1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA MENIKAH DI KELURAHAN PABUARAN RW 14 CIBINONG
DITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM Belladina Mayyasha Martadipura1, Mirfat1, Zuhroni3
1, Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Yarsi 2. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Yarsi
3. Bagian Agama, Universitas Yarsi
ABSTRAK
Latar Belakang: Disfungsi seksual pada wanita adalah masalah kesehatan seksual yang meliputi gangguan pada hasrat seksual, rangsangan seksual, lubrikasi, orgasme, kepuasan seksual dan nyeri seksual. Faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi seksual adalah usia, usia pasangan, usia pernikahan, frekuensi hubungan seksual, status pendidikan, pekerjaan dan menopause. Islam membahas mengenai wajibnya seorang istri melayani suami termasuk kebutuhan seksual yang ditujukan kepadanya.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan disfungsi seksual pada wanita menikah di Kelurahan Pabuaran RW 14 Cibinong ditinjau dari Kedokteran dan Islam.
Metode: Sampel penelitian adalah wanita yang menikah di Kelurahan Pabuaran RW 14 Cibinong sebanyak 90 responden. Data diperoleh dari pengisian kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI) yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan telah di validasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.
Hasil:. Hasil penelitian menunjukan bahwa 29 dari 90 wanita mengalami disfungsi seksual (32,2%). Disfungsi seksual yang banyak ditemui adalah gangguan nyeri seksual sebanyak 22 orang (75,4%). Faktor frekuensi hubungan seksual dan status menopause berhubungan signifikan dengan kejadian disfungsi seksual dengan nilai p = 0,004. Sedangkan faktor lainnya tidak berhubungan signifikan. Faktor usia responden mendapat nilai p = 0,632, faktor usia pasangan dengan nilai p = 0,632, faktor usia pernikahan dengan nilai p = 0,378, faktor status pendidikan mendapat nilai p = 0,933 dan faktor status pekerjaan dengan nilai p = 0,465.
Kesimpulan: Faktor yang berhubungan signifikan dengan disfungsi seksual adalah faktor frekuensi hubungan seksual dan faktor status menopause. Sedangkan, faktor usia responden, usia pasangan responden, usia pernikahan, status pendidikan, dan status pekerjaan tidak berhubungan signifikan dengan kejadian disfungsi seksual. Dalam sudut pandang Islam, disfungsi seksual merupakan uzur bagi seorang istri untuk melakukan hubungan seksual. Namun sebisa mungkin dilakukan penanganan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits.
Kata Kunci: disfungsi seksual, wanita menikah, FSFI
2
FACTORS ASSOCIATED WITH SEXUAL DYSFUNCTION ON MARRIED WOMEN IN PABUARAN VILLAGES RW 14 CIBINONG
REVIEWED OF MEDICAL AND ISLAM Belladina Mayyasha Martadipura1, ,Mirfat2, Zuhroni3
1, Student, Faculty of Medicine, Yarsi University
2. Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Yarsi University 3. Department of Islamic Religion, Yarsi University
ABSTRACT
Background: Female sexual dysfunction (FSD) is sexual health issues that consist of sexual desire disorder, sexual arousal disorder, lubrication disorder, orgasm disorder, sexual satisfaction disorder and sexual pain disorder. Some factors that associated with sexual dysfunction are age, husband’s age, and duration of marriage, frequency of sexual intercourse, educational status, occupational status and menopause. Islam discusses about wife duty to serve husband including his sexual needs.
Objective: To determine the factors associated with sexual dysfunction in married women in the Pabuaran village RW 14 Cibinong in terms of medicine and Islam.
Methods: The research samples are 90 married women in Pabuaran village RW 14 Cibinong. Data was obtained from the questionnaires Female Sexual Function Index (FSFI), which has been translated into Indonesian and has been validated. The study used univariate and bivariate analysis method.
Results: The results of this study showed that 29 out of 90 women experience sexual dysfunction (32.2%). The most frequent sexual dysfunction domains were sexual pain disorder as many as 22 people (75.4%). Frequency of sexual intercourse and menopausal status were significantly associated with the incidence of sexual dysfunction with p value= 0.004. While other factors are not significantly related to FSD. Participants’ age factor got p value = 0.632, husband’s age factor got p value= 0.189, duration of marriage factor with p value = 0.378, educational status factor got p value = 0.933, and occupational status factor with p value = 0.465.
Conclusions: Factors that significantly associated with sexual dysfunction are frequency of sexual intercourse and menopausal status. Meanwhile, participant’s age, husband’s age, duration of marriage, educational status, and occupational status were not significantly associated with the incidence of female sexual dysfunction. In Islamic point of view, sexual dysfunction is an excuse for a wife to not have sexual intercourse. But, it has to be treated in accordance with the guidance of al-Qur’an and Hadith.
Keywords: sexual dysfunction, married women, FSFI