. Tugas Manajemen Hewan Liar

Tugas petugas penanggung jawab wildlife hazard management secara umum adalah mengelola burung dan hewan liar untuk mencegah burung atau hewan liar tersebut masuk ke area bandar udara. Petugas penanggung jawab wildlife hazard management secara spesifik bertugas untuk mengidentifikasi potensi bahaya serangan burung dan hewan liar, menerapkan habitat manajemen burung dan hewan liar, melakukan pencatatan pengawasan burung dan hewan liar dan koordinasi dengan unit terkait.

Tugas personil atau unit kerja:

a. Mengindentifikasi sedini mungkin adanya potensi bahaya yang timbul akibat keberadaan serangan burung dan gangguan hewan liar yang berada di bandar udara dan sekitarnya.

b. Memahami habitat burung dan hewan liar yang berada di bandar udara dan sekitarnya yang dapat membahayakan keselamatan operasi penerbangan.

c. Meminimalkan atau menghilangkan penyebab masuknya burung dan hewan liar, dengan cara membersihkan semak belukar, membatasi ketinggian rumput, penutupan drainase, dan mengatur

(23)

d. Melakukan identifikasi kegiatan kawanan burung dalam radius 13 km.

e. Membuat penyimpanan catatan pengawasan keberadaan burung dan hewan liar.

f. Melakukan koordinasi dengan unit terkait terhadap potensi atas kemungkinan kejadian akibat burung dan hewan liar.

(24)

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel 2. 1 Tabel Penelitian Terdahulu

Judul Tahun Peneliti Keterangan

“IMPLEMENTASI PERATURAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN TERKAIT

MANAJEMEN BAHAYA HEWAN LIAR DI BANDAR UDARA

INTERNASIONAL HANG NADIM BATAM”

2023 1.Sri Sutarwati

2. Lusi Amelia Simanjuntak

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui

mengetahui dan

menganalisis implementasi peraturan keamanan dan keselamatan penerbangan terkait manajemen bahaya hewan liar di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif- empiris. Data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu berusaha menjelaskan pemecahan masalah berlandaskan data-data, dengan menyajikan, menganalisis serta menginterpretasikannya.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa petugas Manajemen

(25)

Bahaya Hewan Liar Bandar Udara Internasional Hang Nadim, telah menjalankan tugas sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization

(ICAO) dalam buku Airport

Service Manual

(DOC.9137 – AN/898) Part 3 Bird and reduction, Chapter 6 sub bab 6.1.1., dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, yaitu melakukan mitigasi risiko yang bertujuan untuk menurunkan level risiko dari ancaman bahaya hewan liar burung dan monyet.

(26)

“Analisis Risiko Bird Strike dengan Metode Sowden dan Metode MOORA di Bandara

Internasional XYZ”

2023 1.Ima Nursani

2. Ony Arifianto

Penelitian ini berfokus pada analisis risiko bird strike dengan Metode Sowden dan Metode MOORA. Penelitian ini menggunakan tiga metode, yaitu metode Sowden di mana penilaian berdasarkan ukuran berat badan burung

(27)

dan karakteristik sosial, metode MOORA yang

merupakan metode

penghitungan dengan mempertimbangkan lokasi

burung berada,

kemampuan terbang burung dan jumlah burung pada saat pengamatan.

Berdasarkan analisa penghitungan dengan metode Sowden dan metode MOORA, yang kemudian dibuat analisis lanjutan dengan risk assessment, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemungkinan risiko bird strike di Bandara XYZ sangat tinggi karena beberapa jenis burung, seperti burung kuntul kerbau, cangak abu, cangak merah, dan blekok sawah banyak ditemukan di area airside dan landside.

“Manajemen

Penanganan Hewan Liar (Wildlife Hazard) Terhadap Keselamatan Penerbangan di

2023 1.Carolina Andini Aswiratin

2. Elfi Amir

3. Martha Saulina

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui

penanganan terhadap keberadaan hewan liar

(anjing) yang

mempengaruhi

(28)

Bandar Udara Internasional Aji Pangeran

Tumenggung Pranoto Samarinda”

keselamatan penerbangan.

Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Untuk

pengumpulan data

mennggunakan studi dokumentasi dan observasi secara langsung di lapangan mulai Desember 2020 hingga Februari 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan hewan liar

yang masuk di

manouevering area dan movement area Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda sering menghambat pergerakan pesawat udara. Perlu adanya perhatian khusus dalam penanganan hewan liar untuk meningkatkan keselamatan penerbangan

di Bandar Udara

Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda. Selain itu, diperlukan koordinasi serta manajemen sistem yang

(29)

tim pencegahan hewan liar dan perbaikan infrastruktur yang dapat menjadi celah untuk pintu masuk hewan liar ke manouevering area dan movement area.

(30)

3.1 Desain Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Nazir (2005), penelitian berasal dari terjemahan kata "research"

dalam bahasa Inggris, yang memiliki arti "mencari," yang pada dasarnya berarti "mencari kembali." Dengan demikian, penelitian merupakan upaya untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu fenomena atau pengetahuan dengan pendekatan ilmiah. Prosedur, alat, dan desain penelitian yang digunakan berkaitan erat dengan metode yang dipilih, yang pada gilirannya memberikan panduan kepada peneliti tentang cara penelitian harus dilaksanakan.

Metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto (1986) adalah cara berfikir, berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian, dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang mempelajari keadaan suatu kelompok orang, objek, keadaan, sistem pemikiran, atau peristiwa tertentu pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk menciptakan gambaran sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta, ciri, dan hubungan antar fenomena yang diteliti.

Dengan demikian, metode penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mempelajari objek, situasi, kelompok orang, atau fenomena lain dalam keadaan nyata atau wajar (tanpa percobaan) untuk menghasilkan gambaran keseluruhan yang sistematis atau gambaran rinci yang faktual dan akurat.

Dalam penelitian, observasi dan dokumentasi adalah langkah pertama.

Setelah itu, fenomena dikaji. Penelitian ini memberikan gambaran umum mengenai penanganan bird strike di Bandar Udara Kalimarau Berau.

Faktor yang beresiko membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan di sisi udara, selanjutnya akan dilanjutkan analisa lebih lanjut berdasarkan : SKEP 42/III/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 – 03 Manajemen Bahaya Hewan

(31)

Liar di Bandar Udara dan Sekitarnya (Advisory Circular Casr 139 – 03, Wildlife Hazard Management on or in the Vicinity of an Aerodrome).

3.2 Variabel Penelitian

Istilah "variabel" merujuk pada sesuatu yang dapat berubah atau memiliki variasi. Dalam konteks penelitian, variabel adalah konsep atau karakteristik yang dipelajari oleh peneliti untuk mendapatkan informasi dan menarik kesimpulan. Variabel dapat berupa apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk diukur, diamati, atau dianalisis, seperti tingkat aspirasi, pendapatan, pendidikan, atau jenis kelamin. Pada dasarnya, variabel adalah representasi konkret dari konsep abstrak yang memungkinkan peneliti untuk mempelajarinya secara sistematis.

Macam-macam Variasi Penelitian

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan perubahan pada variabel lain. Ini adalah variabel yang dimanipulasi atau dikontrol oleh peneliti untuk melihat dampaknya terhadap variabel dependen. Variabel independen sering disebut sebagai "penyebab"

dalam hubungan sebab-akibat.

b. Variabel Dependen(Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau berubah sebagai akibat dari perubahan pada variabel independen. Ini adalah variabel yang diamati atau diukur oleh peneliti untuk melihat apakah ada pengaruh dari variabel independen. Variabel dependen sering disebut sebagai "akibat"

dalam hubungan sebab-akibat.

(32)

3.3 Objek Penelitian

Sugiyono (2017) mengatakan bahwa objek penelitian adalah fitur, sifat, atau nilai individu, objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang dimasukkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik akhirnya.

Namun, menurut Satibi (2011:74), objek penelitian biasanya menggambarkan atau menggambarkan sasaran penelitian atau lingkup penelitian secara keseluruhan, yang mencakup atribut dari lingkup penelitian tersebut.

Adapun objek penelitian yang ditulis yaitu penanganan Birdstrike dan dengan SKEP 42/III/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 – 03 Manajemen Bahaya Hewan Liar di Bandar Udara dan Sekitarnya (Advisory Circular Casr 139 – 03, Wildlife Hazard Management on or in the Vicinity of an Aerodrome 3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan untuk mempermudah penulis dalam hal pengumpulan data. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung dengan fokus pada objek dan penggunaan seluruh indra guna mengumpulkan data. Observasi bisa berpedoman pada pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara (Thalha Alhamid dan Budur Anufia, 2019). Tujuan observasi yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku dan peristiwa yang diamati, kemudian untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan, serta mengevaluasi kesimpulan tertentu untuk mendapatkan umpan balik berdasarkan hasil penelitian.

Pada penelitian ini, observasi dilakukan secara langsung pada saat penulis melaksanakan kegiatan On the Job Training (OJT) di Bandar Udara Kalimarau Berau. Observasi langsung, yaitu mengamati

(33)

secaralangsung kondisi fisik komponen atau sistem yang mengalami kerusakan. Dalam konteks Inspeksi wildlife hazard di Bandar Udara Kalimarau Berau, penulis melakukan pengamatan langsung di area sisi udara bandara (airside) dengan bantuan anggota AMC (Apron Movement Control) selama proses inspeksi.

2) Wawancara

Menurut Yusuf (2014:372) wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi secara langsung atau bertanya secara langsung mengenai suatu objek yang di teliti. (Iii, 2018) . Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan dan selanjutnya akan digunakan sebagai salah satu bentuk pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan informan, yaitu Supervisor Unit AMC Bandar Udara Kalimarau Berau.

No Nama NIP Jabatan

(34)

2. Nawir 413962.038 Anggota AMC

3. Aris 413962.006 Anggota AMC

4. Syamsul Huda 413962.144 Anggota AMC

5. Riska Febrianti 413862.108 Anggota AMC

Tabel 3.1 Narasumber Wawancara 3) Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penilitian (Nilamsari, 2014).

Ahli berpendapat pengertian dokumentasi adalah penghimpunan dokumen atau suatu objek tertentu. Dalam penelitian dokumentasi berupa foto atau gambar dan dokumen bertujuan untuk mendukung dalam penulisan ini. Dokumentasi digunakan sebagai pelengkap observasi dan wawancara agar permasalahan yang ditemukan dapat dibuktikan dengan dokumentasi.

3.5 Teknik Analisis Data

Sugiyono menjelaskan bahwa analisis data teknis adalah suatu proses yang terstruktur untuk mengolah data yang diperoleh dari lapangan atau dokumen. Proses ini melibatkan pengelompokan data, pemecahan data menjadi bagian- bagian yang lebih kecil, penggabungan informasi, dan pembentukan pola-pola tertentu. Data yang diperoleh akan dikaji menggunakan metode risk assessment, metode sowden dan metode moora untuk menentukan tingkat risiko bird strike berdasarkan frekuensi kejadian dan dampaknya terhadap penerbangan. Hasil kajian ini akan digunakan untuk merumuskan rekomendasi strategis.

Metode Sowden didasarkan pada kualitas populasi atau faktor sosial

(35)

dan bobot burung. Cara ini digunakan untuk mengukur kemungkinan terjadinya tabrakan burung dan hewan liar yang akan mengakibatkan kerusakan pada suatu properti. Karena berat burung dapat mempengaruhi tingkat kerusakan saat terjadi tabrakan, maka digunakanlah parameter ini.

Pemilihan perilaku sosial digunakan karena pentingnya pengaruh jumlah individu burung terhadap kerusakan pesawat jika terjadi tabrakan. Seperti terlihat pada Tabel di bawah, level tingkat risiko dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan karakteristik sosial dan berat badan.

Severity of Risk Species Characteristics Interpretations

Level 1 Very large (>1.8 kg), flocking

May cause significant harm Level 2 Very large (>1.8 kg), solitary

Large (1-1.8kg), flocking Level 3 Large (1-1.8 kg), solitary

Medium (300-1000 g), flocking Level 4 Medium (300-1000g), solitary

Small (50 – 300 g), flocking Level 5 Small (50-300 g), solitary

Generally, does not cause significant accidents, although some minor damage may occur

Tabel 3.2 Skor kategori Severity Of Risk

Metode Moora adalah metode yang menggunakan parameter yang dikumpulkan di lokasi penelitian diberi skor. Data kemampuan terbang, titik aktivitas, dan jumlah setiap burung di wilayah bandara merupakan parameter tambahan dari pendekatan awal.

a) Tinggi Terbang Burung (T)

Kemampuan dan ketinggian posisi terbang yang spesifik untuk setiap jenis, diukur dari permukaan tanah menjadi kategori sebagai berikut:

- Jenis yang tidak bisa terbang, maka skornya 1

- Jenis yang hanya dapat terbang di ketinggian rendah kurang dari lima meter maka skornya 2

- Hingga tiga puluh meter maka skornya 3 - Terbang hingga seratus meter maka skornya 4

(36)

- Lebih dari seratus meter maka skornya 5 b) Penentuan Lokasi Kegiatan Burung (L)

Berdasarkan posisi masing-masing burung dalam kaitannya dengan area kritis pergerakan pesawat (runaway, taxiway, apron) dan kecenderungan setiap jenis untuk mendekati atau melintasi area tersebut dengan kategori:

- Di luar area kritis maka skornya 1

- Jauh dari kawasan kritis namun kecil potensinya untuk melintasi kawasan tersebut, maka skornya 2

- Cukup jauh dari kawasan kritis namun berpotensi untuk dilintasi maka skornya 3

- Di dalam dan sekitar kawasan kritis dan berpotensi melintasinya maka skornya 4

- Di jalur pesawat maka skornya 5

Dalam pengamatan ini ditentukan titik lokasi pengamatan seperti di bawah ini, karena merupakan kawasan pengamatan burung yang telah dilaksanakan oleh Bandar Udara Kalimarau Berau.

Titik A dan D merupakan area landside dari bandara Kalimarau serta titik B dan C merupakan airside dan kolam di sebelah taxiway C. Kemudian titik A dan D diberikan skor 3 karena berada di lokasi luar dan cukup jauh dari kawasan kritis namun berpotensi untuk dilintasi dan titik B dan C skor 5 karena lokasi tersebut berpotensi tinggi terjadi bird strike.

c) Menentukan Ukuran Populasi (P)

Berdasarkan hasil penghitungan populasi sementara, besar P tiap jenis burung merupakan jumlah seluruh populasi yang ada di lokasi penelitian, dengan kategori sebagai berikut:

- Kurang dari 50 ekor maka skornya 1 - 50 hingga 99 ekor maka skornya 2 - 100 hingga 249 ekor maka skornya 3 - 250 hingga 499 ekor maka skornya 4 - Lebih dari 500 ekor maka skornya 5

(37)

Gambar 3.1 Layout Bandar Udara Kalimarau d) Menentukan Skor Risiko (TB)

Skor risiko masing-masing jenis burung ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TB = L * (BB + P +T)

Kemudian skor TB tiap jenis burung diinterpretasikan sebagai berikut:

Tingkat Bahaya (TB) Interpretasi

>60 Very High

45 – 60 High

30 – 45 Average

15 – 30 Low

<15 Very Low

Tabel 3.3 skor TB tiap jenis burung

(38)

Penulis akan melakukan metode Analisis secara kualitatif dengan melakukan pengumpulan data primer yang dikumpulkan langsung dari sumbernya, yaitu sisi Airside Bandar Udara Kalimarau Berau dan juga dengan melakukan pengumpulan data sekunder, yaitu diperoleh dari sumber lain, sepertilaporan, jurnal dan dokumen – dokumen terkait.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada saat penulis melaksanakan On The Job Training (OJT) yang dilaksanakan di Bandar Udara Kalimarau Berau selama kurang lebih 5 (lima) bulan.

a. Lokasi Penelitian yang digunakan untuk penyusunan Proposal Tugas Akhir ini di Unit Penyelenggara Bandar Udara Kalimarau Berau

b. Waktu Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2024 – Februari 2025.

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi Bandar Udara

Gambar 4.1 Kondisi Wilayah Bandar Udara Kalimarau Berau

Menurut Gambar 4.1 kondisi wilayah Bandar Udara Kalimarau Berau menunjukkan jika terminal dan area sisi udara Bandar Udara Kalimarau Berau didirikan diantara area danau, perkebunan dan hutan yang lebat. Luas terminal Bandar Udara Kalimarau Berau ialah 16.162 meter persegi, dengan panjang runway 2250 x 45 M dan terdiri dari 2 apron, yang pertama Apron Bravo 31.500 meter persegi dan Apron Alpha 6.000 meter persegi.

No .

Kondisi saat ini Kondisi yang diinginkan Dasar Hukum 1. Banyaknya habitat atau

tempat yang bisa dijadikan tempat tinggal atau pun mencari makan bagi para burung di area sekitar bandar udara

Meminimalisir tempat tempat yang

berkemungkinan menjadi habitat dan tempat para burung mencari makan.

SKEP / 42 / II / 2010 (Tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 – 03

(40)

Manajemen Bahaya Hewan Liar di Bandar Udara dan Sekitarnya)

2. Metode serta peralatan yang digunakan untuk mengendalikan keberadaan burung di wilayah airside Bandara Kalimarau Berau dinilai kurang maksimal dalam penerapannya.

Bandara Kalimaru Berau melakukan upaya

peningkatan efektivitas dengan menambah dan mengoptimalkan

peralatan untuk mengusir burung.

SKEP / 42 / II / 2010 (Tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 – 03 Manajemen Bahaya Hewan Liar di Bandar Udara dan Sekitarnya)

3. Belum dibentuknya tim khusus di lingkungan bandara menyebabkan pengelolaan risiko terhadap gangguan bird strike belum dapat dilakukan secara sistematis dan terkoordinasi.

Disarankan agar pihak pengelola Bandara Kalimarau Berau segera menyusun perencanaan pembentukan tim khusus yang bertugas menangani potensi gangguan bird strike.

SKEP / 42 / II / 2010 (Tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 – 03 Manajemen Bahaya Hewan Liar di Bandar Udara dan Sekitarnya)

Tabel 4.1 Permasalahan yang terjadi di bandara

Pada saat penulis melaksanakan observasi di bandara, dalam melakukan pencegahan dan pengusiran burung di sisi udara, pihak bandara masih memiliki metode pengusiran burung yang kurang optimal, karena dalam mengusir dan mencegah burung pihak bandara hanya menggunakan sirine yang dibunyikan

(41)

dan hal itu hanya mengusir burung untuk sementara waktu. Sehingga burung yang pergi akan datang kembali setelah beberapa saat.

Gambar 4.2 Rumput dan Perkebunan warga sekitar

Selain permasalahan sebelumnya, kawasan di sekitar bandara masih memiliki sejumlah habitat alami yang mendukung keberadaan burung. Area tersebut menyediakan sumber makanan dan tempat tinggal yang ideal bagi burung, seperti rumput tinggi yang menjadi tempat hidup serangga, yang kemudian menjadi sumber makanan utama bagi burung. Selain itu, genangan air di sekitar area bandara juga menarik burung untuk datang, bermain, dan minum.

Kondisi-kondisi tersebut secara tidak langsung meningkatkan daya tarik lingkungan bandara bagi burung, sehingga meningkatkan potensi risiko masuknya burung ke wilayah operasional penerbangan.

(42)

4.1.2 Aktifitas Burung dan Resiko Terjadinya Serangan Burung atau Bird Strike 4.1.2.1 Temuan Aktifitas Burung di Bandar Udara

Gambar 4.3 Persebaran Populasi Burung di Sisi Udara

Dari gambar 4.3 menampilkan persebaran populasi burung dan ada beberapa jenis burung yang ditemukan di wilayah sisi udara bandar udara. Dari hasil observasi, banyak burung yang datang dan hinggap di daerah yang kondisinya memiliki rumput yang tinggi di sekitar pagar perimeter bandara dan genangan air yang ada di sekitar bandara terutama pada musim kering. Berikut dicantumkan informasi mengenai jenis burung yang muncul di Bandar Udara Kalimarau Berau dalam rentang waktu Januari 2024 sampai Desember 2024.

Gambar Jenis

Burung

Penjelasan Burung

Kuntul Kerbau

Kuntul kerbau

(Bubulcus ibis) adalah burung yang hidup di aliran sungai,

persawahan, dan lahan basah hingga ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (Akbar et al., 2020).

Burung ini berukuran

(43)

berwarna putih dan paruh yang cukup panjang. Burung kuntul

ini berukuran 46–56 cm. Berada di dekat sapi atau kerbau adalah tempat favorit burung ini untuk mencari makanan. Kuntul kerbau memakan belalang, kumbang, capung, dan ikan kecil.(Cory Wulan, Muhammad Fadli Putra

Aulia1, 2023) Burung

Belibis

Burung Belibis

memiliki leher yang tidak terlalu panjang dan kecil. Paruhnya berbentuk pipih (seperti paruh bebek) warna hitam. Bulu dasar berwarna putih dengan kebiasaan terbang soaring dan gliding.

(44)

Burung Tekukur

Burung tekukur

merupakan burung pemakan biji. Burung ini memiliki bentuk paruh yang

tebal dan keras untuk memecah biji. Habitat yang sesuai untuk burung tekukur adalah yang ditumbuhi ilalang

dan rerumputan

(Rumblat et al., 2016).

Burung Elang

Tabel 4.2 Informasi jenis burung yang ada di bandara

(45)

Gambar 4.4 Burung Kuntul Kerbau menabrak pesawat wings air Sumber : Dokumentasi unit AMC Bandar Udara Kalimarau Berau

4.1.2.2 Faktor Penarik Burung di Lingkungan Bandara

Terdapat berbagai hal yang dapat memikat burung untuk datang ke area bandara. Beberapa faktor meliputi:

1. Ketersediaan makanan: Lingkungan bandara sering kali menyediakan beragam sumber makanan yang menggoda bagi burung. Keberadaan sampah yang melimpah, sisa makanan dari restoran atau kantin, serta tanaman berbuah dapat menjadi daya tarik utama bagi burung untuk mencari makan di sekitar area tersebut.

2. Ketersediaan air: Burung memerlukan air untuk minum dan mandi.

Kehadiran kolam, danau, atau sumber air lainnya di lingkungan bandara bisa menjadi magnet bagi burung.

3. Habitat yang Mendukung: Beberapa bandara dibangun di dekat wilayah yang dulunya merupakan habitat alami burung, seperti hutan, ladang, atau padang rumput. Karena sudah terbiasa, burung-burung cenderung tetap berada di area tersebut. Contohnya, Bandara Kalimarau Berau terletak di

(46)

sekitarnya.

4. Minim Gangguan: Area tertentu di bandara jarang dijangkau manusia, sehingga menjadi lokasi yang tenang dan ideal bagi burung untuk bersarang serta menghindari interaksi dengan manusia.

5. Perlindungan dari Pemangsa: Keamanan bandara yang ketat dan areanya yang luas memberikan rasa aman bagi burung karena minimnya ancaman dari predator alami.

6. Penerangan Bandara: Lampu-lampu di bandara, khususnya saat malam hari, bisa menarik burung, terutama jenis burung migrasi malam yang terdorong untuk terbang lebih rendah karena tertarik pada cahaya.

7. Kebijakan Pengelolaan yang Kurang Efektif: Beberapa bandara belum memiliki sistem pengelolaan lingkungan yang optimal, seperti penanganan sampah atau pemeliharaan tanaman yang dapat menarik burung.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pengelola bandara untuk mengenali faktor-faktor yang menarik burung dan mengambil tindakan preventif guna menurunkan potensi risiko bird strike. Semua langkah pengendalian populasi burung di sekitar bandara perlu dilakukan demi menjaga keselamatan penerbangan.

Gambar 4.5 Danau dan Perkebunan warga sekitar di lingkungan Bandara

(47)

Dari gambar diatas terlihat bahwa ada danau dan perkebunan warga ada di area sekitar lingkungan bandara. Hal ini dapat mengundang keberadaan burung di area sekitar lingkungan bandara.

4.1.2.3 Penanganan Birdstrike

Penanganan bird strike (tubrukan antara burung dan pesawat) merupakan langkah-langkah yang diambil pihak bandara untuk mengurangi dampak dari insiden tersebut, baik terhadap pesawat maupun keselamatan penerbangan (Hafidh, 2022). Bird strike berpotensi menyebabkan kerusakan serius pada pesawat dan membahayakan penerbangan. Adapun beberapa upaya yang umumnya dilakukan meliputi:

1. Perawatan dan Tindakan Pencegahan: Melakukan pemeriksaan dan perawatan pesawat secara berkala guna memastikan semua sistem berfungsi optimal serta mengurangi kemungkinan terjadinya benturan dengan burung.

2. Pelaporan dan Penyelidikan: Setiap insiden bird strike wajib dilaporkan oleh pilot kepada petugas pengawas bandara atau otoritas penerbangan terkait. Setelah itu dilakukan investigasi untuk mengetahui penyebab insiden dan sejauh mana kerusakan yang terjadi. Informasi ini sangat berguna untuk mengidentifikasi lokasi atau waktu-waktu tertentu yang memiliki tingkat risiko tinggi, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan selanjutnya.

3. Perbaikan dan Strategi Pencegahan Tambahan: Pesawat yang mengalami bird strike harus diperbaiki dan diuji kelayakannya sebelum kembali digunakan. Selain itu, data yang dikumpulkan dari insiden tersebut bisa dimanfaatkan oleh otoritas penerbangan dan maskapai untuk mengembangkan teknologi pengusiran burung, mengubah jalur penerbangan, atau menentukan area yang memerlukan penanganan khusus.

(48)

4.2 Studi Kepustakaan

Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan penulis, mencakup regulasi dan prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi kembali faktor-faktor pemicu permasalahan, serta panduan dan referensi terkait definisi yang relevan dengan topik yang dibahas. Kajian ini juga menjelaskan judul permasalahan yang diangkat dan dilengkapi dengan pendapat para ahli yang diambil dari berbagai sumber.

Berikut sumber yang digunakan sebagai pedoman oleh penulis diantaranya yaitu:

1. ICAO Doc 9137 – Airport Services Manual, Bagian 3 tentang Wildlife Control and Reduction

2. UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan BAB 13 Bagian Kesatu Tentang Program Keselamatan Penerbangan Nasional

3. KP 326 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Standard CASR Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodrome)

4. KP 468 Tahun2011 tentang Prosedur Pelaporan Serangan Burung di Bandar Udara dan Sekitarnya

5. SKEP/42/III/2010 Tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-03 Manajemen Bahaya Hewan Liar di Bandar Udara dan Sekitarnya.

Berdasarkan sumber data yang telah disebutkan diatas yang digunakan sebagai acuan dan panduan mengenai birdstrike diperoleh informasi sebagai berikut :

1. Menurut ICAO Doc 9137, faktor yang membuat hewan liar tertarik untuk memasuki kawasan bandar udara yaitu karena tersedia makanan, air, serta tempat tinggal baru untuk kawanan burung.

2. Menurut ICAO Doc 9137 metode yang digunakan dalam kegiatan penanganan birstrike yaitu dengan suara gangguan (distress calls,propane cannon), sinar laser, burung pemangsa, pemangkasan rumput dan penutupan badan air.

(49)

udara harus dicatat dan dilaporkan kepada Direktur Jenderal dengan menggunakan format yang telah ditetapkan dalam lampiran SKEP/42/III/2010.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian analisis gabungan dengan menggunakan metode Risk Assesment, metode Sowden dan metoda moora untuk menentukan tingkat risiko bird strike berdasarkan frekuensi kejadian dan dampaknya terhadap penerbangan. Risk Assessment diperoleh dari perhitungan berdasarkan metode modifikasi dan metode Sowden. Hasil analisis penilaian risiko keberadaan burung di kawasan Bandar Udara Kalimarau Berau dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

No. Spesies Burung Parameter Penghitungan

Nama Ilmiah Nama Lokal L BB P T Score TB Sowden Level

1. Spilopelia chinensis Tekukur 4 4 4 3 44 Average 5

2. Dendrocygna Belibis 4 3 4 4 44 Average 5

3. Ciconia episcopus Bangau 5 1 5 5 55 High 3

4. Egretta thula Kuntul Kerbau 5 4 2 4 50 High 4

5. Spizaetus floris Elang 5 2 1 5 40 Average 2

Tabel 4.4 Hasil analisis penilaian risiko

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa burung masih sering memasuki area bandara. Hal ini disebabkan oleh kurangnya upaya dari personel dalam mencegah masuknya burung ke sisi udara bandara, ketidakefisienan alat pengusir burung yang tersedia, serta masih banyaknya habitat di sekitar bandara yang menarik burung untuk datang. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang lebih optimal.

4.4 Penyelesaian Masalah

4.4.1 Penggunaan Peralatan Pengusiran Burung

Penyelenggara bandar udara harus menyediakan peralatan untuk menghentikan, mengawasi, dan mengendalikan serangan burung dan hewan liar di bandar udara yang mungkin atau mungkin terjadi.(Sutarwati, 2023). Alat pengusir burung merupakan perangkat yang dibuat khusus untuk menghalau burung dari suatu lokasi tanpa membahayakan mereka. Penggunaan alat ini dapat dimanfaatkan untuk menjaga tanaman pertanian, bangunan, maupun area lainnya dari potensi kerusakan akibat banyaknya burung, terutama di wilayah

(50)

antara lain:

1. Alat suara atau audio: Alat pengusir burung dengan suara dapat mengeluarkan suara aneh atau alarm yang membuat burung tidak nyaman atau merasa terancam, sehingga mereka akan meninggalkan area tersebut.

Alat ini bisa berupa speaker atau pemutar suara yang dapat diprogram untuk mengeluarkan suara-suara tertentu yang efektif mengusir burung(Palupi & Basuki, 2019).

2. Pemantau Gerak atau Visual: Sensor atau pemantau gerak berfungsi mendeteksi keberadaan burung atau hewan lain, kemudian secara otomatis mengaktifkan suara, cahaya, atau gerakan tertentu untuk menghalau burung dari lokasi tersebut.

3. Perangkap Pengusir Burung: Perangkap yang dirancang untuk menangkap dan melepaskan burung dengan aman dari area yang tidak diinginkan.

4. Penghalang Fisik: Burung dapat dicegah untuk memasuki area tertentu, terutama di lokasi yang rentan terhadap kerusakan, dengan memasang penghalang fisik seperti jaring atau tirai di daerah pond/kolam di area sisi udara bandara.

5. Pengusir Ultrasonik: Alat ini serupa dengan alat pengusir burung, tetapi menghasilkan frekuensi ultrasonik yang tidak nyaman bagi burung tetapi tidak terdengar oleh telinga manusia, sehingga tidak mengganggu aktivitas manusia.(Tuluk & Buyung, 2017).

4.4.2 Patroli atau Inspeksi Landasan Pacu

Patroli area landasan pacu bisa menjadi solusi untuk mencegah terjadinya bird strike. Patroli juga sebaiknya dilakukan pada jam-jam dimana burung paling sering datang mencari makan, dan patroli tersebut juga dilakukan di daerah yang banyak terlihat burung(Pambudi & Sutarwati, 2022). Patroli juga harus dilakukan pada jam-jam saat burung paling sering datang untuk mencari makan dan di lokasi di mana burung sering terlihat.(Wicaksono & Kusuma, 2022).

Bandar Udara Kalimarau Berau terletak di dekat kawasan hutan dan rawa, sehingga burung kerap mendatangi area bandara untuk mencari makanan. Upaya penanggulangan telah dilakukan melalui penggunaan mobil Apron Movement

(51)

17.00 sore. Namun demikian, diperlukan evaluasi kembali terhadap frekuensi suara yang digunakan pada mobil tersebut.

4.4.3 Pengendalian Habitat Burung

Pengelolaan habitat burung merupakan langkah untuk menjaga serta melestarikan lingkungan alami yang menjadi tempat tinggal dan berkembang biaknya burung. Tujuan dari pengelolaan ini adalah untuk memastikan kelangsungan hidup populasi burung serta mempertahankan keseimbangan ekosistem secara menyeluruh. Beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengendalian habitat burung antara lain:

1. Pelestarian Habitat Alami: Upaya pengendalian habitat burung dimulai dengan menjaga dan melestarikan habitat alaminya, seperti hutan, rawa- rawa, padang rumput, pantai, dan sungai. Konservasi dilakukan melalui pembentukan taman nasional, cagar alam, dan kawasan konservasi lainnya guna memastikan ekosistem tetap terjaga secara utuh.

2. Edukasi, Pengawasan dan Penelitian: Peran masyarakat sangat penting dalam menjaga habitat burung, sehingga peningkatan kesadaran publik melalui edukasi, kampanye lingkungan, dan program pemberdayaan menjadi langkah strategis. Kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama terhadap pelestarian burung dan habitatnya.

Selain itu, pengawasan populasi burung secara berkala dan penelitian terhadap kondisi habitat mereka sangat diperlukan. Data dan temuan dari pemantauan ini akan menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengendalian habitat yang lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.

3. Perlindungan lokasi sarang: Penting untuk menjaga area tempat burung bersarang agar tidak terganggu oleh aktivitas manusia maupun ancaman predator. Dengan melakukan pengamatan secara cermat, lokasi sarang dapat dikenali dan diberikan perlindungan yang sesuai.

4. Pelestarian keanekaragaman hayati: Menjaga keberagaman hayati di lingkungan tempat burung hidup merupakan bagian penting dalam pengelolaan habitat. Keberlangsungan hidup burung serta kestabilan ekosistem sangat bergantung pada kelestarian berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang ada di sekitarnya.

(52)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bab empat membahas kondisi bandar udara, aktivitas burung, serta potensi risiko terjadinya bird strike. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keberadaan tambak atau kolam di sebelah landasan pacu, serta rumput tinggi dan perkebunan warga di area sisi udara menjadi faktor utama yang menarik burung ke wilayah Bandar Udara Kalimarau Berau. Oleh karena itu, unit-unit terkait seperti petugas AMC, Avsec, dan ARFF perlu melakukan pengawasan dan pengendalian secara lebih intensif terhadap keberadaan burung di area tersebut.

2. Penanganan birdstrike di Bandar Udara Kalimarau Berau dilakukan hanya dengan metode pemotongan rumput dengan mower tractor, penghalauan dengan mobil patrol, dan perhitungan serta pencatatan terhadap kawanan burung di kawasan sisi udara.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran kepada pengelola Bandar Udara Kalimarau Berau adalah sebagai berikut:

1. Bandar Udara Kalimarau Berau dapat mengendalikan habitat burung di sekitar landasan pacu yang berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan dengan melakukan pemangkasan rumput secara rutin pada malam hari di area sekitar runway. Pemangkasan ini disertai dengan penggunaan alat penyedot agar potongan rumput dan sumber makanan burung dapat ikut terangkat. Selain itu, langkah pencegahan juga dilakukan dengan menutup tambak atau kolam di sebelah landasan pacu menggunakan jaring.

2. Pihak bandara menjalin kerja sama dengan masyarakat untuk menciptakan habitat alternatif bagi burung di luar area sisi udara dan jauh dari jalur penerbangan guna mengurangi risiko kecelakaan. Selain itu, pengusiran kawanan burung dilakukan dengan memanfaatkan alat pengusir yang efektif, baik secara visual maupun akustik. Penggunaan hewan predator, seperti elang

(53)

kehadiran elang dan interaksinya dengan burung air memberikan tekanan psikologis sehingga burung merasa terganggu dan memilih menjauh dari area bandara.

3. Merencanakan pembentukan unit khusus yang bertugas menangani permasalahan birdstrike di Bandar Udara Kalimarau Berau, disertai dengan pemberian pelatihan khusus kepada personel yang akan ditugaskan dalam unit tersebut.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Akbar Pratama, & Kifni Yudianto. (2024). Analisis Dampak Keberadaan Hewan Ternak Milik Warga Sekitar Bandara Bagi Keselamatan Penerbangan di Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid Lombok. 3.

Aswiratin, carolina andini, Amir, E., & Saulina, M. (2024).

Manajemen Penanganan Hewan Liar (Wildlife Hazard) Terhadap Keselamatan Penerbangandi Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda.

Aviation Business and Operations Journal, 1.

Basuki, M. R. P. dan B. (2019a). No Title. PENENTUAN FREKUENSI DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI EFEKTIF UNTUK MENGUSIR BURUNG DI KAWASAN BANDARA AHMAD YANI SEMARANG.

Basuki, M. R. P. dan B. (2019b). No Title. PENENTUAN FREKUENSI DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI EFEKTIF UNTUK MENGUSIR BURUNG DI KAWASAN BANDARA AHMAD YANI SEMARANG.

Cory Wulan1*, Muhammad Fadli Putra Aulia1, J. K. (2023). No Title. Identifikasi Spesies Burung Di Hutan Rawa Bento Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, 07.

Fashli, R. A., & Nawang Ginusti, G. (2022). Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Petugas Dalam Menangani Bahaya Hewan Liar Di Area Airside Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Boyolali. Jurnal Penelitian, 7(1), 1–11.

https://doi.org/10.46491/jp.v7i1.838

Hadinoto, E. S. (2021). No Title. KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KEBUN CAMPURAN, 16.

Halim, L. N., & Panjaitan, Togar. W. S. (2016). No Title.

Perancangan Dokumen Hazard Identification Risk

Assessment Risk Control (HIRARC) Pada Perusahaan

(55)

Meliyana1, Rohmalia Hayatun Nufus2, Resty Apriani 3, Juhaeriyah4, An Nur Dwikanira NiswaraMeliyana1, Rohmalia Hayatun Nufus2, Resty Apriani 3, Juhaeriyah4, A.

N. D. N. (2024). No Title. Keanekaragaman Aves Di Kawasan Cagar Alam Pulau Dua, 17.

Mora, M., Bashory, m. hasan, Saaroni, Y., Setiadi, T., Rakhman, Z., & Sitompul, muhammad rafiqi. (2021). Risk Assessment Keberadaan Burung di

Lingkungan Bandar Udara Studi Kasus: Bandar Udara Soekarno- Hatta. Jurnal Perhubungan Udara, 47.

Nisa, G. K. M. A. S. (2021). No Title. IDENTIFIKASI JENIS AVES DIURNALDI SAWAH BERGAS LOR TENGAH KABUPATEN SEMARANG, 4.

Simanjuntak, L. A., & Sutarwati, S. (2023). Analisis Penerapan Manajemen Bahaya Hewan Liar Dalam Menunjang Keselamatan Penerbangan Dengan Metode Hazard Identification and Risk Assessment(HIRA) Di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam. Student Scientific Creativity Journal, 1.

Sitompu, M. R., Minda Mora, & Bashory, M. H. (2021). No Title.

Risk Assessment on Birds Population in the Airport Case Study: Soekarno-Hatta Airport, 47.

Sutarwati, S. L. A. S. (2023). No Title. IMPLEMENTASI PERATURAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN TERKAIT MANAJEMEN BAHAYA HEWAN LIARDI BANDAR UDARA INTERNASIONAL HANG NADIM BATAM, 16.

Tandibua, dian bella, & Widagdo, D. (2024). Kajian Pengawasan

Unit Apron Movement Control (AMC) terhadap Kelayakan

Ground Support Equipment (GSE) di Sisi Udara Bandar

Udara

Gambar

Tabel 2. 1 Tabel Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Narasumber Wawancara 3) Dokumentasi
Tabel 3.2 Skor kategori Severity Of Risk
Gambar 3.1 Layout Bandar Udara Kalimarau d) Menentukan Skor Risiko  (TB)
+7

Referensi

Dokumen terkait