24
TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO
Ely Indra Fatmawati
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya [email protected]
ABSTRACT
The market is an important part and always exists in the spatial planning pattern of cities. The market is a mechanism that can bring together the seller and the buyer to make transactions for goods and services, either in the form of production or price determination. Markets are divided into two types, namely traditional markets and modern markets. The two markets certainly have differences whether it's in terms of product quality, place of sale, and so on.
Traditional markets are places where sellers and buyers meet each other, which is certainly based on direct seller and buyer transactions and usually a bargaining process occurs.
Traditional markets are often encountered and found in Indonesia, which are generally located near residential areas with the aim of making it easier for buyers to reach the market. Buying and selling is the exchange of property with property for ownership. Exchanging goods for goods or goods for money by relinquishing property rights on the basis of mutual acceptance.
Keywords: Market, Traditional Market, Buying and Selling
ABSTRAK
Pasar merupakan bagian yang penting dan selalu ada dalam pola penataan ruang kota-kota.
Pasar ialah sebuah mekanisme yang dapat mempertemukan antara si pihak penjual dan pihak pembeli untuk melakukan transaksi atas barang dan juga jasa, baik berupa bentuk produksi ataupun penentuan harga. Pasar dibedakan menjadi dua macam yaitu pasar tradisional dan juga pasar modern. Kedua pasar tersebut pastinya memiliki perbedaan entah itu dari kualitas produk, tempat Penjualan, dan lain sebagainya. Pasar tradisional adalah tempat saling bertemu antara penjual dan pembeli yang pastinya didasari dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya terjadilah Proses tawar-menawar. Pasar tradisional sering di jumpai dan di temukan di Indonesia, yang pada umumnya terletak di dekat kawasan perumahan warga
25
tujuannya supaya bisa memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik atas dasar saling Merelakan.
Kata Kunci: Pasar, Pasar Tradisional, Jual Beli
PENDAHULUAN
Sebagai komponen struktur kota tradisional, pasar merupakan bagian yang penting dan selalu ada dalam pola penataan ruang kota-kota. Pasar merupakan bagian pembentuk aktivitas kota dengan keragaman fungsi. Pasar merupakan salah satu tempat yang cukup menarik untuk didatangi, karena di pasar masyarakat bisa berjualan serta berbelanja, termasuk di Pasar Sumberrejo. Pasar Sumberrejo merupakan pasar tradisional yang berada pada Kecamatan Sumberrejo tepatnya terletak di Desa Sumberrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro dengan status sebagai Pasar Desa bersama dan salah satu pasar tradisional terbesar dan terkenal di Kecamatan Sumberrejo ini. Di pasar ini kebanyakan perdagangan dikuasai oleh masyarakat lokal, kecamatan Sumberrejo menjadi pusat perekonomian bagi beberapa wilayah.
Pasar yang sangat menarik dan strategis karena pengunjung yang datang kesana bisa melakukan transaksi jual beli dengan mendapatkan berbagai macam barang untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pasar tradisional Sumberrejo dilihat dari perspektif nilai daya tarik pengunjung, bagaimana transaksi jual beli di pasar tersebut, bagaimana kualitas barang yang dijual oleh kebanyakan penjual, kebanyakan barang yang dipasarkan, bedanya berbelanja di pasar tradisional dari pada pasar modern, serta negosiasi yang dilakukan antara penjual dan pengunjung yang datang berbelanja disana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pasar Sumberrejo merupakan pasar yang beroperasi setiap hari dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 14.00 siang, begitu pun barang-barang yang dijual di pasar tersebut meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebanyakan pembeli yang datang berasal dari desa Sumberrejo dan sekitarnya, bahkan ada juga yang dari luar kota Bojonegoro. Pasar Sumberrejo termasuk ke dalam kategori Pasar Tradisional, karena transaksi jual belinya dilakukan secara manual (tunai) tanpa kuitansi atau lainnya. Soal harga pun tidak perlu diragukan lagi, semuanya bisa ditawar, tidak mengenal tentang pembagian kerja, maksudnya adalah selain berperan sebagai penjual, mereka juga berperan sebagai bagian keuangan, pelayan, dan juga sales. Dapat di bilang Pasar Sumberrejo menjadi jawaban atas semua masyarakat sekitar, mereka yang lebih memilih barang kebutuhan dengan harga
26
terjangkau. Di sisi lain pun juga tumbuh saling percaya di antara penjual dengan pembeli dan penjual dengan penjual yang lain. Di lihat dari aspek nilai sosial, tumbuhnya ikatan emosional di dalam membangun interaksi sosialnya, tumbuhnya nilai kegotong royongan, khususnya diantara para penjual satu dengan penjual lainnya, tak hanya itu ikatan persaudaraan pun tumbuh di antara penjual dengan pembelinya, karena mereka sudah terbiasa terbangun interaksi sosial dalam bentuk tawar menawar, dan akhirnya menumbuhkan kedekatan yang menumbuhkan nilai rasa saling menghormati, menghargai dan ikatan emosional dalam bentuk persaudaraan. Nilai relasional ini menumbuhkan empati serta simpati mereka, sehingga menjadi daya tarik dari aspek sosial.
KAJIAN TEORI
Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli dan ditandai dengan keberadaan transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar, bangunannya berupa kios atau gerai, los dan prinsip manajemen.1 Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri pengertian pasar ialah suatu tempat yang menjadi bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, serta sarana interaksi sosial budaya masyarakat, dan Pengembangan ekonomi masyarakat (Permendagri, 2007). Sedangkan di sisi lain menurut Said Sa’ad Marthon pengertian pasar ialah sebuah mekanisme yang dapat mempertemukan antara si pihak penjual dan pihak pembeli untuk melakukan transaksi atas barang dan juga jasa, baik berupa bentuk produksi ataupun penentuan harga.2
Pasar tradisional menurut Permendagri Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pedoman penataan dan juga pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan serta toko modern, adalah pasar yang dikelola pemerintah dan dibangun oleh pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara serta badan usaha milik daerah yang bekerja sama dengan swasta menyediakan tempat usaha seperti toko, kios, los, dan tenda yang dikelola atau dimiliki oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil juga dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Tambahan juga bahwa pasar
1 Luluk Nur Azizah, “ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL (Studi Kasus Pasar KIRINGAN Desa Kemlagilor Turi Lamongan),” Jurnal Manajemen 4, no. 1 (2019): 827.
2 istijabatul Aliyah, “PEMAHAMAN KONSEPTUAL PASAR TRADISIONAL DI PERKOTAAN Istijabatul Aliyah,” Cakra Wisata 18, no. 2 (2017): 16.
27
tradisional sebagai pusat kegiatan sosial dan ekonomi kerakyatan, secara demikian pola hubungan ekonomi yang terjadi di pasar tradisional menghasilkan terjalinnya interaksi sosial yang akrab antara pedagang dan juga pembeli, antara pedagang dengan pedagang, dan juga antara pedagang dengan Pemasok atau pembeli yang merupakan warisan sosial representasi kebutuhan bersosialisasi antar Individu.3
Sedangkan menurut Bagoes P. Winyomartono, konsep pasar tradisional merupakan peristiwa perkembangan yang bersifat siklis, yang salah satunya merupakan inti dari interaksi sosial dan ekonomi. Pasar berasal dari kata peken yang artinya berkumpul. Fungsi pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi, pada saat terjadi jual beli, fungsi sosial pasar terjadi pada saat tawar menawar. Pasar tradisional adalah tempat saling bertemu antara penjual dan pembeli yang pastinya didasari dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya terjadilah Proses tawar-menawar, Kebanyakan para penjual menjual kebutuhan sehari-hari yang biasanya berupa makanan pokok, seperti ikan, buah-buahan, Sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain sebagainya. Tidak hanya Itu, ada juga yang menjual barang antik, unik yang jarang dijumpai. Pasar tradisional sering kita jumpai dan kita temukan di Indonesia, yang pada umumnya terletak di dekat kawasan perumahan warga tujuannya supaya bisa memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Bisa disimpulkan mengenai pasar tradisional di atas yang mengarah dengan tema penelitian ini, bisa disimpulkan pasar tradisional merupakan perkumpulannya antara penjual serta pembeli dengan jual beli barang dan jasa serta hubungan sosial yang bernilai sosial untuk melakukan kegiatan nilai ekonomi, perdagangan dalam bentuk tawar menawar komoditas, penjual berperan dalam penawaran, penjualan dan transaksi keuangan.4
Menurut Redfield, pasar tradisional memiliki ciri-ciri yang berupa:
a. Belum terdapat pengetahuan, perkembangan serta teknologi.
b. Munculnya rasa cinta pada gaya hidup para pendahulunya.
c. Belum mengetahui pembagian kerja, Spesialisasi dan budaya masih bersifat alami Homogen.5
3 H. Basuki Rachmat, “Keberadaan Pasar Tradisional Bersaing Di Tengah-Tengah Pasar Modern Studi Kasus Pasar Ujungberung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat,” Jurnal Otonomi Keuangan Daerah 6, no. 1 (2018): 1–17, http://ejournal.ipdn.ac.id/JOKD/article/view/458.
4 Didin Syarifuddin et al., “Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata,” Jurnal Manajemen Resort dan Leisure 15, no. 1 (2018): 19–32.
5 Ibid.23
28 Transaksi Jual Beli
Pengertian jual beli menurut istilah Fiqh disebut dengan al-bai‟ yang artinya menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafadz albai‟ dalam bahasa arab biasa nya digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy syira (beli). Secara demikian, dapat dikatakan bahwa kata al-bai‟ yang artinya jual, tetapi juga sekaligus berarti beli (Haroen, 2000:111). Sedangkan menurut bahasa Jual Beli atau bisnis berasal dari kata baa’a- ya biiu- baa’an bentuk jamaknya buyu’un yang memiliki arti menjual. Bisa dikatakan jual beli menurut bahasa berarti menukarkan sesuatu dengan sesuatu.
Sedangkan jual beli berdasarkan istilah yang berarti:
a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan Jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.
b. Pengertian jual beli yang paling tepat berdasarkan Syekh Muhammad ibn Qasim al- Ghazzi: Menurut syara, ialah memiliki sesuatu harta (uang) dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara, sekedar memiliki manfaatnya saja yang diperbolehkan syara untuk selamanya yang demikian itu harus dengan melalui pembayaran yang berupa uang.
c. Menurut metode syara, pertukaran harta yang dimiliki, diterima bersama dan dikelola (tasharruf) dengan persetujuan Qobul.
d. Pengertian jual beli berdasarkan kitab Faath Al- Wahab milik Syeikh Zakaria al Anshari adalah pertukaran benda lain yang dimiliki dengan cara khusus dan diizinkan.
e. Menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqh Sunnah, pengertian jual beli adalah pertukaran barang dengan barang lain melalui pemindahan hak milik secara timbal balik secara khusus atau diperbolehkan dengan adanya barang substitusi.
Imam Nawawi dalam al-majmu’ Mengatakan bahwa “Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik atas dasar saling Merelakan.6
Jual Beli memiliki dasar hukum yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagaimana telah tertuang dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah Ayat 275 yang berbunyi:
“Orang-orang yang makan atau mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan Syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang Demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata atau berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
6 Wati Susiawati, “Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian,” Jurnal Ekonomi Islam 8, no. 2 (2017): 171–184.
29
kepada nya larangan Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah Diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal Di dalamnya”.
(Q.S.Al.Baqarah: 275)
Dari arti surah di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa jual beli telah dihalalkan oleh Allah SWT untuk semua umatnya dengan baik serta dilarang bagi umatnya melakukan jual beli yang didalamnya mengandung riba.
Sedangkan menurut Hadis Shohih dari riwayat Imam Muslim yang artinya. Rasulullah SAW bersabda: Dari Hurairah RA. Rasulullah SAW mencegah dari jual beli Melempar kerikil dan jual beli Garar (H.R. Muslim).
Arti hadist tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli hukumnya Mubah atau boleh, sedangkan menurut pendapat yang lain jual beli menurut Imam Asy Syatibi hukum jual beli bisa menjadi wajib dan bisa menjadi haram Seperti ketika terjadi ihtikar yaitu penimbunan barang Sehingga persediaan dan harga melonjak naik. Banyak ulama menetapkan diperbolehkan melakukan jual beli asalkan adanya catatan bahwa sebagai manusia yang hidup di bumi ini tidak akan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, dengan tanpa adanya pertolongan campur tangan manusia lainnya. Secara demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang diperlukan itu, harus diganti dengan barang lain yang sama yang telah disepakati antara penjual dengan pembeli atau bisa dengan alat tukar menukar yaitu menggunakan uang maupun yang lain. Demikian pula Ijma’
tentang kebolehan Ijma’ didasarkan pada apa yang dijelaskan oleh Ibnu Hajar al- Asqalani dalam bukunya Fath al-Bari, yang berbunyi sebagai berikut: Ijma’ Muslim tentang kebolehan jual beli dan hikmah jual beli. . Itu adalah kebutuhan manusia, selalu tergantung pada apa yang ada di tangan pemiliknya, dan terkadang tidak diberikan begitu saja kepada orang lain. Berdasarkan dalil di atas, jelaslah bahwa hukum jual beli adalah jaiz (diperbolehkan). Namun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan status transaksi itu sendiri, yang kesemuanya bergantung pada terpenuhinya syarat dan rukun transaksi.7
Rukun Jual beli dibagi menjadi tiga macam:
1. Akad (Ijab kabul), Yang berarti ikatan kata yang diucapkan antara penjual dan pembeli, syarat Kabul antara lain:
7 Shobirin Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam,” BISNIS : Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam 3, no. 2 (2016): 239.
30
a. Tidak boleh ada tenggang waktu yang memisahkan antara ucapan Penjual dan pembeli.
b. Di selangi ucapan lain dari pembeli dan penjual.
2. Orang-orang yang berakad, penjual dan pembeli, serta 3. Ma’qud alaih/ objek akad.
Syarat yang harus diketahui dalam jual beli terdapat dua macam: syarat untuk objek Jual beli serta syarat untuk orang yang melakukan transaksi jual beli. Syarat objeknya dibagi menjadi tuju:
a. Suci dan bisa disucikan.
b. Bermanfaat dan berguna menurut hukum islam.
c. Tidak digantungkan pada suatu Kondisi tertentu.
d. Tidak dibatasi tenggang waktu Tertentu.
e. Bisa diserahkan.
f. Kepunyaan sendiri.
g. Tertentu atau dapat dirasakan.
Para Ulama fikih juga menetapkan beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad antara lain yaitu:
a. Orang-orang yang melakukan akad sudah ahli dalam bertindak Hukum/Mukallaf, jika objek akad milik orang yang tidak ahli dalam bertindak hukum, maka walilah yang berhak bertindak.
b. Objek akad sudah diakui oleh Syariat.
Barang merupakan benda yang menjadi objek yang suci bukan barang najis, akan tetapi bisa dimanfaatkan, bisa diserah Terimakan, kepunyaan orang yang Menjualnya atau orang yang Menjualnya dikuasakan untuk Menjualnya.
c. Akad tersebut tidak dilarang oleh Nas syariat.
d. Akad yang dilakukan memenuhi Syarat-syarat khusus.
e. Akad itu dapat dimanfaatkan.
f. Ijab tetap utuh dan shahih sampai terjadinya kabul.
g. Ijab dan kabul dilaksanakan dalam satu majlis, yaitu suatu keadaan yang Menggambarkan suatu transaksi. Misalnya seperti pasar, toko, dll.
31
h. Tujuan di lakukan nya akad jelas dan dapat diakui oleh Syariat.8
Dalam jual beli tidak hanya memperhatikan rukun dan syarat jual beli saja tetapi juga Persoalan etika dalam pelaksanaan transaksi jual beli. Jadi yang dimaksud dengan etika Dalam jual beli adalah tata cara atau perilaku yang ditanamkan di dalam diri seorang Penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi tukar menukar barang dengan tujuan saling tolong menolong antara yang satu dengan yang lain.9
Etika dalam bisnis merupakan segmen etika terapan yang mencoba untuk mengontrol dan memeriksa pengaturan moral dan etika perusahaan. Ia juga mendalami seberapa baik atau buruk badan usaha membahas masalah-masalah moral dan etika dan menunjukkan apa yang salah dalam proses alami mereka. Ini mencakup semua aspek bisnis dari produksi untuk administrasi, keuangan dan pemasaran.10
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan deskriptif kualitatif, pengambilan data yang dilakukan melalui wawancara kepada 8 orang antara informan penjual dan pembeli.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para penjual yang menjual barang-barang kebutuhan di pasar tradisional Sumberrejo serta hasil wawancara kepada para pembeli dapat ditemukan beberapa jawaban dan beberapa pendapat yang berbeda satu sama lain.
Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Sumberrejo Bojonegoro
Setelah berinteraksi dengan beberapa penjual dan pembeli di pasar tradisional Sumberrejo Bojonegoro hasil yang bisa disimpulkan bahwa kebanyakan para penjual di pasar tradisional Sumberrejo melakukan transaksi pembayaran lebih sering langsung dengan cara tunai atau
8 Muhammad Yunus, Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani, and Gusti Khairina Shofia, “Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akad Jual Beli Dalam Transaksi Online Pada Aplikasi Go-Food,” Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018): 135–146.
9 Sukma Sari Dewi Chan, “Etika Penawaran Jual Beli Dalam Telaah Hadits Ahkam,” Adzkiya : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah 6, no. 2 (2019).
10 Maria Ulfa Batoebara, “Jurnal Warta Edisi : 57 Juli 2018 | ISSN : 1829-7463,” Peranan Etika Bisnis Dalam Perusahaan Bisnis (2018).
32
melakukan pembayaran nya secara langsung di tempat. Beberapa responden dari penjual tentang transaksi jual beli yang dilakukan oleh pelanggannya. Seperti yang di kemukakan oleh informan pertama yang bernama ibu Siti Nur Hidayati (41 tahun). Beliau seorang pedagang pakan dan sarang burung, beliau lebih sering melakukan transaksi pembayaran menggunakan tunai atau secara langsung bayar di tempat di saat para pembeli membeli dagangan pada saat itu juga, menurutnya transaksi secara tunai lebih nyaman serta lebih aman dari pada secara transfer melalui bank atau yang lain sebagainya, karena beliau sendiri Kurang paham transaksi dengan cara transfer.11 Hasil wawancara dari ibu Siti Nur Hidayati menegaskan bahwa transaksi yang lebih mudah dilakukannya adalah dengan cara langsung atau tunai karena cara tersebut lebih mudah dan aman, di samping itu beliau juga belum paham betul menggunakan ATM jadi beliau tidak bisa melakukan transaksi nya jika melalui transfer dan lain sebagainya.
Seperti yang dikemukakan oleh Informan kedua yang bernama ibu Siti nur Qomariyah (36 tahun). Beliau seorang penjual mukena serta pakaian muslim, menurut beliau transaksi yang biasa dilakukan secara Cash (tunai) karena kebanyakan pelanggannya langsung datang ke toko dan banyak langganannya yang langsung datang padanya jadi beliau lebih melakukan transaksi secara tunai. Tetapi ada juga pelanggan yang membeli online jadi transaksi yang dilakukan secara transfer dari pembelinya. Tapi kebanyakan beliau melakukan transaksi secara tunai karena lebih aman.12 Hasil wawancara dari ibu Siti Nur Qomariyah tidak jauh beda dengan informan pertama ibu Nur Hidayati yang lebih sering melakukan transaksi secara cash (tunai) dari pada cara transfer mentransfer, cara transaksi melalui transfer pernah dilakukannya tapi lebih sering secara langsung karena menurutnya lebih aman secara langsung tunai.
Informan selanjutnya dikemukakan oleh ibu Nurin Iswatin (31 tahun). Beliau seorang pedagang pakaian bayi sampai pakaian dewasa, beliau juga menjual barang-barang nya melalui situs online (online Shop). Menurut Beliau sebenarnya tergantung dengan cara apa beliau menjual barang dagangannya, karena selain menjual pakaian di pasar beliau juga menjualnya melalui online dengan membuat grup online shop jadi transaksi yang digunakan secara tunai dan juga melalui transfer, menurutnya lebih mudah jika transaksi melalu tunai tapi melalui transfer juga mudah karena beliau juga lebih sering melakukan transaksi penjualan dengan cara transfer mentransfer, karena kebanyakan pelanggannya berbelanja melalui online. Baginya transaksi keduanya sama-sama mudah dan aman.13 Hasil wawancara dari ibu Nurin Iswatin mengarah bahwa antara transaksi Secara tunai maupun secara transfer tidak membuat masalah
11 siti Nur Hidayati, “Penjual” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 10, 2021).
12 Siti Nur Qomariyah, “Penjual” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 11, 2021).
13Nurin Iswatin, “Penjual” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 11, 2021).
33
cara transaksi antara keduanya mudah dan juga aman. Karena lebih seringnya beliau melakukan penjualan barang nya melalui online shop jadi beliau tidak ada rasa khawatir tentang transaksi yang dilakukan melalui cara transfer.
Informan selanjutnya dikemukakan oleh ibu Dian Saraswati (25 tahun). Beliau adalah seorang penjual sepatu dan sendal. Kata beliau pribadi lebih seringnya transaksi dengan cara langsung tunai, karena penjualannya hanya di toko, Karena beliau tidak melayani seperti jual beli online jadi transaksi yang digunakan dengan tunai atau biasa juga melakukan transaksi dengan cara kredit dengan memberi batasan waktu tertentu.14 Dari hasil wawancara dari ibu Dian Saraswati diatas dapat dipahami bahwa transaksi yang biasa digunakan beliau yaitu secara langsung tunai, karena beliau tidak melayani seperti bisnis online, selain transaksi secara tunai beliau juga menggunakan cara kredit kepada para pembeli asalkan tepat waktu dalam pembayaran sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Kualitas Produk (Barang Dagangan) Yang Dijual di Pasar Tradisional Sumberrejo Bojonegoro
Produk atau barang dagangan adalah satu elemen bauran pemasaran yang bisa memuaskan konsumen untuk memenuhi Kebutuhan serta keinginannya. Para produsen mengharapkan supaya konsumen merasa puas saat membeli produk ini. Jika Kualitas produknya yang sangat baik maka akan terasa disambut dan dirasakan oleh konsumen. Kualitas produk biasanya punya standar sendiri-sendiri. Seorang produsen atau penjual harus lebih memperhatikan kualitas produk mereka, agar dapat membangun kepercayaan yang didapatkan dari konsumen atas kualitas Produk yang mereka jual. Apabila penjual kurang memperhatikan masalah Kualitas produk maka akan muncul tingkat pembelian dari konsumen yang lebih rendah. Sedangkan apabila penjual sangat memperhatikan kualitas produknya, maka produk yang dijual tersebut akan mengalami Peningkatan jumlah pembelian Karena tingkat kepuasan dari konsumen karena kualitas produk yang sangat baik dan harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produknya.15
Seperti yang dikemukakan oleh ibu Siti Nur Hidayati (41 tahun). Menurutnya sebisa mungkin beliau selalu menyediakan barang dengan kualitas yang baik, apalagi produk utama yang dijualnya adalah makanan dan juga sarang burung jadi harus pintar-pintar mencari dan
14 Dian Saraswati, “Penjual” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 11, 2021).
15 NURHASANAH AYYUB, “Perilaku Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional Kaitannya Dengan Keberadaan Pasar Modern Di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2018): 1689–1699.
34
menjual bahan yang kualitasnya terjamin seperti produk yang asli dan masih baru, pastinya serta yang paling penting produknya tidak kadaluwarsa agar pelanggan mudah tertarik dan banyak yang berbelanja di tokonya, beliau juga memastikan produk yang dijual tidak ada cacat sama sekali karena Kenaikan jumlah pembeli dan tambahnya langganannya tergantung pada kepuasan pelanggan terhadap produknya.16 Dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa ibu Siti Nur Hidayati sangat menjaga kualitas produk barang yang beliau jual, beliau sangat berhati-hati dalam memilah dan memilih barang-barang yang akan beliau jual tanpa adanya cacat atau kerusakan dari barang tersebut, karena menurut beliau pelanggan yang puas dengan produknya maka semakin banyak pula yang percaya dan akan berlangganan dengannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Informan selanjutnya yaitu ibu Siti Nur Qomariyah (36 tahun). Menurut beliau barang yang dijual selalu berkualitas karena beliau biasa memesan atau membeli barang tersebut di tempat yang kualitasnya bagus dan juga sudah berlangganan, tapi beliau tidak menjamin seutuhnya karena biasanya barang yang dibeli dalam jumlah yang banyak sehingga tidak bisa mengecek satu persatu dan akhirnya pernah ada pelanggan yang mendapati produknya yang agak cacat dan mereka komplain, namun mereka bisa menukarkannya dengan barang yang lain ataupun jika tidak jadi membeli beliau akan mengembalikan uangnya.17 Dari hasil wawancara dari ibu Siti nur Qomariyah dapat di pahami bahwa beliau tidak jauh beda dengan ibu Siti nur Hidayati yang sama-sama mempertahankan produk yang berkualitas untuk barang yang dijualnya, beliau juga bertanggung jawab ketika tanpa disadari menjual barang yang agak cacat dengan cara pembeli bisa menukar dengan barang yang lain atau dengan mengembalikan uang kepada sang pembeli dengannya.
Informan selanjutnya ibu Nurin Iswatin (31 tahun). Menurut Bu Nurin pastinya selalu mengedepankan kualitas produknya, beliau memilih barang di toko langganan yang sudah terpercaya jadinya tidak khawatir lagi dengan kerusakan atau misalnya ada cacat di barang yang dipilih tapi setelah itu beliau selalu memeriksa satu per satu lagi barang yang akan diangkut sebelum dijual, jadi dipastikan tidak ada kerusakan atau kecacatan pada barangnya sama sekali.
Karena beliau ingin pelanggannya merasa puas setelah berbelanja di tokonya dan pelanggannya semakin banyak.18 Hasil wawancara dari ibu Nurin Iswatin mengarah pada setiap barang yang dipilih selalu diperiksa kembali sebelum di jual pada para pelanggannya, dan pastinya barang yang dipilih sudah terpercaya dari toko langganan, hal itu yang membuat banyak pelanggan yang sering berbelanja di toko nya.
16 Hidayati, “Penjual.”
17 Qomariyah, “Penjual.”
18Iswatin, “Penjual.”
35
Hal itu sama dengan yang dikemukakan oleh ibu Dian Saraswati (25 tahun). Menurut beliau setiap penjual selalu memperhatikan masalah kualitas barang yang dijual karena dengan adanya kualitas barang yang bagus para pembeli akan percaya dan sering belanja ke toko.
Beliau lebih berhati-hati setiap membeli produk yang akan dijual beliau juga lebih banyak memesan barang yang lebih banyak dibutuhkan dan paling dicari oleh konsumen.19 Hasil wawancara dari ibu Dian Saraswati tersebut dapat dipahami bahwa setiap penjual sudah harus bahkan wajib memperhatikan dan memilah serta memilih barang yang berkualitas untuk dijual kembal. Selain itu beliau juga banyak memesan barang-barang yang lebih banyak dibutuhkan serta banyak yang dicari oleh para konsumen. Setiap produk akan memuaskan konsumen jika konsumen menilai bahwa produk tersebut bisa memenuhi kebutuhan dan melebihi keinginan serta harapannya.
Perbedaan Jual beli di Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Swalayan) Bagi Para Pembeli
Pasar merupakan tempat dimana orang-orang saling berinteraksi, baik menjual ataupun membeli barang maupun jasa. Seperti yang telah ada, pasar dibedakan menjadi dua macam yaitu pasar tradisional dan juga pasar modern (swalayan). Kedua pasar tersebut pastinya memiliki perbedaan entah itu dari kualitas produk, tempat Penjualan, harga jual produk, Fasilitas dan juga kebersihannya, bahkan interaksi sesama penjual dengan penjual lainnya serta dengan Pembeli yang sangat berbeda. Pasar tradisional diartikan sebagai tempat di mana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung dan barang yang diperjualbelikan merupakan barang kebutuhan pokok. Sedangkan dalam pasar modern, barang- barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Contohnya pasar modern yaitu seperti mall, swalayan atau supermarket.20
Menurut pendapat informan kedua yaitu mbak Rahma Eka Fitriani (20 tahun) pembeli.
Menurut mbak Rahma, perbedaannya jika di pasar tradisional lebih gerah dan panas, sedangkan di pasar modern lebih nyaman bersih dan dilengkapi AC, lalu untuk masalah produknya tidak ada perbedaan, tetapi menurutnya lebih bagus di tradisional walaupun murah tetapi kualitasnya sangat bagus, sedangkan di pasar modern produknya lebih mahal karena harga sewa lapak yang membuat harga barang-barang tersebut menjadi lebih mahal, masalah pelayanan lebih baik di
19 Saraswati, “Penjual.”
20 Nel Arianty, “Analisis Perbedaan Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Ditinjau Dari Strategi Tata Letak (Lay Out) Dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar Tradisional,” Jurnal Manajemen & Bisnis 13, no. 01 (2013): 18–29.
36
pasar tradisional karena disana orang-orangnya ramah, berbeda di pasar modern yang banyak memandang status sosial jika pembeli yang kelihatan nya bukan orang kaya dianggap remeh dengan para pelayan tersebut.21 Dari wawancara diatas oleh mbak Rahma dapat disimpulkan bahwa masalah tempat pasti Tentunya lebih nyaman di pasar modern (swalayan) karena kondisinya jauh lebih bersih dan pastinya tidak panas seperti di pasar tradisional, walaupun panas dan gerah produk di pasar tradisional jauh lebih baik walaupun lebih murah tetapi barangnya lebih baik ketimbang di pasar modern yang lebih mahal, di pasar tradisional pun tidak ada perbedaan kasta antara penjual dan pembeli semua ramah-tamah berbeda dengan di pasar modern.
Selanjutnya dikemukakan oleh Informan ketiga yaitu mbak Dina Mu’ izatul Fauziyah (21 tahun) pembeli. Menurut mbak Dina Jika berbelanja di pasar tradisional, kita dapat menemukan barang-barang yang antik dan langka, begitu pun harganya sangat terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah. sedangkan jika berbelanja di pasar modern harga sudah ditentukan dan tidak boleh di negosiasi namun fasilitas dan kebersihannya juga sangat memadai berbeda dengan di pasar tradisional yang kebersihannya kurang.22 Dari wawancara diatas dapat dipahami bahwa kita akan menemukan sesuatu yang unik jika berbelanja di pasar tradisional selain unik harganya pun menjamin bagi orang-orang menengah ke bawah, Pasar tradisional sangat mempermudah bagi orang-orang yang tidak mampu karena harga barang yang dijual sangat memadai sesuai dengan isi kantong sang pembeli barang yang dijual pun berkualitas tidak kalah jauh dengan pasar modern, pasar tradisional sangat merakyat.
Informan keempat menurut mbak Dina Eka Sri Wahyuningsih (20 tahun) pembeli.
Menurutnya pribadi perbedaan berbelanja di pasar modern dengan pasar tradisional itu, ada pada harganya, di pasar modern harganya sudah dibanderol meski tidak boleh ditawar karena dijual di tempat yang bersih serta terjaga kebersihan barangnya. Sedangkan di pasar tradisional relatif cenderung lebih mudah untuk ditawar karena tempat nya berada di tempat terbuka dan juga tidak terjamin kebersihan barangnya, tapi pastinya barang-barang yang dijual tidak banyak mengecewakan.23 Dari pernyataan mbak Dina Eka diatas dapat dipahami bahwa perbedaan berbelanja di pasar tradisional dan modern swalayan dapat dilihat dari harga jualnya, harga jual yang mahal pun dipengaruhi oleh tempat dimana barang itu dijual, harga barang-barang di pasar modern mahal karena dijual di tempat yang bersih dan juga ber AC, sedangkan barang-barang
21 Rahma Eka Fitriani, “Pembeli” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 16, 2021).
22 Nanda Rahma, “Pembeli” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 15, 2021).
23 Dina Eka Sri Wahyuningsih, “Pembeli” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 16, 2021).
37
yang dijual di pasar tradisional murah meriah karena barang tersebut dijual di tempat yang kurang bersih dan juga terbuka.
Informan selanjutnya yaitu mbak Zulfatur Rohmah (21 tahun) pembeli. Beliau mengatakan Menurutnya, ketika pergi ke pasar tradisional dan pasar modern. Dalam hal harga, di pasar modern memiliki label harga yang pasti, sedangkan di pasar tradisional cenderung tidak pasti, dan kebanyakan barang bisa ditawar. Dalam hal fasilitas, di pasar modern jauh lebih terfasilitasi seperti dengan AC dan musik, sedangkan di pasar tradisional tidak ada fasilitas tersebut. Dalam hal kebersihan, pasar modern lebih mendekati kata bersih dikarenakan banyak petugas kebersihan yang selalu siaga, sedangkan di pasar tradisional cenderung kurang bersih dikarenakan kebersihan ditanggung penjual masing”. Dalam hal pelayanan, di pasar modern lebih mudah jika ingin mencari sesuatu barang dikarenakan ada seseorang yang bertugas untuk ditanyai. Dalam hal produk, contohnya sayuran, buah, ikan, dan daging, cenderung lebih baru dan segar di pasar tradisional”. 24
Negosiasi Yang Dilakukan Antara Penjual dan Pembeli di Pasar Tradisional Sumberrejo Bojonegoro
Negosiasi adalah sebuah kegiatan antara dua orang atau lebih yang tidak bisa dihilangkan saat sedang melakukan transaksi jual beli khususnya di pasar tradisional, yang mana ada kedua belah pihak bahkan lebih untuk mencapai sebuah kesepakatan dalam transaksi jual beli melakukan Komunikasi yang intens demi tercapainya kesepakatan tersebut. Negosiasi merupakan prosesi akad yang tujuannya untuk mencapai keridhoan antara kedua belah pihak dalam transaksi jual belinya. Negosiasi sama halnya dengan tawar menawar, yang mana dalam hal ini merupakan interaksi bisnis yang dilakukan antara penjual dan pembeli untuk mencapai sebuah kesepakatan (penyamaan persepsi) mengenai harga produk dan juga produk yang menjadi objek Jual beli dari segi kualitas serta kuantitas nya.25
Menurut Jackman (2005: 8) negosiasi merupakan sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda, hingga akhirnya mencapai kesepakatan. Negosiasi disebut pula sebagai proses interaktif yang dilakukan untuk mencapai persetujuan. Proses ini melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki pandangan berbeda
24 Zulfatur Rohmah, “Pembeli” (Bojonegoro, Sumberrejo, April 16, 2021).
25 D I Pasar, Tradisional Blauran, and Pasar Besar, “PRAKTIK TAWAR-MENAWAR DALAM JUAL BELI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS SYARI ’ AH JURUSAN SYARI ’ AH PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI ’ AH TAHUN 2017 M / 1439 H” (2017).
38
tetapi ingin mencapai beberapa resolusi bersama. (McGuire, 2004: 23).26 Sementara itu Phil Baguley dalam bukunya Teach Yourself Negotiating menjelaskan negosiasi adalah suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.27
Dalam proses interaksi jual beli, keterampilan berkomunikasi adalah sebuah Penunjang.
Pedagang dituntut agar menjadi orang yang fleksibel dan mampu berkomunikasi serta bernegosiasi dengan baik apabila tidak ingin dagangannya tidak Laku. Berbeda dengan pedagang yang bernegosiasi agar memperoleh laba (tidak rugi), bagi seorang pembeli, memiliki keterampilan juga penting, sebab melakukan negosiasi harga dengan menawar barang di pasar mesti dilakukan untuk mengupayakan suatu tindakan penghematan dengan meminimkan pengeluaran.28
Negosiasi dalam jual beli ini juga terjadi di pasar tradisional Sumberrejo Bojonegoro yang dimana negosiasi tersebut tidak jauh berbeda dengan di pasar-pasar tradisional yang terdapat di beberapa tempat lain ataupun di daerah lain, yang mana dalam negosiasi antara penjual dan pembeli yang dilakukan sama-sama saling bertolak belakang. Di sisi lain Penjual selalu Berharap barang yang dijualnya bisa terjual dengan harga yang tinggi sesuai dengan keinginan dengan harapan bisa mendapat keuntungan yang tinggi sedangkan di sisi lain pun pembeli selalu ingin membeli barang yang diinginkannya dengan harga yang sangat murah harus sesuai dengan keinginan mereka. Semua itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh beberapa penjual dan pembeli di pasar tradisional Sumberrejo. Seperti yang telah dikemukakan oleh Informan pertama yaitu ibu Siti Nur Hidayati (41 tahun). Menurut beliau Negosiasi sudah pasti dilakukan oleh para pembeli, sering sekali menemui pembeli yang suka bernegosiasi, sudah biasa pembeli seperti itu, tapi terkadang beliau suka geram melihat pembeli yang terlalu memaksa minta diberikan harga yang murah sesuai dengan keinginan mereka, padahal harga yang ditawar tidak sesuai dengan harga asli bahkan sampai menawar dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga aslinya, jika seperti itu pastinya akan rugi besar karena keinginan harga yang diminta pembeli tidak masuk akal. Dan jika sudah seperti itu terpaksa tidak akan diberikan harga tersebut, tetapi terkadang beliau lepas walaupun dengan tambahan sedikit harga dari harga aslinya.29 Hasil dari wawancara dengan ibu Siti Nur Hidayati dapat dipahami setiap penjual
26 Mahmudah Nursolihah, “Analisis Karakteristik Khusus Teks Negosiasi,” LITERASI: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah 10, no. Volume 10 (2020): 25.
27 Faiqotul Isma Dwi Utami, “Efektivitas Komunikasi Negosiasi Dalam Bisnis,” Komunike ix, no. 2 (2017): 110.
28 Negosiasi Pembeli et al., “TRADISIONAL GEUDONG ( Studi Pada Penjual Pakaian Dewasa Di Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara Periode Bulan Januari- Mei 2021 ),” Jurnal Jurnalisme 01, no. April (2021): 91–
103.
29 Hidayati, “Penjual.”
39
pasti akan menemui pembeli yang suka bernegosiasi karena semua itu seperti sebuah tradisi tersendiri bagi para pembeli, bahkan penjual bisa dibuat geram oleh pembeli yang suka menawar tetapi harga yang diinginkan nya terlalu rendah bahkan penjual tidak mendapatkan keuntungan karena pembeli yang menawar dengan harga yang lebih murah dari harga aslinya, karena tidak mau rugi maka penjual tidak melepaskan barang itu ke pembeli, tetapi penjual bisa melepaskan barangnya asal masih mendapat keuntungan harga walaupun itu Cuma sedikit.
Pendapat yang dikemukakan oleh Informan selanjutnya adalah mbak Dina Mu’Izatul Fauziah (21 tahun) pembeli. Menurut mbak dina negosiasi sudah menjadi rutinitas, karena dalam perdagangan sebagian dari pedagang biasanya menaikkan harga asli dengan tidak sewajarnya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, jadi setiap membeli barang di pasar sebisa mungkin dia negosiasi barang tersebut sesuai harga yang pas dan sesuai dengan kualitas produknya.30 Dari penjelasan mbak Dina Mu’Izatul diatas bahwa sudah pasti sebagai pembeli akan melakukan negosiasi, karena pembeli sudah pintar dan mengerti betul tentang kelakuan para pedagang yang biasanya sering menaikkan harga asli dengan harga yang sangat tinggi. Oleh sebab itu pembeli akan melakukan negosiasi terlebih dahulu sebelum langsung membelinya supaya tidak merasa dirugikan dengan harga yang ditawarkan.
Dari beberapa pendapat informan diatas ada juga pendapat yang tidak jauh berbeda yang dikemukakan oleh mbak Dina Eka Sri Wahyuningsih (21 tahun), Pembeli. Menurut perkataan Mbak Dina. Pastinya dia akan menawar barang itu jika menurutnya harganya kurang pas, karena pembeli tidak akan jauh-jauh dari kata negosiasi jadi menurutnya wajar jika banyak pembeli yang suka bernegosiasi, karena dengan cara itu pembeli tidak akan rugi banyak jika harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan kualitas barangnya.31 Dari pendapat mbak Dina Eka dapat disimpulkan bahwa negosiasi pasti selalu dilakukan kalau harga yang di perjual kan tidak pas, tidak sesuai dengan keinginan pembeli, jadi negosiasi akan selalu dilakukan jika harganya terlalu tinggi yang tidak sesuai dengan ekspektasi dari sang pembeli.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan Pembahasan yang telah dilakukan di Pasar tradisional Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro dapat disimpulkan bahwa Pasar merupakan tempat dimana orang-orang saling berinteraksi, baik menjual ataupun membeli barang maupun jasa. Pasar Sumberrejo sangat menarik dan strategis karena pengunjung yang datang kesana
30 Rahma, “Pembeli.”
31 Wahyuningsih, “Pembeli.”
40
bisa melakukan transaksi jual beli dengan mendapatkan berbagai macam barang untuk memenuhi kebutuhannya. Transaksi Jual Beli yang dilakukan di Pasar tradisional Sumberrejo yaitu dengan cara tunai tanpa adanya kuitansi ataupun dengan cara transfer mentransfer, tapi ada Sebagian penjual juga menggunakan cara keduanya yaitu melalui tunai dan juga melalui transfer. Kualitas produk yang dijual di pasar tradisional Sumberrejo sangat baik, walaupun penjualannya di tempat yang fasilitasnya kurang bersih tetapi tak menjamin dengan kualitas produknya. Pasar tradisional sangat berbeda dengan pasar modern, baik dari segi kualitas produk, fasilitas tempatnya, pelayanannya. Di pasar pun tak lupa dari negosiasi yang sering dilakukan antara penjual dan pembeli untuk mendapatkan harga yang diinginkan.
41 DAFTAR PUSTAKA
Aliyah, istijabatul. “PEMAHAMAN KONSEPTUAL PASAR TRADISIONAL DI PERKOTAAN Istijabatul Aliyah.” Cakra Wisata 18, no. 2 (2017): 16.
Arianty, Nel. “Analisis Perbedaan Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Ditinjau Dari Strategi Tata Letak (Lay Out) Dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar Tradisional.” Jurnal Manajemen & Bisnis 13, no. 01 (2013): 18–29.
AYYUB, NURHASANAH. “Perilaku Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional Kaitannya Dengan Keberadaan Pasar Modern Di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.”
Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2018): 1689–1699.
Azizah, Luluk Nur. “ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL (Studi Kasus Pasar KIRINGAN Desa Kemlagilor Turi Lamongan).” Jurnal Manajemen 4, no. 1 (2019):
827.
Batoebara, Maria Ulfa. “Jurnal Warta Edisi : 57 Juli 2018 | ISSN : 1829-7463.” Peranan Etika Bisnis Dalam Perusahaan Bisnis (2018).
Dewi Chan, Sukma Sari. “Etika Penawaran Jual Beli Dalam Telaah Hadits Ahkam.” Adzkiya : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah 6, no. 2 (2019).
Nursolihah, Mahmudah. “Analisis Karakteristik Khusus Teks Negosiasi.” LITERASI: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah 10, no. Volume 10 (2020): 25.
Pasar, D I, Tradisional Blauran, and Pasar Besar. “PRAKTIK TAWAR-MENAWAR DALAM JUAL BELI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS SYARI ’ AH JURUSAN SYARI ’ AH PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI ’ AH TAHUN 2017 M / 1439 H” (2017).
Pembeli, Negosiasi, D A N Pedagang, D I Pasar, S Sos, M Si, S Sos, Muhammad Ali A Ag, M Si, and M I Kom. “TRADISIONAL GEUDONG ( Studi Pada Penjual Pakaian Dewasa Di Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara Periode Bulan Januari- Mei 2021 ).” Jurnal Jurnalisme 01, no. April (2021): 91–103.
Rachmat, H. Basuki. “Keberadaan Pasar Tradisional Bersaing Di Tengah-Tengah Pasar Modern Studi Kasus Pasar Ujungberung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.” Jurnal Otonomi Keuangan Daerah 6, no. 1 (2018): 1–17.
42 http://ejournal.ipdn.ac.id/JOKD/article/view/458.
Shobirin, Shobirin. “Jual Beli Dalam Pandangan Islam.” BISNIS : Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam 3, no. 2 (2016): 239.
Susiawati, Wati. “Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian.” Jurnal Ekonomi Islam 8, no. 2 (2017): 171–184.
Syarifuddin, Didin, Pasar Tradisional, Dalam Perspektif, Nilai Daya, Tarik Wisata, Studi Tentang, Pasar Pagi, et al. “Pasar Tradisional Dalam Perspektif Nilai Daya Tarik Wisata.” Jurnal Manajemen Resort dan Leisure 15, no. 1 (2018): 19–32.
Utami, Faiqotul Isma Dwi. “Efektivitas Komunikasi Negosiasi Dalam Bisnis.” Komunike ix, no. 2 (2017): 110.
Yunus, Muhammad, Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani, and Gusti Khairina Shofia.
“Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akad Jual Beli Dalam Transaksi Online Pada Aplikasi Go-Food.” Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018):
135–146.