PENERAPAN METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATERI SEJARAH
PEMBAHARUAN DUNIA ISLAM Dudung Zenal Aripin
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ciamis, Jawa Barat, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya minat belajar SKI pada siswa kelas XII MIPA 3 di MAN 1 Ciamis. Penelitian bertujuan untuk: mengetahui langkah awal menerapkan metode resitasi dalam meningkatkan minat belajar siswa, mengetahui proses penerapan metode resitasi untuk meningkatkan minat belajar siswa, mengetahui keberhasilan penerapan metode resitasi dalam meningkatkan minat belajar siswa. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari tiga siklus. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi pada siklus I diperoleh 32 atau 73%, pada Siklus II 38 atau 86%, pada siklus III 42 atau 95%. Minat siswa terhadap pembelajaran SKI meningkat dari 60,87% pada siklus 1 menjadi 82,6%
pada siklus kedua, mencapai 91,3% pada siklus 3. Hasil tes siswa siswa mengalami peningkatan dari 76,30 pada pra siklus, menjadi 78,70 pada siklus 1, naik menjadi 82,43 pada siklus 2 dan 87,43 pada siklus 3. Minat siswa pada pembelajaran SKI secara berkelompok diperoleh skor 11,67 atau 73% pada siklus I, naik menjadi 13,5 atau 84% pada siklus 2, dan pada siklus III menjadi 14,67 atau 92% dari skor ideal 16. Ini membuktikan bahwa metode resitasi dapat meningkatkan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis.
Keywords: Metode Resitasi, Minat Belajar, Pembaharuan Dunia Islam ABSTRACT
This research was motivated by the low interest in learning SKI in class XII MIPA 3 students at MAN 1 Ciamis. The aims of the study were to: determine the initial steps of applying the recitation method to increasing student learning interest; know the process of applying the recitation method to increasing student learning interest; and know the success of applying the recitation method to increasing student learning interest. The method used is classroom action research, which consists of three cycles. The results showed that the teacher's ability to apply the recitation method in cycle I was 32, or 73%, in cycle II, 38, or 86%, and in cycle III, 42, or 95%. Students' interest in learning SKI increased from 60.87%
in cycle 1 to 82.6% in the second cycle, reaching 91.3% in cycle 3. Students' test results increased from 76.30 in the pre-cycle to 78.70 in cycle 1, increased to 82.43 in cycle 2, and 87.43 in cycle 3. Student interest in learning SKI in groups obtained a score of 11.67, or 73%, in cycle I, increased to 13.5, or 84%, in cycle 2, and in cycle III, it became 14.67, or 92%, of the ideal score of 16. This proves that the recitation method can increase students'
interest in learning the history of the renewal of the Islamic world (class XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis).
Keywords: Methods of Recitation, Interest in Learning, Renewal of the Islamic World
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangatlah komplek dan luas. Hal ini terjadi karena Islam termasuk agama yang sudah ada sejak zaman Nabi Adam As. Cakupannya hingga seluruh benua. Ketika kekhalifahan Turki Utsmani runtuh pemikiran terhadap sejarah pembaharuan dunia Islam terus bermunculan hingga masuk ke Indonesia. Perkembangan Islam tersebut membuat para pejuang tanah air untuk membulatkan tekad agar dapat memerdekakan Indonesia. Melalui pembelajaran SKI peserta didik ditantang untuk menggali informasi lebih dalam terkait dengan sejarah pembaharuan dunia Islam. Sehingga dapat menumbuhkembangkan minat belajar sejarah. Karena orang yang tidak mengenal sejarah maka ia tidak akan memahami identitas dirinya.
Minat belajar SKI pada siswa kelas XII MIPA 3 di MAN 1 Ciamis cukup rendah bila dibandingkan dengan minat terhadap mata pelajaran lainnya. Hal ini harus terus ditumbuhkan kesadaran akan pentingnya sebuah sejarah. Sehingga melahirkan generasi yang akan mampu mencetak sejarah dalam hidupnya. Tugas seorang guru SKI adalah menemukan metode yang sesuai dengan materi ajar agar kompatibel dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga generasi penerus bangsa dapat menghindari perbuatan buruk dimasa lalu dan mengambil hikmah dari perbuatan baik dari masa lalu untuk terus dilestarikan.
Layanan pendidikan di lingkungan MAN 1 Ciamis sudah cukup memadai tinggal memperbaiki “mood” siswa agar memiliki minat dalam proses pembelajaran. Melihat intake, daya dukung dan kompleksitas materi ajar, sebagai guru SKI saya mencoba metode resitasi pada materi Sejarah pembaharuan dunia Islam. Melalui metode resitasi diharpkan siswa dapat menemukan sendiri konsep belajarnya yang dimulai dari Paedagogik Context Knowledge (PCK) menuju pembelajaran High order Thinking Skill (HOTs).
Dari pemaparan tersebut peneliti mengangkat judul Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: “Penerapan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis”.
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: 1) Bagaimana langkah awal dalam menerapkan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam dalam meningkatkan minat belajar siswa? 2) Bagaimana proses penerapan metode resitasi untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam Kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis? 3)Sejauhmana keberhasilan penerapan metode resitasi untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam Kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis?
Tujuan penelitian ini untuk: 1) Mengetahui langkah awal dalam menerapkan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam dalam meningkatkan minat belajar siswa. 2) Mengetahui proses penerapan metode resitasi untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam Kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis. 3) Mengetahui keberhasilan penerapan
metode resitasi untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam Kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis.
Metode resitasi menurut Syah (2006: 148), dalam Tambak (2016) adalah penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas tertentu kepada peserta didik yang dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel atau di rumah. Menurut Sardiman (1987: 28), dalam Tambak (2016) penekanannya metode ini adalah adanya tugas belajar yang diberikan oleh guru PAI dalam mencapai proses belajar peserta didik secara maksimal di dalam di luar kelas dan selama itu berada dalam lingkungan sekolah. Menurut Slameto, (1991:
115) dalam Tambak (2016) metode resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di luar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru. Imansjah Alipandie dalam bukunya berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada peserta didik untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran.
Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan hasil belajarnya dapat dipertanggungjawabkan (Alipandie, 1984: 91). Menurut Thoifuri (2008: 66) metode resitasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan sejumlah tugas terhadap anak didik untuk mempelajari sesuatu, kemudian mempertanggung jawabkannya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode resitasi merupakan penugasan yaitu metode yang berupaya menyajikan bahan dimana pendidik memberikan penugasan tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.
Langkah-Langkah Penyajian Metode Resitasi. Pembelajaran dalam pendidikan agama Islam diupayakan dapat terlaksana secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Salah satu hal yang dapat mendukung upaya tersebut adalah penggunaan metode pembelajaran secara variatif dan selektif, karena pada dasarnya setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan.
Metode resitasi mempunyai tiga fase. Tiga fase tersebut ialah fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas dan fase pertanggungjawaban tugas. Tiga fase yang menjadi langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode resitasi, yakni: 1) Fase Pemberian Tugas. Tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut: a) Tujuan yang akan dicapai Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas dan resitasi pada bidang studi yaitu untuk memacu peserta didik agar selalu siap belajar tetapi jangan sampai terjadi kebiasaan peserta didik baru akan melakukan belajar jika metode ini akan diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya. b) Jenis tugas yang jelas dan tepat Jenis tugas yang diberikan khususnya pada bidang studi al-qur’an hadist harus jelas dan tepat, sehingga peserta didik mampu menyelesaikan tugastugas tersebut setelah guru memberikan materi pelajaran. c) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan peserta didik. d) Pemusatan perhatian peserta didik seperti buku paket dari guru atau lembar kerja peserta didik (LKPD).
2) Fase Pelaksanaan Tugas. Langkah ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Diberi bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu dalam bidang
studi pendidikan Agama Islam atau diberi pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru. b) Meminta peserta didik mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik. c) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja. 3) Fase Tugas, meliputi: a) Meminta peserta didik melaporkan hasil penugasan baik lisan maupun tertulis. Untuk melatih sifat tanggungjawab maka peserta didik harus melaporkan hasil penugasan yang diberikan, oleh guru kepada mereka baik lisan maupun tertulis, supaya mereka benar-benar belajar dan mengerjakan tugas yang telah peserta didik terima. b) Adanya diskusi kelompok atau diskusi kelas. Setetelah peserta didik melaporkan hasil penugasan yang telah diberikan maka diskusikan hasil yang peserta didik kerjakan dalam kelas, dengan begitu peserta didik akan mengetahui bagaimana hasil yang telah peserta didik kerjakan dan menyelesaikan bagian yang dianggap sukar dikerjakan. c) Penilaian terhadap hasil pekerjaan peserta didik. Setelah semuanya telah selesai tugas terakhir dari guru yaitu memberi penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan oleh peserta didik sebagai bentuk apresiasi yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik.
Kelebihan metode resitasi diantaranya: 1) lebih merangsang peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, baik secara individual maupun kelompok. 2) Dapat mengembangkan kemandirian peserta didik di luar pengawasan guru. 3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik. 4) Peserta didik belajar membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang diberikan.
5) Meringankan tugas guru yang diberikan. Karena dalam mengerjakan tugas belajar tersebut peserta didik dapat minta bantuan kepada orang tua atau kakak apabila mengalami kesusahan, dan dapat memancing peserta didik untuk membuat belajar kelompok. 6) Dapat mempertebal rasa tanggung jawab. Karena tugas yang diberikan guru harus diselesaikan. 7) Memupuk anak agar dapat mandiri. Karena dengan tugas tersebut peserta didik akan berusaha menyelesaikan sendiri dengan pemahaman.
Kelemahan metode resitasi, yakni: 1) Sulit mengontrol peserta didik, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain. 2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan tugas adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. 3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta didik. sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan peserta didik. 4) Peserta didik sulit dikontrol, apakah tugas dilakukan secara mandiri. 5) Untuk tugas kelompok yang aktif mengerjakan adalah satu atau dua peserta didik saja. 6) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta didik.
Minat belajar terdiri dari dua kata yakni minat, dan belajar. Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. WS. Winkel (2009) dalam Septiyani (2019) Minat merupakan kecenderungan subjek yang mantap merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Menurut Slameto (2003:57) dalam Nisa (2017) minat adalah kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Siswa memiliki minat yang diperhatikan terus-menerus dengan disertai rasa bahagia dengan kepuasan yang diperolehnya. Dalam penjelasan lain minat merupakan suatu rasa suka dan
ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat (Interest) secara sederhana dapat dipahami sebagai kecenderungan, dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu hal. Secara terminologi, minat merupakan aspek kepribadian yang menggambarkan adanya kemauan, dorongan (force) yang timbul dari dalam diri individu untuk memilih objek lain yang sejenis.
Menurut Djamarah, bahwa minat merupakan suatu kecenderungan yang menetap untuk mempertahankan, dan mengenang beberapa aktivis. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.
Sedangkan pengertian belajar dalam pandangan psikologis merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi keutuhan hidupnya. Menurut Muhibbin Syah (2011), belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Sehingga dapat disimpulkan minat belajar adalah kecenderungan jiwa peserta didik untuk merubah tingkah lakunya agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Macam-macam Minat Belajar. Peserta Didik Setiap individu peserta didik memiliki berbagai macam minat dan potensi. Krapp mengategorikan minat peserta didik menjadi tiga dimensi besar, yaitu: a) Minat Personal. Minat personal terkait erat dengan sikap dan motivasi atas mata pelajaran tertentu, apakah dia tertarik atau tidak, apakah dia senang atau tidak, dan apakah dia mempunyai dorongan keras dari dalam dirinya untuk menguasai mata pelajaran tersebut. Minat personal identik dengan minat intrinsik peserta didik yang mengarah pada minat khusus pada ilmu sosial, olahraga, sains, musik, kesastraan, computer, dan lain sebagainya.
Selain itu, minat personal peserta didik juga dapat diartikan dengan minat peserta didik dalam pilihan mata pelajaran. b) Minat Situasional. Minat situasional menjurus pada minat peserta didik yang tidak stabil, dan relative berganti-ganti tergantung dari faktor rangsangan dari luar dirinya. Misalnya, suasana kelas, cara mengajar guru, dan dorongan keluarga. Minat situasional ini merupakan kaitan dengan tema pelajaran yang diberikan. c) Minat Psikologikal. Minat psikologikal erat kaitannya dengan adanya sebuah interaksi antara minat personal dengan minat situasional yang terus menerus, dan berkesinambungan. Jika peserta didik memiliki pengetahuan yang cukup tentang mata pelajaran, dan dia memiliki cukup punya peluang untuk mendalaminya dalam aktivitas yang tersetruktur (kelas) atau pribadi (di luar kelas), serta punya penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa peserta didik memiliki minat psikologikal terhadap mata pelajaran tersebut.
Faktor Penghambat dari Minat Belajar. Peserta Didik Slameto (2010) menyatakan beberapa faktor penghambat dari minat belajar peserta didik, yaitu: a) Faktor Intern, terdiri dari: 1) Faktor Jasmaniah, seperti faktor kesehatan, dan cacat tubuh. 2) Faktor Psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat, kematangan, dan kesiapan. b. Faktor Ekstern, terdiri dari: 1) Faktor Keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor Sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah.
Indikator tolak ukur minat belajar siswa dapat dilihat pada lima aspek, yaitu:
1) Rajin dalam belajar, 2) Tekun dalam belajar, 3) Rajin dalam mengerjakan tugas, 4) Memiliki jadwal belajar, 5) Disiplin dalam belajar.
Ringkasan Materi dari Sejarah Pembaharuan Dunia Islam. a) Fakta. Gambar peninggalan/fakta-fakta sejarah tentang Sejarah pembaharuan dunia Islam.
Gambar 1. Perkembangan Umat Islam di Dunia
b) Konsep. Latar Belakang Lahirnya gerakan pembaharuan dan modernisasi Islam diantaranya: 1) Adanya sifat jumud (stagnan) yang telah membuat umat Islam berhenti berpikir dan berusaha. Selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir (berijtihad) maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan.
Kemajuan masyarakat hanya akan bisa tercapai melalui pengkajian ilmu pengetahuan yang terus menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam teknologi terapan dan kehidupan sosial yang nyata demi kemajuan masyarakat. Untuk itulah maka perlu diadakan upaya pembaharuan dengan memberantas sikap jumud dan menggerakkan kembali tradisi ijtihad di kalangan umat Islam. 2) Persatuan di kalangan umat Islam mulai terpecah belah. Umat Islam tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak ada persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ukhuwah Islamiyah. Karena itu maka lahirlah suatu gerakan pembaharuan yang berupaya memberikan inspirasi kepada seluruh umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme Barat. 3) Hasil adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan Barat. Terutama pasca terjadinya peperangan antara kerajaan Utsmani dengan kerajaan Eropa, di mana pada masa-masa sebelumnya kerajaan Utsmani selalu menang dalam peperangan namun saat itu mengalami kekalahan. Hal ini membuat tokoh-tokoh kerajaan Utsmani berupaya menyelidiki
rahasia kekuatan militer Eropa. Ternyata rahasianya adalah “sistem militer modern” yang dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan dalam dunia Islam pun salah satunya dipusatkan pada bidang militer. 4) Meski demikian, pembahuran dalam Islam berbeda dengan renaissance dalam dunia Barat. Jika renaissance Barat muncul dengan cara “menyingkirkan” peran agama dari kehidupan masyarakat, maka pembaharuan Islam sebaliknya, yakni untuk tujuan memperkuat prinsip dan ajaran Islam itu sendiri demi kemashlahatan dunia secara lebih luas. Pada saat dunia Islam mengalami kemunduran, bangsa Barat justru mengalami kemajuan dan berhasil melakukan ekspansi wilayah perdagangan baru.
Tokoh-Tokoh Masa Sejarah pembaharuan dunia Islam, diantaranya: 1) Muhammad Ali Pasya. Muhammad Ali Pasha adalah seorang keturunan Turki yang lahir pada bulan Januari 1765 M di Kawalla, sebuah kota yang terletak di bagian utara Yunani, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Negeri ini telah menjadi bagian kekuasaan Turki Utsmani yang berpusat di Istanbul sejak ditaklukkan oleh Sultan Muhammad II al-Fatih (855/886 H - 1451/1481 M) pada tahun 857 H/1453 M, dan baru dapat melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul pada tahun 1245/1829 M. Ayah Muhammad Ali Pasha bernama Ibrahim Agha, seorang imigran Turki, kelahiran Yunani. Ia mempunyai 17 orang putera dan salah seorang diantaranya bernama Muhammad Ali Pasha. Muhammad Ali Pasha adalah seorang pembaharu Islam pada abad 19 hingga abad 20 M. Ia adalah orang yang pertama kali meletakkan landasan kebangkitan modern di Mesir, setelah munculnya kesadaran umat Islam di Mesir akan kelemahan mereka dalam mengahadapi ekspedisi Perancis oleh Napoleon Bonaparte (1769-1821 M). 2) Muhammad Abduh.
Muhammad Abduh lahir di Delta Nil yang sekarang masuk dalam wilayah Mesir sejak tahun 1849. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah, seorang imigran yang berasal dari Turki dan telah lama menetap di Mesir. Adapun sang ibu berkebangsaan Arab yang memiliki garis keturunan dari Khalifah Umar Ibn Khatab. Kedua orang tua Abduh tinggal di desa Mahallah Nashr setelah berpindah- pindah ke banyak tempat. Abduh kecil hingga remaja banyak menekuni pelajaran membaca dan menulis, dan pada usia 12 tahun ia sudah mampu menghafal al- Qur’an dalam bimbingan langsung sang ayah. Gerakan pembaharuan Islam yang dilakukan Muhammad Abduh tidak terlepas dari karakter dan watak yang terbentuk sejak ia kecil, yaitu cinta pada ilmu pengetahuan. Abduh memiliki 3 (tiga) agenda pembaharuan, yaitu: a) Purifikasi, b) Reformasi Pendidikan Islam, dan c) Pembelaan atas Islam, Karya Risalah al-Tauhid. 3) Muhammad Iqbal. Muhammad Iqbal lahir Sialkot, Punjab, India pada tanggal 9 November 1877. Ia dikenal juga dengan nama ‘Allama Iqbal. Ayahnya Nur Muhammad, pada mulanya adalah seorang pegawai negeri, kemudian menjadi seorang pedagang yang menempuh jalur sufistik. Megenai nama ibunya tidak banyak sumber tertulis yang menjabarkannya, namun dari syair yang dibuat oleh Iqbal tampak bahwa ibunda Iqbal adalah seorang wanita yang taat beragama, besar kecintaannya pada anaknya, demikian pula Iqbal juga mencintainya. Dengan demikian, Iqbal lahir dari ibu dan bapak yang sama–sama taat beragama. Tiga buah gagasan Iqbal sebagai kontribusinya dalam gerakan pembaharuan Islam modern antara lain: a) Pan Islamisme. b) Free Personal Causality. c) Faham Dinamisme. 4) Jamaluddin al- Afghani. Jamaluddin al-Afghani lahir di As’adabad, dekat Kanar di Distrik Kabul,
Afghanistan, pada tahun 1839, dan meninggal di Istambul tahun 1897. Al-Afghani berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan antara lain karena umat telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qadha dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menjadikan umat menjadi statis.
Sebab-sebab lain lagi adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, lemahnya persaudaraan antara umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan akhlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis harus diubah menjadi demokratis, dan persatuan umat Islam harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan zaman. Ide-ide pembaharuan dan pemikiran politik al-Afghani tentang negara dan sistem pemerintahan akan diuraikan berikut ini: a) Bentuk Negara dan Pemerintahan, b) Sistem Demokrasi, c) Pan Islamisme/ Solidaritas Islam.
Penelitian yang Relevan, judul: Implementasi Metode Edutainment Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI di Kelas X MA Putri Ma'arif Ponorogo Tahun Ajaran 2020/2021. Zuhdi, Muhammad Farhan. 2021.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr. Afif Syaiful Mahmudin, M.Pd.I.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintan dalam rangka meningkatkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dan karakteristik siswa di Indonesia. Diantaranya, mulai dirubahnya kurikulum pendidikan dan dirumuskannya peraturan-peraturan baru yang berkenaan dengan standar proses pendidikan, Namun demikian upaya ini tampaknya belum membuahkan hasil yang memuaskan, ditambah lagi sistem pembelajaran mengalami perbuhanan karena adanya pandemic global yang melanda berbagai negara salah satunya Indonesia. Hal ini terlihat dari timbulnya masalah-masalah baru di kelas X MA Putri Ma’arif Ponorogo, diantaranya yaitu kurangnya minat belajar siswa sera siswa kesulitan dalam kegiatan proses pembelajaran. Masalah lain yang ditemukan adalah guru dalam kegiatan proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah saja, serta kurang mengoptimalkan metode dan media pembelajaran.
Sehingga siswa merasa bosan dan kurang menyukai kegiatan proses pembelajaran.
Untuk itu peningkatan mutu pendidikan harus segera dilakukan dengan menerapkan penggunaan metode dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar.
Metode pembelajaran tersebut adalah metode edutainment. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas X dengan menggunakan metode edutainment.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian PTK (Classroom Action Research) yang disajikan dalam II siklus, dalam setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode edutainment terbukti sangat memuaskan. Pada siklus I siswa yang minatnya sangat tinggi berjumah 11 siswa dari jumlah keseluruhan 28 siswa, dengan prosentase 39,2%, dan pada siklus II siswa yang minatnya sangat
tinggi berjumlah 21 siswa dengan prosentase 75 %. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode edutainment dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas X MA Putri Ma’arif Ponorogo tahun ajaran 2020/2021.
Berikut ini kerangka berfikir penelitian:
Gambar 2. Alur Kerangka Berfikir Action Research METODE PENELITIAN
Metode yang digunakana dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni merupakan penelitian tindakan yang terdiri rangkaian Langkah- langkah dengan tahap: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII MIPA 3 yang terdiri dari 23 siswa dengan komposisi 21 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Ciamis Provinsi Jawa Barat. Pada kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru dan teman sejawat serta kolaborator: 1) Siswa: untuk mendapatkan data tentang minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam kelas XII MAN 1 Ciamis. 1) Guru: untuk melihat keberhasilan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam kelas XII MAN 1 Ciamis. 3) Teman Sejawat dan Kolaborator: Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat Penelitian Tindakan Kelas secara komprehensif.
Instrumen Penelitian berupa data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
Perencanaan Pelaksanaan
SIKLUS 1
Pengamatan Refleksi
Perencanaan Pelaksanaan
SIKLUS 2
Pengamatan Refleksi
?
kegiatan pembelajaran, yakni: 1) Perolehan nilai dalam minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi atau rendah. 2) Hasil belajar dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian yang diklasifikasi menjadi tinggi, sedang, dan rendah. 3) Penerapan metode resitasi dengan menganalisis tingkat keberhasilan peningkatan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil kurang berhasil, dan tidak berhasil.
Indikator Keberhasilan: 1) Siswa, dilihat dari: a) Tes rata-rata nilai ulangan harian, dan b) Observasi; hasil PBM siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam. 2) Guru, dilihat dari: a) Dokumentasi kehadiran siswa, b) Observasi; hasil observasi, c) Hasil penerapan metode resitasi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara dan diskusi: a) Tes; dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa, b) Observasi; dipergunakan untuk mengumpulan data tentang peningkatan minat belajar siswa melalui penerapan metode resitasi, c) Wawancara;
untuk mendapatkan data tentang peningkatan minat belajar siswa melalui penerapan metode resitasi, d) Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil siklus penelitian tindakan kelas.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini meliputi tes, observasi, wawancara, dan kuosioner sebagaimana berikut ini: a) Tes: menggunakan butir soal/instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa, b) Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur keberhasilan siswa terhadap proses belajar mengajar sejarah pembaharuan dunia Islam. c) Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan penerapan metode resitasi untuk meningkatkan minat belajar siswa. d) Kuesioner: untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang pembelajaran dengan metode resitasi untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam.
Tabel 1. Jenis Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Teknik
Pengumpulan Data
Instrumen 1. Pemahaman awal siswa dalam
kegiatan pembelajaran Tes Lembar
Penilaian 2. Perencanaan Pembelajaran
Observasi Lembar Observasi 3. Pengelolaan Pembelajaran Observasi Lembar
Observasi 4. Kemampuan guru dalam
penerapan metode resitasi
pada PBM Observasi Lembar
Observasi 5. Keterampilan siswa terhadap
kegiatan pembelajaran Observasi Rubrik
No Jenis Data Teknik Pengumpulan
Data
Instrumen 6. Hasil kegiatan pembelajaran
pada materi sejarah
pembaharuan dunia Islam
Tes Lembar
Penilaian 7. Hasil Pembelajaran siswa
berupa pos tes Tes Lembar
Penilaian 8. Pendukung dan penghambat
dalam kegiatan pembelajaran melalui metode resitasi
Catatan
Lapangan Lembar
Observasi
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam kelas melalui penerapan metode resitasi.
Penelitian akan dilaksanakan pada awal semester I yaitu bulan Agustus s.d.
Oktober 2021. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik madrasah, karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
Tabel 2. Jadwal Penelitian
No. Rencana Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 1. Persiapan
Membuat Ijin Penelitian X
Menyusun konsep pelaksanaan X
Menyusun instrumen X
2. Pelaksanaan
Menyiapkan kelas, alat dan bahan X
Melakukan Tindakan Siklus 1 X
Melakukan Tindakan Siklus 2 X
Melakukan Tindakan Siklus 3 X
3. Penyusunan laporan
Menyusun konsep laporan X
Perbaikan laporan X
Penggandaan laporan X
Seminar Penelitian Tindakan Kelas X
Penyimpanan hasil laporan di perpustakaan X
Prosedur Penelitian, Siklus I. Siklus pertama dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut: 1) Perencanaan (Planing), langkah-langkahnya: a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar materi esensial, tujuan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa melalui penerapan metode resitasi. b) Membuat rencana peningkatan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam dengan membuat langkah-langkah penerapan metode
resitasi. c) Membuat instrument lembar kerja siswa, d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan (Actuating), Langkah-langkahnya berupa: a) Fase awal berupa pemberian tugas. b) Fase kedua pelaksanaan tugas. c) Fase ketiga yaitu penugasan.
d) Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa. e) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil. f) Siswa dituntut untuk mempresentasikan produk yang telah mereka pelajari. g) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama. h) Melakukan pengamatan atau observasi.
3. Pengamatan (Observing), berupa: a) Hasil observasi kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi. b) Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa dalam proses belajar mengajar. c) Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa sebelum dan sesudah belajar materi sejarah pembaharuan dunia Islam pada Siklus 1.
4. Refleksi (Reflecting). Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: a) Sebagian besar (85% dari guru) mampu menggunakan metode resitasi di dalam PBM. b) Sebagian besar (80% dari siswa) mampu mengikuti proses belajar mengajar dengan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. c) Sebagian besar (80% dari siswa) memperoleh hasil tes dengan rata-rata nilai di atas KKM. d) Lebih dari 80% anggota kelompok berhasil dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang dibebankan pada kelompoknya.
Siklus 2. Siklus kedua terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Rencana rincian pelaksanaanya sebagai berikut: 1) Perencanaan (Planning). Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. 2) Pelaksanaan (Actuating). Guru menggunakan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama. 3) Pengamatan (Observing). Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap proses penggunaan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam di kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis. 4) Refleksi (Reflecting). Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun rencana untuk siklus ketiga.
Siklus 3. Rencana rincian tahapan siklus 3 yakni: 1) Perencanaan (Planning).
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus II. 2) Pelaksanaan (Actuating). Guru memperbaiki setiap langkah dari metode resitasi yang disesuaikan dengan pendekatan saintifik aproach yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua. 3) Pengamatan (Observation). Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap upaya peningkatan minat belajar melalui metode resitasi di kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis. 4) Refleksi (Reflecting). Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menganalisis untuk serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan penerapan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam di kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian diuraikan dalam beberapa tahapan yang berupa siklus-siklus yang telah dilakukan saat proses pembelajaran di kelas XII MIPA 3 pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Di bawah ini penulis paparkan ketiga siklus yang dimaksud.
Siklus 1. Tahapan siklus 1 terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 1) Perencanaan (Planing) berupa: a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar materi esensial, tujuan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa melalui penerapan metode resitasi. b) Membuat rencana peningkatan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam dengan membuat langkah-langkah penerapan metode resitasi. c) Membuat instrument lembar kerja siswa, d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan (Actuating). Hasil kegiatannya meliputi: a) Pada fase pemberian tugas guru harus memperhatikan; tujuan yang hendak dicapai, jenis tugas harus jelas dan tepat, tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan pemusatan perhatian peserta didik seperti buku paket dari guru atau Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), b) Pada fase pelaksanaan tugas guru harus memiliki langkah berikut; siswa mendapat bimbingan dan pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru, meminta siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik, siswa diberikan dorongan sehingga mau bekerja. c) Pada fase pelaporan tugas; guru meminta peserta didik melaporkan hasil penugasan baik lisan maupun tertulis. Untuk melatih sifat tanggungjawab maka peserta didik harus melaporkan hasil penugasan yang diberikan, oleh guru kepada mereka baik lisan maupun tertulis, supaya mereka benar-benar belajar dan mengerjakan tugas yang telah peserta didik terima. Adanya diskusi kelompok atau diskusi kelas. Setelah peserta didik melaporkan hasil penugasan yang telah diberikan maka diskusikan hasil yang peserta didik kerjakan dalam kelas, dengan begitu peserta didik akan mengetahui bagaimana hasil yang telah peserta didik kerjakan dan menyelesaikan bagian yang dianggap sukar dikerjakan. Penilaian terhadap hasil pekerjaan peserta didik. Setelah semuanya selesai tugas terakhir dari guru yaitu memberi penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan oleh peserta didik sebagai bentuk apresiasi yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik. d) Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa. e) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil, f) Siswa dituntut untuk mempresentasikan produk yang telah mereka pelajari, g) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama, h) Melakukan pengamatan atau observasi.
3) Observasi dan Evaluasi (Observing dan Evaluating). Hasil observasi kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi pada Siklus I. Hasil observasi kemampuan guru dalam menggunakan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis pada siklus pertama masih tergolong rendah dengan perolehan skor 32 atau 72,73%. Sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru dalam metode resitasi masih terbiasa dengan ceramah dan belum terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran dengan metode resitasi masih banyaknya siswa yang pasif, dan siswa belum paham dengan tugas yang dibebankan.
Hasil observasi terhadap minat siswa pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam, di kelas XII MIPA 3 yang terdiri dari 23 siswa, yang tersaji dalam grafik berikut:
Sumber: Instrumen Penelitian 2021
Gambar 1. Presentase Skor Minat Siswa pada Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Siklus I
Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam diantaranya; kurang minat 39,13%, cukup berminat 17,39%, berminat 34,78% dan sangat berminat 8,7%.
Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa sebelum dan sesudah belajar materi sejarah pembaharuan dunia Islam pada Siklus 1. a) Hasil tes siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam sebelum penerapan metode resitasi masih tergolong rendah di bawah KKM, dengan perolehan nilai rata-rata 76,30 sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah 100. Namun setelah penerapan metode resitasi hasil tes siswa pada siklus pertama mengalami peningkatan dengan perolehan rata-rata skor 78,70 naik 2,39 dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena siswa mulai berminat terhadap materi yang disampaikan. b) Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa dari beban tugas yang diberikan pada tiap berkelompok di Siklus 1. Hasil observasi terhadap minat siswa pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) secara berkelompok pada siklus I dengan materi sejarah pembaharuan dunia Islam diperoleh rata-rata skor 11,67 atau 73% dari skor idealnya 16. Sebagaimana yang tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 3. Perolehan Skor Minat Siswa Terhadap Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Pada Siklus I
Nama Kelompok Skor Perolehan
Skor Ideal
Presentase
(%) Keterangan
Muhammad Abduh 11 16 69%
Muhammad Ali
Pasha 12 16 75%
Muhammad Iqbal 14 16 88% Tertinggi
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Kurang Berminat Cukup Berminat Berminat Sangat Berminat 39.13
17.39
34.78
8.7
Persentase Minat Siswa
Al-Afghani 11 16 69% Terendah
Rasyid Rido 9 16 56%
Hasan Al Bana 13 16 81%
Sumber: Instrumen Penelitian 2021
4) Refleksi (Reflecting). Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: a) Sebagian besar (85% dari guru) mampu menggunakan metode resitasi di dalam PBM. b) Sebagian besar (80% dari siswa) mampu mengikuti proses belajar mengajar dengan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. c) Sebagian besar (80% dari siswa) memperoleh hasil tes dengan rata-rata nilai di atas KKM. d) Lebih dari 80% anggota kelompok berhasil dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang dibebankan pada kelompoknya.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut: 1) Memperbaiki langkah-langkah penerapan metode resitasi serta memberikan motivasi kepada setiap peserta didik agar lebih memahami alur pembelajaran. 2) Lebih intensif membimbing peserta didik yang berada dalam setiap kelompok ketika mengalami kesulitan. 3) Memberi apresiasi positif bagi siswa yang sudah mampu mengerjakan tugas dengan tuntas, melalui pemberian reward.
Siklus Kedua. Siklus kedua terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replaning. Rincian hasil penelitian siklus ke-2 dijabarkan sebagai berikut: 1) Perencanaan (Planing). Perencanaan pada siklus kedua berdasarakan perencanaan siklus pertama yaitu: a) Memperbaiki langkah-langkah penerapan metode resitasi serta memberikan motivasi kepada setiap peserta didik agar lebih memahami alur pembelajaran. b) Lebih intensif membimbing peserta didik yang berada dalam setiap kelompok ketika mengalami kesulitan. c) Memberi apresiasi positif bagi siswa yang sudah mampu mengerjakan tugas dengan tuntas, melalui pemberian reward.
2) Pelaksanaan (Actuating). Terdapat tiga fase yang harus diperbaiki pada siklus II diantaranya; 1) Pada fase pemberian tugas, 2) fase pelaksanaan tugas, 3) fase pelaporan tugas: a) Dengan memperbaiki ketiga fase tersebut suasana pembelajaran sudah mengarah lebih baik sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI, b) Tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja peserta didik (LKPD) dikerjakan dengan baik. Siswa dalam setiap kelompok dapat saling membantu, untuk mencapai tujuan pembelajaran. c) Sebagian besar siswa mulai menaruh minat terhadap materi pembelajaran. d) Suasana pembelajaran yang aktif dan efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta. e) Masalah yang disajikan telah berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa. f) Siswa dituntut untuk mempresentasikan pelaporan tugasnya. g) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
3) Observasi dan Evaluasi (Observing dan Evaluating). Hasil observasi kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam pada siklus kedua mengalami peningkatan skor menjadi 38 atau 86%, meningkat dari siklus pertama dengan perolehan skor 32 atau 73%
dari skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru mulai memahami penerapan metode resitasi.
Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa dalam PBM pada Siklus II.
Hasil observasi siklus II terjadi peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam di kelas XII MIPA 3 yang terdiri dari 23 siswa, yang tersaji dalam grafik berikut:
Sumber: Instrumen Penelitian 2021
Gambar 2. Presentase Skor Minat Siswa Pada Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Siklus II
Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa sebelum dan sesudah belajar materi sejarah pembaharuan dunia Islam pada Siklus II. Hasil tes siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam sebelum penerapan metode resitasi masih tergolong rendah di bawah KKM, dengan perolehan nilai rata-rata 76,30 sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah 100. Setelah penerapan metode resitasi hasil tes siswa pada siklus I diperoleh rata-rata skor 78,70. Pada siklus II naik menjadi 82,43. Hal ini terjadi karena siswa berminat terhadap materi yang disampaikan.
Hasil observasi terhadap minat siswa pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) secara berkelompok pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata skor 13,5 atau 84% dari skor idealnya 16. Sebagaimana yang tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4. Perolehan Skor Minat Siswa Terhadap Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Pada Siklus II
Nama Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Presentase
(%) Keterangan
Muhammad Abduh 13 16 81%
Muhammad Ali Pasha
14 16 88%
Muhammad Iqbal 15 16 94% Tertinggi
Al-Afghani 13 16 81%
0 5 10 15 20 25 30 35
Kurang Berminat Cukup Berminat Berminat Sangat Berminat 17.4
26.1
34.8
21.7
Persentase Minat Siswa
Rasyid Rido 12 16 75% Terendah
Hasan Al Banna 14 16 88%
Sumber: Instrumen Penelitian 2021
4) Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning). Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut: a) Guru mampu menggunakan metode resitasi di dalam PBM dengan capaian 86%. b) Sebagian besar dari siswa memiliki minat terhadap pelajaran SKI mencapai 82,6%.
c) Sebagian besar dari siswa memperoleh hasil tes dengan rata-rata nilai 82,43 sudah di atas 80 dari nilai KKM. d) Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa dari beban tugas yang diberikan pada tiap berkelompok di Siklus II kemampuannya mencapai 84%.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut: 1) Fokus meningkatkan minat belajar SKI dengan memotivasi peserta didik agar semangat unutk belajar sejarah. 2) Memfasilitasi peserta didik dengan media pembelajaran yang lebih menarik dan terbarukan. 3) Memberi apresiasi positif bagi siswa yang sudah mampu mengerjakan tugas dengan tuntas, melalui pemberian reward. 4) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. 5) Memberikan pengakuan atau penghargaan (reward) pada siswa maupun kelompoknya yang bisa menyusun teks cerita sejarah dengan sistematika penulisan yang sesuai kaidah. 6) Memperbaiki langkah-langkah menyusun teks cerita sejarah. 7) Menyediakan channel dari media Youtube untuk membantu proses belajar.
Siklus Ketiga. 1) Perencanaan (Planing). Perencanaan pada siklus kedua berdasarakan perencanaan siklus pertama yaitu: a) Fokus meningkatkan minat belajar SKI dengan memotivasi peserta didik agar semangat unutk belajar sejarah.
b) Memfasilitasi peserta didik dengan media pembelajaran yang lebih menarik dan terbarukan. c) Memberi apresiasi positif bagi siswa yang sudah mampu mengerjakan tugas dengan tuntas, melalui pemberian reward. d) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. e) Memberikan pengakuan atau penghargaan (reward) pada siswa maupun kelompoknya yang bisa menyusun teks cerita sejarah dengan sistematika penulisan yang sesuai kaidah. f) Memperbaiki langkah-langkah menyusun teks cerita sejarah. g) Menyediakan channel dari media Youtube untuk membantu proses belajar.
2) Pelaksanaan (Actuating). Hasilnya berupa: a) Optimalisasi tiap fase dari pemberian tugas, pelaksanaan tugas, dan pelaporan tugas. b) Menyediakan beberapa channel dari media Youtube untuk membantu proses belajar;
https://www.youtube.com/watch?v=3AhMPjQOggs. c) Tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja peserta didik (LKPD) disiapkan dalam bentug google form. d) Siswa yang menaruh minat terhadap materi pembelajaran langsung diberi hadiah, e) Optimalisasi kelompok agar menaruh minat, dapat berpartisipasi, memperhatikan tugas dan mampu presentasi. f) Siswa dituntut untuk mengupload tugasnya melalui channel youtube kelompoknya. g) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
3) Observasi dan Evaluasi (Observing dan Evaluating), hasil kegiatannya berupa:
a) Hasil observasi kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi pada Siklus III. Hasil observasi kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi dari skor idealnya adalah 44 pada siklus I diperoleh skor 32 atau 73% pada Siklus II menjadi 38 atau 86%, pada siklus III diperoleh skor 42 atau 95%. Hal ini terjadi karena guru mulai memahami penerapan metode resitasi. b) Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa dalam PBM pada Siklus III.
Hasil observasi siklus III terjadi peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam di kelas XII MIPA 3 yang terdiri dari 23 siswa, yang tersaji dalam grafik berikut:
Sumber: Instrumen Penelitian 2021
Gambar 3. Presentase Skor Minat Siswa pada Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Siklus III
c) Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa sebelum dan sesudah belajar materi sejarah pembaharuan dunia Islam pada Siklus III.
Hasil tes siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam sebelum penerapan metode resitasi masih tergolong rendah di bawah KKM, dengan perolehan nilai rata-rata 76,30 sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah 100. Setelah penerapan metode resitasi hasil tes siswa pada siklus I diperoleh rata-rata skor 78,70. Pada siklus II naik menjadi 82,43. Pada siklus III naik menjadi 87,43. Hal ini terjadi karena siswa sangat berminat terhadap materi yang disampaikan.
d) Hasil observasi peningkatan minat belajar siswa dari beban tugas yang diberikan pada tiap berkelompok di Siklus III.
Hasil observasi terhadap minat siswa pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) secara berkelompok pada siklus III mengalami peningkatan rata-rata skor 14,67 atau 92% dari skor idealnya 16. Sebagaimana yang tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 5. Perolehan Skor Minat Siswa
Terhadap Sejarah Pembaharuan Dunia Islam Pada Siklus III
0 10 20 30 40 50 60
Kurang Berminat Cukup Berminat Berminat Sangat Berminat 8.7
17.4
21.7
52.2
Persentase Minat Siswa
Nama
Kelompok Skor
Perolehan Skor
Ideal Presentase
(%) Keterangan
Muhammad Abduh 14 16 88%
Muhammad Ali
Pasha 15 16 94%
Muhammad Iqbal 16 16 100% Tertinggi
Al-Afghani 15 16 94%
Rasyid Rido 13 16 81% Terendah
Hasan Al Banna 15 16 94%
Sumber: Instrumen Penelitian 2021
Refleksi (Reflecting). Pada siklus ketiga keberhasilan yang diperoleh sebagai berikut: a) Hasil observasi kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi dari skor idealnya adalah 44 pada siklus I diperoleh skor 32 atau 73% pada Siklus II menjadi 38 atau 86%, pada siklus III diperoleh skor 42 atau 95%. Hal ini terjadi karena guru mulai memahami penerapan metode resitasi. b) Hasil observasi siklus III terjadi peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam di kelas XII MIPA 3 yang terdiri dari 23 siswa, minat siswa pada siklus pertama mencapai 60,87%. Kemudian minat belajar siswa pada siklus kedua 82,6%. Kemudian pada siklus ketiga mencapai 91,3%. c) Hasil tes siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam sebelum penerapan metode resitasi masih tergolong rendah di bawah KKM, dengan perolehan nilai rata-rata 76,30 sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah 100. Setelah penerapan metode resitasi hasil tes siswa pada siklus I diperoleh rata- rata skor 78,70. Pada siklus II naik menjadi 82,43. Pada siklus III naik menjadi 87,43.
Hal ini terjadi karena siswa sangat berminat terhadap materi yang disampaikan. d) Hasil observasi terhadap minat siswa pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) secara berkelompok pada siklus I diperoleh skor 11,67 atau 73%. pada siklus II diperoleh skor 13,5 atau 84%. Pada siklus III diperoleh skor 14,67 atau 92%
mengalami peningkatan dari skor idealnya 16. e) Dengan perolehan skor tersebut peneliti berhenti pada siklus ketiga karena skor yang diperoleh sudah di atas KKM.
PEMBAHASAN
Pada siklus 1, kemampuan guru dalam menggunakan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas XII MIPA 3 MAN 1 Ciamis masih tergolong rendah dengan perolehan skor 32 atau 72,73%. Skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru belum terbiasa menggunakan metode baru khususnya metode resitasi. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam diantaranya; kurang minat 39,13%, cukup berminat 17,39%, berminat 34,78% dan sangat berminat 8,7%. Hasil tes siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam sebelum penerapan metode resitasi masih tergolong rendah di bawah KKM, dengan perolehan nilai rata-rata 76,30 sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah 100. Setelah penerapan metode resitasi hasil tes siswa pada siklus pertama
mengalami peningkatan dengan perolehan rata-rata skor 78,70 naik 2,39 dari sebelumnya. Peningkatan minat belajar siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam diperoleh rata-rata skor 11,67 atau 73% dari skor idealnya 16.
Pada siklus 2, kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam mengalami peningkatan menjadi 38 atau 86%, meningkat dari siklus pertama dengan perolehan skor 32 atau 73% dari skor ideal 44. Hal ini terjadi karena guru mulai memahami penerapan metode resitasi.
Hasil tes siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam sebelum penerapan metode resitasi masih tergolong rendah di bawah KKM, dengan perolehan nilai rata-rata 76,30 sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah 100. Setelah penerapan metode resitasi hasil tes siswa pada siklus 2 diperoleh rata-rata skor 78,70, naik menjadi 82,43. Minat siswa pada pembelajaran SKI pada siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata skor 13,5 atau 84% dari skor ideal 16.
Siklus 3. Kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi dengan ideal 44, mengalami peningkatan dari 38 atau 86% pada siklus 2, menjadi 42 atau 95%
pada siklus ke 3. Hal ini terjadi karena guru mulai memahami penerapan metode resitasi. Peningkatan minat belajar siswa sebelum dan sesudah belajar materi sejarah pembaharuan dunia Islam pada Siklus III mengalami peningkatan dari 82,43 pada siklus 2 menjadi naik menjadi 87,43 pada silus ke 3. Hal ini terjadi karena siswa sangat berminat terhadap materi yang disampaikan. Minat siswa pada pembelajaran SKI pada siklus III mengalami juga mengalami peningkatan yakni diperoleh rata-rata skor 14,67 atau 92% dari skor idealnya 16.
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian yang dilakukan diantaranya: 1) Hasil observasi kemampuan guru dalam menerapkan metode resitasi dari skor idealnya adalah 44 pada siklus I diperoleh skor 32 atau 73% pada Siklus II menjadi 38 atau 86%, pada siklus III diperoleh skor 42 atau 95%. 2) Hasil observasi siklus III terjadi peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam di kelas XII MIPA 3 yang terdiri dari 23 siswa, minat siswa pada siklus pertama mencapai 60,87% siklus kedua 82,6% dan pada siklus ketiga mencapai 91,3%. 3) Hasil tes siswa pada materi sejarah pembaharuan dunia Islam sebelum penerapan metode resitasi masih tergolong rendah di bawah KKM, dengan perolehan nilai rata-rata 76,30 sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah 100. Setelah penerapan metode resitasi hasil tes siswa pada siklus I diperoleh rata-rata skor 78,70. Pada siklus II naik menjadi 82,43. Pada siklus III naik menjadi 87,43. 4) Hasil observasi terhadap minat siswa pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) secara berkelompok pada siklus I diperoleh skor 11,67 atau 73%. pada siklus II diperoleh skor 13,5 atau 84%. Pada siklus III diperoleh skor 14,67 atau 92% mengalami peningkatan dari skor idealnya 16. Ini membuktikan bahwa penerapan metode resitasi dapat meningkatkan minat belajar siswa pada materi sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F. A. (2021). Upaya Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Menanamkan Kedisiplinan Dan Minat Belajar Siswa Di MA Ma'arif Al-Mukarrom Kauman
Somoroto Ponorogo Tahun Pelajaran 2020/2021 (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).
Anwar, Muhammad. (2020). Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Prenada Media Grup.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Devi, A. R. (2020). Strategi Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Terhadap Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA Syekh Subakir Nglegok Blitar.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru dan Siswa dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
E. Mulyasa. (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Khoirilah, N. L. (2021). Pengembangan media pembelajaran online berbasis blog pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk peningkatan minat belajar siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Kunandar. (2009). Guru Profesional-Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Septiyani, R. (2019). Penggunaan Media Video Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (Studi di MAN I Pandeglang) (Doctoral dissertation, UIN SMH BANTEN).
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tambak, S. (2016). Metode Resitasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan, 13(1), 30-51.
Thoifuri. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL.