• Tidak ada hasil yang ditemukan

2009 IAGI Semarang Potensi Pasir Besi

N/A
N/A
Lia Kusumawati

Academic year: 2024

Membagikan "2009 IAGI Semarang Potensi Pasir Besi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PASIR BESI PADA

ENDAPAN LETAKAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK KABUPATEN GARUT SELATAN (GASELA),

JAWA BARAT Oleh :

A. Setyanto1), M. Wahyudi Memed2) dan Catur Purwanto3)

1&3

) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi kelautan

2) Pusat Lingkungan Geologi

Sari

Endapan pasir besi di daerah Pantai Pameungpeuk dan Daerah Pantai Cibalong merupakan endapan dipermukaan sebagai hasil pengendapan sedimentasi pantai akibat pelapukan batuan andesit di hulu, yang hasil hancurannya ditranportasi melalui sungai dan mengalami proses degradasi (perubahan bentuk ukuran), kemudian karena pengaruh gelombang laut Samudera Hindia yang sangat kuat, partikel tadi diendapkan kembali disepanjang pantai, hasilnya dapat dilihat dengan terbentuknya “Gumuk Pasir Memanjang” mengikuti pantai selatan. Perubahan muara sungai besar disepanjang pantai selatan Jawa mengakibatkan jumlah dan jenis endapan pasir sering terjadi akumulasi di daerah pantai dimana muara sungai berada.

Endapan alluvium yang terbentuk dari hasil rombakan batuan selatan Jawa Barat oleh Sungai-sungai sekitarnya yang terakumulasi dipantai oleh ombak air laut dan pasang surutnya Samudera Hindia.

Alluvium di daerah ini dapat dikatakan terjadi dalam waktu yang sama yaitu sedimentasi pantai sekarang.

Analisis terhadap 311 conto pasir besi dari berbagai lokasi telah dilakukan di laboratorium, yang digunakan untuk menyusun kualitas cadangan endapan pasir besi. Kandungan unsur magnetik sangat tinggi dimana pada pengujian derajat kemagnetan (MD) berkekuatan 1000 Gauss memberikan nilai 92,52%, nilai terendah pada 43,16%, sedangkan pada pengukuran MD dengan kekuatan 380 Gauss memberikan hasil 50,45% dan 39,67%. Kandungan Tio2 berkisar 3,14 – 11,98 %. Kandungan %Fe total berkisar 30% - 60%.

Cadangan tertambang dibawah ini dihitung berdasarkan data-data eksplorasi tahun 2007 yang dilakukan dengan menggunakan pemboran di Pantai Pameungpeuk dan Daerah Pantai Cibalong cadangan konsentrat ± 9,071,936 Mton.

Kata Kunci : pasir besi, gumuk pasir memanjang, dan sedimen pantai

PENDAHULUAN

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral pasir pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.

Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat di alam. Pembentukan pasir besi adalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisi menengah hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik. Proses ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia dan fisika. Di daerah pantai selatan Endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari akumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus air,

(2)

pencucian secara berulang-ulang, transportasi dan pengendapan.

Menurut Subandoro dan Pudjowaluyo (1972) secara umum terletak pada busur batuan vulkano-plutonik yang masih aktif dimana endapan besi mengandung titan ditemukan sepanjang pantai selatan.

Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen, campuran baja dan lain sebagainya. Potensi endapan pasir besi di pantai selatan Jawa Barat terdapat di Pelabuhan Ratu, Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi, Pantai Selatan Kabupaten Cianjur sampai Pameungpeuk Garut, dan Kecamatan Bantar Kalong Tasikmalaya hingga Parigi Kabupaten Ciamis.

Di Kabupaten Garut potensi bahan galian pasir besi yang berada di Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Cibalong. Hal ini dilakukan mengingat di satu sisi dapat menambah pendapatan asli daerah dan sektor pajak dan juga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Penambangan di Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Cibalong ini berdasarkan tinjauan perwilayahan dari potensi ekonomi dan sosial, adalah untuk menanggulangi indikasi perkembangan wilayah dan kota-kota di bagian Utara dan Tengah lebih cepat dibandingkan dengan wilayah dan kota-kota di bagian Selatan Kabupaten Garut. Ketidak merataan terutama karena : belum termanfaatkannya secara optimal potensi produksi yang berada di bagian selatan, keadaan geografis wilayah bagian selatan yang menyebabkan belum berkembangnya bagian wilayah selatan, belum dikembangkannya prasarana perhubungan ke bagian selatan secara merata, dan kondisi fisik yang tidak menunjang untuk pengembangan pertanian.

Faktor-faktor yang menjadi ancaman yang dimiliki oleh Kabupaten Garut adalah sebagai berikut (a) Kondisi fisik yang kurang menunjang bagi pembangunan terutama pada wilayah Garut bagian selatan, sehingga pembangunan wilayah selatan kurang optimal yang menyebabkan kesenjangan wilayah utara dan selatan Garut

akan terus berlanjut. (b) Adanya beberapa kawasan rawan bencana, diantaranya bahaya kemungkinan terjadinya bencana banjir bandang terutama wilayah di sekitar sungai, dan longsoran-longsoran pada wilayah wilayah yang kondisi fisiknya kurang baik, terutama pada sebelah Selatan dari Kabupaten Garut. (c) Pengembangan sektor pertambangan tidak dapat berlangsung selamanya, karena ketersediaan bahan tambang yang semakin berkurang, dan kondisi pasar yang tidak menentu. Selain itu, kegiatan pertambangan juga perlu dikendalikan agar tidak terjadi perusakan lingkungan hidup.

(d) Adanya suatu kemungkinan penurunan kualitas lingkungan akibat perluasan kegiatan manusia yang tidak terkendali, sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan akan sandang, papan, dan pangan seiring dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut.

Untuk memenuhi target penjualan pasir besi yang terus meningkat setiap tahun, maka pembukaan penambangan daerah Kecamatan Pemeungpeuk dan Kecamatan Cibalong perlu segera diekploitasi guna melayani kebutuhan pasir besi yang semakin meningkat.

Disamping itu sesuai dengan rencana Pemda TK I Jawa Barat untuk lebih meningkatkan perekonomian Jawa Barat bagian Selatan, Pemda sedang melaksanakan pembangunan jaringan jalan Jawa Barat Bagian Selatan.

Apabila pembangunan jalan tersebut selesai, maka penambangan di daerah Kabupaten Garut Kecamatan Pameungpeuk, dan Kecamatan Cibalong yang mempunyai cadangan cukup besar bisa dilakukan.

Potensi alam yang bersumber dari kekayaan laut, pantai dan pesisir belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya, padahal dari kekayaan tersebut terkandung suatu nilai tambah yang akan dapat meningkatkan penghasilan masyarakat desa pantai sehingga dapat menuntaskan kemiskinan bagi masyarakat di sekitarnya.

Potensi pasir besi di pantai selatan Jawa adalah lebih dari 15 juta ton dengan kadar fe total 14,98%. Pasir besi tersebut terletak di antara pantai selatan dari Jawa Timur sampai dengan Jampang Kulon di Jawa Barat. Usaha

(3)

pemanfaatan pasir besi dalam negeri akan terus berlanjut, mengingat kebutuhan besi baja di Indonesia akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada saat ini kebutuhan besi baja tersebut diperkirakan sekitar 6 juta ton per tahun, dan baru akan dipenuhi oleh PT. Krakatau Steel sekitar 3 juta ton. Sedangkan untuk keperluan ini, PT. Krakatau Steel masih mengimpor bahan baku pasir besi berupa pellet yang diantaranya adalah dari Swedia dan Brasilia.

Di pantai selatan Kabupaten Garut yang berhadapan dengan Samudera Hindia, kekayaan laut, dan pantai, sangat beraneka ragam yang bisa dimanfaatkan dan dikembangkan serta dapat mendatangkan keuntungan bagi daerah disekitarnya antara lain pasir besi, ikan, rumput laut, dan kerang.

Potensi alam yang berasal dari laut dan pantai di Perairan Pameungpeuk belum dapat diolah sepenuhnya , diperkirakan baru 15% karena belum didukung oleh berbagai sarana. Panjang pantai selatan Kabupaten Garut sekitar 72 kilometer yang terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Pakenjeng, Bungbulang, dan Caringin. Tatanan geologi di kawasan pantai selatan umumnya dan wilayah pesisir Perairan Pameungpeuk, Garut Selatan khususnya sangat beragam, di bagian dasar lautnya terdapat palung atau jalur tumbukan antara kerak benua dan kerak samudera yang masih aktif dan memiliki energi gelombang yang cukup besar.

Sesuai dengan informasi yang telah disampaikan oleh BAPPEDA TK II Kabupaten Garut tentang salah satu prioritas kebijaksanaan wilayah pesisir Garut Selatan adalah bahan galian, pengembangan sarana Pelabuhan Nelayan serta sektor pariwisata.

Secara geografis wilayah rencana eksploitasi pasir besi berada pada koordinat 107º 42’ 58”

sampai 107º 46’ 59” Bujur Timur dan -07º 39’

28” sampai -07º 40’ 43,1” Lintang Selatan. yang secara lengkap dapat di lihat pada pada Gambar 2.1.

GEOLOGI REGIONAL

Daerah Garut Selatan dan sekitarnya secara tatanan fisiotektonik dan fisiografi merupakan

daerah Pegunungan Selatan Jawa Barat (Bemmelen, 1949). Blok tersebut merupakan suatu dataran (plateau) yang memanjang dari barat ke timur, menempati wilayah Selatan Jawa Barat dari mulai sekitar Teluk Pelabuhan Ratu sampai sekitar Pulau Nusakambangan. Daerah ini dicirikan oleh perbukitan dan pegunungan bergelombang dan dataran tinggi yang diselingi oleh kerucut-kerucut gunungapi. Morfologi pegunungan selatan ini disusun umumnya oleh Formasi Bentang, Beser, Jampang, Saguling dan endapan hasil gunungapi.

Secara umum, litologi wilayah Garut Selatan tersusun oleh endapan-endapan hasil gunungapi, baik endapan langsung sebagai batuan piroklastik maupun endapan tak langsung yang diendapkan terutama pada berbagai lingkungan darat. Umumnya endapan gunungapi ini tersebar merata di Garut Selatan bagian utara.

Sedangkan bagian Garut Selatan bagian selatan sangat didominasi oleh sedimen laut yang sebagian merupakan campuran endapan laut dan endapan hasil gunungapi, kedua jenis litologi ini umumnya diterobos oleh batuan-batuan intrusi berkomposisi asam sampai basa.

GEOMORFOLOGI

Secara fisiografi bagian utara lembar ini termasuk ke dalam Zona Bandung yang bergunungapi Kuarter, dan bagian selatan termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat bagian tengah. Secara morfologi daerah ini dapat dibagi menjadi 4 satuan, yakni Kerucut Gunungapi, Perbukitan Berelief Kasar, Perbukitan bergelombang dan Pedataran.

Daerah selidikan termasuk kedalam zona Pegunungan selatan Jawa Barat bagian tengah, secara morfologi merupakan daerah pedataran.

Sungai-sungai yang bermuara kedaerah telitian yaitu Sungai Cimangke, Cipasarangan, Cikarang, Cipelebuh, Cibera, Cisanggiri, Cibabalukan dan Cijeruk. Satuan pedataran tersusun sebagian oleh endapan pantai dan sungai, sebagian lagi oleh endapan lepas gunung api muda.

(4)

STRATIGRAPHI

Secara stratigrafis batuan tertua yang tersingkap di daerah telitian adalah: lava dan breksi andesit serta tuf yang setempat terpropilitisasikan.

Sisipan batugamping yang dijumpai menunjukan umur Oligosen Akhir hingga bagian awal Miosen Tengah. Batuan-batuan tersebut termasuk kedalam Formasi Jampang (Tomj).

Propilitisasi tersebut akibat terobosan diorit kuarsa (Tmdi) yang berumur akhir Miosen.

Formasi Jampang tidak selaras dengan Formasi Bentang (Tmpb) yang berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Awal. Bagian bawah Formasi Bentang terdiri dari konglomerat, batupasir tufaan, sisipan lempung dengan lensa lignit dan mengandung moluska. Bagian atas terdiri dari tuf kaca berbatuapung, sisipan batupasir tuf kasar dan mengandung foram kecil. Batupasir berwarna kelabu, padat, terdapat kongkresi oksida besi, mengandung pasir magnetit. Sisipan atau lensa lignit, setebal 5 cm hingga 40 cm terdapat dalam batupasir tuf yang halus dan berwarna kehitaman.

Batupasir berwarna kelabu, padat, terdapat konkresi oksida besi, mengandung pasir magnetit, singkapannya terdapat di daerah Bungbulang. Sisipan atau lensa lignit, setebal 5 cm hingga 40 cm, Batuan gunungapi yang diduga berumur Pliosen (Tpv) tidak selaras dengan Formasi Bentang, terdiri dari tuf hablur, tuf sela dan breksi tuf andesit.

Batuan gunungapi Kuarter Tua tidak selaras dengan batuan gunungapi Plio-Plistosen. Batuan Gunungapi Kuarter tua diduga merupakan hasil kegiatan G. Papandayan, Komplek Gunung Guntur, G. Malabar Tua. Batuan Gunungapi Kuarter Muda dihasilkan dari Gunung Papandayan, G. Cikuray, G. Masigit dan G.

Kaledong.

Endapan yang paling muda adalah endapan alluvium yang tersusun oleh lempung, lanau, pasir halus hingga kasar, kerikil dan bongkah batuan beku dan sedimen.

Urut-urutan formasi batuan di daerah selidikan terdiri dari :

Formasi Bentang (Tmpb), merupakan batuan sedimen, batupasir tuf, tuf batuapung, batulempung, konglomerat dan lignit. Bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tuf, tuf batuapung bersisipan lempung, batulanau dan lignit, bagian atas terdiri dari batupasir tuf dan tuf kaca halus berbatu apung. terdapat dalam batupasir tuf.

Formasi Jampang (Tojm), merupakan batuan gunungapi. Lava bersusunan andesit yang menunjukkan kekar dan breksi andesit yang mengandung hornblende, sisipan tuf hablur. Di daerah Singajaya dijumpai batugamping yang mengandung foraminifera besar.

Breksi tufaan, breksi, tuf, dan batupasir. Breksi mengandung komponen andesit dengan masadasar tuf berbatuapung. Lava bersusunan andesit piroksen dan basal, menunjukkan kekar lembar, kekar meniang dan struktur aliran, Singkapannya banyak dijumpai di sebelah selatan G. Cikuray. Singkapan satuan ini terdapat di daerah selatan G. Papandayan dan G.

Cikuray. Sumber asal batuan gunungapi ini diduga melalui erupsi celah, umur satuan ini diduga Plio-Plistosen.

Batuan Gunungapi tua tak terturaikan, tuf, breksi tuf dan lava. Tuf terdiri dari dari tuf hablur yang halus, tersilikakan dan terpropilitkan secara setempat. Breksi tuf berkomponen andesit dengan masadasar tuf batuapung. Lava bersusunan andesit piroksen dan basal, menunjukkan kekar lembar, kekar memaniang dan struktur aliran. Singkapannya banyak dijumpai di selatan G. Cikuray. Sumber asal batuan terbentuk melalui erupsi celah dan diduga berumur Plio-Plistosen. Tpi, batuan terobosan Andesit, andesit hornblende dan andesit piroksen, batuan tersebut bertekstur porfiri, fenokris berupa plagioklas jenis oligoklas – andesine, hornblende, piroksen, dengan masa dasar mikrolet felspar dan mineral mafik, batuan ini menerobos batuan yang berumur Mio-Pliosen dan diduga berumur Pliosen.

STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi yang terdapat pada daerah selidikan adalah sesar (fault) dan kekar (joint).

Sesar yang dijumpai adalah sesar normal dan

(5)

sesar geser. Sesar normal utama merupakan bagian unsur pembentukan depresi yang dicirikan sebagai Sesar Pegunungan Selatan berarah barat - timur.

Arah jurus sesar geser umumnya baratdaya- timurlaut, dibeberapa tempat ada yang baratlaut- tenggara. Sesar-sesar itu melibatkan satuan batuan Tersier dan Kuarter, sehingga dapat ditafsirkan sebagai sesar yang muda. Melihat pola arahnya diperkirakan gaya tektonik berasal dari selatan ke Utara yang diduga telah berlangsung sejak oligosen Akhir-Miosen Awal.

Sesar yang berkembang pada kuarter umumnya sebagai pengontrol tumbuhnya gunungapi- gunungapi muda, terutama sistem sesar berarah barat daya-timur laut yang memotong bagian tengah lembar yang ditempati jajaran gunungapi.

Tektonik pada daerah ini sangat dipengaruhi oleh penunjaman Lempeng Samudera Hindia ke bawah Lempeng Asia Tenggara. Sedimentasi berlangsung pada lereng bawah laut. Kegiatan magmatik diakhiri dengan penerobosan diorit kuarsa pada akhir Miosen Tengah yang mengakibatkan propilitisai pada Formasi Jampang dan menghasilkan mineralisasi yang penting.

SUMBERDAYA MINERAL

Potensi sumberdaya alam yang dijumpai cukup melimpah yaitu bahan galian C, terutama bahan bangunan, yaitu batuan andesit basal, rempah lepas gunungapi, obsidian, perlit, tras, batuapung, batugamping, pasir dan lempung.

Bahan galian yang vital (golongan B) antara lain belerang, pirit, besi titan dan emas (epithermal).

Sumberdaya energi yang tersedia yaitu:

• Panas bumi Kamojang.

• Di daerah pameungpeuk ditemukan batu permata hitam, batugamping, pasir besi titan.

• Batuan andesit-basalt, sebagai hasil kegiatan gunungapi yang banyak tersebar di daerah ini digunakan untuk keperluan bahan bangunan dan fondasi jalan raya.

• Obsidian dan perlit sebagai bahan industri dan ornamen.

• Tras sebagai endapan hasil pelapukan tuf kaca dimanfaatkan sebagai bahan

pembuatan batako. Batuapung sebagai bahan industri atau bangunan.

• Batugamping digunakan penduduk untuk bahan pembuatan kapur.

• Endapan sungai seperti pasir dan lempung terutama dari rombakan batuan vulkanik, untuk bahan bangunan dan pengeras jalan.

• Belerang dihasilkan dari kegiatan solfatara di G. Papandayan.

• Pirit sebagai hasil sulfidisasi sebagai akibat terobosan batuan diorit kuarsa.

• Pasir besi titan, sebagai endapan pantai tersebar di daerah Pameungpeuk sampai Bungbulang Selatan.

KARAKTERISTIK TANAH

Ada tiga jenis tanah pada daerah telitian, berlandaskan warna, konsistensi, dan jenis dari fragmen pada tanah. Ketiga jenis tanah tersebut yaitu :

a. Redish Soil, sedang lunak, lembab, mempunyai kandungan olivin batu basal, peridotite, dan fragmen certa.

b. Tanah coklat terang kehijau-hijauan. Kurang konten air dan mengandung fragment batu basal olivin.

c. Tanah coklat muda, kering dan berpasir.

Sesuai dengan permukaan pemetaan geologi, dapat disimpulkan bahwa tiga jenis dari tanah berasal dari sumber berbeda dari batuan. Tanah redish soil berasal dari konglomerat. Tanah coklat terang kehijau-hijauan berasal dari olivine batu basal, dan tanah coklat muda berasal dari batupasir.

GEOLOGI LINGKUNGAN GERAKAN TANAH

Gerakan tanah adalah berpindahnya massa tanah/batuan dari tempat tinggi ke tempat lebih rendah. Terdiri atas tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap kejadian gerakantanah yaitu besaran kemiringan lereng, sifat fisik tanah/batuan dan curah hujan yang tinggi.

Didasarkan pengamatan lapangan, morfologi rencana site tambang memiliki kemiringan lereng kurang dari 40 %, sebagian dengan kemiringan lebih besar dari 40%, umumnya

(6)

bervegetasi reatif lebat. Curah hujan rata-rata setahun adalah 2.500 - 3.000 mm, sedangkan sifat fisik batuan pada komplek ultrabasa berkisar dari agak mantap - stabil. Didasarkan atas kajian komponen tersebut diatas dan pengamatan di beberapa titik pada kelerengan berbeda di lapangan, dalam kondisi alami di daerah studi tidak dijumpai adanya fenomena gerakan tanah.

Bahaya geologi yang tentunya dapat langsung berpengaruh terhadap lingkungan pantai di daerah selidikan saat ini yaitu genang laut (abrasi) , susut laut (akresi) dan sedimentasi, serta tsunami. Faktor lainnya yaitu perubahan garis pantai akibat aktivitas manusia (man- made), gerakan tanah.

Gerakan tanah menurut Varnes D.J., 1978, ialah perpindahan material pembentuk lereng yang bergerak ke arah bawah dan keluar lereng.

Gerakan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: kemiringan lereng, batuan, struktur geologi, curah hujan, aktivitas manusia dan tata guna lahan. Gerakan tanah jenis longsoran bahan rombakan paling banyak dijumpai yang mencakup areal lebar 12 meter panjang 45 meter (Direktorat Geologi Tata Lingkungan, 2006) Pengaruh kemiringan terhadap gerakan tanah terjadi pada sudut kemiringan antara 27o - 50o semakin besar sudut kemiringan lereng semakin besar pula kemungkinan terjadinya gerakan tanah. Gerakan tanah di daerah telitian terjadi pada batuan satuan breksi tufaan (TPV) sebanyak 60 kejadian, Formasi Bentang 24 kejadian, sedangkan Formasi Jampang mempunyai pelapukan yang tipis dan bersifat mantap. Pengaruh struktur geologi seperti sesar akan menimbulkan pemotongan pada tubuh batuan, dimana bidang pemotongan ini merupakan bidang lemah yang biasanya membentuk gawir-gawir yang curam, sehingga gerakan tanah akan berkembang.

Pengaruh aktivitas manusia sering menjadi penyebab gerakan tanah yaitu: pemotongan lereng, penambangan, penambahan beban, ledakan, getaran mesin, penggundulan hutan dan pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi alam setempat.

Cebakan endapan pasir besi pantai di daerah ini umumnya mempunyai kedalaman relatif dangkal dan tersebar di pantai yang relative tidak lebar.

Kondisi tersebut disebabkan umur pembentukan endapan relative muda. Yang terdiri dari batuan vulkanik andesit, basalt dan breksi yang berasosiasi dengan batuan tersebut yang disebut sebagai old andesite formation (Van Bemmelen, 1949).

Batuan induknya merupakan produk gunung api yang banyak mengandung unsur-unsur besi (Fe) yang terdapat di dalam mineral mafik (piroksin, hornblende, olivin). Mineral felspar pada andesit dan mineral silika, karbonat pada breksi akan larut membentuk suspensi endapan pasir besi, dimana pada mineral tersebut mengandung unsur besi yang mempunyai sifat tidak larut dalam air dan mempunyai spesifik gravity yang tinggi. Terbentuknya endapan pasir besi selain tergantung dari jenis batuan

KEADAAN ENDAPAN

BENTUK DAN PENYEBARAN ENDAPAN

Endapan pasir besi didaerah Pamenungpeuk dan Cibalong merupakan endapan dipermukaan sebagai hasil pengendapan sedimentasi pantai akibat pelapukan batuan andesit di hulu, yang hasil hancurannya ditranportasi melalui sungai dan mengalami proses degradasi (perubahan bentuk ukuran), kemudian karena pengaruh gelombang laut Samudera Hindia yang sangat kuat, partikel tadi diendapkan kembali disepanjang pantai, hasilnya dapat dilihat dengan terbentuknya “Longitudinal sand Dune” mengikuti pantai selatan.

Perubahan muara sungai besar disepanjang pantai selatan pulau Jawa mengakibatkan jumlah dan jenis endapan pasir sering terjadi akumulasi di daerah pantai dimana muara sungai berada.

Keadaan geologi daerah penambangan dapat dikatakan sederhana, sebab seluruh daerah pantai terdiri dari endapan alluvium.

Susunan stratigrafi dari endapan pasir besi di lokasi penambangan pasir besi pada umumnya alluvium dan endapan pantai yang terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil, dan kerakal.

Satuan batuan ini terbentuk pada zaman Kuarter

(7)

Kala Holosen. Selaras dengan pengendapan tersebut di atas adalah satuan batuan yang terbentuk pada Kala Plistosen yang disebut dengan endapan undak. Batuan tertua yang dijumpai adalah Formasi batuan yang terbentuk pada Zaman Tersier Kala Miosen Awal dan disebut old andesite formation, terdiri dari breksi dengan komponen andesit dan tufa.

Endapan alluvium yang terbentuk dari hasil rombakan batuan selatan Jawa Barat oleh Sungai Cimangke, Cipasarengan, Cipalebuh, Cibera, Cisangini, Cisuba, dan Cikaengan yang diakumulasi dipantai oleh ombak air laut dan pasang surutnya Samudera Hindia. Alluvium di daerah ini dapat dikatakan terjadi dalam waktu yang sama yaitu Recent Beach Sediment dapat dibagi sebagai berikut:

a. Endapan pasir lepas

Penyebaran pasir lepas terdapat disepanjang dune-dune pantai memanjang dari barat ke timur dengan jarak dari garis pantai antara 0 – 200 m.

besar butiran pasir lepas berukuran medium sampai halus. Lapisan berbentuk lensa memanjang sesuai saat pengendapan dan besar kecilnya gelombang laut yang mengangkutnya.

b. Endapan pasir tertutup soil

Endapan pasir ini dibedakan dari endapan pasir lepas disebabkan oleh terjadinya endapan soil yang dibawa air hujan dari daerah darat diantaranya, yang diendapkan diatas endapan pasir lepas. Daerah ini berada sekitar 200 – 1.500 m dari garis pantai.

c. Lempung alluvial

Lempung alluvial terdapat dibagian utara endapan pasir besi berjarak antara 1500 m dari garis pantai terus kearah utara memanjang dari barat ke timur sejajar dengan garis pantai, sebagai hasil endapan meander di bawah lagoon-lagoon.

SIFAT DAN KUALITAS ENDAPAN Mineral utama yang terdapat dalam endapan pasir besi antara lain:

FeO, Fe2O3 atau Fe3O4 (Magnetit)

FeO3 (Hematit) FeO TiO2 (Ilmenit)

METODA PENYELIDIKAN Data Sekunder :

• Studi laporan eksplorasi yang berkaitan dengan teknis kegiatan lapangan yang mencakup cara penyelidikan dan paralatan yang digunakan, kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan lingkungan, sarana transportasi dan tenaga kerja.

• Studi kondisi endapan pasir besi yang meliputi kedudukan dan penyebarannya, kuantitas dan kualitasnya.

• Aspek penambangan yang mencakup desain tambang, metoda penambangan, tahapan penambangan, penimbunan tanah buangan dan penimbunan pasir besi, jumlah dan jenis peralatan yang diperlukan.

• Aspek pengangkutan dan penimbunan pasir besi atau tanah buangan yang meliputi jarak angkut, kondisi jalan, serta lokasi dan kapasitas tempat penimbunan.

• Aspek lingkungan yang mencakup dampak lingkungan, pemantauan dan pengelolaan lingkungan pada saat penambangan dan pasca penambangan, serta aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

• Aspek pemasaran pasir besi yang mencakup jenis, jumlah dan harga pasar.

• Aspek ekonomi yang mencakup jumlah investasi, modal kerja dan analisis kelayakan.

Untuk pengumpulan data / informasi dan analisis bagi studi kelayakan penambangan pasir besi di Garut Selatan menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

Untuk Pekerjaan lapangan antara lain: peta dasar topografi dan peta geologi, alat bor tangan, alat ukur topografi, palu geologi, kompas geologi, loupe, alat tulis, magnetik pen, susceptibility meter, Global Positioning System (G.P.S.), kamera, alat gali, pita ukur, alat preparasi contoh, kantong conto dan peralatan keselamatan kerja.

(8)

PERSIAPAN DAN PENGUMPULAN DATA SEKUNDER

Tahap pekerjaan ini merupakan tahap pra- kegiatan lapangan, diantaranya melakukan inventarisasi data sekunder, yaitu pengumpulan data dan studi literatur meliputi laporan-laporan terdahulu yang ada kaitannya, dan peta-peta.

Data sekunder dikumpulkan dari studi literatur/pustaka hasil penelitian yang pemah dilakukan dan berkaitan dengan rencana kegiatan studi, termasuk juga data dari hasil analisis dan perhitungan pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan yang sedang diamati. Pada tahap ini dikumpulkan data / informasi geofisik yang mencakup wilayah - wilayah di sekitar daerah proyek, agar didapatkan gambaran keterkaitan secara umum antara daerah proyek dengan sekitarnya. Data / informasi yang dikumpulkan meliputi :

* Peta topografi bersekala 1 : 10.000

* Peta geologi lembar Garut skala 1 : 100.000

* Peta hidrogeologi Kabupaten Garut 1 : 100.000

* Data klimatologi dari stasiun klimatologi dan pencatat hujan terdekat.

* Data / informasi lain yang menunjang penyelidikan.

PENGUMPULAN DATA PRIMER Guna mengumpulkan data primer dilaksanakan penyelidikan lapangan sebagai berikut :

a). Pengamatan penggunaan lahan

Pengamatan penggunaan lahan awal (existing) dilakukan dengan menggunakan peta dasar skala 1 : 10.000 yang mencakup seluruh daerah penelitian dengan cara terestris langsung di lapangan dan disebandingkan dengan data dari Peta Rupa Bumi sekala 1 : 25.000 (BAKOSURTANAL).

b). Pemetaan lokasi tambang

Pemetaan dilakukan dengan menggunakan peta dasar skala 1 : 10.000 yang mencakup seluruh daerah penelitian dengan cara terestris langsung di lapangan. Peta sangat diperlukan untuk mengetahui jenis dan sebaran batuan yang terdapat di daerah penelitian dan menjadi data dasar utama dalam penentuan desain tambang.

Pemetaan geologi dalam penyelidikan pasir besi

meliputi pemetaan batas pasir pantai dengan litologi lainnya, sehingga dapat diperoleh gambaran sebaran endapan pasir besi.

Urutan kegiatan yang dilakukan dalam pemetaan lokasi tambang adalah sebagai berikut:

¾ Penentuan koordinat titik awal pengukuran pada punggungan sand dune.

¾ Pembuatan garis sumbu utama (base line) dan

¾ Pengukuran siku-siku untuk garis lintang (cross line).

Garis sumbu utama diusahakan searah dengan garis pantai dan garis-garis lintang, arahnya dibuat tegak lurus terhadap sumbu utama dengan interval jarak tertentu.

c). Pemetaan Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai

Pemetaan Geologi dalam penyelidikan pasir besi meliputi pemetaan batas pasir pantai dengan litologi lainnya, sehingga dapat diperoleh gambaran sebaran endapan pasir besi.

Pelaksanaan pemboran dangkal sekitar pantai yang dimaksudkan untuk mengambil conto- conto pasir besi pantai baik yang ada diatas permukaan laut maupun yang berada dibawahnya.

Pekerjaan pemboran pasir besi dilakukan dengan menggunakan bor dangkal baik yang bersifat manual (Doormer) maupun bersifat semi mekanis. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

d). Pemetaan hidrologi

Pemetaan hidrologi dilakukan dengan menggunakan peta dasar skala 1:10.000 yang mencakup seluruh daerah penelitian.

Pengamatan dilakukan secara rinci dengan cara mengamati keberadaan sumber - sumber airtanah, mataair, sumur gali dan air sungai.

Tujuan pengamatan hidrologi ini adalah untuk mengetahui keberadaan sumberdaya air tanah di daerah penelitian serta kemungkinan pemanfaatannya dalam aktivitas penambangan.

e). Pemboran tangan dan Georadar

Pemboran dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan urutan dan jenis tanah dan batuan di bawah permukaan.

Pemboran dilakukan dengan menggunakan bor

(9)

tangan dengan mata bor pahat dan mata bor spiral. Kedalam pemboran mencapai 10 meter atau sampai batas kemampuannya. Lokasi pemboran dipilih secara semi - sistematik yang tersebar pada berbagai jenis formasi batuan / tanah. Selain itu pemboran dimaksudkan untuk mengambil conto-conto pasir besi pantai baik yang ada diatas permukaan laut maupun yang berada dibawahnya.

Pekerjaan pemboran pasir besi dilakukan dengan menggunakan bor tangan. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Penentuan lokasi titik bor - Setting alat bor

- Pembuatan lubang sampai batas permukaan air tanah.

- Pemboran dihentikan sampai batas batuan dasar.

f). Pengambilan Sample Sedimen

Pengambilan sample sedimen dimaksudkan untuk mendapatkan nilai Gravity (berat jenis), derajat kemagnetan (MD), kadar Fe dan TiO2 di laboratorium. Analisis dilakukan dengan cara penarikan seberat tertentu sample (kering) dengan menggunakan Hand Magnit Standard 500 Gauss. Prosentase material yang tertarik magnit ini kemudian diperbandingkan dengan berat sample semula sehingga didapat MD-nya.

Nilai MD digunakan dalam pehitungan cadangan konsentrat pasir besi dan pemilihan alat pemisahan pasir besi.

HASIL PENYELIDIKAN

Hasil analisa laboratorium dari contoh pasir terdapat mineral non logam seperti kwarsa, epidot, turmalin, augit, hornblenda, apatit, garmet, flourit, felsfar, kalit, dan zirkon.

Sedangkan mineral-mineral yang intergrowth terdapat antara magnetit dan ilmenit biasanya titano magnetit. Selain itu dijumpai mineral- mineral intergrowth antara mineral logam dan non logam, diantaranya didapati antara magnetit dan kwarsa, ilmenit dan kwarsa, magnetit dan epidot

Kegiatan analisis terhadap 311 conto pasir besi dari berbagai lokasi telah dilakukan di laboratorium Sucofindo pada tahun 2007, dari laboratorium tersebut digunakan untuk menyusun kwalitas cadangan endapan pasir besi di setiap blok. Kandungan unsur magnetik sangat tinggi dimana pada pengujian derajat kemagnetan (MD) berkekuatan 1000 Gauss memberikan nilai 92,52%, nilai terendah pada 43,16%, sedangkan pada pengukuran MD dengan kekuatan 380 Gauss memberikan hasil 50,45% dan 39,67%.

Ukuran butir didominasi ukuran 149-74 micron.

Berat jenis atau spesifik grafity antara 3,00 - 4,02, sedangkan bulk density 1,70-2,00 gram/cc.

Kandungan Tio2 berkisar 3,14 – 11,98 %.

Kandungan %Fe total berkisar 30% - 60%.

Kwalitas pasir besi yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kwalitas pasir besi dari keempat blok sangat bervariasi. Kwalitas rata-rata pasir besi yang diperoleh dari laboratorium terpampang pada Lampiran A.

CADANGAN

Cadangan dibawah ini dihitung berdasarkan data-data eksplorasi tahun 2007 yang dilakukan dengan menggunakan pemboran di Kecamatan Pamenungpeuk dan Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Penentuan potensi endapan pasir besi dilakukan dengan metoda daerah pengaruh dengan menggunakan formula:

C = (L x t) x MD x SG C = sumber daya dalam ton

L = luas daerah pengaruh dalam m2 t = kedalaman dalam meter

MD = prosentase kemagnetan dalam persen

SG = Berat jenis dalam ton/m3

Berdasarkan formula tersebut cadangan pasir besi di daerah studi dapat di tentukan yaitu : Dari korelasi 10 bor tangan di daerah selidikan dapat diketahui bahwa sedimen pasir di daerah selidikan terdiri dari:

• Pasir hitam, ukuran butir halus-sedang, lepas, mengandung magnetit yang sangat besar (10,318%),. Dengan kedalaman antara 0,65 meter sampai 2 meter, terdapat pada BPM-7, dan BPM-8, Sumber dari batuan

(10)

adalah Formasi Bentang yang ditransport melalui Sungai Cikarang dan Ciseureuhan.

• Pasir coklat. Ukuran butir pasir sedang-kasar, lepas dengan kandungan magnetit yang sedikit (0,1763%), pecahan cangkang moluska (10%), terdapat pada BPM-1, 2, 3, 4, 9, 10, 12. dengan kedalaman bervariasi antara 1 meter sampai 2 meter, mendominasi hampir seluruh daerah selidikan. Dengan kemungkinan batuan dasar asalah dari formasi Jampang yang terdiri dari breksi andesit dan batugamping yang tertranspor

melalui sungai-sungai ke pantai serta pengaruh sedimen laut.

• Pasir putih, ukuran butir sangat halus-halus, lepas mengandung pecahan terumbu karang dan cangkang moluska, terdapat pada 2 lokasi yaitu BPM-5 dengan kedalaman 2,5 meter yang diselingi pasir coklat pada kedalaman 80 cm – 120 cm. Sedimen ini berasal dari Formasi Jampang yang dipengaruhi oleh sedimen laut.

KESIMPULAN

Dari kajian geologi tambang memberikan kesimpulan sebagai berikut :

• Sratigrafi (urutan batuan) yang tersingkap di daerah Garut Selatan terdiri dari batuan sedimen tersier, endapan volkanik Kuarter, endapan permukaan dan satuan batuan intrusi atau terobosan.

• Endapan pasir besi didaerah Pamenungpeuk dan Cibalong merupakan endapan dipermukaan sebagai hasil pengendapan sedimentasi pantai akibat pelapukan batuan andesit di hulu, yang hasil hancurannya ditranportasi melalui sungai dan mengalami proses degradasi (perubahan bentuk ukuran), kemudian karena pengaruh gelombang laut Samudera Hindia yang sangat kuat, partikel tadi diendapkan kembali disepanjang pantai, hasilnya dapat dilihat dengan terbentuknya

“Longitudinalsand Dune” mengikuti pantai selatan.

• Penyebaran pasir lepas terdapat disepanjang dune-dune pantai memanjang dari barat ke timur dengan jarak dari garis pantai antara 0 – 400 m. besar butiran pasir lepas berukuran medium sampai halus. Lapisan berbentuk lensa memanjang sesuai saat pengendapan dan besar kecilnya gelombang laut yang mengangkutnya.

Berdasarkan kajian geologi tambang rencana kegiatan eksploitasi pasir besi di Pameungpeuk dan Cibalong cukup layak untuk dilakukan penambangan menggunakan sistem tambang terbuka dengan back filling, dan secara ekonomis sangat layak untuk melakukan investasi.

DAFTAR PUSTAKA

D. Setiady, A. Setyanto, C. Purwanto, 2001., Penyelidikan Geologi Wilayah Pantai dan Lepas Pantai, Derah Perairan Pameungpeuk, Prop. Jawa Barat, Unpublished

Foth, Freeze, R. Allan/ Cherry, John A.

(1979), "Groundwater'', Prentice Hall, Inc., Engliwood Cliffs, N.J.

Hadi, SP. 1995. Aspek Sosial Analisis Dampak Lingkungan; Sejarah, Teori dan Metode. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hardiyatno, 11C. 1992. Mekanika Tanah.

Akademika Pressindo, Jakarta.

Haryanto, D (1983), "Ekonomi Teknik", Universitas Pembangunan Nasional

"Veteran" Yogyakarta.

Hoek, E and Bray, J (1981), "Rock Slope Engineering", The Institute of Mining and Metallurgy, Revised Third Edition, London.

(11)

Ijima dan Tang 1967, komponen frekuensi angin dalam suatu formulasi (Ijima dan Tang 1967)

Jones, JRE. 1964. Fish and River Pollution.

Butter Worths, London.

Kaufman, WW and Ault CJ, 1988, Design of Surface Mine Haulage Roads aManual, Mc Graw Hill Book Company, New York,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa arakteristik pasir besi yang terdapat di pantai Marina kabupaten Bantaeng berdasarkan tingkat kedalaman

Berdasarkan hasil inventarisasi endapan pasir besi di daerah Provinsi Sulawesi Utara, yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2006 terdapat 5 (lima) daerah prospek,

Pada penelitian ini telah ditunjukkan bahwa pasir besi dari Pantai Sunur, Pariaman, Sumatera Barat mempunyai kandungan mineral magnetik berupa magnetit dan hematit yang cukup

Sebaran endapan pasir besi di daerah penelitian yang diidentifikasi pada jumlah titik bor yang tersebar di bagian utara, blok tengah dan selatan.. Magnetit merupakan

Hasil pengujian pada penelitian ini adalah karakteristik pasir besi di pantai selatan Kulonprogo memiliki sumber daya alam pasir besi yang memiliki kandungan tinggi yaitu 76,346%

Studi kali ini menggunakan cuplikan pasir besi dari pantai Tasikmalaya, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh proses ultrasonifikasi yang terkait dengan komposisi dan sifat

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi temperatur terhadap bentuk bulir dari mineral magnetik pasir besi Pantai Sunur Kota Pariaman menggunakan metode

Seperti yang terjadi di wilayah kepesisiran Pantai Dlodo, proses penambangan pasir besi memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perubahan tipologi pantai dimana hal tersebut