pp. 1059 - 1070
KAJIAN POLA OPERASI WADUK KEUREUTO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN
ACEH UTARA PROVINSI ACEH
Kadri Ramadhan1, Masimin2, Syamsidik 3
1) Mahasiswa MagisterTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: [email protected]
2,3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: [email protected]2, [email protected]3
Abstract: One of the rivers that has potency to be developed for the purpose of fulfilling the need of water in North Aceh Regency is Krueng Keureuto River. From its potential characteristic, the appropriate conservation effort is by constructing a water reservoir. The construction of Keureuto Reservoir is located in Krueng Keureuto’s stream in Paya Bakong Sub-district. The purpose of this research is to determine inflow debit of Keureuto Reservoir based on the probability of debit by dividing it into three operation year, to determine the debit of water need of Keureuto Reservoir for the need of raw water, and to determine optimization to optimize the Elevation of water surface in Keureuto Reservoir in wet year, normal year, and dry year. The method of reservoir operation was analyzed by using optimization technique by using program solver (Microsoft Excel). The first step is done by dividing the inflow debit data into three kinds of operation year, that is, dry, normal, and wet year. Next, the need of water in Keureuto Reservoir was analyzed based on the need of water.
Storage is obtained from curve data of reservoir’s capacity while output was obtained from the data of reservoir’s need of water. Then, the arrangement and optimization in operation pattern of Keureuto Reservoir was done. The water of Keureuto Reservoir is used to fulfil three necessities, that is, to fulfill the preservation of the river stream as much as 1,11m3/s, to fulfil the people’s water necessity as much as 0,50 m3/s and to fulfil the need of water for irrigation as much as 0,82 m3/s. The result of optimization of fulfilling the need of raw water from Keureuto Reservoir shows that the maximum elevation in dry year is 98,75m and the minimum elevation is 80 m. In normal year, the maximum elevation is 100 m and the minimum is 81 m, while in wet year, the maximum elevation is 100,60 m and the minimum is 83 m.
Keywords : Keureuto Reservoir, debit, raw water, inflow
Abstrak: Salah satu sungai yang berpotensi untuk dikembangkan dalam upaya pemenuhan kebutuhan air di wilayah Kabupaten Aceh Utara adalah Sungai Krueng Keureuto, Dari potensi air tersebut maka upaya konservasi yang tepat adalah dengan membangunan sebuah waduk.
Pembangunan Waduk Keureuto ini berada pada aliran Sungai Krueng Keureuto Kecamatan Paya Bakong. Maksud dari kajian ini adalah Menentukan debit inflow Waduk Keureutoe berdasarkan probabilitas debit dengan pembagian tiga jenis tahun operasi, Menentukan debit kebutuhan air Waduk Keureuto untuk kebutuhan air baku, dan Melakukan optimasi untuk mengoptimalkan Elevasi Muka Air Waduk Keureuto pada Tahun Basah, Tahun Normal dan Tahun Kering. Metode pengoperasian waduk dianalisis menggunakan teknik optimasi dengan program solver (Microsoft Excel). Tahapan yang dilakukan adalah data debit inflow waduk dibagi menjadi tiga jenis tahun operasi yaitu tahun kering, normal, dan tahun basah.
Selanjutnya dianalisis kebutuhan air waduk Keureuto berdasarkan data kebutuhan air. Storage diperoleh dari data lengkung kapasitas waduk, sedangkan output diperoleh dari data kebutuhan air waduk. Setelah itu penyusunan dan optimasi pada pola operasi Waduk Keureuto. Air waduk Keureuto digunakan untuk memenuhi tiga kebutuhan yaitu pemenuhan kebutuhan aliran pemeliharaan sungai sebesar 1,11 m3/s, pemenuhan kebutuhan air penduduk sebesar 0,50 m3/s serta pemenuhan kebutuhan air untuk irigasi sebesar 0,82 m3/s. Hasil optimasi untuk pemenuhan kebutuhan air baku dari Waduk Keureuto menunjukkan bahwa Elevasi Maksimum pada tahun kering berada pada Elevasi 98,75 m, dan Elevasi Minimum berada pada Elevasi 80
m, untuk tahun normal Elevasi Maksimum berada pada Elevasi 100 m dan Elevasi Minimum berada pada Elevasi 81 m, sedangkan Elevasi Maksimum tahun basah berada pada Elevasi 100,60 m dan Elevasi Minimum berada pada Elevasi 83 m.
Kata kunci : waduk keureuto, debit, air baku, inflow
Kabupaten Aceh Utara di Propinsi Aceh merupakan daerah yang berkembang pesat dengan beberapa sektor andalan seperti pertambangan, pertanian, perdagangan, pariwisata dan lain-lain.
Berdampak secara tidak langsung mendorong kemajuan ekonomi sehingga menjadi salah satu penunjang pendapatan daerah kabupaten Aceh Utara. Perkembangan yang pesat ini tentunya berdampak pada meningkatnya kebutuhan air.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Konservasi Sumber Daya Air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumber Daya Air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang yang dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Berdasarkan alasan tersebut di atas maka Kementerian Pekerjaan Umum membangun Waduk Keureuto.
Metode pengoperasian waduk dianalisis menggunakan teknik optimasi dengan program solver (Microsoft Excel). Tahapan yang dilakukan adalah data debit inflow waduk dibagi menjadi tiga jenis tahun operasi yaitu tahun kering, normal, dan tahun basah. Selanjutnya dianalisis kebutuhan air waduk Keureuto berdasarkan data kebutuhan air.
Storage diperoleh dari data lengkung kapasitas waduk, sedangkan output diperoleh dari data kebutuhan air waduk. Setelah itu penyusunan dan
optimasi pada pola operasi Waduk Keureuto.
Permasalahan
Permasalahan kebutuhan air terkait langsung dengan masalah ketersediaan air. Adapun permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Berapa debit inflow Waduk Keureuto berdasarkan probabilitas debit dengan pembagian tiga jenis tahun operasi;
(2) Berapa debit kebutuhan air Waduk Keureuto untuk pemenuhan kebutuhan air baku;
(3) Apa yang dilakukan untuk mengoptimalkan Elevasi Muka Air Waduk Keureuto pada Tahun Basah, Tahun Normal dan Tahun Kering.
Tujuan Penelitian
1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 2. Menentukan debit inflow Waduk Keureuto
berdasarkan probabilitas debit dengan pembagian tiga jenis tahun operasi;
3. Menentukan debit kebutuhan air Waduk Keureutoe untuk kebutuhan air baku;
4. Melakukan optimasi untuk mengoptimalkan Elevasi Muka Air Waduk Keureuto pada Tahun Basah, Tahun Normal dan Tahun Kering.
Rencana Metodologi
Rencana metodologi yang digunakan, untuk mendapatkan jawaban penyelesaian dari permasalahan diatas, maka pada bagian ini diuraikan Rangkaian penerapan metodologi
meliputi pengumpulan data berupa data hidrologi, topografi, dan lain-lain. Lalu data yang telah dikumpulkan dianalisis kemudian setelah dianalisis baru didapati nilai atau tujuan yang diinginkan.
Lingkup Penelitian
Kajian yang dilakukan meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut :
1. Optimasi dengan tujuan mengoptimalkan pemanfaatan air Waduk Keureuto untuk kebutuhan air baku;
2. Pengaruh pengurangan kapasitas tampungan waduk akibat sedimentasi diabaikan;
3. Pengaruh volume air waduk akibat infiltrasi, rembesan diabaikan;
4. Menggunakan metode non linear dengan bantuan Add Ins pada Microsoft Excel berupa Solver Analysis Tools.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bendungan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan disebutkan bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Sedangkan waduk merupakan wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
Dasar Hukum Pola Operasi Waduk
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan pasal 40 disebutkan selama
pelaksanaan konstruksi bendungan, pem-bangun bendungan harus menyiapkan rencana pengelolaan bendungan yang ditujukan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya.
Sesuai dengan pasal 45 pengelolaan bendungan wajib dilengkapi dengan pola operasi waduk. Pola operasi waduk terdiri atas:
(1) pola operasi tahun kering;
(2) pola operasi tahun normal;
(3) pola operasi tahun basah.
METODOLOGI ENELITIAN Lokasi Studi
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang terletak di bagian pantai pesisir Utara, dengan batas-batas sebagai berikut Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data topografi, data debit aliran, data klimatologi dan data perencanaan Waduk Keureuto.
Data Topografi
Data topografi digunakan untuk menganalisis sumberdaya air pada DAS Kr. Keureuto. Peta ini digunakan untuk mengetahui luas DAS, elevasi dan luas areal genangan.
Data Klimatologi
Data klimatologi ini berupa data sekunder
yaitu data temperatur, data kelembaban relatif, data kecepatan angin dan data penyinaran matahari.
Data klimatologi didapatkan dari stasiun klimatologi Malikussaleh pencatatan Tahun 1986 sampai Tahun 2009. Besarnya nilai evapotranspirasi potensial diperlukan untuk menghitung besarnya kehilangan air yang terjadi akibat evaporasi pada permukaan genangan waduk.
Data Debit Aliran
Data debit aliran diperoleh dari data debit pencatatan pos di Bendung Alue Ubay yang terletak sekitar 1 km di hilir as Bendungan Keureuto.
Data Kebutuhan Air Irigasi
Daerah Irigasi yang masuk ke dalam zona layanan Waduk Keureuto adalah Daerah Irigasi Alue Ubay seluas 9.420 Ha. Data tersebut diperoleh dari BWS Sumatera I. Kebutuhan air irigasi ini diperhitungkan pada lokasi pengambilan D.I Alue Ubay dengan Pola tanam padi – padi – palawija.
Data Perencanaan Waduk
Data perencanaan Waduk Keureuto digunakan untuk mengetahui volume tampungan waduk, luas tampungan waduk dan elevasi permukaan air waduk. Data tersebut dapat dilihat pada grafik lengkung kapasitas waduk atau grafik hubungan antara elevasi dengan volume dan luas tampungan waduk. Grafik dapat dilihat pada Gambar berikut
Gambar 1. Lengkung Kapasitas Waduk Keureutoe
Dari perencanaan Waduk Keureutoe didapatkan data tampungan waduk adalah sebagai berikut :
Muka air waduk maksimum :EL. 105 m Muka air waduk minimum : EL. 77 m Luas genangan pada EL. 105 m : 896,39 km2 Luas genangan EL. 77 m : 327,29 km2
Volume tampungan pada EL 105 m: 215,94 x 106 m3 Volume tampungan pada EL. 77 m : 47,02 x 106 m3
Debit Inflow
Debit inflow pada penyusunan pola operasi didasarkan atas 3 jenis tahun operasi, yaitu tahun basah, tahun normal dan tahun kering. Penentuan jenis tahun operasi tersebut didasarkan pada tingkat peluang kejadian. Proses perhitungan yang dilakukan adalah dengan menyusun ketersediaan data debit yang tersedia berdasarkan bulan yang sama dari masing-masing tahun diurutkan dari nilai debit yang terbesar sampai dengan nilai debit yang terkecil, selanjutnya penentuan debit berdasarkan jenis tahun operasi dilakukan berdasarkan probabilitasnya dengan ketentuan sebagai berikut:
Debit tahun basah adalah suatu debit yang terjadi
dimana debit tersebut memiliki peluang kejadian (probabilitas) sebesar 20% dari dari seluruh data yang tersedia, Debit tahun normal adalah suatu debit yang terjadi dimana debit tersebut memiliki peluang kejadian (probabilitas) sebesar 50% dari dari seluruh data yang tersedia, Debit tahun kering adalah suatu debit yang terjadi dimana debit tersebut memiliki peluang kejadian (probabilitas) sebesar 80% dari dari seluruh data yang tersedia.
HASIL DAN PEMBAHASAN Debit Inflow
Debit inflow yang masuk ke dalam Waduk Keureuto diambil dari data debit yang tersedia selama 24 tahun dari awal tahun 1986 hingga tahun 2009. Gambar di bawah ini menunjukkan debit rata-rata Waduk Keureuto.
Gambar 2. Debit Rata-Rata (1986 – 2009) dalam m3/s
Debit Minimum terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 19,52 m3/s, dan Debit Maksimum sebesar 34,16 m3/s terjadi pada bulan Desember.
Pada Tahun 2008 jumlah debit rata-rata bulanan dalam setahun sebesar 281,96 m3/s dan pada tahun 1993 dengan jumlah debit rata-rata bulanan dalam setahun sebesar 389,62 m3/s.
Dari data debit diurutkan dari nilai yang terbesar sampai dengan yang terkecil dilanjutkan dengan perhitungan tingkat peluang kejadian dari
urutan data. Hasil perhitungan debit inflow berdasarkan ketiga jenis kondisi tahun operasi dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut
Gambar 3. Debit Masuk untuk Tahun Basah, Normal, dan Kering
Dari gambar dapat dilihat bahwa peningkatan debit yang masuk ke Waduk Keureuto terjadi meningkat mulai bulan Februari kemudian setelah bulan Mei menurun lagi lalu mulai meningkat lagi pada bulan Agustus sampai maksimal pada bulan Oktober. Untuk operasi tahun basah debit maksimal sebesar 40,28 m3/s dan debit minimal sebesar 24,59 m3/s. Untuk tahun normal debit maksimal sebesar 31,12 m3/s dan debit minimal sebesar 18,49 m3/s.
Sedangkan untuk tahun kering debit maksimal sebesar 26,72 m3/s dan debit minimal sebesar 14,87 m3/s.
Tabel 1. Debit inflow Waduk Keureutoe Berdasarkan Jenis Tahun (m3/s)
Kebutuhan Maintenance Flow Pemeliharaan Sungai
Kebutuhan maintenance flow adalah kebutuhan debit minimum sungai dihilir waduk untuk menjaga agar kehidupan biota di alur-alur sungai terpelihara dengan baik serta menjaga kelestarian lingkungan wilayah sungai. Pada kajian ini debit minimum sungai diambil 5% dari debit rata-rata bulanan yang tersedia. Kebutuhan maintenance flow Krueng Keureuto dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Kebutuhan Maintenance Flow Kr. Keureuto Bln
Debit Andalan (80%)
Maintenance Flow m3/s MCM m3/s MCM
Jan 22.57 60.46 1.13 3.02
Feb 21.00 50.81 1.05 2.54
Mar 20.45 54.78 1.02 2.74
Apr 24.28 62.93 1.21 3.15
Mei 20.97 56.16 1.05 2.81
Jun 21.13 54.77 1.06 2.74
Jul 17.42 46.66 0.87 2.33
Agt 14.87 39.84 0.74 1.99
Sep 23.78 61.63 1.19 3.08
Okt 26.40 70.70 1.32 3.54
Nov 26.72 69.25 1.34 3.46
Des 25.77 69.02 1.29 3.45
Kehilangan Air Waduk Akibat Evaporasi Kehilangan air yang terjadi akibat evaporasi pada permukaan genangan air waduk menyebabkan berkurangnya volume tampungan waduk.
Diharapkan dengan diketahuinya volume evaporasi waduk dapat diperkirakan volume kehilangan air waduk. Besarnya kehilangan air akibat evaporasi berubah sesuai dengan perubahan iklim dan luas permukaan air waduk. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Laju Evaporasi Rata-rata
Bln ET0 Evaporasi Volume Evaporasi (mm/hr) (mm/hr) MCM
Jan 10.00 11.00 29.46
Feb 11.22 12.34 29.86
Mar 11.28 12.41 33.23
Apr 10.14 11.15 28.91
Mei 10.36 11.40 30.52
Jun 10.74 11.81 30.62
Jul 10.06 11.07 29.64
Agt 11.02 12.12 32.47
Sep 11.28 12.41 32.16
Okt 11.10 12.21 32.70
Nov 10.00 11.00 29.46
Des 10.32 11.35 30.41
Debit Outflow
Data keluaran waduk Keureuto akan dipengaruhi, kebutuhan air baku, Kebutuhan air irigasi, debit pemeliharaan sungai, dan lain-lain.
Berdasarkan data dari perencanaan Waduk Keureuto akan memenuhi kebutuhan air baku DMI sebesar 0,50 m3/s. Sedangkan kebutuhan air irigasi diambil dari data perhitungan BWS Sumatera I.
Debit rata-rata pemeliharaan Sungai yang didapatkan dari debit minimum sungai diambil 5%
dari debit rata-rata bulanan yang tersedia yaitu sebesar 1,11 m3/s. yang merupakan hasil perhitungan debit andalan dengan mengurutkan debit terbesar ke terkecil dan juga probabilitasnya.
Volume air yang keluar merupakan jumlah dari debit untuk irigasi, DMI, dan pemeliharaan sungai.
Grafik kebutuhan air yang akan dipenuhi Waduk Keureuto dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pola Operasi
Operasi diumpamakan dimulai pada tahun 1986 dengan kondisi waduk penuh, atau berada pada ketinggian permukaan waduk +101 m. Elevasi Permukaan waduk dapat dilihat pada Gambar 5 sampai dengan 7.
Gambar 4. Grafik Kebutuhan Air
Gambar 5. Elevasi Permukaan Waduk Optimasi Tahun 1986 – 1991
Gambar 6. Elevasi Permukaan Waduk Optimasi Tahun 1992 – 1997
Gambar 7. Elevasi Permukaan Waduk Optimasi Tahun 1998 – 2003
Gambar 8. Elevasi Permukaan Waduk Optimasi Tahun 2004– 2009
Grafik Elevasi menunjukkan bahwa ketinggian permukaan waduk akan cenderung menurun pada akhir tahun karena permintaan air baku irigasi yang besar terjadi pada akhir tahun.
Pada kondisi hujan, Waduk Keureuto akan mengalami penurunan ketinggian permukaan waduk. Hal ini juga berarti mendukung pengendalian banjir pada musim hujan, terutama jika terjadi curah hujan ekstrim pada hulu.
Dari Gambar 9 dapat dilihat elevasi maksimum pada tahun kering berada pada elevasi 98,75 m, dan elevasi minimum berada pada elevasi
80 m, untuk tahun normal elevasi maksimum berada pada elevasi 100 m dan elevasi minimum berada pada elevasi 81 m, sedangkan elevasi maksimum tahun basah berada pada elevasi 100,60 m dan elevasi minimum berada pada elevasi 83 m.
Pengoperasian Waduk Pada Tahun Basah
Volume inflow waduk pada kondisi basah terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 19,927 MCM. Volume Kebutuhan air baku rata-rata adalah sebesar 1.314 MCM, volume release kebu- tuhan air baku terendah adalah sebesar 1,710
MCM pada bulan Februari dan mengalami pen- ingkatan pada bulan Maret sebesar 0,129 MCM.
Volume release kebutuhan air irigasi rata-rata adalah 11,687 MCM sedangkan volume kebu-
tuhan air irigasi rata-rata adalah sebesar 8,686 MCM.
Gambar 9. Elevasi Muka Air Waduk Untuk Tiga Jenis Tahun Operasi
Gambar 10. Grafik Inflow, Release dan Kebutuhan Air Tahun Basah
Pengoperasian Waduk Pada Tahun Normal Pada tahun normal pengoperasian terhadap kebutuhan air baku dan kebutuhan air irigasi adalah tetap seperti pada tahun basah. Hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya release air yang dikeluarkan oleh waduk untuk memenuhi kebutuhan air. Hasil perhitungan optimasi pengoperasian waduk pada musim normal diperlihatkan pada Gambar 11.
Pengoperasian Waduk Pada Tahun Kering
Pengoperasian waduk pada kondisi tahun kering adalah kondisi dimana ketersediaan debit air yang masuk ke waduk (inflow) yang paling minimum, sementara dalam pelayanannya terhadap kebutuhan air bersih dan kebutuhan air irigasi adalah tetap seperti pada tahun normal dan tahun basah. Hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya release air yang dikeluarkan oleh waduk dalam memenuhi kebutuhan air baku.
Hasil perhitungan optimasi waduk pada musim kering diperlihatkan pada 12.
Gambar 11. Grafik Inflow, Release dan Kebutuhan Air Tahun Normal
Gambar 12. Grafik Inflow, Release dan Kebutuhan Air Tahun Kering
Volume inflow waduk pada kondisi kering tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 44,006 MCM. Volume Kebutuhan air baku rata-rata adalah sebesar 1.314 MCM, volume release kebu- tuhan air baku terendah adalah sebesar 1,220 MCM pada bulan Februari. Volume release kebu- tuhan air irigasi rata-rata adalah 8,887 MCM sedangkan volume kebutuhan air irigasi rata-rata adalah sebesar 8,687 MCM.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Hasil kajian dari penelitian ini dapat diambil
beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut.
Hasil Debit inflow yang masuk ke dalam Waduk Keureuto diambil dari data debit yang tersedia selama 24 tahun dari awal tahun 1986 hingga tahun 2009 Debit Minimum terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 19,52 m3/s, dan Debit Maksimum sebesar 34,16 m3/s terjadi pada bulan Desember.
Hasil Simulasi Operasi menunjukkan bahwa elevasi permukaan waduk minimum justru terjadi pada awal dan akhir tahun, sehingga Waduk Keureuto dinilai siap untuk dapat menerima dan
menampung air pada musim hujan. Hal ini terjadi karena kebutuhan yang besar pada awal dan akhir tahun.
Debit Waduk Keureuto mengalami perubahan berdasarkan tiga jenis tahun operasi berdasarkan probabilitas debit yaitu tahun basah, tahun normal, dan tahun kering. Untuk tahun basah debit maksimal sebesar 43,42 m3/s. Untuk tahun normal debit maksimal sebesar 47,36 m3/s, Sedangkan untuk tahun kering debit maksimal sebesar 37,70 m3/s.
Air waduk Keureuto digunakan untuk memenuhi tiga kebutuhan utama yaitu pemenuhan kebutuhan aliran pemeliharaan sungai sebesar 1,11 m3/s, pemenuhan kebutuhan air penduduk sebesar 0,50 m3/s serta pemenuhan kebutuhan air untuk irigasi sebesar 0,82 m3/s.
Hasil optimasi untuk pemenuhan kebutuhan air baku dari Waduk Keureutoe menunjukkan bahwa elevasi maksimum pada tahun kering berada pada elevasi 98,75 m, dan elevasi minimum berada pada elevasi 80 m, untuk tahun normal elevasi maksimum berada pada elevasi 100 m dan elevasi minimum berada pada elevasi 81 m, sedangkan elevasi maksimum tahun basah berada pada elevasi 100,60 m dan elevasi minimum berada pada elevasi 83 m.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan pada bab-bab sebelumnya, serta dari kesimpulan yang ada, maka dapat disampaikan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut:
Perhitungan pola operasi ini merupakan salah satu cara perencanaan pengelolaan waduk Keureuto. Akan tetapi, kondisi debit inflow dan
elevasi permukaan air waduk tidak bisa ditentukan secara pasti kejadiannya dalam setahun, sehingga perencanaan pola operasi harusnya dilakukan secara real-time per periode.
Peramalan hidrologi dan klimatologi sebelum membuat perencanaan pola operasi waduk merupakan salah satu hal yang utama untuk memprediksi jenis tahun basah, normal, dan kering.
Untuk itu teknologi prediksi hidrologi dan klimatologi harus dikembangkan untuk menghasilkan data yang tepat untuk perencanaan pola operasi.
Seiring berjalannya waktu akan terjadi perubahan parameter dan variabel yang harus diperhitungkan dalam analisis optimasi dan simulasi pola operasi Waduk Keureuto. Variabel lain yang dapat ditambahkan antara lain benefit ekonomi dari irigasi, DMI, dan energi listrik. Selain itu perubahan kebutuhan air baku yang berpengaruh terhadap debit air yang harus keluar dari waduk harus diperhitungkan kembali untuk mendapatkan perencanaan pola operasi per periode yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Azmeri, 2004, Analisa ketersediaan air dan Sistem Operasi Waduk Sukawarna- Sungai Cimahi, (Thesis) ITB, Bandung.
Azis, 2012, Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Waduk Pandanduri di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, (Tesis) UGM, Yogyakarta.
Chow, T. V, 1988, Applied Hydrology, McGraw-Hill, Series In Water Resources And Environmental Engineering, University Of Illinois, Urbana Champign USA.
Departemen PU, 1986, Standar Perencanaan Irigasi (KP-01), Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Fitriansyah, 2008, Optimasi Pola Operasi Waduk Way Rarem Provinsi Lampung Dengan Program Dinamik Deterministik, (Tesis) ITB, Bandung.
Jayadi, R., 2000, Teknik Optimasi untuk Pengelolaan Sumber Daya Air, UGM, Yogyakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tentang Bendungan, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Riyadi, 2008, Optimasi Operasi Waduk Mengunakan Model Simulasi, Tugas Akhir, UJS, Purwokerto.
Sudjarwadi, 1979, Pengantar Teknik Irigasi.
UGM, Yogyakarta.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya.
Triatmodjo, B., 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Jogjakarta.