1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap daerah tentunya memiliki karakteristik pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, sangat diperlukan untuk mengenali karakteristik ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri dalam melakukan pembangunan ekonomi suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah diartikan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membetuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut (Arsyad 1999).
Pembangunan ekonomi tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh beberapa sektor, salah satunya adalah sektor perdagangan yang diiringi dengan pertumbuhan penduduk dan menyerap cukup banyak tenaga kerja. Sektor perdagangan menjadi sektor kedua terbesar yang menyerap tenaga kerja berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 30,46% atau sebanyak 38,70 juta orang, sektor perdagangan sebesar 18,53% atau sebesar 23,55 juta orang dan sektor industri pengolahan sebesar 14,11% atau sebanyak 17,92 juta orang (BPS 2018).
Tentunya, kinerja sektor perdangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari kontribusi atas aktivitas pasar tradisional (Basri 2012).
Saat ini telah disahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, sehingga penggunaan istilah “pasar tradisional” berubah menjadi
“pasar rakyat”. Pasar rakyat ini menjadi salah satu target Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama periode 2014-2019, dalam misi dan program terkait upaya pencapaian “Berdikari dalam Bidang Ekonomi” yang di dalamnya disebutkan bahwa akan menjalankan kebijakan renovasi dan revitalisasi terhadap 5.000 pasar rakyat yang telah berumur 25 tahun (Kemendag 2015). Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pasar rakyat di Indonesia berjumlah 9.559 unit dan telah menyumbangkan lapangan pekerjaan yang menampung sebanyak 2,6 juta pedagang belum termasuk pemasok barang serta pengelola pasar (Kemendag 2019). Dengan banyaknya jumlah pasar rakyat tersebut, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan perlu melakukan penataan, pengelolaan serta pembinaan pada seluruh pasar rakyat.
Pemerintah sebenarnya sudah memiliki payung hukum yang tertuang dalam dalam Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Di dalam peraturan ini disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing melakukan penataan, pembinaan dan pengawasan pasar tradisional. Selain itu, terdapat pula Permendag No. 48/2013 tentang pedoman pembangunan dan pengelolaan sarana distribusi perdagangan; Permenkes No. 15/2013 tentang fasilitas khusus menyusui dan memerah Air Susu Ibu (ASI); Kepmenkes No.
519/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat; Permen Pekerjaan Umum (PU) No. 30/2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan. Secara mendasar, peraturan-peraturan tersebut
menjadi pedoman awal bagi beragam program penataan dan revitalisasi pasar rakyat di sejumlah kementerian dan lembaga non kementerian. Sampai saat ini, Kementerian Perdagangan, yaitu sejak 2015 hingga 2018 telah berhasil melakukan pembangunan, termasuk revitalisasi sebanyak 4.211 unit pasar rakyat di 34 provinsi di Indonesia dan masih memiliki target 789 unit di tahun 2019 ini untuk di selesaikan (Kominfo 2019).
Dengan adanya berbagai peraturan dan keinginan untuk senantiasa menata, mengelola dan membina pasar rakyat menjadi lebih baik lagi, maka disusunlah SNI pasar rakyat yang telah terbit sejak 2015 sebagai pedoman bersama semua pemangku kepentingan. Ruang lingkup dari SNI tersebut akan fokus pada sisi pemenuhan persyaratan yang meliputi persyaratan umum, persyaratan teknis dan persyaratan pengelolaan yang harus dimiliki oleh pasar rakyat (BSN 2015) (Lampiran 1). Dengan kata lain, pasar rakyat harus dikelola dengan mengacu pada SNI. Standarisasi ini adalah salah satu upaya untuk mengubah citra pasar yang kurang diminati menjadi lebih baik, agar kualitas layanan yang diberikan sesuai dengan persyaratan yang ada pada SNI sehingga akan meningkatkan animo masyarakat untuk kembali berbelanja di pasar rakyat. Selain itu, SNI juga berguna untuk melindungi konsumen dan menggerakkan ekonomi daerah yang berbasis kearifan lokal. Dalam melakukan upaya tersebut, pemerintah harus lebih berhati- hati, karena bisa saja terjadi perbedaan persepsi terhadap proses revitalisasi antara pihak pemerintah dan pedagang, sehingga pemerintah harus tetap memperhatikan aspek-aspek keunggulan yang menjadi jiwa pasar rakyat itu sendiri (Rahardiani 2016).
Tabel 1 Jumlah pasar rakyat SNI di beberapa provinsi di Indonesia 2019
Provinsi Jumlah Pasar Rakyat
DKI Jakarta 18
Jawa Tengah 5
Yogyakarta 2
Jawa Barat 2
Jawa Timur 1
Bali 1
Sumatera Barat 1
TOTAL 30
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2019)
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari jumlah pasar rakyat yang ada di Indonesia, jumlah pasar rakyat yang telah tersertifikasi SNI masih sangat minim yaitu sebanyak 30 pasar rakyat atau hanya mencapai 0,31% saja. Jika dilihat lebih spesifik, dari sekitar 380 lebih pasar rakyat yang eksis di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat, baru dua pasar yang memenuhi persyaratan SNI, yaitu Pasar Sukatani Depok dan Pasar Gunung Sari Cirebon (Haryanto 2019). Maka dari itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jawa Barat menetapkan target pada tahun 2023 seluruh pasar rakyat di Jawa Barat harus bersertifikasi SNI. Meskipun tidak mudah dalam mewujudkan pasar SNI, namun dengan adanya SNI Pasar Rakyat yang telah disusun, seharusnya lebih memudahkan para pelaku pasar dalam mengelola dan membangun pasar secara profesional, serta memberdayakan
komunitas pasar. Tabulasi selengkapnya mengenai jumlah pasar rakyat dengan sertifikasi SNI dapat dilihat pada lampiran penelitian (Lampiran 2).
Sejalan dengan program Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Depok pun memiliki tujuan yang serupa. Sejauh ini, Disdagin Kota Depok baru berhasil mewujudkan satu pasar rakyat SNI, yaitu Pasar Sukatani yang menjadi pasar rakyat pertama di Jawa Barat yang berstatus SNI sejak Desember 2016 (Pemkot Depok 2016). Pasar Sukatani Depok menjadi 10 pertama pasar rakyat dengan sertifikasi SNI di Indonesia. Dengan telah terwujudnya Pasar Sukatani sebagai pasar rakyat dengan status SNI, maka seharusnya dapat menjadi motivasi dan pedoman bagi Disdagin Kota Depok untuk terus mengembangkan pasar asuhannya agar memperoleh status SNI dalam rangka mewujudkan perdagangan dan perindustrian yang berkualitas dan berdaya saing.
Jika dilihat dari pembangunan ekonomi Kota Depok, sektor perdagangan memang menjadi salah satu yang berpotensi mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok (BPS Kota Depok 2018a) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Sumber : BPS Kota Depok (2018)
Gambar 1 Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kota Depok (persen) Gambar 1 menunjukkan bahwa sektor perdagangan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap PDRB Kota Depok dengan terus mengalami peningkatan dari tahun 2012 hingga tahun 2016. Selain itu, kontribusi sektor perdagangan juga dapat dilihat melalui Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Depok yang cenderung mengalami peningkatan khususnya pada tahun 2016 dan 2017 yang meningkat dari 6,54% menjadi 7,28% yang bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan LPE Jawa Barat sendiri yang nilainya sebesar 5,29% (BPS Kota Depok 2018b). Salah satu faktor meningkatnya LPE Kota Depok dikarenakan berkurangnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Depok yang pada tahun 2018 mencapai 6,64% atau jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang masih berada di angka 7% seperti yang ditunjukkan Tabel 2 (BPS Kota Depok 2017a).
19 19,5 20 20,5 21 21,5 22
2012 2013 2014 2015 2016
19,95
21,21 21,39 21,58 21,69
14 15 16 17 18 19
2015 2016 2017 2018 2019 2020
16 16
17
18 18
19
Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Depok 2013-2017
Tahun Laju Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
2017 7,28 7,67
2016 6,54 7,64
2015 6,64 7,48
2014 7,28 8,44
2013 6,85 7,67
Sumber : BPS Kota Depok 2017 (diolah)
Berdasarkan Tabel 2, dapat dikatakan bahwa sektor perdagangan di Kota Depok merupakan sektor unggulan dan salah satu basis ekonomi rakyat yang memiliki potensi besar serta mampu menggerakkan perekonomian. Namun, saat ini Disdagin Kota Depok memiliki isu strategis yang masih menghambat perkembangan sektor perdagangan Kota Depok, yaitu belum meratanya sarana dan prasarana perdagangan, penataan pasar rakyat yang belum optimal, perlu peningkatan kualitas dan daya saing pasar rakyat serta perlunya pengelolaan yang baik bagi PKL (Renstra Disdagin Depok 2016-2021). Sejauh ini, empat pasar rakyat yang dikelola pemerintah yaitu, Pasar Agung, Pasar Sukatani, Pasar Tugu dan Pasar Cisalak telah dilakukan revitalisasi sebagai salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pasar rakyat ditengah persaingan dengan pasar modern.
Hadirnya atau berkembangnya pasar modern yang pesat memanfaatkan pola belanja masyarakat kelas menengah ke atas membuat popularitas pasar rakyat menurun (Soliha 2008). Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan pasar modern mengalami peningkatan yang pesat, yaitu kontinuitas transformasi dan inovasi yang konsisten. Selain itu, unggul dari segi pelayanan, kelengkapan varietas produk dan kepastian harga (Muslimin et al. 2011). Produk berkualitas tinggi, harga yang bersaing serta kondisi infrastruktur pasar modern yang nyaman juga menjadi kekuatan yang tidak dimiliki oleh beberapa pasar rakyat saat ini (Suryadarma et al. 2007). Berdasarkan data dari Direktori Pasar Kota Depok, pasar modern selalu mengalami pertumbuhan setidaknya dalam lima tahun terakhir seperti yang ditunjukkan Gambar 2 (BPS Kota Depok 2017b).
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Depok 2017 (diolah)
Gambar 2 Pertumbuhan pasar modern Kota Depok 2015-2020
Gambar 2 menunjukkan setidaknya muncul satu pasar modern baru yang menawarkan fasilitas menarik pada masyarakat. Sampai saat ini, pasar modern dalam bentuk pusat perbelanjaan berjumlah 14 unit yang di dalamnya juga telah terdapat hypermart yang menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan, dalam bentuk toko modern seperti Giant Ekstra atau Giant Express yang berdiri sendiri berjumlah empat unit yang tidak hanya menawarkan berbagai barang dagangan lokal, seperti produk segar, dan makanan laut dalam lingkungan pasar basah, namun mereka juga menyediakan produk non- makanan seperti elektronik, peralatan rumah tangga, alat-alat, dan furniture.
Amin (2011) juga menyebutkan bahwa pasar rakyat yang berada dekat dengan pasar modern seperti supermarket akan terkena dampak yang signifikan.
Dengan terus bertumbuhnya pasar modern di Kota Depok tersebut, Disdagin Kota Depok terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pasar rakyat yang salah satunya dapat dicapai dengan mewujudkan pasar rakyat yang dikelola sesuai dengan SNI, sehingga dalam pengelolaannya sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Dengan pengelolaan pasar yang sesuai dengan SNI, diharapkan akan berdampak baik pada pengelola, pemerintah daerah, pedagang, pembeli maupun masyarakat sekitar, seperti kemudahan mendapatkan kebutuhan, memperoleh kenyamanan dan keamanan berbelanja, peningkatan jumlah transaksi, tersalurkannya produk-produk tradisonal lokal, penyerapan sumberdaya setempat hingga mendorong Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Adiastuti 2009).
Oleh karena itu, diperlukan pengembangan pengelolaan Pasar Rakyat Cisalak untuk meningkatkan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan berdasarkan true customer requirements dengan memerhatikan faktor-faktor keberhasilan yang dapat mendukung.
Rumusan Masalah
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Pasar Tradisional Pemerintah Kota Depok Nomor 03 Tahun 2012 menyebutkan bahwa Dinas merupakan organisasi perangkat daerah yang menangani urusan pasar. Selain itu, disebutkan pula bahwa pengelolaan pasar adalah pengelolaan manajemen secara langsung oleh Pemerintah Kota terhadap pasar rakyat dalam bentuk pengawasan, pengendalian dan pembinaan yang meliputi perlindungan, penataan dan pemberdayaan. Saat ini, Disdagin Kota Depok mengelola lima pasar dari total sepuluh pasar rakyat yang berada di Kota Depok. Kelima pasar tersebut terdiri dari beberapa tipe, yaitu Tipe I – Tipe IV yang didasarkan pada jumlah pedagang yang ada dan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Tipe pasar rakyat yang dikelola Disdagin Kota Depok tahun 2019
Nama Pasar Tipe
Pasar Agung Tipe III
Pasar Tugu Tipe III
Pasar Cisalak Tipe I
Pasar Sukatani Tipe IV
Pasar Kemiri Muka Tipe III
Sumber : Disdagin Kota Depok (2019)
Disdagin Kota Depok baru berhasil menciptakan satu pasar rakyat dengan sertifikasi SNI, yaitu Pasar Sukatani yang menjadi pasar rakyat pertama di Jawa Barat yang memperoleh SNI sejak Desember 2016 (Pemkot Depok 2016). Pasar Sukatani Depok menjadi 10 pasar dengan sertifikasi SNI di Indonesia yang dinilai telah melengakapi seluruh dokumen mutu dan sarana fisiknya. Setelah Pasar Rakyat Sukatani, kini Disdagin Kota Depok sedang mencanangkan Pasar Rakyat Cisalak sebagai pasar rakyat yang dapat dikelola sesuai SNI. Namun, dalam perkembangannya, fungsi pengelolaan pasar belum berjalan dengan baik.
Dibuktikan dengan masih adanya masalah yang ditemukan seperti yang ditunjukkan Tabel 4.
Tabel 4 Permasalahan Pasar Rakyat Cisalak
PERMASALAHAN SUMBER
Pedagang Kaki Lima (PKL) di area
pasar Observasi, Wawancara
Akses menuju gedung pasar sulit Observasi, Wawancara
Adanya toko yang tidak memiliki izin dan pasar tandingan
Wawancara, Studi Literatur, Observasi
Banyak kios dan los tutup Wawancara, Observasi
Persampahan dan pemungutan liar Observasi, Wawancara
Sewa kios dirasa mahal Wawancara
Pedagang masih sulit diarahkan Wawancara
Dari Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa memang masih ada permasalahan pengelolaan yang harus diselesaikan oleh Disdagin Kota Depok. Fenomena yang terjadi saat ini di Pasar Cisalak masih cukup jauh dari persyaratan SNI yang harus dipenuhi jika dilihat dari segi pengelolaan. Kini, Pasar Cisalak memang masih berputar pada masalah yang sama, khususnya adalah masalah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang masih sulit untuk ditertibkan. Para PKL tersebut sebagian adalah para pedagang yang awalnya telah berjualan di dalam gedung, namun akhirnya pindah ke luar kembali karena mereka menilai pasar sepi pembeli.
Menurut Susanto (2014), faktor pendorong berpindah dari tempat relokasi adalah jarak terlalu jauh untuk dicapai pembeli, sistem zonasi tidak menguntungkan dan tidak bebas menentukan kios. Oleh karena itu, pembeli akhirnya cenderung lebih memilih berbelanja ke PKL yang ada di luar pasar. Hal tersebut diakibatkan karena harga yang ditawarkan lebih terjangkau dan lokasinya pun lebih mudah untuk dijangkau.
PKL di Pasar Rakyat Cisalak juga menjadi pemicu masalah lain, seperti akhirnya banyak pembeli yang berlalu-lalang di sekitar jalan masuk area gedung pasar dan akhirnya menghambat akses masuk ke pasar serta timbul tumpukkan sampah yang berserakan di jalan akibat aktivitas pedagang dan pengelolaan sampah yang masih kurang baik sehingga mengakibatkan kesan pasar rakyat yang kotor, bau, semrawut dan becek akhirnya timbul kembali. Hal tersebut sesuai dengan Akbar (2017) yang mengatakan bahwa beberapa faktor yang dapat menghambat pengelolaan sampah tersebut biasanya terjadi akibat pengetahuan mengenai pengelolaan sampah yang masih kurang baik dan tingkat peran serta pedagang itu sendiri. Dampak dari permasalahan tersebut adalah sebanyak 449 atau sebesar 33% kios dan los tidak terisi pedagang dari total 1.360 yang tersedia
akibat sepinya pengunjung yang datang karena mereka lebih memilih untuk berbelanja di PKL yang berada di luar pasar. Dengan keadaan pasar sepi pengunjung, hal tersebut tentu mempengaruhi pendapatan daerah dan pastinya Pemerintah Kota Depok akan merugi karena para pedagang akan kesulitan untuk membayar kewajiban (retribusi). Hal tersebut memang dibuktikan dengan jumlah retribusi yang dihasilkan oleh keempat pasar rakyat dikelola oleh Disdagin Kota Depok.
Sumber : Disdagin Kota Depok 2019 (diolah)
Gambar 3 Retribusi Pasar Rakyat Kota Depok 2017-2019
Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 2017 sampai 2019 dari lima pasar yang dikelola Disdagin Kota Depok, Pasar Tugu, Pasar Agung dan Pasar Sukatani selalu berhasil mencapai target retribusi 100% yang ditargetkan oleh Pemerintah Kota Depok. Sedangkan Pasar Cisalak tidak berhasil mencapai target yang ditargetkan dan cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya yakni hanya mencapai 85% pada tahun 2017, 79% pada tahun 2018 dan 70% pada tahun 2019.
Khusus untuk Pasar Rakyat Kemiri Muka memang tidak ada kewajiban setor retribusi dikarenakan sedang ada permasalahan sengketa tanah dengan PT.
Petamburan. Menurut Kepala UPT Pasar Rakyat Cisalak, faktor lain yang menyebabkan peneriman retribusi yang terus menurun adalah karena pengelola belum terlalu aktif melakukan kegiatan pemasaran seperti promosi melalui kegiatan-kegiatan aktivasi pasar. Sampai saat ini yang telah dilakukan pengelola adalah kegiatan pemasaran dari aspek harga, dimana harga komoditas dan harga sewa untuk pedagang sangat terjangkau jika dibandingkan dengan pasar lain.
Pasar rakyat sebagai sektor jasa memerlukan manajemen operasional yang efektif dan efisien untuk mencapai kesuksesan organisasi dan menciptakan layanan yang sesuai bagi pelanggannya. Manajemen operasi ini sangat diperlukan dalam menjalankan fungsi manajemen, salah satunya adalah fungsi pengelolaan (Ariani 2009). Sektor jasa sangat erat kaitannya dengan transformasi berupa pertukaran. Peran operasi tersebut terletak pada penciptaan nilai dari rangkaian proses yang dilalui. Berdasarkan informasi-informasi tersebut, diperlukan adanya penelitian mengenai formulasi strategi pengembangan pengelolaan secara operasional untuk Disdagin Kota Depok agar dapat menjawab isu strategis yang
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2017 2018 2019
Pasar Tugu 101% 101% 101%
Pasar Agung 90% 100% 100%
Pasar Sukatani 100% 100% 100%
Pasar Cisalak 85% 79% 70%
Pasar Tugu Pasar Agung Pasar Sukatani Pasar Cisalak
sedang dihadapi saat ini. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa saja atribut kebutuhan pelanggan berdasarkan kualitas layanan dan tingkat kepuasan pelanggannya untuk mengembangkan Pasar Rakyat Cisalak?
2. Apa saja prioritas spesifikasi teknis yang perlu dikembangkan berdasarkan true customer requirements untuk mengembangkan Pasar Rakyat Cisalak?
3. Apa saja key success factor yang dapat mendukung pengembangan Pasar Rakyat Cisalak?
4. Rekomendasi strategi pengembangan apa yang dapat diberikan pada Disdagin Kota Depok untuk mengembangkan Pasar Rakyat Cisalak?
Tujuan Penelitian
Berkaitan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis atribut kebutuhan pelanggan berdasarkan kualitas layanan dan tingkat kepuasan pelanggannya untuk mengembangkan Pasar Rakyat Cisalak.
2. Menganalisis prioritas spesifikasi teknis yang perlu dikembangkan berdasarkan true customer requirements untuk mengembangkan Pasar Rakyat Cisalak.
3. Menganalisis key success factor yang dapat mendukung pengembangan Pasar Rakyat Cisalak.
4. Merumuskan strategi pengembangan pengelolaan yang dapat dijalankan Disdagin Kota Depok untuk mengembangkan Pasar Rakyat Cisalak.
Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dijadikan masukan mengenai alternatif strategi yang dapat melengkapi strategi yang telah dijalankan dalam rangka pengembangan pengelolaan Pasar Rakyat Cisalak Kota Depok.
2. Bagi Pedagang dan Pembeli Pasar Rakyat Cisalak Kota Depok
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif strategi sehingga dapat meningkatkan daya saing serta keuntungan bagi para pedagang dan meningkatkan kualitas layanan bagi pembeli Pasar Rakyat Cisalak Kota Depok.
3. Bagi Civitas Akademika
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan atau wawasan baru bagi para pembaca serta menjadi studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya terkait pengembangan pengelolaan Pasar Rakyat Cisalak Kota Depok.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir strategis dan kemampuan dalam mengidentifikasi, menganalisis masalah serta dapat menghasilkan rumusan strategi yang berkaitan dengan pengembangan pengelolaan Pasar Rakyat Cisalak Kota Depok.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya mencakup penyusunan strategi pengembangan pengelolaan pasar rakyat yang dikelola Pemerintah Kota Depok, dalam hal ini adalah Disdagin Kota Depok, yaitu Pasar Rakyat Cisalak Kota Depok yang disesuaikan dengan lingkungan internal dan eksternal, sehingga tidak dapat digeneralisasi ke daerah yang lebih luas. Penelitian juga dilakukan dengan proses benchmarking dengan satu pasar rakyat lain, yaitu Pasar Sukatani Kota Depok yang sudah memiliki status SNI. Proses benchmarking tersebut dilakukan dengan membandingkan penerapan SNI dan key success factor terkait pengelolaan Pasar Rakyat Cisalak selama ini dan persyaratan SNI tersebut dibatasi hanya yang sesuai dengan Bidang Manajemen dan Bisnis serta pengolahan data menggunakan Quality Function Deployment (QFD) hanya sampai iterasi pertama, yaitu Customer Requirements Matrix. Pengambilan informasi terbatas hanya kepada Pemerintah Kota Depok, dalam hal ini adalah Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Depok sebagai pengelola serta kepada beberapa pedagang dan pembeli Pasar Rakyat Cisalak untuk mengukur kualitas layanan yang telah diberikan. Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada titik waktu tertentu atau lintas bagian, sementara lingkungan akan terus mengalami perubahan dengan cepat, karena itu penting untuk melakukan penelitian ini di masa depan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Menurut Porter (1992), strategi merupakan pengambilan tindakan yang berbeda dari perusahaan pesaing dalam suatu industri untuk mencapai posisi yang lebih baik. Strategi adalah pola atau rencana yang menyatukan tujuan utama suatu organisasi, kebijakan dan serangkaian aksi ke dalam sebuah keterpaduan (Minitzberg et al. 1995). Strategi merupakan sebuah kegiatan yang berorientasi pada masa yang akan datang dan mempertimbangkan secara multifungisional dan multidivisional dalam perumusannya dan mempertimbangkan faktor-faktor yang berasal dari internal maupun eksternal organisasi dan strategi sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan organisasi dengan kondisi kompetitif dari lingkungan eksternal (David 2009).