• Tidak ada hasil yang ditemukan

215-Article Text-1426-1-10-20230707 (1) (1)

N/A
N/A
Lika Hendris

Academic year: 2025

Membagikan "215-Article Text-1426-1-10-20230707 (1) (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Bahasa Indonesia:

1 Program Studi Diploma Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Institut Teknologi Ika Bina, Indonesia , Fitriyani Nasution1

Surel: [email protected] Berita Jolyarni D1 Nailatun Nadrah1

Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang serius bagi wanita di seluruh dunia. Kanker serviks merupakan kondisi neoplastik yang muncul di serviks akibat infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Human papillomavirus (HPV) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, yang menyebabkan infeksi pada sekitar 75% wanita yang telah melakukan hubungan seksual. Kanker serviks menempati peringkat kedua sebagai bentuk kanker yang paling umum di kalangan wanita, setelah kanker payudara, dengan perkiraan populasi global sekitar 1,4 juta orang yang terkena dampaknya (Ferlay, et al., 2010). Pertumbuhan sel abnormal di serviks, yang terletak di antara rahim dan lubang vagina, menyebabkan perkembangan sel kanker (Ismarwati et al., 2011).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (2019), sekitar 490.000 wanita di seluruh dunia didiagnosis menderita kanker serviks, yang mengakibatkan 240.000 kematian di kalangan wanita. Mayoritas kasus, khususnya 80%,

terkonsentrasi di negara-negara berkembang. Jika tindakan cepat tidak diambil, diproyeksikan akan terjadi lonjakan sekitar 25% dalam angka kematian akibat kanker serviks dalam dekade berikutnya. Berdasarkan temuan Riskesdas (2018),

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, IVA

Perkenalan

Kanker serviks merupakan masalah kesehatan utama bagi wanita di seluruh dunia. Infeksi human papillomavirus (HPV) merupakan penyebab utama kanker serviks, yaitu kanker serviks. Metode Inspeksi Visual dengan uji Asam Asetat (IVA) yang lebih nyaman, lebih murah, dan dapat dilakukan di Indonesia. Para peneliti di Puskesmas Sigambal ingin mempelajari lebih lanjut tentang keahlian dan perspektif WUS tentang skrining IVA untuk kanker serviks agar dapat melayani pasien mereka dengan lebih baik. Penelitian ini menggunakan strategi analitik deskriptif cross-sectional. Menggunakan data dari 38 wanita usia reproduksi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa di antara 38 responden, hanya 5 (31,2%) yang memiliki pemahaman yang kuat tentang kanker serviks dan 12 (63,2%) mendukung, sedangkan 22 (57,6%) WUS tidak mendapatkan skrining IVA. Terdapat korelasi antara pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker serviks dengan IVA, yang diukur dengan analisis chi-square, dengan nilai P 0,045 ± 0,05, menolak H0 dan menerima Ha. Hubungan antara sikap WUS tentang inspeksi visual asetat (IVA) untuk diagnosis dini kanker serviks dan prevalensinya secara statistik signifikan (P = 0,009 ± 0,05; uji analisis chi square pada sikap). Petugas kesehatan harus mendorong wanita untuk melakukan tes Pap dan menggunakan teknik IVA untuk WUS guna skrining kanker serviks.

Diterima dalam Revisi: 15 Juni 2023 Diterima: 17 Mei 2023

Diterima: 4 Juli 2023

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Wanita

Usia Reproduksi Terkait Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan IVA

(2)

Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang cukup lama, biasanya berkisar antara 5 hingga 20 tahun, dimulai dengan terinfeksinya human papillomavirus (HPV) dan berpuncak pada manifestasi pertumbuhan kanker.

Jika seorang wanita didiagnosis kanker serviks pada usia 55 tahun, kemungkinan besar ia tertular infeksi human papillomavirus (HPV) pada usia sekitar 35 tahun. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengambil langkah- langkah proaktif dalam pencegahan dini kanker serviks, terutama di kalangan wanita usia subur yang melakukan aktivitas seksual dan menggunakan metode kontrasepsi untuk menunda atau mencegah kehamilan, seperti pil kontrasepsi oral dan melahirkan (Wijaya, 2015; Dianada, 2007).

Kebutuhan untuk mengatasi tingginya angka kejadian kanker di Indonesia mengharuskan penerapan strategi pencegahan dan deteksi dini sebagaimana yang digariskan oleh para profesional kesehatan (Domingo et al., 2008). Menurut Bartels et al. (2008), individu yang didiagnosis menderita kanker pada stadium dini dan segera menerima perawatan yang tepat lebih mungkin mengalami remisi dan memiliki harapan hidup yang lebih lama.

Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis secara teratur sebagai langkah untuk secara proaktif mengidentifikasi dan mendiagnosis kanker pada stadium dini (Austin & Zhao, 2012).

Menurut Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) sebagaimana dilansir Globocan, kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi tertinggi pada wanita, yakni sebanyak 48.998 kasus (30,5%), diikuti kanker serviks sebanyak 20.928 kasus (13,0%). Efektivitas upaya pengendalian kanker di Indonesia masih belum optimal, terbukti dari temuan sekitar 70% kasus baru terdiagnosis sudah dalam stadium lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Angka kejadian tumor/kanker di Indonesia dilaporkan sebesar 1,4 kasus per 1000 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Korelasi antara pengetahuan dan pendidikan terhadap pelaksanaan deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan IVA menunjukkan bahwa 50% wanita sampel (WUS) memiliki pengetahuan yang terbatas dan frekuensi

keikutsertaan pemeriksaan IVA lebih rendah, yaitu sebesar 83,3%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suratin (2018) peneliti meneliti tentang korelasi antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan IVA di Puskesmas Sekupang Batam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% wanita

sampel (WUS) memiliki pengetahuan yang terbatas dan frekuensi keikutsertaan pemeriksaan IVA lebih rendah, yaitu sebesar 83,3%.

Metode Inspeksi Visual dengan Uji Asam Asetat (IVA) merupakan salah satu metode deteksi yang praktis, hemat biaya, dan layak untuk diterapkan di Indonesia. Selain itu, perlu diketahui bahwa metode IVA memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, sehingga dapat mendeteksi kelainan dengan cepat dan akurat, bahkan pada stadium kelainan sel (diplasia) atau sebelum terbentuknya kondisi prakanker. Pencegahan penyakit melalui metode deteksi ini merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan atau perwujudan pola hidup sehat. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pemeriksaan IVA (IntraVaginal Assessment) pada wanita usia 30-50 tahun, serta pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual. Menurut Wahyuni (2023),

Menurut Sub Direktorat Kanker, Direktorat Penyakit Tidak Menular, pemerintah telah menerapkan program pengendalian kanker yang mencakup pemanfaatan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Terlibat dalam praktik deteksi dini kanker serviks dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan berkembangnya penyakit tersebut di kalangan wanita. Tujuan utama deteksi dini adalah untuk mengidentifikasi lesi prakanker pada tahap sedini mungkin, sehingga memudahkan pemberian pengobatan segera setelah ditemukan (Mishra et al., 2011).

Volume 4, Edisi 2 (Halaman 29-38)

Jurnal Ilmiah Terapan: 2709-0248

Tinjauan Ilmiah dan Lanjutan Jurnal Internasional Kertas

Hak Cipta © 2023, Jurnal Internasional Papier Advance dan Tinjauan Ilmiah, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0

30

(3)

Tujuan penggunaan kode adalah untuk mempercepat input data dan membantu analisis data. Kami menganalisis data secara manual dengan menjumlahkan respons setiap responden, lalu kami menggunakan tabel frekuensi untuk meringkas hasilnya. Pembersihan data mengacu pada proses pengecekan ulang informasi yang dimasukkan sebelumnya untuk memastikan keakuratannya.

Informasi yang diperoleh mencakup faktor independen dan dependen. Selanjutnya, data peneliti dan responden menjalani proses pengolahan berikut. Pembersihan data, yang juga dikenal sebagai penyuntingan data, adalah proses untuk memastikan informasi yang dikumpulkan lengkap dan dapat dibaca. Untuk mencapai hal ini, kami memeriksa setiap halaman kuesioner yang telah diisi, memeriksa kesalahan atau ketidakteraturan lainnya, dan melakukan koreksi yang diperlukan. Proses pemberian

nilai numerik pada simbol atau data dalam respons yang diberikan oleh responden dikenal sebagai pengkodean.

Bergantung pada tipe data yang diamati, kami menggunakan salah satu dari dua metode untuk mengumpulkannya: Pengetahuan: Kuis pengetahuan ini menguji keakraban Anda dengan IVA. Setiap pertanyaan memiliki nilai 1 jika jawabannya akurat dan 0 jika tidak. Sikap dinilai dengan meminta responden menilai persetujuan mereka terhadap sepuluh pernyataan pada skala Likert empat poin:

sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1). Sangat setuju (1), Setuju (2), Tidak setuju (3), dan Sangat tidak setuju (4) semuanya adalah pernyataan negatif. Saat mengevaluasi keberhasilan tes IVA, peneliti melihat riwayat medis responden.

Analisis Data Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis observasional kuantitatif. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian cross-sectional dengan pengumpulan data bersamaan atau insidental. Subjek

penelitian ini adalah perempuan usia subur (19-50) yang mendapatkan perawatan di Puskesmas Sigambal. Partisipan penelitian ini berjumlah 38 orang, semuanya adalah perempuan usia subur (19-50) dari Puskesmas Sigambal. Untuk melakukan hal ini, kami menggunakan strategi pengambilan sampel secara acak.

Berdasarkan latar belakang informasi tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur (WUS) terhadap deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Sigambal.

Sebagian besar ibu, khususnya 74,6%, menunjukkan pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks. Selain itu, 64,7% peserta menunjukkan sikap negatif terhadap masalah tersebut, sementara 64,8% tidak menjalani pemeriksaan IVA.

Untuk mengetahui seberapa sering kategori pengetahuan, sikap, dan tes IVA tertentu muncul, kami melakukan analisis univariat. Tujuan analisis bivariat penelitian ini adalah menggunakan uji chi-square untuk menguji korelasi antara variabel independen (pengetahuan dan sikap) dan variabel dependen (penilaian IVA).

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk memeriksa ringkasan atau deskripsi variabel penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi dan penyajiannya. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa

bagaimana perasaan wanita usia subur di Puskesmas Sigambal tentang kemungkinan identifikasi dini kanker serviks menggunakan tes IVA.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Wanita Usia Subur di Puskesmas Sigambal

Analisis Univariat

(4)

28,95

100,00

Tanggal 29 2 7 38

Pelayan Masyarakat

26,3

Kerugian 1

%

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita Usia Subur di Puskesmas Sigambal

34,22

F

100,00 38

Jumlah

Sekolah menengah atas

Cukup

100,00

%

Wiraswasta

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3, terlihat bahwa di antara 38 responden perempuan dalam kelompok usia subur, sebagian besar (50%) (19 responden) tidak bekerja. Sebaliknya, sebagian besar (34,22%) (13 orang) bekerja sebagai wiraswasta, sementara sebagian kecil (15,78%) (6 orang) bekerja sebagai pegawai negeri sipil.

21,1 10

8 20

5,27 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita Usia Subur di Puskesmas Sigambal

Bekerja

71,05

Jumlah

Jumlah

50,00

Pengetahuan

100,0

%

tanggal 27 11 38

Diploma 3

Berdasarkan hasil yang disajikan pada Tabel 2, terlihat jelas bahwa di antara 38 peserta perempuan dalam kelompok usia subur, mayoritas signifikan yaitu 29 orang (76,31%) memiliki tingkat pendidikan SMA. Sebaliknya, proporsi yang lebih kecil yaitu 7 responden (18,42%) memiliki tingkat pendidikan rata-rata 1, sementara sebagian kecil lagi yaitu 2 orang (5,27%) telah mencapai tingkat pendidikan diploma III.

15,78

Lebih sedikit

%

Jumlah Usia

< 40 tahun ÿ40 tahun

P

6 13 19 38 Pendidikan

18.42 tahun

Bagus

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4, terlihat bahwa dari 38 responden perempuan dalam kelompok usia subur, mayoritas sebanyak 20 orang (52,6%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai deteksi dini kanker serviks. Di sisi lain, 10 responden (26,3%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik, sedangkan 8 peserta (21,1%) memiliki pemahaman yang cukup mengenai hal krusial ini.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa dari total 38 peserta perempuan dalam kelompok usia subur, mayoritas sebanyak 27 orang (71,05%) berusia di bawah 40 tahun, sedangkan sisanya sebanyak 11 orang (28,95%) berusia 40 tahun atau lebih.

76,31

Tidak Bekerja

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan wanita usia subur di Puskesmas Sigambal

52,6

Volume 4, Edisi 2 (Halaman 29-38)

Jurnal Ilmiah Terapan: 2709-0248

Tinjauan Ilmiah dan Lanjutan Jurnal Internasional Kertas

32 Hak Cipta © 2023, Jurnal Internasional Papier Advance dan Tinjauan Ilmiah, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0

(5)

Tanggal 19 19 38

6 75,0 2 25,0 8 21,1 Tidak Melakukan

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan potensial antara pengetahuan sikap tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemanfaatan pemeriksaan IVA di Puskesmas Sigambal. Hasil analisis ini disajikan dalam tabel di bawah ini:

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 7, terlihat bahwa dari 16 orang yang melakukan pemeriksaan IVA, sebanyak 6 orang (75,0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan sebanyak 5 orang (25,0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup.

Usia Tidak Didukung

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6, terlihat bahwa dari 38 responden perempuan usia subur, sebanyak 16 orang (42,1%) menjalani pemeriksaan Intra-Vaginal Assessment (IVA), sedangkan sisanya sebanyak 22 orang (57,9%) tidak melakukan pemeriksaan tersebut.

Bahasa Indonesia: F % F % f %

0,045 Sikap

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, terlihat bahwa di antara 38 responden perempuan dalam kategori usia subur, tepat setengahnya, atau 19 orang (50,0%), menunjukkan sikap yang mendukung deteksi dini kanker serviks.

Sebaliknya, jumlah responden yang sama, juga terdiri dari 50,0% atau 19 orang, memiliki sikap tidak mendukung mengenai hal ini.

Lebih sedikit

100,00

Tidak melakukan

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Sigambal

5 25,0 15 75,0 20 52,6

Selain itu, perlu dicatat bahwa 5 orang (25,0%) menunjukkan tingkat pengetahuan yang relatif lebih rendah dalam konteks ini. Sementara itu, di antara kelompok yang terdiri dari 22 orang yang abstain dari menjalani penilaian Individual Voluntary Arrangement (IVA), diamati bahwa 15 orang (yang merupakan 75,5% dari kelompok) memiliki tingkat pengetahuan yang tidak memadai, sementara 5 orang (setara dengan 25,0%) menunjukkan tingkat pengetahuan yang terpuji.

42,1 50,0

Analisis Bivariat

Jumlah

Melakukan

Melakukan

5 50,0 5 50,0 10 26,3 Bagus

%

Jumlah Mendukung

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Sigambal

Tanggal 16 22 38

P

Pengetahuan

Total

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap wanita usia subur di Puskesmas Sigambal

Jumlah 100,00

57,9

Cukup

50,0

%

Pemeriksaan IVA

16 42,1 22 57,9 38 100,0

(6)

Volume 4, Edisi 2 (Halaman 29-38)

Jurnal Ilmiah Terapan: 2709-0248

Tinjauan Ilmiah dan Lanjutan Jurnal Internasional Kertas

Hak Cipta © 2023, Jurnal Internasional Papier Advance dan Tinjauan Ilmiah, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0

34 Selain itu, jumlah yang sama sebanyak 5 orang (juga mencakup 25,0%) menunjukkan tingkat pengetahuan yang memuaskan.

12 63,2 7 36,8 19 50,0

Analisis statistik yang menggunakan uji chi-square telah menghasilkan hasil yang patut dicatat, dengan nilai p terhitung sebesar ÿ = 0,009, yang lebih kecil dari tingkat signifikansi konvensional sebesar 0,05.

Analisis statistik yang menggunakan uji chi-square menghasilkan temuan penting dengan nilai p ÿ = 0,045, yang lebih rendah dari tingkat signifikansi konvensional 0,05. Akibatnya, hipotesis nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan substansial antara pengetahuan mengenai deteksi dini kanker serviks dan pemanfaatan pemeriksaan IVA.

4 21,1 15 78,9 19 50,0

Akibatnya, hipotesis nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Temuan ini menyiratkan adanya hubungan substansial antara sikap terhadap deteksi dini kanker serviks dan pemanfaatan pemeriksaan IVA.

P

0,009 Bahasa Indonesia: F % F % F %

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 8, terlihat jelas bahwa dari total 16 individu yang mengikuti pemeriksaan IVA, mayoritas 12 individu (63,2%) menunjukkan sikap yang mendukung dan positif, sementara proporsi yang lebih kecil, yaitu 4 individu (21,2%) menunjukkan sikap yang tidak mendukung dan negatif. Di antara kelompok individu yang tidak menjalani penilaian Individual Voluntary Arrangement (IVA), perlu dicatat bahwa mayoritas 78,9% (n=15) menunjukkan sikap yang dapat dikarakterisasikan sebagai tidak mendukung, sementara proporsi yang lebih kecil, yaitu 36,8% (n=7) menunjukkan kecenderungan mendukung.

Melakukan

Mendukung

Perolehan pengetahuan merupakan puncak dari proses kognitif yang terjadi selanjutnya

Tidak melakukan

Tidak Didukung

terhadap persepsi stimulus tertentu. Dalam karya ilmiah Notoatmodjo (2012), Lawrence Green menguraikan tentang determinan perilaku kesehatan yang beraneka ragam, dengan menyoroti tiga faktor penting. Di antara faktor-faktor ini, pengetahuan muncul sebagai determinan penting, yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pilihan dan tindakan individu yang berkaitan dengan kesehatan. Dalam karya ilmiah Notoatmodjo (2003), konsep pengetahuan diuraikan sebagai puncak dari proses kognitif yang dikenal sebagai "mengetahui". Proses kognitif ini dimulai ketika individu melibatkan indra mereka untuk memahami objek tertentu. Akuisisi

Jumlah

Total

Tabel 8. Hubungan Sikap tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Sigambal

16 42,1 22 57,9 38 100,0

Pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Sigambal Pemeriksaan IVA

Sikap

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari pemeriksaan komprehensif yang mencakup kelompok 38 peserta perempuan dalam kelompok usia subur, terungkap bahwa mayoritas 52,6% (n=20) menunjukkan kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan deteksi kanker serviks stadium awal. Sebaliknya, proporsi yang patut dicatat sebesar 26,3% (n=10) menunjukkan tingkat pemahaman yang terpuji, sementara kelompok yang lebih kecil namun signifikan sebesar 21,1% (n=8) memiliki tingkat pengetahuan yang memadai mengenai aspek penting dari deteksi kanker serviks ini. Perolehan pengetahuan berfungsi sebagai katalisator mendasar bagi transformasi pola pikir kolektif dan perilaku masyarakat.

(7)

Berdasarkan dugaan peneliti, kekurangan ilmu pengetahuan tersebut dapat disebabkan oleh minimnya pendidikan dan terbatasnya perolehan informasi oleh responden.

Masalah mendesak yang dihadapi adalah mengenai prevalensi kanker serviks.

Pembentukan pengetahuan responden juga dapat dipengaruhi oleh faktor usia dan pekerjaan. Pengetahuan yang mendalam pada wanita usia subur tidak menjamin terlaksananya pemeriksaan Intrauterine Vaginal Assessment (IVA), seperti yang dikemukakan oleh Marhaeni et al. (2021). Minimnya konsultasi medis yang bertujuan untuk deteksi dini kanker serviks dapat disebabkan oleh minimnya pengetahuan mengenai IntraVaginal Assessment (IVA), sehingga menimbulkan rasa takut untuk menjalani pemeriksaan tersebut. Setelah individu memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai pemeriksaan IVA, rasa takut dan malu untuk melakukan deteksi dini akan hilang.

pengetahuan atau kemampuan kognitif memegang peranan penting dalam membentuk tindakan individu, melampaui pola perilaku belaka.

Berdasarkan dugaan yang diajukan oleh para peneliti, diduga bahwa sebagian besar, tepatnya 50,0%, dari para peserta memiliki kecenderungan yang tidak simpatik terhadap identifikasi dini kanker serviks. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan pandangan pesimistis. Faktor-faktor tersebut meliputi persepsi bahwa masalah yang dihadapi tidak penting, keyakinan bahwa kanker serviks tidak menimbulkan ancaman nyata, tidak adanya gejala-gejala yang mengganggu, kekhawatiran mengenai potensi ketidaknyamanan, perasaan malu, takut menerima hasil tes yang tidak normal, kekhawatiran mengenai implikasi finansial dari menjalani pemeriksaan, dan kecemasan seputar kebersihan pribadi. Sikap positif yang ditunjukkan oleh para responden dapat dikaitkan dengan pemahaman mendalam mereka tentang sifat penting deteksi dini dalam memerangi kanker serviks. Kesadaran ini menggarisbawahi pentingnya intervensi tepat waktu, sehingga meniadakan potensi keterlambatan pengobatan.

Penerapan tindakan pencegahan dan deteksi penyakit bergantung pada keyakinan kesehatan subjektif individu, yang mencakup gagasan yang mereka rasakan mengenai ancaman, manfaat, dan hambatan kesehatan.

Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa di antara kelompok yang terdiri dari 38 wanita dalam kelompok usia reproduksi, tepat setengahnya, tepatnya 19 orang, menunjukkan kecenderungan positif terhadap deteksi dini kanker serviks. Sebaliknya, jumlah yang sama dari 19 peserta, yang merupakan 50,0% dari sampel, menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap aspek penting dari perawatan kesehatan ini. Sikap dapat didefinisikan sebagai respons kognitif dan afektif yang ditunjukkan oleh seorang individu dalam kaitannya dengan stimulus atau objek tertentu, yang menunjukkan kecenderungan atau kecenderungan mereka terhadapnya. Konsep sikap dapat dipahami sebagai kecenderungan kognitif yang memengaruhi perilaku individu, meskipun tidak secara langsung terwujud sebagai tindakan atau aktivitas. Pemfasilitasan untuk merangkul perilaku baru dapat ditingkatkan secara signifikan ketika didasarkan pada pengetahuan yang akurat, kesadaran yang tinggi, dan pola pikir yang konstruktif. Konsep sikap secara historis telah ditafsirkan sebagai prasyarat untuk manifestasi perilaku tertentu. Konsep sikap mencakup proses kognitif yang terlibat dalam evaluasi, pembentukan perspektif, pewarnaan emosional, dan pengaruh selanjutnya pada kecenderungan perilaku terhadap rangsangan yang ditemui di lingkungan kita. Pengalaman manusia secara rumit dibentuk oleh interaksi antara ingatan, pengetahuan, dan persepsi kita tentang masa kini. Pandangan dan emosi kita sangat dipengaruhi oleh ingatan masa lalu kita, serta pemahaman kita tentang dunia, dan kesan yang kita bentuk sebagai respons terhadap keadaan yang kita hadapi saat ini.

Sikap WUS terhadap deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Sigambal

(8)

Volume 4, Edisi 2 (Halaman 29-38)

Jurnal Ilmiah Terapan: 2709-0248

Tinjauan Ilmiah dan Lanjutan Jurnal Internasional Kertas

36 Hak Cipta © 2023, Jurnal Internasional Papier Advance dan Tinjauan Ilmiah, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0

Individu dengan pemahaman yang kuat dan komprehensif tentang suatu pokok bahasan lebih cenderung melakukan Penilaian Intra-Vaskular (IVA) dibandingkan dengan mereka yang memiliki basis pengetahuan terbatas.

Uji statistik chi-square menghasilkan nilai p sebesar ÿ = 0,045, yang lebih rendah dari tingkat signifikansi konvensional sebesar 0,05. Akibatnya, hipotesis nol (Ho) ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai deteksi dini kanker serviks dan pemeriksaan IVA.

Pemeriksaan IVA di Puskesmas Sigambal

Akuisisi dan pelestarian pengetahuan dalam media konkret merupakan aspek mendasar dari kemajuan intelektual manusia. Dalam konteks perilaku kesehatan, salah satu contoh penting adalah deteksi dini kanker serviks melalui pemanfaatan IntraVaginal Assessment (IVA).

Berdasarkan dugaan peneliti, individu yang memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai pemeriksaan IVA cenderung mengalami pengurangan rasa takut dan malu, sehingga memudahkan keterlibatan proaktif mereka dalam praktik deteksi dini. Prevalensi kanker serviks dapat dikurangi melalui peningkatan pemahaman yang difasilitasi oleh penyebaran informasi yang akurat dan komprehensif.

Hubungan pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker serviks dengan kejadian kanker serviks

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa dari 38 partisipan perempuan dalam kelompok usia reproduksi, 16 orang (merupakan 42,1% dari sampel) menjalani pemeriksaan Intrauterine Visual Assessment (IVA), sedangkan 22 partisipan sisanya (merupakan 57,9% dari sampel) tidak menjalani pemeriksaan tersebut. Ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap fenomena Women of Reproductive Age (WUS) yang telah menjalani konseling IVA tetapi memilih untuk tidak menjalani pemeriksaan IVA. Faktor-faktor ini mencakup berbagai kekhawatiran dan pertimbangan, termasuk perasaan malu, ketidaknyamanan, ketidakpastian mengenai pentingnya pemeriksaan, kesadaran terbatas tentang pentingnya pemeriksaan, kekhawatiran terhadap potensi hasil pemeriksaan, takut tidak nyaman selama prosedur, keengganan untuk diperiksa oleh dokter laki-laki, dan dukungan keluarga yang tidak memadai, khususnya dari pasangan.

Pemeriksaan IVA WUS di Puskesmas Sigambal

Tes. Hal ini menjelaskan hubungan antara pengetahuan seseorang dengan perilaku kesehatan yang dapat diamati. Kecenderungan ibu untuk melakukan praktik deteksi dini untuk pencegahan kanker serviks sangat dipengaruhi oleh pengetahuan mereka, yang dapat diperoleh melalui berbagai sumber seperti media informasi atau lingkungan sekitar mereka.

Jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, maka ia akan lebih memahami dan menghargai pentingnya menjalani pemeriksaan IVA. Sebaliknya, kurangnya pengetahuan dapat menghalangi seseorang untuk menyadari pentingnya pemeriksaan tersebut. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang terbatas, maka masuk akal jika ia secara tidak sengaja mengabaikannya.

Korelasi antara tingkat pengetahuan ibu dan kemampuannya untuk memberikan dukungan yang efektif dalam tindakan pencegahan, seperti deteksi dini melalui Tes IVA, diperkuat secara positif.

Pengetahuan mencakup gudang informasi dan pemahaman yang luas yang berada dalam batas-

batas kemampuan kognitif kita. Pemahaman kita tentang dunia sering kali dibentuk oleh pertemuan

pribadi yang kita alami. Perolehan pengetahuan manusia terutama bergantung pada kemampuan

penglihatan dan pendengaran. Ada beberapa faktor penting yang memberikan pengaruh besar pada

perolehan dan perluasan pengetahuan. Di antara faktor-faktor ini, usia, pendidikan, dan pengalaman

menonjol sebagai penentu utama. Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan memainkan peran

penting dalam membentuk perilaku individu.

(9)

Kesimpulan

Sekadar memiliki pengetahuan yang mengharuskan penguasaan dalam bidang Sistem Urogenital Wanita (WUS) tidaklah cukup. Selain itu, sangat penting untuk menerima keadaan dan menanggapinya dengan rasa tanggung jawab yang mendalam guna mencegah komplikasi kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan organ reproduksi, khususnya lesi serviks. Dengan komitmen yang teguh untuk mengatasi masalah pencegahan kanker serviks yang mendesak, sikap individu tersebut mencerminkan pendekatan proaktif dalam mengadvokasi penerapan tes IVA.

Prosedur diagnostik ini berfungsi sebagai alat penting dalam identifikasi kelainan serviks yang tepat waktu, sehingga memungkinkan intervensi dan pengobatan dini.

Menurut Notoatmodjo (2005), konsep sikap dapat dipahami sebagai reaksi atau tanggapan individu terhadap stimulus atau objek tertentu, yang menunjukkan keadaan tertutup atau menolaknya. Wacana tersebut selanjutnya menguraikan sifat sikap yang beraneka ragam, dengan menggambarkan tingkat-tingkat penyusunnya sebagai berikut: penerimaan, tanggapan, penilaian, dan pertanggungjawaban.

Pemeriksaan IVA di Puskesmas Sigambal

Uji statistik chi-square menghasilkan nilai p sebesar ÿ = 0,009, yang lebih rendah dari tingkat signifikansi konvensional sebesar 0,05. Akibatnya, hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan penting antara sikap terhadap deteksi dini kanker serviks dan pemeriksaan IVA.

Hubungan antara sikap WUS tentang deteksi dini kanker serviks dengan

dan gagal memahami pentingnya pelayanan kesehatan, terutama dalam konteks pemeriksaan IVA.

Akibatnya, hipotesis nol (Ho) ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Temuan ini menyiratkan adanya hubungan substansial antara sikap terhadap deteksi.

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari investigasi empiris yang mencakup kelompok 38 peserta perempuan dalam rentang usia subur, terungkap bahwa mayoritas 20 orang (yang merupakan 52,6% dari sampel) menunjukkan kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan deteksi kanker serviks stadium awal. Sebaliknya, proporsi yang patut dicatat dari 10 responden (setara dengan 26,3% dari sampel) menunjukkan tingkat pemahaman yang terpuji dalam domain ini, sementara kontingen yang lebih kecil dari 8 peserta (mencakup 21,1% dari sampel) memiliki tingkat pengetahuan yang memadai mengenai pokok bahasan yang disebutkan di atas. Temuan dari investigasi komprehensif yang melibatkan 38 peserta perempuan dalam kelompok usia subur mengungkapkan wawasan yang menarik. Tepatnya setengah dari responden, yang berjumlah 19 orang, menunjukkan kecenderungan yang terpuji terhadap dukungan deteksi dini kanker serviks. Sebaliknya, jumlah peserta yang setara, yang juga merupakan 50,0% dari sampel, menunjukkan disposisi yang kurang baik terhadap aspek penting perawatan kesehatan ini. Temuan dari analisis kohort yang terdiri dari 38 wanita usia subur mengungkapkan bahwa 16 peserta (42,1%) menjalani Intrauterine Visual Assessment (IVA), sedangkan 22 individu (57,9%) tidak menjalani pemeriksaan khusus ini. Analisis statistik yang menggunakan uji chi-square menghasilkan temuan penting dengan nilai-p ÿ = 0,045, yang kurang dari tingkat signifikansi konvensional 0,05. Akibatnya, hipotesis nol (Ho) ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hasil ini menyiratkan hubungan substansial antara tingkat pengetahuan mengenai deteksi dini kanker serviks dan pemanfaatan pemeriksaan IVA. Analisis statistik yang menggunakan uji chi-square menghasilkan hasil penting, dengan nilai-p terhitung ÿ = 0,009, yang kurang dari tingkat signifikansi konvensional 0,05.

(10)

Volume 4, Edisi 2 (Halaman 29-38)

Jurnal Ilmiah Terapan: 2709-0248

Tinjauan Ilmiah dan Lanjutan Jurnal Internasional Kertas

38 Hak Cipta © 2023, Jurnal Internasional Papier Advance dan Tinjauan Ilmiah, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0

Referensi

Marhaeni, GA, Surati, IGA, Dewi, NNA, Armini, NW, Nuratni, NK, & Sriasih, N.

Austin, RM, & Zhao, C. (2012). Karsinoma serviks tipe 1 dan tipe 2: beberapa karsinoma serviks

GK (2021). Pengaruh Emo-Demo pada Wanita Usia Subur dalam Melakukan Skrining Kanker Serviks.

Ferlay, J., Shin, HR, Bray, F., Forman, D., Mathers, C., & Parkin, DM (2010). Estimasi beban kanker di seluruh dunia pada tahun 2008: GLOBOCAN 2008. Jurnal kanker internasional, 127(12), 2893-2917.

Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Pustaka Ismarwati, I. Sunarsih, S, Rendra, W. (2011). Promosi Kesehatan Dalam Jakarta: Rineka Cipta

Murid.

Dianada. (2007). Kanker Serviks dan Penanganannya. Jakarta: Renika Cipta

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi revisi.

Domingo, EJ, Noviani, R., Noor, MRM, Ngelangel, CA, Limpaphayom, KK, Van Thuan, T., ... &

Quinn, MA (2008). Epidemiologi dan pencegahan kanker serviks di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Vaksin, 26, M71-

Wahyuni, C. (2023). Pentingnya IVA Bagi Wanita Usia 30-50 Tahun. Jurnal M79.

Keterlibatan Masyarakat dalam Kesehatan, 6(1), 60-65.

Kanker lebih sulit dicegah dengan skrining. Sitopatologi, 23(1), 6-12.

Mishra, GA, Pimple, SA, & Shastri, SS (2011). Tinjauan umum pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Jurnal Onkologi Medis dan Pediatrik India, 32(03), 125-132.

Bartels, RH, van der Linden, YM, & van der Graaf, WT (2008). Metastasis ekstradural tulang belakang: tinjauan pilihan pengobatan terkini. CA: jurnal kanker untuk dokter, 58(4), 245-259.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia Subur yang telah melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA hasil positif (+) Puskesmas Pembina

Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA oleh wanita usia subur di Desa Sorek Satu

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA Di Wilayah.. Kerja Puskesmas Ngawen I Kabupaten Gunung

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di Wilayah Kerja

Ada hubungan sikap deteksi dini kanker leher rahim dengan test IVA pada wanita usia subur WUS di Puskesmas Lampahan Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Tahun 2022 dengan nilai

Upaya pencegahan kanker serviks juga sudah dilakukan di Puskesmas Pagak kabupaten Malang dengan cara melakukan skrining melalui pemeriksaan IVA test pada wanita usia subur usia 20-49

Perilaku Wanita Usia Subur Wus Dalam Partisipasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis Sadanis Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinom : Studi

Tujuan dari penelitian ini yaitu didapatkan model prediktor perilaku wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat IVA untuk deteksi dini kanker serviks di