Desember 2022; 3(2): 102-113
http://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/humanlight e-ISSN: 2777-0362 (Online)
Analisis Perilaku Wisatawan Dalam Memilih Objek Wisata di Kota Manado
Candra Pomantow1*, Fienny M. Langi2*, Cinthya Nikita Waworuntu3*
1Politeknik Pariwisata Bali
2Institut Agama Kristen Negeri Manado
3Institut Agama Kristen Negeri Manado
Email:
[email protected] (Candra Pomantow) [email protected] (Fienny M. Langi)
*Corresponding author
Sitasi:
Candra Pomantow, Fienny M. Langi, Cinthya Nikita Waworuntu.Analisis Perilaku Wisatawan Dalam Memilih Objek Wisata di Kota Manado. Humanlight Journal of Psychology. Vol.3, No.2, 2022, pp.102-113
Diterima: 30 November, 2022; Disetujui: 26 Desember, 2022; Dipublikasikan: 30 Desember, 2022
Abstract
Tourist behavior psychologically has an important role in tourists' decisions to choose attractions. The variety of tourist attractions in the city of Manado attracts the attention of visitors to tourist destinations, so it requires specific marketing planning especially for tourist behavior. The purpose of this research is to analyze the behavior of tourists in choosing tourist objects in the city of Manado. The research method used is a qualitative method with descriptive data presentation. Data was collected through field observations, interviews with informants and literature review. The results of the study found that tourist behavior in choosing tourist objects in Manado City occurred due to several factors such as cultural factors, family factors, age factors and life cycle stages, and knowledge factors.
Keywords :Tourist behavior, tourist attraction, Manado City.
Abstrak
Perilaku wisatawan secara psikologis memiliki peranan penting dalam keputusan wisatawan untuk memilih objek wisata. Beragamnya daya tarik wisata di Kota Manado menarik perhatian para pengunjung destinasi wisata, sehingga memerlukan perencanaan pemasaran yang spesifik terutama terhadap perilaku wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku wisatawan dalam memilih objek wisata di Kota Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pemaparan data secara deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara terhadap narasumber dan tinjauan literatur. Hasil penelitian menemukan bahwa perilaku wisatawan dalam memilih objek wisata di Kota Manado terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti faktor budaya, faktor keluarga, faktor usia dan tahap siklus hidup, serta faktor pengetahuan.
Kata kunci: Perilaku wisatawan, objek wisata, Kota Manado.
Objek Wisata di Kota Manado
Pendahuluan
Pariwisata adalah salah satu industri yang mampu memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian negara. Antara lain, dapat meningkatkan devisa, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan pendapatan per orang. Ini yang dideklarasikan oleh Pemerintah. Indonesia saat ini secara aktif mempromosikan Wonderful Indonesia sebagai program promosi untuk meningkatkan jumlah pengunjung asing ke Indonesia. Pemerintah mulai menerapkan praktik aspek-aspek terkait periwisata, termasuk mengumumkan berbagai event yang mungkin dapat menginspirasi wisatawan dan menjadikan Indonesia pilihan utama mereka untuk tujuan liburan. Asumsinya, mereka akan loyal kepada Indonesia (Destination Loyalty). Loyalitas destinasi dapat terjadi ketika wisatawan merasa tidak puas dengan destinasi wisatanya dan memiliki pemahaman yang jelas tentang destinasi tersebut. Ini dapat dilakukan berdasarkan empat karakteristik wisatawan, termasuk persepsi mereka tentang ketinggian mereka sendiri dan kesadaran mereka akan keyakinan agama mereka sendiri.
Kota Manado adalah ibukota Provinsi Sulawesi Utara yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Sebagai salah satu destinasi wisata unggulan nasional, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas destinasi wisata di Kota Manado. Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dibidang pariwistata menjadi kunci keberhasilan pembangunan pariwisata di Kota Manado. Pemerintah Provinsi melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Pariwisata melakukan beberapa Program untuk meningkatkan kualitas Pariwisata seperti : Program Peningkatan Kualitas Destinasi Wisata;
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata; Progam Peningkatan Kemitraan; Program Pengembangan Ekonomi Kreatif.
Program tersebut dilaksanakan pemerintah bukan hanya untuk meningkatkan kualitas pariwisata kota, tetapi juga untuk meningkatakan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, hal in juga dilakukan untuk meningkatkan tingkat kepuasan kunjungan wisatawan yang mengunjungi Kota Manado.
Dalam pengertiannya, wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya. Wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu (Spillane, 2003). Sedangkan UU RI Nomor 9 tahun 1990 dalam Yoeti (2007), mendefinisikan wisatawan adalah orang yang melakukan
kegiatan wisata. Berdasarkan pengertian di atas, adapun bagian-bagian yang termasuk di dalamnya, yaitu:
1. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal 24 jam di negara yang dikunjunginya.
2. Pelancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal pesiar).
Jenis dan macam wisatawan yang terlihat dari sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana wisata itu dilakukan, dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Wisatawan asing (foreign tourist) yaitu orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang ke suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana wisatawan tersebut menetap. Wisatawan asing bagi suatu negara dapat ditandai dari status kewarganegaraannya, dokumen perjalanan yang dimilikinya serta dari jenis mata uang yang dibelanjakannya, karena pada umumnya golongan wisatawan ini hampir selalu menukarkan uangnya terlebih dahulu pada Bank atau Money Changer sebelum berbelanja.
2. Domestic foreign tourist yaitu wisatawan asing yang menetap pada suatu negara untuk berwisata di wilayah negara tempat tinggalnya. Wisatawan tersebut bukan warga negara dimana ia berada, melainkan adalah warga negara asing yang karena tugasnya hingga kedudukannya menetap dan tinggal pada suatu negara serta memperoleh penghasilan dengan mata uang negara asalnya.
3. Domestic tourist yaitu seorang warga negara yang berwisata dalam batas wilayah negaranya sendiri.
4. Indigenous foreign tourist yaitu warga negara suatu negara tertentu yang bertugas atau menjabat di luar negeri, kembali ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.
5. Transit tourist yaitu wisatawan yang berwisata ke suatu negara, yang menggunakan transportasi dan terpaksa singgah pada suatu pemberhentian seperti stasiun, bandar udara, dan stasiun bukan atas keinginan sendiri.
6. Business tourist yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan untuk tujuan lain bukan untuk berwisata, akan tetapi perjalanan wisata akan dilakukan setelah tujuan utamanya telah terselesaikan.
1. Pengertian Perilaku Konsumen ( Wisatawan )
Dalam mengenal konsumen perlu memahami atau mengetahui perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia. Laudon dalam Mangkunegara
(2002:3) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau dapat menggunakan barang dan jasa. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu kelompok atau organisasi dalam mendapatkan, menggunakan barang atau jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Terdapat beberapa hal yang penting yang dapat diungkapkan dari definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli, perilaku wisatawan adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap yaitu.
1. Tahap perolehan (acquisition), mencari (searching) dan membeli (purchasing).
2. Tahap konsumsi (consumption) yang berupa menggunakan (using) dan mengevaluasi (evaluating).
3. Tahap tindakan pasca pembelian (disposition) yang berupa tindakan wisatawan.
4. Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi unit-unit pengambil keputusan (decision unit) menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari, wisatawan sendiri yang membentuk pasar wisatawan (tourist market) dan wisatawan organisasional yang membentuk pasar bisnis (business market). Adapun konsep personal tourist dalam definisi perilaku wisatawan dapat lebih dijelaskan bahwa personal wisatawan merupakan individu yang membeli barang dan jasa untuk dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan dijadikan hadiah untuk orang lain sehingga personal wisatawan merupakan pengguna terakhir .
Beberapa sifat dari perilaku wisatawan yaitu:
1. Tourist Behavior Is Dynamic.
Perilaku wisatawan dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu wisatawan, kelompok wisatawan, dan perhimpunan besar wisatawan selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain, karena itu suatu perusahaan harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih wisatawannya.
2. Tourist Behavior Involves Interactions.
Perilaku wisatawan terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam pengelola wiata memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi wisatawan semakin baik pengelola tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan serta memberikan value atau nilai bagi wisatawan.
3. Tourist Behavior Involves Exchange.
Perilaku wisatawan, melibatkan pertukaran antara manusia. Dengan kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya.
Berdasarkan pemikiran para ahli, maka perilaku wisatawan dapat diasumsikan sebagai berbagai aktivitas wisatwan saat memulai dan mengakhiri perjalanannya.The tourist demand selanjutnya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, dimana dari sudut pandang ekonomi lebih melihatnya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan, termasuk didalamnya adalah faktor-faktor yang menentukan (determinants factor) bagaimana mereka berwisata.
Sedangkan dari sudut pandang psikologi lebih melihat motivasi dan perilaku wisatawan yang melakukan perjalanan. Pada elemen ini, ada dua fase utama, yaitu pre-trip yang ditandai dengan adanya stimulasi dan pengenalan terhadap motivasi seseorang, yang berlanjut pada perencanaan dan pengorganisasian. Berikutnya ada post-trip, dimana wisatawan telah kembali ke tempat asalnya dengan pengalaman yang dibawa, dan mulai menyesuaikan kembali dengan kehidupan normalnya (Leiper, 1979). Setiawan (2018) mencatat bahwa proses tersebut dapat dijabarkan kedalam beberapa fase, diantaranya fase membuat keputusan dan melakukan perjalanan, seperti initiation, information search, assessment, final decision, during travel, dan post travel.
2. Karakteristik perilaku konsumen (Wisatawan).
Kotler dan Armstrong (2001:196) mengatakan bahwa pembelian konsumen secara kuat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
a. Faktor Budaya
Setiap perilaku manusia akan menunjukkan tingkat kebudayaan yang tercermin dari cara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam usaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Stanton (1984 : 131) mendefinisikan kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia dalam masyarakat. Sedangkan Kotler (1997 : 153) mengemukakan bahwa budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Selanjutnya dinyatakan bahwa penggolongan subbudaya adalah terdiri atas bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.
b. Faktor Keluarga
Keluarga dapat dikatakan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli barang dan jasa. Kotler (1997:158) mengatakan bahwa keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari keluarga orientasi yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang, sedangkan keluarga prokreasi yaitu pasangan dan anak-anak seseorang. Peran yang dilakukan anggota keluarga dapat berubah-ubah, suatu saat sebagai pengambil keputusan dan pada saat yang lain berperan sebagai pelaku pembelian.
c. Faktor Usia Dan Tahap Siklus Hidup
Usia dan tahap siklus hidup yaitu suatu keadaan yang menggambarkan riwayat manusia sejak awal tahun kehidupannya sampai akhir hayatnya, atau dengan kata lain riwayat manusia sejak masa bayi sampai dengan masa tua. Menurut Kotler (1997:159) orang membeli jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya, artinya tingkatan usia dan tahap siklus hidup seseorang akan berpengaruh terhadap selera seseorang terhadap konsumsi barang dan jasa.
d. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan diartikan sebagai perubahan yang diakibatkan dari proses belajar Kotler (1997 : 165) mengemukakan bahwa pembelajaran meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari dimana ketika bertindak mereka belajar. Pengetahuan yang dihasilkan melalui proses belajar mempengaruhi dorongan, stimuli, petunjuk, tanggapan, dan pengetahuan.
e. Faktor Sosial
Pada faktor sosial, pengaruh dari kelompok referensi, keluarga, peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian jasa dimana pariwisata merupakan industri jasa terbesar.
Kelompok referensi (reference group) adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
Menurut Assel dalam Sutisna (2002) kelompok rujukan atau kelompok referensi adalah
kelompok yang berfungsi sebagai poin rujukan bagi individu dalam membentuk kepercayaan, sikap dan perilakunya.
Dalam situasi tatanan baru covid -19 kebutuhan akan berwisata atau berekreasi sama pentingnya dengan kepercayaan terhadap fasilitas pendukung protocol kesehatan yang ada pada objek wisata. Sehingga saran atau rujukan tempat wisata yang menyediakan fasilitas sesuai standar protocol kesehatan bagi wisatawan dari teman dan atau keluarga, kuat dampaknya dalam mempengaruhi jukeputusan wisatawan untuk berkunjung
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian dari Asdi dalam Jurnal Manajemen Ide dan Insprirasi. Penelitian Asdi membahas tentang Analisis Perilaku Wisatawan Dalam Memilih Objek-Objek Wisata di Kabupaten Gowa. Dalam penelitiannya, Asdi menemukan bahwa ada perbedaan yang significant terhadap perilaku wisatawan dalam memilih obyek-obyek wisata, berdasarkan karakteristik wisatawan, dengan indicator suku (asal daerah), kedudukan dan peran keluarga, usia dan tahap siklus hidup, serta inidikator pengetahuan atau proses belajar. Ada juga penelitian dari Ade Suherlan, yang menganalisis tentang Karakteristik, Perilaku, dan Motivasi perjalanan wisatawan asal Sulawesi Utara ke Jakarta. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa wisatawan asal Sulawesi Utara tergolong dalam kelompok wisatawan Upper Market yang menyukai berpergian ke beberapa destinasi wisata yang terkenal. Penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat melengkapi penelitan-penelitian selanjutnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara terhadap sampel narasumber, dan melalui tinjauan literatur pada data yang ada. Narasumber adalah wisatawan domestik yang pernah berkunjung pada objek-objek wisata di Kota Manado, dengan mengambil sampel secara acak pada wisatawan dengan rentang umur 20 sampai 40 tahun.
Hasil dan Pembahasan
Sulawesi Utara dengan Ibukota Provinsi Manado merupakan salah satu provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang sedang giat membangun. Dikenal dengan “Land of Smilling People” dan “Spices Island”. Dilihat dari letak geografisnya Sulawesi Utara terletak pada 0030’ – 5035’ Lintang Utara (LU) dan 123070’ – 127000’ Bujur Timur (BT). Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina di Utara dan bentangan Samudera Pasifik di sisi Timur Laut.
Provinsi Sulawesi utara terdiri dari 13 kabupaten/kota dengan luas wilayah keseluruhan
15.272,44 KM persegi. Penduduk Sulawesi Utara digolongkan ke dalam rumpun Melayu- Austronesia, terdiri dari tiga kelompok etnis utama, yaitu Suku Minahasa, Suku Sangihe dan Talaud dan Suku Bolaang Mongondow. Agama yang dianut oleh penduduk di Propinsi Sulawesi Utara adalah Protestan, Katolik, Islam, Hindu dan Budha.
Pasar wisata Sulawesi Utara, khususnya Kota Manado, memiliki potensi yang sangat besar bagi pariwisata Indonesia. Wisatawan Domestik pada saat ini kurang mendapat perhatian dari penentu kebijakan kepariwisataan di Indonesia, padahal sector ini dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat potensi tersebut, maka perlu adanya suatu strategi untuk menarik pergerakan orang yang melakukan perjalanan dalam negeri. Data da informasi yang akurat dapat diperoleh melalui suatu upaya penelitian, diantaranya yaitu dengan penelitian tentang perilaku wisatawan,
Wisatawan yang datang ke Kota Manado didominasi oleh wisatawan domestik.
Wisatawan yang berasal dari daerah sekitar Manado seperti dari daerah Minahasa, Bitung, Sangihe dan Kotamubagu mendominasi kunjungan ke Kota Manado. Tujuan utama dari wisatawan tersebut adalah destinasi wisata belanja di Kawasan Bisnis di Boulevard. Pengaruh jarak dari daerah sekitar menuju Kota Manado menjadi faktor utama bagi wisatawan untuk berkunjung di Kota Manado. Menurut xxxx (2020) faktor aksesibilitas menjadi faktor yang berpengaruh terhadap minat berkunjung wisatawan di Kota Manado.
Wisatawan Nusantara yang berasal dari luar Provinsi Sulawesi Utara turut berperan terhadap kunjungan wisatawan di Kota Manado. Sebagian besar wisatawan berasal dari dari Kota Jakarta, Surabaya, Makasar dan Balikpapan. Tersedianya penerbangan langsung dari kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab tingginya kunjungan wisatawan Nusantara di Kota Manado. Wisatawan Nusantara yang datang ke Kota Manado pada umumnya melakukan aktivitas wisata di Taman Nasional Bunaken. Sebagai salah satu Taman Nasional di Indonesia, Taman Laut Bunaken memiliki Keindahan bawah laut yang sangat menarik dan tidak dimiliki di daerah lain. Keunikan Taman Laut Bunaken menjadi daya Tarik bagi wisatawan yang datang di Kota Manado.
Beberapa destinasi wisata di Kota Manado seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Daftar Daya Tarik Wisata di Kota Manado
A. DAFTAR DAYA TARIK WISATA ALAM KOTA MANADO
No Nama Daya Tarik Wisata Alam Lokasi DTW (Kecamatan)
1 Kawasan Wisata Pantai Malalayang Malalayang
2 Hutan Wisata Mangove – Tongkaina Bunaken
3 Taman Hutan Raya H. V. Worang – Gunung Tumpa
Bunaken
4 Pulau Manado Tua Bunaken Kepulauan
5 Pulau Siladen Bunaken Kepulauan
6 Pulau Bunaken Bunaken Kepulauan
7 Air Terjun Kima Atas Mapanget
B. DAFTAR DAYA TARIK WISATA BUDAYA KOTA MANADO
No Nama Daya Tarik Wisata Alam Lokasi DTW (Kecamatan)
1 Gereja Gmim Sentrum Manado Wenang
2 Gereja Katolik Hati Tersuci Maria Katedral Wenang
3 Klenteng Ban Hin Kiong Wenang
4 Monumen Perang Dunia II Wenang
5 Komplek Waruga Borgo Wenang
6 Makan Kanjeng Ratu Sekar Kedaton (Permaisuri Hamengkju Buwono V)
Wenang
7 Monumen Dotulolong Lasut Wenang
C. DAFTAR DAYA TARIK WISATA BUATAN KOTA MANADO
No Nama Daya Tarik Wisata Alam Lokasi DTW (Kecamatan)
1 Minanga Beach Walk Malalayang
2 Kawasan Kuliner Wakeke Wenang
3 Citraland Waterpark Malalayang
4 Glorious Rahvana Waterpark Singkil
5 Golden Lake Waterpark Wanea
6 GPI Waterpark Mapanget
7 Jembatan Soekarno Wenang
8 Kampung Arab Wenang
9 Kampung Cina/ Pecinan Wenang
10 Kampung Warna Warni Singkil Singkil
11 Kawasan Bendar ‘Pasar 45’ (Pusat Kota) Wenang
12 Kawasan Bahu Mall Malalayang
13 Kawasan Manado Town Square Sario
14 Kawasan Marina Plaza Wenang
15 Kawasan Mega Mall Wenang
16 Kawasan Pelabuhan Manado Wenang
17 Kawasan Kuliner Boulevard II Tuminting
18 Tugu Lilin Wenang
19 Monumen Tuhan Yesus Memberkati Malalayang
20 Museum Provinsi Sulawesi Utara Wenang
21 Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Wenang
22 Taman Berkat “God Bless Park” Sario
23 Komp Gelanggang Olahraga ‘God Bless’ Paniki / Karpet Biru
Mapanget
24 Komp. Gelanggang Olahraga Sario Sario
25 Lapangan Golf Kayuwatu Mapanget
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kota Manado 2021
Responden yang terlibat dalam pengisian kuesioner berada dalam rentang usia 20 sampai 40 tahun yang berasal dari Kota Manad0. 61 % berjenis kelamin perempuan, dan 39 % berjenis kelamin laki-laki. Para responden melakukan aktifitas wisata secara minimal setahun dua kali untuk wisata alam kota Manado, setahun satu kali untuk wisata budaya kota Manado, dan lebih dari lima kali setahun untuk kategori wisata buatan kota Manado.
Pada tiga jenis perilaku wisatawan, hanya kelompok dynamic tourist yang mengunjungi wisata budaya kota Manado. Kunjungan wisata lainnya hanya dilakukan secara fungsional, yaitu apabila ada jadwal peribadatan, sesuai dengan fungsi tujuan wisata tersebut. Wisata budaya kota Manado kurang mendapat perhatian dari wisatawan domestik lainnya, karena kurangnya atraksi wisata yang dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung atau wisatawan domestik.
Untuk kategori Involves Interaction Tourist sendiri lebih memilih mengunjungi kelompok destinasi wisata alam kota Manado. Kunjungan ke beberapa destinasi wisata alam oleh Involves Interaction Tourist dilakukan secara berkelompok, bersama dengan komunitas mereka masing-masing. Sesuai dengan pengertiannya, wisatawan pada kategori ini lebih memilih untuk melakukan perjalanan wisata secara berkelompok, karena lebih menyukai kegiatan yang memungkinkan mereka untuk melakukan interaksi satu dengan yang lain.
Mereka yang berada pada kategori ini berada di rentang umur 30 sampai 40 tahun.
Kelompok ini jarang melakukan aktivitas secara sendirian, dan lebih menyukai untuk melakukan kegiatas dengan komunitas. Hal ini berkaitan juga dengan harga lokasi wisata, fasilitas, dan atraksi wisata yang ditawarkan pengelola lokasi wisata. Lokasi wisata yang dipilih seperti wisata alam atau taman nasional Bunaken, umumnya tidak memiliki atraksi wisata dengan jadwal yang konsisten untuk mampu menarik perhatian pengunjung domestic, selain pemandangan dan keindahan alam. Beberapa tempat lainnya, seperti Gunung Tumpa dan Hutan wisata Mangrove bahkan sama sekali tidak memiliki jadwal atraksi wisata. Faktor-faktor inilah yang menjadi alasan bagi para pengunjung dengan kategori Involves Interaction Tourist, lebih memilih untuk melakukan kunjungan wisata secara berkelompok di tempat-tempat wisata alam.
Berikutnya untuk wisatawan yang masuk dalam kelompok Involves Exchange Tourist, ditemukan lebih banyak memilih objek wisata pada kelompok wisata buatan. Wisatawan pada kelompok ini lebih menyukai lokasi Wisata Buatan Kota Manado, berupa kompleks pertokoan, sarana olahraga, hiburan, dan wisata kuliner. Mereka yang lebih memilih atraksi wisata buatan, berada pada rentang umur 20 – 30 tahun. Sesuai dengan konsep yang dimiliki, kelompok Involves Exchange Tourist mengutamakan interaksi dan hubungan antara dirinya dengan orang lain. Narasumber pada kelompok ini kurang menyukai tempat wisata alam, karena lokasi wisata tersebut tidak memungkinkan untuk menjadi lokasi wisata yang bisa dikunjungi secara intens. Pada kategori wisata buatan, pengunjung memiliki lebih banyak pilihan sehubungan dengan atraksi wisata yang beragam dan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.
Faktor psikologis merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan berwisata wisatawan. Hal yang sama juga dikemukakan dalam penelitian Marliani dan Sugiarto (2019), yang mennyatakan bahwa variable faktor psikologis menunjukkan angka yang lebih besar dan paling berpengaruh signifikan secara statistic dari variabel lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa variabel faktor psikologis merupakan variabel yang paling dominan secara sta tistik berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan kunjungan wisata. Faktor psikologis terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Dalam penelitian ini motivasi wisatawan untuk berwisata pada kedua destinasi karena aspek kesehatan. Kondisi ketidakpastian akibat pandemi mengharuskan para wisatawan maupun pengelola destinasi wajib menjalankan protokol kesehatan.
Kesimpulan Dan Saran
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis secara bersama-sama mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung. Sedangkan Faktor sosial, pribadi dan psikologis secara parsial
mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata yang ada di Kota Manado. Lingkungan pergaulan dari wisatawan, juga menjadi hal penentu bagi mereka, untuk bisa memilih objek wisata sesuai dengan keinginan mereka.
Daftar Pustaka
Harrison, David. (2015). Development Theory and Tourism In Developing Countries: What Has Theory Ever Done For Us. IJAPS, Vol. 11.
Schiffman, Leon & Kanuk, L. Lazar. 2008. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Jakarta : PT. INDEKS.
Simamora, Bilson. (2008). Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Swarbrooke, J. & Horner, S. (1999). Consumer Behaviour in Tourism (3rd edition). Elsevier Ltd.
Wiweka, Kadek and Arcana, Komang. 2017. Rethinking the Theory of Tourism: What is tourism system in Theoritical and Empirical Perspective? Papar presentation Angers, France.