Dr. dr. Juliandi Harahap, MA, FISPH, FISCM, Sp.KKLP Universitas Sumatera Utara (USU) PIC Stunting Sumatera Utara – Konsorsium PT Sumut Forum Rektor Indonesia - BKKBN
Pantai Labu, 4 November 2022
PENCEGAHAN STUNTING
PADA REMAJA DAN
CALON PENGANTIN
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang kurang memadai.
Stunting adalah suatu keadaan dimana panjang badan atau tinggi badan seseorang tidak sesuai atau tidak tercapai, jika dibandingkan dengan umurnya.
Menurut WHO, seseorang dikatakan mengalami stunting apabila setelah dilakukan pengukuran, skor Z-indeks tinggi badan terhadap umurnya di bawah -2 SD (standar deviasi).
S T U N T I N G
SUMATERA UTARA: 25,8%
Prevalensi Stunting SSGI 2021 Nasional 24,4%
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2021
TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Target Penurunan Stunting: 14%
Tahun 2024
Presiden RI Joko Widodo
Persentase remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah
Darah (TTD) 58%
Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan nikah (persen)
90%
9 intervensi gizi spesifik 11 intervensi gizi sensitif
• Premarital screening atau tes pranikah merupakan
serangkaian tes yang harus dilakukan pasangan sebelum menikah.
• Waktu pelaksanaan premarital screening idealnya adalah 6 bulan sebelum calon mempelai menikah.
• Premarital screening
merupakan sebuah tindakan pencegahan yang wajib
dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan ke depannya.
Persiapan dan Pemeriksaan
bagi Calon Pengantin
Beberapa keuntungan melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah, antara lain:
1. Mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi, seperti penyakit thalasemia, diabetes melitus, dan penyakit lainnya.
2. Pemeriksaan pranikah dilakukan untuk mengenal riwayat kesehatan diri sendiri maupun pasangan.
3. Membuat calon mempelai semakin siap, lebih terbuka, dan lebih yakin satu sama lain mengenai riwayat kesehatan keduanya.
• Aplikasi Elsimil sejak diluncurkan Maret 2022, aplikasi ini telah menerima data 151.599 calon pengantin di berbagai daerah se-Indonesia.
• Hasilnya cukup mengejutkan, lebih dari setengah calon pengantin tidak dalam kondisi baik.
• Calon pengantin yang mengalami anemia sebesar 17,8 persen, yang terlalu muda 7,2 persen, yang terlalu tua 7,5 persen, dan yang kekurangan gizi kronis sebesar 18 persen.
• Dengan demikian, total calon pengantin yang memiliki masalah kesehatan sebelum menikah sebesar 50,5 persen atau 83.379 orang.
Periode perikonsepsi terdiri atas:
• masa sebelum konsepsi (prakonsepsi), momen konsepsi (pembuahan), implantasi, plasentasi dan tahap embryogenesis atau organogenesis, serta
peristiwa selular spesifik yang terjadi selama tahap
embriogenesesis.
Perikonsepsi dan Prakonsepsi
Perikonsepsi (periconceptional period) adalah periode kritis untuk menentukan kehamilan sehat serta kualitas bayi yang dilahirkan
.
Masa prakonsepsi merupakan tahap penting untuk menentukan kehamilan yang sehat.
Sumarmi et. al. (2016) menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk
memberikan intervensi gizi pada masa prakonsepsi adalah 2 bulan hingga 6 bulan sebelum hamil.
Vahratian, et.al. (2003), mendefiniskan periode prakonsepsi sebagai durasi waktu kapan saja sebelum hamil (anytime before pregnancy).
Calon pengantin wanita adalah sasaran yang paling tepat untuk intervensi gizi prakonsepsi
Pemeriksaan Status Gizi Calon Pengantin
• Pengukuran LiLA khususnya dilakukan untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronik (KEK) atau kekurangan gizi berkepanjangan pada catin putri.
• Apabila ukuran Lila < 23,5 cm maka catin putri tersebut mengalami KEK.
• Catin yang hamil dengan ukuran LiLA < 23,5 cm berisiko akan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) sehingga si bayi juga akan berisiko
mengalami stunting.
• Anak yang mempunyai riwayat BBLR akan berisiko menjadi stunting 11,88 kali dibanding anak yang tidak mempunyai riwayat BBLR.
Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
digunakan untuk mengetahui apakah status berat badan seseorang termasuk kategori normal,
berlebih (gemuk), atau justru kurang (kurus).
Jika IMT < 17,0 calon pengantin disebut sangat kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau kurang energi kronik (KEK) tingkat berat.
Jika IMT 17-18,4 calon pengantin disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK tingkat ringan.
Kadar Hemoglobin (Hb)
Menurut data RISKESDAS tahun 2018, angka anemia pada wanita usia subur (WUS) mencapai 48.9%. Itu artinya hampir sebagian perempuan yang usianya berada pada rentang calon pengantin mengalami anemia.
Dampak anemia pada catin:
1. Meningkatkan risiko kekurangan energi kronis (KEK) pada perempuan
2. Meningkatkan risiko hamil dengan gangguan terhambatnya pertumbuhan janin
3. Meningkatkan risiko melahirkan dengan berat bayi lahir rendah
4. Meningkatkan risiko bayi lahir sebelum waktunya (prematur) 5. Meningkatkan risiko mempunyai anak stunting
6. Meningkatkan risiko terjadinya perdarahan saat melahirkan
Pada catin putri, disebut anemia jika kadar hemoglobin (HB)
< 12 gr/dl, sedang pada catin putra, anemia jika
< 13 gr/dl
Anemia dan Anemia Kekurangan Gizi Besi
• Anemia didiagnosis dengan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, sedangkan untuk anemia kekurangan gizi besi perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan seperti serum ferritin dan CRP.
• Diagnosis anemia kekurangan gizi besi ditegakkan jika kadar Hb dan serum ferritin di bawah normal.
• Batas ambang serum ferritin normal pada rematri dan WUS adalah 15 mcg/L (WHO, 2011).
Kekurangan Gizi Besi
• Pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan gejala anemia tapi sudah
mempengaruhi fungsi organ.
Pemberian TTD pada rematri dan WUS melalui suplementasi yang mengandung sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat.
Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD)
Blanket Approach “pendekatan selimut”,
mencakup seluruh sasaran program.
Dalam hal ini, seluruh rematri dan WUS diharuskan minum TTD untuk mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh tanpa dilakukan skrining awal pada kelompok sasaran.
Pemberian TTD dilakukan 1 kali seminggu
4 TERLALU
Terlalu muda (umur < 20 tahun)
Terlalu tua (umur i> 35 tahun)
Terlalu dekat (< 2 tahun)
Terlalu banyak (≥ 3 anak)
Kondisi hamil lagi dalam waktu dekat akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan plasenta yang berakibat pada terhambatnya pasokan oksigen dan ketersediaan nutrisi bagi janin.
Hamil dan melahirkan anak terlalu banyak, berisiko mengakibatkan stunting dan risiko perdarahan pasca persalinan. Kondisi dengan anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak secara optimal.
Idealnya usia menikah perempuan adalah di atas 21 tahun dan usia menikah bagi laki-laki 25 tahun. Hamil pada usia yang terlalu muda akan sangat berisiko, karena secara
fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang secara optimal.
Usia hamil pertama perempuan usia 35 tahun ke atas, dapat menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi yang tidak normal, cacat lahir, serta meningkatkan risiko kematian baik pada ibu maupun bayinya.
Faktor Risiko Stunting bagi Calon Pengantin
Aplikasi Elsimil
ELSIMIL adalah aplikasi deteksi dini yang akan dihadapi oleh calonpengantin dengan metode penilaian pada hasil kuesioner.
Ditujukan untuk para calon pengantin agar dapat mempersiapkan
kesehatan diri agar terhindar dari kemungkinan stunting pada calon bayi sebelum memulai proses pernikahan.
Hasil kuesioner akan dapat dilihat oleh Petugas Kesehatan dan petugas KUA, untuk dapat memberikan
penyuluhan apabila terjadi potensi kesehatan yang kurang baik.