120
Hubungan Perilaku Dan Durasi Penggunaan Komputer Dengan Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Mahasiswa STIKes Flora
Fithria Aldy¹, Rina Rahmadani Sidabutar²
Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara¹
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora, Medan, Indonesia2 E-mail: [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Background. According to American Optometric Association (AOA), Computer Vision Syndrome (CVS) is a complex eye and vision problems associated with prolonged computer usage activity. Rahman et al., (2011) reported that respondents who used computer for more than 5 hours per day have higher risk of Computer Vision Syndrome (CVS). Aim. To find out the correlation between behaviour and duration of computer usage with Computer Vision Syndrome complaints in students of Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Method.
This research uses analytic observasional research with cross sectional design. Sampling technique uses stratified random sampling method with 90 respondents. Data collection was carried out using an online questionnaire in the form of google. Result. The result of chi square test value of behaviour when using computer is p = 0,044 (p
< 0,05), duration of continous exposure to computer screen is p = 0,004 (p < 0,05), gender is p = 0,0764 (p >
0,05), wearing glasses is p = 0,0903 (p > 0,05), the length of rest after using computer is p = 0,026 (p < 0,05), and viewing distance to computer is p = 0,000 (p < 0,05). Conclusion. The independent variables that are significantly associated with CVS complaints are behaviour when using computer, duration of continous exposure to computer screen, the length of rest after using computer, and viewing distance to computer. The independent variables that are not significantly associated with CVS complaints are gender and wearing glasses.
Keywords: Computer Vision Syndrome, behaviour, duration, computer
ABSTRAK
Latar Belakang: Menurut American Optometric Association (AOA), Computer Vision Syndrome (CVS) adalah masalah kompleks pada mata dan penglihatan yang berhubungan dengan aktivitas penggunaan komputer yang lama. Rahman et al., (2011) melaporkan bahwa responden yang menggunakan komputer lebih dari 5 jam per hari memiliki risiko yang tinggi terhadap CVS. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan perilaku dan durasi penggunaan komputer dengan keluhan Computer Vision Syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling dengan besar sampel 90 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner online berupa google form. Hasil Penelitian:
Didapati hasil nilai uji chi square perilaku saat menggunakan komputer sebesar p = 0,044 (p < 0,05), durasi paparan layar komputer secara terus-menerus sebesar p = 0,004 (p < 0,05), jenis kelamin sebesar p = 0,0764 (p >
0,05), penggunaan kacamata sebesar p = 0,0903 (p > 0,05), lama istirahat setelah pemakaian komputer sebesar p
= 0,026 (p < 0,05), dan jarak pandang mata terhadap komputer sebesar p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan:
Variabel bebas yang berhubungan secara signifikan dengan keluhan CVS adalah perilaku saat menggunakan komputer, durasi paparan layar komputer secara terus-menerus, lama istirahat setelah pemakaian komputer, dan jarak pandang mata terhadap komputer. Variabel bebas yang tidak berhubungan secara signifkan dengan keluhan CVS adalah jenis kelamin dan penggunaan kacamata.
Kata kunci: Computer Vision Syndrome, perilaku, durasi, komputer
121 PENDAHULUAN
Penggunaan komputer sekarang sudah menjadi kebutuhan mendasar dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan semakin bertambahnya kebutuhan akan penggunaan komputer, semakin banyak orang yang mengeluhkan rasa tidak nyaman pada mata dan adanya gangguan penglihatan. Keluhan ini antara lain mata perih, mata lelah, mata kering, mata merah, mata berair, penglihatan kabur, penglihatan ganda, sensasi terbakar, dan lain-lain (Gangamma et al., 2010). Keluhan ini dinamakan Computer Vision Syndrome (CVS). Menurut American Optometric Association (AOA), Computer Vision Syndrome (CVS) adalah masalah kompleks pada mata dan penglihatan yang berhubungan dengan aktivitas penggunaan komputer yang lama. Gejala yang paling umum terjadi terkait CVS adalah mata lelah, sakit kepala, pandangan kabur, mata kering, dan sakit pada leher serta bahu.
Gejala-gejala tersebut dapat disebabkan oleh pencahayaan yang buruk, silau pada layar komputer, jarak pandang yang tidak sesuai, postur duduk yang buruk, kelainan refraksi mata yang tidak terkoreksi, dan kombinasi dari berbagai faktor (AOA, 2020). Diperkirakan bahwa terdapat 60 juta penderita CVS di dunia (Sen.A et al., 2007).
Beberapa peneliti telah melaporkan hasil penelitiannya mengenai hubungan penggunaan komputer dengan CVS.
Penelitian yang dilakukan Rahman et al., (2011) menemukan 68,1% angka kejadian CVS pada 436 responden. Mereka melaporkan bahwa responden yang menggunakan komputer lebih dari 5 jam per hari memiliki risiko yang tinggi terhadap CVS. Penelitian sebelumnya juga memperlihatkan bahwa pengguna komputer berisiko tinggi memiliki gejala gangguan penglihatan (Rajeev et al., 2006). Penelitian dilakukan Reddy, et al., (2013) pada 795 mahasiswa yang berusia
18-25 tahun pada 5 universitas di Malaysia. Mereka melaporkan bahwa angka kejadian CVS sebesar 89,9%, gejala yang paling banyak adalah sakit kepala (19,7%) dan mata lelah (16,4%). Computer Vision Syndrome (CVS tidak hanya berdampak pada penglihatan, tetapi juga terhadap produktivias kerja, Rosenfield pada tahun 2011 menyebutkan bahwa di antara 64% dan 90% pengguna komputer mengeluhkan gejala gangguan pada mata dan penglihatan. Penelitian yang dilakukan di fakultas kedokteran daerah di India menyatakan bahwa mata berair (62.6%) dan nyeri leher (58%) adalah keluhan tersering (Purushottam et al., 2010). Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Shrivastava dan Bobhate (2012) melaporkan bahwa keluhan terbanyak adalah nyeri di leher 57 (45.2%) dan mata merah 54 (40.2%). Banyak penelitian yang menyatakan bahwa nyeri leher adalah gejala CVS yang sering dikeluhkan yang disebabkan oleh postur statis yang harus dijaga seseorang saat bekerja di depan komputer. Hal ini memunculkan fakta bahwa sebagian besar responden bekerja untuk waktu yang lebih lama tanpa istirahat berselang. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Logaraj, et al., (2014) pada 201 mahasiswa kedokteran di Chennai menemukan 76,8% angka kejadian CVS pada 85% mahasiswa yang menggunakan komputer lebih dari 4 jam.
Mengingat bahwa di masa pandemi Covid-19 mahasiswa diwajibkan melakukan proses pembelajaran online sehingga mereka tak lepas dari penggunaan komputer setiap hari dan berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan perilaku dan durasi penggunaan komputer dengan keluhan Computer Vision Syndrome pada mahasiswa STIKes Flora.
122 METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross- sectional. Pengambilan sampel akan dilakukan menggunakan simple random rampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2021 sampai dengan november 2021. Populasi penelitian ini adalah orang tua dari mahasiswa keperawatan angkatan 2021 di STIKes Flora dengan total satu angkatan adalah 95 mahasiswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 45 50%
Perempuan 45 50%
Usia (Tahun)
18 10 11,1%
19 26 28,9%
20 34 37,8%
21 18 20%
22 2 2,2%
Berdasarkan distribusi frekuensi karakteristik responden pada tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah responden laki-laki dan perempuan sama, yaitu masing-masing sebanyak 45 orang (50%). Mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 20 tahun sebanyak 34 orang (37,8%), diikuti 19 tahun sebanyak 26 orang (28,9%), 21 tahun sebanyak 18 orang (20%), 18 tahun sebanyak 10 orang (11,1%), dan minoritas responden dalam penelitian ini berusia 22 tahun sebanyak 2 orang (2,2%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan-Keluhan CVS.
n%
n %
Mata lelah dan tegang (mata terasa berat, pegal)
78 86,7 12 13,3 90 100
Mata kering dan teriritasi (pedih, perih, sensasi terbakar, sensasi berpasir)
53 58,9 37 41,1 90 100
Mata melihat kabur / blur 47 52,2 43 47,8 90 100
Nyeri kepala 46 51,1 44 48,9 90 100
Mata terasa sakit 23 25,6 67 74,4 90 100
Mata berair 27 30 63 70 90 100
Mata melihat kembar 7 7,8 83 92,2 90 100
Kesulitan dalam memfokuskan 22 24,4 68 75,6 90 100 penglihatan
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa gejala yang paling banyak dikeluhkan oleh responden adalah mata lelah dan tegang (mata terasa berat, pegal) sebanyak 78 orang (86,7%), diikuti mata kering dan teriritasi (pedih, perih, sensasi terbakar, sensasi berpasir) sebanyak 53 orang (58,9%), mata melihat kabur/blur sebanyak 47 orang (52,2%), nyeri kepala sebanyak 46 orang (51,1%), mata berair sebanyak 27 orang (30%), mata terasa sakit sebanyak 23 orang (25,6%) kesulitan dalam memfokuskan penglihatan sebanyak 22 orang (24,4%), dan gejala yang paling sedikit dikeluhkan adalah mata melihat kembar sebanyak 7 orang (7,8%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Positif dan Negatif Gejala CVS.
Computer Vision Syndrome (CVS)
Frekuensi (n) Persentase (%)
Positif 77 85,6%
Negatif 13 14,4%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden yang positif gejala CVS sebanyak 77 orang (85,6%), kemudian diikuti responden yang negatif gejala CVS sebanyak 13 orang (14,4%).
123
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Paparan Layar Komputer Secara Terus-Menerus.
Durasi Paparan Layar Komputer Secara
Terus-Menerus
Frekuensi (n) Persentase (%)
≥ 4 jam 76 84,4%
< 4 jam 14 15,6%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden yang durasi paparan layar komputer secara terus-menerus (tidak disertai aktivitas lain) dalam sehari selama lebih dari sama dengan 4 jam sebanyak 76 orang (84,4%), kemudian diikuti oleh yang durasi paparan layar komputer secara terus-menerus (tidak disertai aktivitas lain) dalam sehari selama kurang dari 4 jam sebanyak 14 orang (15,6%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Rata-Rata Durasi Paparan Layar Komputer.
Jumlah Rata-Rata Durasi Paparan Layar
Komputer
Frekuensi (n) Persentase (%)
≥ 6 jam 72 80%
< 6 jam 18 20%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden yang jumlah rata-rata durasi paparan layar komputer dalam sehari selama lebih dari sama dengan 6 jam sebanyak 72 orang (80%), kemudian diikuti oleh yang jumlah rata-rata durasi paparan layar komputer dalam sehari selama kurang dari 6 jam sebanyak 18 orang (20%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Istirahat Setelah Pemakaian Komputer.
Lama Istirahat Setelah Pemakaian Komputer
Frekuensi (n) Persentase (%)
≥ 10 menit 37 41,1%
< 10 menit 53 58,9%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden yang lama istirahat setelah pemakaian komputer selama kurang dari 10 menit sebanyak 53 orang (58,9%), kemudian diikuti yang lama istirahat setelah
pemakaian komputer selama lebih dari sama dengan 10 menit sebanyak 37 orang (41,1%).
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Kacamata.
Penggunaan Kacamata Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak 54 60%
Ya 36 40%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden yang tidak menggunakan kacamata saat bekerja/belajar di depan komputer/laptop sebanyak 54 orang (60%), kemudian diikuti yang menggunakan kacamata saat bekerja/belajar di depan komputer/laptop sebanyak 36 orang (40%).
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Pandang Mata terhadap Komputer.
Jarak Pandang Mata terhadap Komputer
Frekuensi (n) Persentase (%)
≥ 50 cm 36 40%
< 50 cm 54 60%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden yang jarak pandang mata terhadap komputer kurang dari 50 cm sebanyak 54 orang (60%), kemudian diikuti yang jarak pandang mata terhadap komputer lebih dari sama dengan 50 cm sebanyak 36 orang (40%).
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Postur Tubuh Saat Menggunakan Komputer.
Postur Tubuh Saat Menggunakan
Komputer
Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 44 48,9%
Buruk 46 51,1%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden yang memiliki postur tubuh yang buruk saat menggunakan komputer, yaitu sebanyak 46 orang (51,1%). Responden yang memiliki postur tubuh yang baik saat menggunakan komputer sebanyak 44
124 orang (48,9%). Responden dikatakan memiliki postur tubuh yang baik apabila nilai skor ≥ 64,47 dan postur buruk apabila nilai skor < 64,47. Postur tubuh dinilai berdasarkan pernyataan pada kuesioner dengan jumlah 24 soal yang terdiri dari pernyataan mengenai posisi kepala, posisi badan, posisi tangan, dan posisi kaki saat menggunakan komputer.
ANALISIS BIVARIAT
Tabel 4.10 Hubungan Antara Perilaku Saat Menggunakan Komputer dengan Keluhan CVS.
n
% n %
Buruk 36 40 10 11,1 46 0,044 0,067-1,032
Baik 41 45,5 3 3,4 44
Total 77 85,5 13 14,5 90
Tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua. Tidak ada pengaruh antara pekerjaan orang tua dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku. Tidak ada pengaruh antara usia orang tua dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku. Berdasarkan tabel 4.10 mengenai hubungan antara perilaku saat menggunakan komputer dengan keluhan CVS didapatkan nilai p = 0,044 (p < 0,05) dengan prevalence ratio 0,263 (95% CI = 0,067-1,032). Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku saat menggunakan komputer berhubungan secara signifikan dengan keluhan CVS. Responden yang perilaku berupa postur tubuhnya buruk berisiko untuk mengalami CVS sebesar 0,26 kali lipat dibandingkan dengan responden yang perilaku berupa postur tubuhnya baik.
Tabel 4.11 Hubungan Antara Durasi Paparan Layar Komputer Secara Terus-Menerus dengan Keluhan CVS.
Layar
Komputer n % n % Total P value CI Secara Terus-Menerus
≥ 4 jam 69 76,7 7 7,8 76 0,004 1,988-27,491
< 4 jam 8 8,8 6 6,7 14
Total 77 85,5 13 14,5 90
Berdasarkan tabel 4.11 mengenai hubungan antara durasi paparan layar komputer secara terus-menerus dengan keluhan CVS didapatkan 1 sel dengan nilai expected kurang dari 5 sehingga dilakukan uji Fisher nilai p = 0,004 (p < 0,05) dengan prevalence ratio 7,393 (95% CI = 4,330- 66,745). Hal tersebut menunjukkan bahwa durasi paparan layar komputer secara terus-menerus berhubungan secara signifikan dengan keluhan CVS.
Responden yang belajar/bekerja di depan komputer secara terus-menerus selama lebih dari atau sama dengan 4 jam berisiko untuk mengalami CVS sebesar 7,3 kali lipat dibandingkan dengan responden yang belajar/bekerja di depan komputer secara terus-menerus selama kurang dari 4 jam.
Tabel 4.12 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Keluhan CVS.
n % n %
Laki-laki 38 42,2 7 7,8 45 0,764 0,257-2,714
Perempuan 39 43,3 6 6,7 45
Total 77 85,5 13 14,5 90
Berdasarkan tabel 4.12 mengenai hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan CVS didapatkan nilai p = 0,0764 (p > 0,05) dengan prevalence ratio 0,835 (95% CI = 0,257-2,714). Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan secara signifikan dengan keluhan CVS.
Tabel 4.13 Hubungan Antara Penggunaan Kacamata dengan Keluhan CVS.
n % n %
Tidak 46 51,1 8 8,9 54 0,903 0,277-3,100
Ya 31 34,4 5 5,6 36
Total 77 85,5 13 14,5 90
Berdasarkan tabel 4.13 mengenai hubungan antara penggunaan kacamata dengan keluhan CVS didapatkan nilai p = 0,0903 (p > 0,05) dengan prevalence ratio 0,927 (95% CI = 0,277-3,100). Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kacamata tidak berhubungan secara signifikan dengan keluhan CVS.
125
Tabel 4.14 Hubungan Antara Lama Istirahat Setelah Pemakaian Komputer dengan Keluhan CVS.
Setelah
Pemakaian n % n % Komputer
< 10 menit 49 54,4 4 4,5 53 0,026 1,110-13,965
≥ 10 menit 28 31,1 9 10 37
Total 77 85,5 13 14,5 90
Berdasarkan tabel 4.14 mengenai hubungan antara lama istirahat setelah pemakaian komputer dengan keluhan CVS didapatkan nilai p = 0,026 (p < 0,05) dengan prevalence ratio 3,938 (95% CI = 1,110-13,965). Hal tersebut menunjukkan bahwa lama istirahat setelah pemakaian komputer berhubungan secara signifikan dengan keluhan CVS. Responden pengguna komputer yang menyempatkan istirahat selama kurang dari 10 menit berisiko untuk mengalami CVS sebesar 3,9 kali lipat dibandingkan dengan responden pengguna komputer yang menyempatkan istirahat selama lebih dari atau sama dengan 10 menit.
Tabel 4.15 Hubungan Antara Jarak Pandang Mata terhadap Komputer dengan Keluhan CVS.
n
% n %
< 50 cm 54 60 0 0 54 0,000 1,224-2,001
≥ 50 cm 23 25,5 13 14,5 36
Total 77 85,5 13 14,5 90
Berdasarkan tabel 4.15 mengenai hubungan antara jarak pandang mata terhadap komputer dengan keluhan CVS didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) dengan prevalence ratio 1,565 (95% CI = 1,224-2,001). Hal tersebut menunjukkan bahwa jarak pandang mata terhadap komputer berhubungan secara signifikan dengan keluhan CVS. Responden pengguna komputer dengan jarak pandang mata terhadap komputer sejauh kurang dari 50 cm berisiko untuk mengalami CVS sebesar 1,5 kali lipat dibandingkan dengan responden pengguna komputer dengan jarak pandang mata terhadap komputer sejauh lebih dari atau sama dengan 50 cm.
PEMBAHASAN
PERILAKU SAAT MENGGUNAKAN KOMPUTER
Hasil analisis penelitian ini mendapatkan bahwa perilaku berupa postur tubuh yang buruk berisiko untuk mengalami CVS sebesar 0,26 kali lipat dibandingkan dengan perilaku berupa postur tubuh yang baik. Dari 90 responden, 51,1% berpostur buruk dan 48,9%
berpostur baik saat menggunakan komputer.
Mayoritas responden yang postur tubuhnya buruk dalam menggunakan komputer dapat disebabkan karena beberapa hal. Pertama karena desain tempat kerja/belajar yang kurang ergonomis dengan durasi dan frekuensi penggunaan komputer yang tinggi. Selain itu, belum menerapkan beberapa prinsip ergonomi dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Galinsky et al., (2011) di Kellog School of Management, didapatkan hasil bahwa postur memiliki peran penting dalam psikologis seseorang yang akan berdampak pada jabatan atau pekerjaan mereka. Postur memiliki efek dalam membuat seseorang berpikir dan bertindak dengan lebih powerfull. Hal ini dikarenakan bekerja dengan postur tubuh normal mengurangi stress dan ketegangan pada otot dan menurunkan risiko musculoskeletal disorder (US Departement of Labor, 2011).
Prinsip ergonomi untuk postur adalah harus alami dan longgar, jadi hindari postur yang terlalu memberatkan beban tubuh. Saito (2000) memaparkan postur tubuh yang harus diperhatikan dalam menggunakan komputer adalah posisi kepala, posisi duduk, posisi tangan, dan posisi kaki.
126 DURASI PAPARAN LAYAR KOMPUTER SECARA TERUS MENERUS
Seorang individu yang belajar/bekerja di depan komputer secara terus-menerus selama lebih dari atau sama dengan 4 jam berisiko untuk mengalami CVS sebesar 7,3 kali lipat dibandingkan dengan responden yang belajar/bekerja di depan komputer secara terus-menerus selama kurang dari 4 jam.
Hasil ini sesuai dengan penelitian- penelitian sebelumnya. Bekerja di depan komputer yang tidak berhenti selama lebih dari 4 jam dikaitkan dengan gejala mata tegang (Loh dan Reddy, 2008). Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa bekerja secara terus-menerus selama 4 jam di depan komputer tanpa diselingi istirahat berasosiasi secara signifikan dengan kejadian asthenopia (Bali et al., 2007).
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Logaraj, et al., (2014) pada 201 mahasiswa kedokteran di Chennai menemukan 76,8% angka kejadian CVS pada 85% mahasiswa yang menggunakan komputer lebih dari 4 jam.
JENIS KELAMIN
Hasil analisis mengenai hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan CVS menunjukkan bahwa kedua hal tersebut tidak berhubungan. Hasil ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Computer Vision Syndrome dilaporkan memiliki prevalensi lebih besar pada laki- laki dibandingkan perempuan. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala seperti mata merah, rasa panas pada mata, penglihatan kabur, dan mata kering dibandingkan gejala sakit kepala, sakit pada leher, dan sakit pada bahu yang dialami oleh perempuan (Logaraj et al., 2014).
Hasil berbeda didapatkan dari penelitian oleh Shantakumari yang menyatakan jenis kelamin perempuan
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala CVS, yaitu sakit kepala dan penglihatan kabur (Shantakumari et al., 2014). Penelitian oleh Rahman dan Sanip (2014) menyebutkan bahwa perempuan memiliki risiko 2,69 kali lebih tinggi untuk terkena CVS dibandingkan laki-laki. Penjelasan yang dapat disampaikan mengenai hasil yang tidak signifikan adalah jumlah responden laki- laki dan perempuan sama sehingga perbandingannya tidak terlihat.
PENGGUNAAN KACAMATA
Hasil analisis mengenai hubungan antara penggunaan kacamata dengan keluhan CVS menunjukkan bahwa kedua hal tersebut tidak berhubungan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Edema et al., dalam Azkadina (2012) yang melaporkan adanya perbedaan signifikan antara pengguna VDT yang memakai kacamata dengan pengguna VDT yang tidak memakai kacamata terhadap kejadian astenopia. Penjelasan yang dapat disampaikan mengenai hasil yang tidak signifikan adalah banyak responden yang seharusnya memakai kacamata, tetapi tidak memakainya saat menggunakan komputer, sehingga walaupun mereka tidak menggunakan kacamata, mereka tetap mengeluhkan gejala CVS.
LAMA ISTIRAHAT SETELAH PEMAKAIAN KOMPUTER
Hasil analisis penelitian ini mendapatkan bahwa lama istirahat selama kurang dari 10 menit setelah pemakaian komputer berisiko 3,9 kali lipat untuk mengeluhkan CVS dibandingkan dengan lama istirahat selama lebih dari atau sama dengan 10 menit setelah pemakaian komputer.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian oleh Azkadina (2012), menunjukkan bahwa lama istirahat
127 berhubungan secara signifikan dengan kejadian CVS. Pekerja pengguna komputer yang menyempatkan istirahat selama kurang dari 10 menit berisiko menderita CVS sebesar 13,5 kali lipat dibandingkan dengan pekerja pengguna komputer yang menyempatkan istirahat selama lebih dari atau sama dengan 10 menit. Dikemukakan Akinbinu dan Mashalla bahwa melakukan istirahat kecil dengan frekuensi 5-10 menit lebih baik daripada istirahat panjang setiap 2-3 jam dari penggunaan komputer.
Dianjurkan istirahat setiap 10-25 menit pada penggunaan komputer 1-2 jam secara terus-menerus. Hal ini serupa dengan penelitian di Malaysia tahun 2011 bahwa istirahat setidaknya sepuluh 10 menit selama kerja komputer satu jam terus menerus dikaitkan penurunan CVS (Rahman dan Sanip, 2011).
JARAK PANDANG MATA TERHADAP KOMPUTER
Hasil analisis penelitian ini mendapatkan bahwa jarak pandang mata terhadap komputer sejauh kurang dari 50 cm berisiko untuk mengalami CVS sebesar 1,5 kali lipat dibandingkan dengan jarak pandang mata terhadap komputer sejauh lebih dari atau sama dengan 50 cm.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian oleh Logaraj et al., menunjukkan bahwa responden yang bekerja di depan komputer dengan jarak kurang dari 50 cm berisiko lebih tinggi terkena CVS dan secara signifikan tinggi untuk menderita buram pada penglihatan.
Menurut Kanithkar dalam penelitiannya melaporkan bahwa semakin jauh jarak pandang mata terhadap layar komputer (90-100 cm) gejala yang dikeluhkan responden terkait CVS akan semakin sedikit. Idealnya, jarak penglihatan mata terhadap layar komputer adalah sebesar 20- 40 inchi (50-100cm) (Logaraj et al., 2013).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Terdapat hubungan antara perilaku saat menggunakan komputer dengan keluhan CVS pada mahasiswa STIKes Flora dengan nilai p = 0,044
Terdapat hubungan antara durasi paparan layar komputer secara terus- menerus dengan keluhan CVS pada mahasiswa STIKes Flora dengan nilai p = 0,004.
Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan CVS pada mahasiswa STIKes Flora dengan nilai p = 0,0764.
Tidak ada hubungan antara penggunaan kacamata dengan keluhan CVS pada mahasiswa STIKes Flora dengan nilai p = 0,0903.
Terdapat hubungan antara lama istirahat setelah pemakaian komputer dengan keluhan CVS pada mahasiswa STIKes Flora dengan nilai p = 0,026.
Terdapat hubungan antara jarak pandang mata terhadap komputer dengan keluhan CVS pada mahasiswa STIKes Flora dengan nilai p = 0,000.
Saran
Diharapkan bagi seluruh praktisi kesehatan untuk mensosialisasikan gejala- gejala Computer Vision Syndrome (CVS) dan pecegahannya
Diharapkan mahasiswa dan individu yang bekerja/belajar di depan komputer untuk selalu menjaga postur tubuh yang baik, istirahat setidaknya selama 10 menit setiap 2-3 jam, dan menjaga jarak pandang mata terhadap komputer sejauh lebih atau sama dengan 50 cm saat menggunakan komputer.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan rancangan penelitian yang berbeda dengan menggunakan variabel-variabel lain.
128 DAFTAR PUSTAKA
Agarwal S, Goel D, Sharma A. 2013.
‘Evaluation of the factors which contribute to the ocular complaints in computer users’. Journal Clin Diagn Res. 7(2):331–5.
Akinbinu TR, Mashalla YJ. 2013.
‘Knowledge of computer vision syndrome among computer users in the workplace in Abuja, Nigeria’.
Journal Physiol Pathophysiol.
4(4):58–63.
Akinbinu TR, Mashalla YJ. 2014.
‘Medical practice and review impact of computer technology on health : computer vision syndrome (cvs)’.
Acad Journals. 5(3):20–30.
American Optometric Association. 2020.
Computer Vision Syndrome. St.
Louis: American Optometric Association.
Azkadina, A., 2012. Hubungan Antara Faktor Risiko Individual dan Komputer Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome, disitasi 18 Mei 2020, tersedia di https://core.ac.uk/download/pdf/117 35667.pdf
Bali, J., N. Navin & B.R. Thakur. 2007.
‘Computer vision syndrome: a study of the knowledge, attitudes and practices in Indian Ophthalmologists’. Indian Journal of Ophthalmology. 55. Hal. 289-294.
Bhanderi B, Sushilkumar C, Doshi V.
2008. ‘A community-based study of asthenopia in computer operators’.
Indian J Ophthalmol. 56(1):51–5.
Cabrera S, Lim Bon Siong R. 2010. ‘A survey of eye-related complaints among call- center agents in Metro Manila’. Philipp Journal Ophthalmol. 35(2):65– 9.
Das B, Ghosh T. 2010. ‘Assessment of ergonomical and occupational health related problems among vdt workers of West Bengal, India’.
Asian Journal Med Sci.1:26–31.
Fauzia, I., 2004. Upaya Untuk Mengurangi Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja yang Menggunakan Komputer di Rumah Sakit “X”. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Galinsky A., Li Huang, dan Lucia G. 2011.
‘Posture Affects Status As Well As Health’. Chiropractic Journal, 25, 9, 21.
Gangamma M, Rajagopala M. 2010.
‘Computer Vision Syndrome and Its Management with Triphala Eye Drops and Saptamrita Lauha’, An International Quarterly Journal of Research in Ayuverda, hal. 236.
doi: 10.4103/0974-8520.72407
Ger, F., Michelle, M., Daniel, O. 2000.
‘Computer Users’ Postures and Associations with Workstation Characteristics’. AIHA Journal, 61, 2, 223-230.
Hazarika, A.K. & Singh, P.K., 2014.
Computer Vision Syndrome. Sikkim Manipal University,1(2), pp.132 - 138.
Hendra dan Oktaviani D. F. 2007. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Laptop pada Mahasiswa FKM UI, Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Depok:
Universitas Indonesia.
Humaidi S. 2005. Dampak Radiasi Monitor Komputer. Medan : Universitas sumatera Utara.
Izquierdo, N.J., 2010. Computer Vision Syndrome. Tersedidi http://emedicine.medscape.com/arti c le/1229858-overview
Logaraj M, Madhupriya V, Hegde S. 2014.
‘Computer Vision Syndrome and Associated Factors among Medical and Engineering Students in Chennai’, Ann Med Health Sci
Res. hal. 179–185. doi:
10.4103/2141-9248.129028.
Loh K, Reddy S. 2008. ‘Understanding and preventing computer vision
129 syndrome’. Malays Fam Phys.
3(3):128–30.
Moss, S. E., Klein, R., dan Klein, B. E.
2008. ‘Prevalence of and risk factors for dry eye syndrome’. Archives of ophthalmology. 118 (9): 1264- 1268.
Nugroho, R. 2007. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FKM UI Mengenai Cara dan Dampak Penggunaan Laptop.
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Rosen, E., Garg, A., 2009. Instant Clinical Diagnosis in Opthalmology Anterior Segment Diseases. New Delhi : Jaypee brothers medical publishers.
Sheedy, J. E., dan Shaw-McMinn, P. G.
2003. ‘Diagnosing and treating computerrelated vision problems’.
Elsevier Health Sciences.
Shrivastava S, Bobhate P. 2012.
‘Computer related health problems among software professionals in Mumbai:
a cross sectional study’. Saf Sci Monit. 16(1):1–6.
The United States Departement of Labor.
2011. ‘Sitting at the Computer’.
Chiropractic Journal, 25, 9, 26.
Yan Z, Hu L, Chen H, Lu F. 2008.
‘Computer vision syndrome: a widely spreading but largely unknown epidemic among computer users’.
Comput Human Behav. 24(5):2026–
42.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Yayasan Flora yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesaian penelitian ini.