1397
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMEN PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Ade Rizki Ibrahim1, Sigit Vebrianto Susilo 2
1,2Pendidikan Guru Sekolah Dasar (FKIP, Universitas Majalengka) email : [email protected]
Abstrak
Salah satu keberhasilan dalam pembelajaran yakni kemampuan guru dalam mengemas sistem pembelajaran dengan menggunakan multi model dan multi metode. Salah satu model pembelajaran yang mampu memberikan kenyamanan serta rasa menyenangkan bagi siswa adalah model Kooperatif tipe Team Games Tournamen. Model ini merupakan model pembelajaran berbasis kerjasama tim dalam menyelesaikan permainan yang dikemas kedalam bentuk kuis. model Kooperatif tipe Team Games Tournamen merupakan model pembelajaran yang mempunyai unsur permainan dan pertandingan. Hal ini baik dalam memunculkan jiwa kompetitif diantara siswa dan juga melatih kemampuan kerjasama tim. Dengan demikian, orientasi capaian pembelajaran tidak hanya pada pencapaian secara kuantitatif yang bermuara pada pencapaian angka. Pembelajaran juga akan mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan juga keterampilan sebagai penunjang pencapaian ilmu pengetahuan.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, Pembelajaran IPS SD
1398 PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu melalui pembelajaran yang dilakukan di kelas secara efektif, efisien, dan berkesinambungan. Menurut Slameto (2013:1) dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar adalah kegiatan yang paling baik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di SD/MI.
Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang demokratis. Hal ini merupakan tantangan berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Untuk itulah, pengetahuan sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.
Pengetahuan sosial memuat beberapa tujuan pokok dari pengajaran yaitu : (a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan; (d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetesi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global (Sapriya 2009: 194-195).
Memperhatikan esensi yang terkandung dalam mata pelajaran penegetahuan sosial di atas, maka pembelajaran di sekolah seharusnya merupakan suatu kegiatan yang disenangi dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan akan menyebabkan siswa terlibat secara aktif. Dengan terlihat aktif, maka siswa akan mempunyai pemahaman yang kuat terhadap materi. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat mengelola proses belajar mengajar dengan memiliki kemampuan dalam memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Mengingat bahwa hasil belajar siswa merupakan ssalah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar di kelas.
Model pembelajaran efektif dalam proses pembelajaran IPS salah satunya antara lain adalah yang dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik. Peserta didik SD senang dalam bentuk permainan dan pertandingan, sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran yang mempunyai unsur permainan dan pertandingan. Model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) salah satu alternatif yang dapat digunakan guru SD karena model pembelajaran ini sesuai dengan karakter peserta didik SD yang senang dengan permainan dan
1399
pertandingan. Model pembelajaran Kooperatif tipe TGT juga memiliki dinamika motivasi yang tinggi sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana peserta didik harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Rusman, 2012: 201).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Sanjaya (2014: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil yaitu empat sampai enam orang yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda. Slavin (2005:11) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok. Sedangkan menurut Johnson & Jonhson (dalam Isjono, 2011:7) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran Slavin (2005: 4). Suprijono (2015: 80) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Hamdayama (2014:
063) ada 4 unsur penting dalam pembelajaran model kooperatif yaitu.
a) adanya peserta dalam kelompok b) adanya aturan kelompok
c) adanya upaya belajar
d) adanya tujuan yang harus dicapai.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran berkelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang yang berkolaborasi, bekerjasama secara heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok
1400
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2010: 121). Hal yang
penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah
bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerjasama dengan teman.
Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerjasama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah (Uno dan Nurdin 2012: 120).
TEAMS GAMES TOURNAMENT
Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin, 2005). Menurut Slavin (2005) pembelajaran Kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Teams Game Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda (Isjoni, 2012: 83-84).
Menurut Saco (dalam Rusman, 2012:224) dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang juga dapat diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan- pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Permainan yang dipakai dalam turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.
Ada beberapa langkah dalam penggunaan model pembelajaran TGT yang perlu diperhatikan. Langkah langkah penggunaan model pembelajaran TGT menurut
1401
Slavin (2005: 106-7) terdapat lima komponen dalam TGT, yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Presentasi kelas digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Presentasi kelas juga dimanfaatkan guru untuk menyampaikan teknik pembelajaran yang akan digunakan, sehingga siswa dapat melaksanakan setiap kegiatan dalam langkah-langkah TGT dengan baik.
Tim atau kelompok dalam TGT dibentuk berdasarkan keragaman kemampuan akademik siswa, yaitu kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Fungsi utama dari tim ini yaitu memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya
untuk dapat menjawab soal dengan baik pada saat
turnamen. Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan. Pembelajaran dalam tim mencakup pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Game atau permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Setiap siswa mewakili masing-masing tim untuk bermain game di atas meja turnamen.
Dalam satu permainan terdiri dari kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada.
Turnamen merupakan sebuah kegiatan berlangsungnya game, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah berdiskusi membahas lembar kegiatan. Guru menempatkan siswa ke dalam meja turnamen. Siswa yang memiliki kemampuan akademik yang relatif sama duduk dalam meja turnamen yang sama untuk melakukan turnamen. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan siswa berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim. Pada pelaksanaan turnamen, setiap siswa berusaha mendapatkan poin tertinggi di setiap meja turnamen. Poin yang mereka peroleh kemudian digabungkan dengan anggota lainnya yang berada pada meja turnamen yang berbeda untuk dijumlahkan menjadi skor tim. Penentuan tim yang menjadi pemenang dalam turnamen didasarkan pada banyaknya skor yang mereka peroleh.
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan tim sangat penting untuk memberikan pengertian kepada siswa bahwa keberhasilan tim merupakan keberhasilan semua anggota tim, bukan semata-mata keberhasilan individu. Hal ini akan memotivasi siswa untuk membantu teman satu tim dalam belajar demi keberhasilan timnya.
Adapun menurut Suarjana dalam (Mas Adjie: 2016) yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1402
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas 2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam 4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa 5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain 6) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Berdasarkan pendapat di atas, Pembelajaran kooperatif tipe TGT mendidik siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial. Pada proses belajar mengajar berlangsung, melalui langkah-langkah pembelajaran siswa diarahkan untuk dapat bekerjasama dan berlatih bersosial dengan sesama temannya.
Selanjutnya Slavin (2005: 167) menguraikan kelemahan pada Model pembelajaran Kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1) Memerlukan waktu yang banyak
2) Sulitnya mengelompokkan kemampuan heterogen siswa dari segi akademis.
3) asih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan.
Berikut ini beberapa kekurangan TGT menurut Taniredja (2013: 72-73) sebagai berikut:
1. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.
2. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran.
3. Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak kelebihan dan kekurangan model cooperative learning tipe TGT. Kelebihannya dapat digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran dan kekurangannya tentu dapat diminimalisir agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan.
PEMBELAJARAN IPS SD
IPS merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.
Kajian dalam IPS ialah kehidupan manusia dengan sejumlah aktivitas sosial. Kajian IPS bukan hanya mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia saja, melainkan juga tentang tindakan-tindakan yang dialami dan melahirkan pengetahuan tersebut.
1403
Menurut Sapriya (2009: 7) mengemukakan bahwa ciri khas IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mmata pelajaaran ini lebih bermakna.
Menuru Trianto (2010: 171) “IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya”. Menurut pendapat di atas, IPS adalah gabungan dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial, diantaranya sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Sementara Somantri (Sapriya, 2009:11) berpendapat bahwa „Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan‟. Dalam hal ini IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu yang mempelajari kegiatan dasar manusia yang disajikan secara ilmiah untuk membekali siswa agar menjadi warga Negara yang baik.
Menurut Supriatna (2007: 4) menjelaskan bahwa “fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (homo socius)”. Pembelajaran IPS memusatkan pada aktivitas kehidupan manusia sehari- hari. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam memenuhi segala kebutuhan hidup dalam kehidupan sehari-hari, serta manusia sebagai makhluk sosial secara nyata untuk membekali siswa agar mempunyai bekal dalam menghadapi kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat serta menjadi warga Negara yang baik.
IPS mempelajari mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat untuk dikaji dan dianalisis berdasarkan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupan siswa agar siswa mempunyai bekal dalam menghadapi kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Menurut Soewarso, dkk (2009: 1) mengemukakan bahwa “IPS merupakan program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisipliner konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Dalam hal ini, IPS adalah sebuah pembelajaran yang memadukan berbagai cabang ilmu sosial yang mempelajari kegiatan sosial manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sementara menurut Supardi (2011: 182) mengemukakan bahwa “materi kajian IPS menekankan pada keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah mulai dari lingkungan diri sampai pada masalah yang kompleks”. Berdasarkan pendapat tersebut dijelaskan bahwa dalam IPS membekali peserta didik untuk memiliki sebuah keterampilan yang dalam memecahkan masalah baik yang menimpa diri sendiri maupun orang disekitar yang bermanfaat bagi siswa untuk mempersiapkan menjadi warga Negara yang baik.
1404
Karakteristik utama pembelajaran ilmu pengetahuan Sosial menurut Djahiri (Sapriya, 2009:
19) adalah sebagai berikut:
a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya.
b. Pembahasan IPS bersifat terintegrasi/terpadu.
c. Mengutamakan peran aktif siswa.
d. Pembelajaran disusun dengan menghubugkan berbagai disiplin ilmu sosial dengan kehidupan nyata di masyarakat.
e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah).
f. IPS mengutamakan hubungan antarmanusia yang bersifat manusiawi.
g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilan.
h. Berusaha untuk memuaskan setiap peserta didik dalam proses pembelajaran
i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS.
Pembahasan IPS bersifat terintegrasi/terpadu. Pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja melainkan dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial, sehingga berbagai konsep ilmu bersifat terintegrasi atau terpadu yang digunakan untuk menelaah masalah atau topik tertentu. Pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar mengajar.
Dalam hal ini, IPS lebih mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, agar siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, serta mampu mengembangkan berpikir kritis dan analitis. IPS disusun dengan menghubungkan berbagai disiplin ilmu sosial dengan kehidupan nyata di masyarakat. Program pembelajaran disusun dengan menghubungkan bahan-bahan dari berbagai macam disiplin ilmu sosial dengan kegiatan manusia di lingkungan masyarakat baik itu pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan lainnya untuk memperhitungkan kepada kehidupan di masa depan baik lingkungan alam maupun budaya.
Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, melainkan nilai dan keterampilan. Selanjutnya, pembelajaran IPS pengetahuan bukan satu-satunya hal yang utama, tetapi dapat membentuk keterampilan yang dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa dalam prosses pembelajaran. Dalam pembelajaran IPS sangat memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupan siswa, agar siswa bisa menelaah berbagai macam permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dan bisa bermanfaat bagi kehidupan siswa sebagai anggota masyarakat.
1405 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian yang telah dipaparkan di atas, bahwa di abad 21 telah banyak perubahan dalam dunia pendidikan yang menuntut harus menciptakan lulusan terbaik dengan memiliki keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreatif, serta mampu menggunakan teknologi. Agar mampu menghadapi semua tantangan yang ada di abad 21.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat di implementasikan untuk mengarahkan siswa untuk tidak hanya mampu menyerap ilmu pengetahuan secara konten, namun demikian model ini mampu memberikan pengalaman langsung bagaimana bekerjasama, berpompetisi, menunjukan sikap kepemimpinan, saling menghargai pendapat, dan lain sebagainya.
REFERENSI
Hamdayama, Jumanta. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Isjoni,(2011) Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta.
Mas Adjie, (2016) Metode Pembelajaran Kooperatif: Online http://zakwaan priaji.blogspot.co.id/2013/11/metodepembelajaran-kooperatif-tipe.html. diakses pada tanggal 21 januari 2016 jam 11.00.
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru,. Bandung : CV. Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2014). Strategi Pembelajaran, Jakarta: Media Group.
Sapriya.(2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Laerning. London: Allymand Bacon.
Slameto. (2013). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soewarso, dkk (2009) Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari Press Supardi. (2011). Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak.
Supriatna, Nana (2007). Konstruksi Pembelajaran Pembelajaran Sejarah Kritis.
Bandung: Historia Utama Press.
Suprijono, Agus. (2015). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Taniredja, Tukiran dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Bandung: Alfabeta.
1406
Trianto, (2010) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Muhammad. (2012). Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik (PAILKEM). Jakarta: P.T. Bumi Aksara.