Identifkasi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Melalui Efikasi Diri Kewirausahaan Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pontianak (LAPAS Pontianak)
Identification Of Entrepreneurship Training On Entrepreneurial Intentions Through Entrepreneurial Self-Efficacy In Prisoners In Class II A Correctional Institutions Pontianak (LAPAS Pontianak)
Ridwan Rachman11, Grisna Anggadwita12
1Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom, Indonesia, [email protected]
2Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom, Indonesia, [email protected]
Abstract
The Pontianak Class II A Correctional Institution is one of the Penitentiary Institutions (LAPAS) that implements the Industrial LAPAS program by the KEMENKUMHAM (Ministry of Law and Human Rights).
Prisoners' industrial skills are carried out through Job Guidance (BIMKER). Prison skills activities in Pontianak prison include making brick products, processing plastic waste, steel frames, cultivating freshwater crayfish, breeding freshwater fish and hydropinic plants. The purpose of this study was to identify the effect of entrepreneurship training, entrepreneurial self-efficacy and entrepreneurial intentions on prisoners in Pontianak prison. The data collection method in this study can be obtained through distributing questionnaires to 181 respondents. The questionnaire used used a 4-point Likert scale with 17 questions. The sample method used is purposive sampling. The data analysis technique used is Structural Equation Modeling (SEM).The results of this study state that the Entrepreneurial Training variable has an effect and is significant on Entrepreneurial Self- Efficacy, the Entrepreneurship Training variable has an effect and is significant on the Entrepreneurial Intention, the Entrepreneurial Self-Efficacy variable has an effect and is significant on the Entrepreneurial Intention and the Entrepreneurship Training variable has an effect and is significant on the entrepreneurial intention through entrepreneurial self-efficacy.
Keywords: Entrepreneurship, Pontianak Prison, Prisoners, Entrepreneurial Self-Efficacy, Entrepreneurship Training, Entrepreneurial Intentions
Abstrak
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pontianak adalah salah satu Lembaga Pemasyatakatan (LAPAS) yang melaksanakan program LAPAS Industri oleh KEMENKUMHAM (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia). Keterampilan industri narapidana dilakukan melalui Bimbingan Kerja (BIMKER). Kegiatan keterampilan narapidana yang terdapat di LAPAS Pontianak diantaranya yaitu pembuatan produk batako, pengolahan limbah plastik, rangka baja, budidaya lobster air tawar, pembibitan ikan air tawardan tanaman hidropinik.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan kewirausahaan, efikasi diri kewirausahaan dan niat berwirausaha kepada narapidana di LAPAS Pontianak. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 181 responden. Kuesioner yang digunakan menggunakan skala likert 4 titik dengan 17 pertanyaan. Metode sampel yang digunakan ialah sampel purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan ialah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel Pelatihan Kewirausahaan berpengaruh dan signifikan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan, variabel Pelatihan Kewirausahaan berpengaruh dan signifikan terhadap Niat Berwirausaha, variabel Efikasi Diri Kewirausahaan berpengaruh dan signifikan terhadap Niat Berwirausaha dan variabel Pelatihan Kewirausahaan berpengaruh dan signifikan terhadap Niat berwirausaha melalui Efikasi diri kewirausahaan.
Kata Kunci: Kewirausahaan,Narapidana,Efikasi Diri Kewirausahaan,Pelatihan Kewirausahaan, Niat Berwirausaha
I. PENDAHULUAN
LAPAS ialah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) pemasyarakatan sebagai tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana, yang berperan langsung dalam melaksanakan hak asasi narapidana sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 Pasal 1 butir dua
yang menyatakan bahwa sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi kejahatan yang telah dilakukannya sehingga dapat diterima kembali dalam masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, narapidana adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) terhukum. Menurut pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS.LAPAS di Indonesia berjumlah 360 LAPAS. LAPAS memiliki beberapa jenis yaitu LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan), LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak), LPP (Lembaga Pemasyarakatan Perempuan), LAPAS Narkotika, LAPAS umum. Adapun jumlah LAPAS Industri di Indonesia sekitar 326 LAPAS yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Menurut Sistem Database Pemasyarakatan (2021) jumlah narapidana di Indonesia bulan Juli 2021 yaitu 272,083 narapidana yang tersebar di seluruh LAPAS di Indonesia.
Menurut Afifah (2014) Program BIMKER di Indonesia bertujuan untuk pembinaan pada keterampilan kewirausahaan untuk membentuk yang baik pada narapidana agar memiliki daya saing di kehidupan masyarakat.
Menurut Afifah (2014) BIMKER menyeleksi para narapidana berdasarkan minat dan bakatnya serta melakukan motivasi dan bimbingan kerja, penilaian hasil kerja narapidana dan pembagian kerja atau tugas sesuai dengan kemampuan narapidana. Sehingga persiapan awal BIMKER adalah tahap seleksi narapidana secara cermat karena tidak semua narapidana dapat melakukan kegiatan BIMKER, namun harus memiliki beberapa persyaratan.
Tujuannya adalah untuk menyediakan pembinaan pelatihan kewirausahaan sehingga membentuk efikasi diri kewirausahan dan mendorong niat berwirausaha para narapidana. Setelah narapidana sudah mengutarakan minat dan bakat maka baru dilakukan observasi, kemudian narapidana melakukan sidang dengan tujuan agar bisa di tempatkan sesuai dengan bakat atau keahlian yang dapat dilakukan oleh narapidana yang mengikuti program BIMKER. Setelah narapidana memperoleh Surat Keputusan (SK), narapidana boleh mengikuti pembinaan keterampilan sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk mengikuti pembinaan keterampilan, narapidana tidak harus memiliki keterampilan dan kemampuan khusus. Perilaku narapidana juga mempengaruhi seleksi, oleh karena itu narapidana harus memiliki keinginan serta minat yang kuat sebagai modal awal dalam program BIMKER yang baik.
Jika belum, maka narapidana perlu dibina kembali tentang bagaimana niat berwirausaha karena pada saat sebelum narapidana berada dalam LAPAS banyak narapidana yang malas untuk melakukan pekerjaan bahkan tidak memiliki pekerjaan tetap walaupun memiki keahlian mumpuni untuk bekerja atau berkegiatan sehingga perlu ada dorongan ataupun ada minat dalam melakukan sebuah kegiatan seperti program BIMKER yang dilakukan oleh LAPAS Pontianak guna untuk memberikan dorongan dan persiapan bekal narapidana Ketika akan bebas dapat melakukan pekerjaan atau membangun sebuah usaha baru karena dengan adanya BIMKER narapidana dapat mempelajari dari ahlinya tentang pembinaan pelatihan kewirausahaan seperti bagaimana Ketika tidak ada modal ataupun memanfaat modal yang ada, mempelajari jaringan pasar yang masih tidak diketahui serta Menyusun perencaaan keterampilan yang akan dilakukan, namun hal tersebut sangat perlu ada keinginan atau minat dari narapidana.
Menurut laporan yang dibuat oleh Lembaga Pemasyarakatan Pontianak (2021) pada pralaksana LAPAS produktif dan saranan asumilasi dan edukasi menyebutkan Program BIMKER di LAPAS Pontianak berjumlah 6 program yaitu pengolahan limbah plastik, pembuatan batako, pembuatan rangka baja,budidaya lobster air tawar, pembibitan air tawar dan tanaman hidroponi. Pengolahan limbah plastik dikerjakan oleh 20 narapidana, 10 narapidana memilih bahan plastik seperti botol plastik, gelas plastik dan botol oli, selanjutnya dipisahkan, 10 narapidana lainnya diposisikan ke bagian mesin pencacah. Setelah di cacah dan di cuci di saring dan dikeringkan lalu menjemur untuk dimasukkan ke dalam karung. Untuk industri tanaman hidroponik terdapat 5 narapidana yang bertugas, yaitu 2 narapidana melubangi pipa sesuai dengan ukuran tanaman yang dibutuhkan, sedangkan 3 narapidana lainnya menyiapkan bibit dan memasang pompa air untuk mengalir air kedalam pipa. Untuk pembuatan batako berjumlah 20 narapidana. Terdiri dari 5 narapidana mengaduk bahan-bahan pasir dan semen, 5 narapidana lainnya mencetak dengan mesin, 10 narapidana mengambil hasil cetakan dan menjemur bahan hingga kering. Rangka baja dengan tenaga kerja 20 narapidana , masing-masing memiliki tugas seperti 5 narapidana memotong baja, 10 narapidana merangkai rangka baja dan 5 narapidana lainnya mengikat rangka baja.
Budidaya lobster air tawar berjumlah 20 narapidana dengan masing 5 narapidana melakukan pemilihan indukan lobster dan mengawinkan lobster air tawar, 5 narapidana lainnya perawatan kolam, 5 narapidana pemberian pakan dan 5 narapidana lainnya bertugas perawatan untuk mengecek kondisi lobster.Pembibitan ikan air tawar memerlukan 15 narapidana untuk bertugas diantaranya 5 narapidana bertugas perawatan kolam ikan, 5 narapidana bertugas memberi pakan ikan, 5 narapidana lainnya pemilihan ikan yang berkualitas.
Pembinaan BIMKER yang terdapat di LAPAS Pontianak tidak hanya pembinaan efikasi diri, pelatihanan kewirausahaan dan niat berwirausaha saja, namun pembinaanya sampai dengan proses komersialisasi kepada pelanggan yang berminat pada hasil produksi narapidana di LAPAS Pontianak sehingga narapidana dapat banyak belajar membangun usaha ketika sudah bebas. Dengan adanya program industri, narapidana dapat mengasah kemampuan, keterampilan dan menjadikan bekal narapidana sudah bebas dapat membuat sebuah usaha yang bermanfaat bagi masyarakat di lingkungan narapidana sehingga pandangan masyarakat terhadap narapidana akan menjadi lebih baik.
II. TINJAUAN LITERATUR A. Teori-Teori Terdahulu Kewirausahaan
Menurut Zimmerer (2012) proses kewirausahaan diawali dengan proses imitasi atau meniru ide orang lain, lalu di lanjutkan dengan proses pengembangan pada ide baru, dan pada akhirnya mencapai proses penciptaan sebuah inovasi dan keahlian.
Menurut Saputra, (2014) kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang untuk menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.
Kewirausahaan Narapidana
Menurut Nijhuis dan Eberhardt (2016) kewirausahaan penjara sebagai sarana alternatif dalam pengembangan narapidana serta kewirausahaan penjara juga dapat menciptakan sebuah peluang ekonomi bagi individu, mengurangi residivisme, dan menghasilkan penghematan pada dampak ekonomi yang signifikan.
Pelatihan Kewirausahaan
Valerio (2014) mendefinisikan pelatihan kewirausahaan sebagai program yang berfokus pada perolehan pengetahuan dan keterampilan secara tegas dalam mempersiapkan suatu kewirausahaan dan dalam program pelatihan ini mendorong para peserta untuk berlatih terjun ke dalam prakteknya.
Efikasi Diri Kewirausahaan
Menurut Fuller et al (2018) Efikasi diri kewirausahaan dibentuk dari dua keyakinan lebih luas yang dipertimbangkan, yaitu efikasi diri pembelajaran dan efikasi diri kreatif. Menurut DeNoble et al,. ,(1999) Efikasi diri kewirausahaan pada umumnya merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan mereka untuk mengambil tindakan kewirausahaan.
Niat berwirausaha
Menurut Oktaviana dan Umami (2018) mengatakan adalah kecenderungan hasrat individu untuk melakukan tindakan kewirausahaan dengan menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan resiko.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.0 Kerangka Pemikiran Sumber: data yang telah diolah oleh penulis,2021
III. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Sujarweni (2014) penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
Penelitian ini akan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Menurut Ghozali dan Latan (2015), Metode model SEM adalah sebuah metode yang mampu menghubungkan analisis regresi, analisis jalur (path analysis) dan analisis faktor. Keunggulan pada metode SEM pada penelitian manajemen adalah kemampuannya dalam mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau faktor yang sangat lazim digunakan dalam manajemen serta kemampuannya untuk mengukur pengaruh hubungan yang secara teoritis ada.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden
data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner berskala Likerts 4 titik dengan jumlah populasi dari narapidana di LAPAS Pontianak berjumlah 1.062 orang. jumlah sampel dibutuhkan sekitar 180 orang narapidana dengan data sampel disebarkan secara langsung menggunakan kertas HVS A4. hasil data responden yang di dapatkan dari hasil data responden berdasarkan karakteristik yaitu umur, Pendidikan terakhir, pengalaman berwirausaha,memiliki usaha, mengikuti pelatihan kewirausahaan, berapa lama di LAPAS, pertama kali di penjara.
B. Model Pengukuran (Outer Model) 4.2.1 Validitas Convergent
Covergent Validity berhubungan dengan prisnsip bahwa variabel manifest dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Covergent Validity dengan software PLS dapat dilihat dari loading factor untuk setiap indikator konstruk, adapun untuk menilai Covergent Validity nilai loading factor harus lebih dari 0,7, serta average extracted (AVE) dan nilai communality harus lebih besar dari 0,5.
4.2.2 Discriminant Validity
Pada penelitian membahas mengenai uji validitas diskriminan dengan mengamati Cross Loading masing-masing dari indikator Menunjukan bahwa seluruh nilai pada Cross Loading ialah lebih besar dibandingkan dengan nilai loadingnya dan memiliki nilai lebih dari 0.7 sehingga dapat dikatakan valid (Latan dan Ghozali, 2012).
4.2.3 Reliabilitas
Dari hasil pengujian Reliabilitas dapat diketahui bahwa nilai Composite Reliability (CR) lebih besar dari 0,7 dan nilai Cronbachs Alpha lebih besar dari 0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa data reliabel yang menunjukkan bahwa semua indikator memiliki kekonsistenan dalam mengukur masing-masing variabel.
C. Model Struktural (Inner Model) 4.3.1.R-square
Tabel 4.1 R-Square
R Square R Square
Adjusted
Efikasi Diri
Kewirausahaan
0,590 0,587
Niat Berwirausaha 0,745 0,742
Menurut Gjozali & Latan,(2014) mengatakan jikai nilai Rsquare 0,67 mengindentifikasikan bahwan model dikatakan kuat, R-square 0,33 bahwa model dikatakan moderat, dan R-square 0,19 dikatakan bahwa model lemah. Berdasarkan hasil pengujian R-Square yang ditunjukan pada Tabel Menunjukan bahwa variable Efikasi Diri memiliki model R Square lemah dan untuk variable niat berwirausaha memiliki menunjukan lemah.
4.3.1 Path Coefficients
Tabel 4.2 Patch Coefficients
Efikasi Diri
Kewirausahaan
Niat
Berwirausaha
Pelatihan Kewirausahaan
Efikasi Diri
Kewirausahaan
0,699
Niat Berwirausaha
Pelatihan Kewirausahaan
0,768 0,201
Pelatihan
Kewirausahaan ->
Efikasi Diri
Kewirausahaan -> Niat Berwirausaha
0,537
Berdasarkan pada tabel , Pelatihan Kewirausahaan memiliki pengaruh paling besar terhadap Efikasi Diri Kewiraushaaan sebesar 0,768 lalu selanjutnya Efikasi Diri Kewirausahaan memiliki pengaruh terhadap Niat Berwirausaha sebesar 0,699 lalu selanjutnya Pelatihan Kewirausahaan memiliki pengaruh terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dengan Niat Berwirausaha sebesar 0,537 dan Pelatihan Kewirausahaan memiliki pengaruh terhadap Niat Berwirausaha sebesar 0,201 sehingga Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan hipotesis memiliki hubungan yang positif.
4.3.2 F-Square Effect Size (F2)
Menurut Juliandi, (2018) Pengukuran F-Square atau effect size adalah ukuran yang digunakan untuk menilai dampak relative dari suatu variabel yang mempengaruhi (eksogen) terhadap variabel yang dipengaruhi (endogen). Pengukuran (f-square) disebut juga efek perubahan .Artinya, perubahan nilai saat variabel eksogen tertentu dihilangkan dari model, akan dapat digunakkan untuk mengevaluasi apakah variabel yang dihilangkan memiliki dampak substansif pada konstruk endogen.
Menurut Juliandi, (2018) Kriteria F-Square adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai = 0.02 → Efek yang kecil dari variabel eksogen terhadap endogen
2. Jika nilai =0.15 → Efek yang sedang/moderat dari variabel eksogen terhadap endogen 3. Jika nilai = 0.35 → Efek yang besar dari variabel eksogen terhadap endogen.
Tabel 4. 1 Tabel F-Square
Efikasi Diri
Kewirausahaan
Niat
Berwirausaha
Pelatihan Kewirausahaan Efikasi Diri
Kewirausahaan
0,966
Niat Berwirausaha
Pelatihan Kewirausahaan
1,420 0,015
Sumber: Data diolah oleh peneliti,2021
Berikut kesimpulan hasil dari nilai F-Square pada tabel 4.14 yaitu dengan Efikasi diri kewirausahaan berpengaruh terhadap Niat berwirausaha dengan nilai 0,966, Pelatihan kewirausahaan berpengaruh terhadap efikasi diri kewirausahaan dengan nilai 1,420 dan pelatihan kewirausahaan berpengaruh dengan Niat berwirausaha dengan nilai 0,015 maka disimpulkan bahwa nilai F-Squarenya memiliki nilai sekitar 0,02 maka efek yang kecil dari variabel eksogen terhadap endogen
D. Pengujian Hipotesis
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values keterangan
Pelatihan_Kewirausahaan -> Efikasi Diri 9.074 0.000 Diterima
Pelatihan_Kewirausahaan -> Niat Berwirausaha 3.628 0.000 Diterima
Efikasi Diri -> Niat Berwirausaha 6.313 0.000 Diterima
Pelatihan_Kewirausahaan -> Efikasi Diri -> Niat Berwirausaha 5,627 0,000 Diterima
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.24 menunjukan bahwa terdapat 4 Hipotesis yang diterima dan variabel dimensi yang paling kuat mempengaruhi manfaat ialah Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dapat dilihat dari path coefficient pada tabel 4.24 memiliki nilai sebesar 0.768,dengan variabel dimensi terkecil terdapat pada Pelatihan Kewirausahaan terhadap Niat Berwirausaha yang memiliki nilai path coefficient sebesar 0,201 . Menurut Ghozali & Latan (2014) Pengujian hipotesis dengan tingkat signifikansi 5% yang diterima memiliki nilai lebih besar dari 1.64 dan menurut Hair et al, (2014) Nilai rule of thumb T statistik pada tingkat signifikansi 5% adalah 1.65 serta P Values, tingkat signifikansi 5% nilai P Values harus lebih kecil dari 0.05
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
H1: Pengaruh Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Efikasi Diri
Hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 4.24 dapat diperoleh bahwa antar variabel memiliki pengaruh antara variabel Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan ialah signifikan dengan nilai T- statistic sebesar 9,074,dimana nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel yaitu sebesar 1,96 (two-tailed). Nilai Path Coefficient positif, yaitu sebesar 0,768 hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan antara variabel Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dapat dikatakan kedua variabel tersebut memiliki hubunga yang sebanding atau dapat dikatakan positif.
H2: Pengaruh Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha
Hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 4.24 dapat diperoleh bahwa antar variabel memiliki pengaruh antara variabel Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Niat Berwirausaha ialah signifikan dengan nilai T-
statistic sebesar 3,628 dimana nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel yaitu sebesar 1,96 (two-tailed). Nilai Path Coefficient positif, yaitu sebesar 0,201 hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan antara variabel Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dapat dikatakan kedua variabel tersebut memiliki hubunga yang sebanding atau dapat dikatakan positif.
H3: Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Niat Berwirausaha
Hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 4.24 dapat diperoleh bahwa antar variabel memiliki pengaruh antara variabel Efikasi Diri Kewirausahaan terhadap Niat Berwirausaha ialah signifikan dengan nilai T-statistic sebesar 6,313 dimana nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel yaitu sebesar 1,96 (two-tailed). Nilai Path Coefficient positif, yaitu sebesar 0,699 hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan antara variabel Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dapat dikatakan kedua variabel tersebut memiliki hubunga yang sebanding atau dapat dikatakan positif.
H4:Pelatihan Kewirausahaan Memediasi hubungan antara Efikasi Diri Kewirausahaan dan Niat berwirausaha
Hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 4.24 dapat diperoleh bahwa antar variabel memiliki variabel Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dan Niat Berwirausaha ialah signifikan dengan nilai T-statistic sebesar 5,267,dimana nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel yaitu sebesar 1,96 (two-tailed). Nilai Path Coefficient positif, yaitu sebesar 0,537 hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan antara variabel Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dan Niat Berwirausaha dapat dikatakan ketiga variabel tersebut memiliki hubunga yang sebanding atau dapat dikatakan positif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Hipotesis satu (H1)
Pada hipotesis satu menunjukkan bahwa adanya hubungan yang berpengaruh dan positif pada Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahan dengan besar hubungan path Coefficients sebesar 0,768. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan kewirausahaan berpengaruh sekali terhadap rasa percaya diri narapidana akan dalam pengerjaan serta pembuatan keterampilan yang terdapat di LAPAS Pontianak sehingga narapidana menjadi bersemangat dan percaya diri.
2. Hipotesisi Dua (H2)
Pada hipotesis satu menunjukkan bahwa adanya hubungan yang berpengaruh dan positif pada Pelatihan Kewirausahaan terhadap Niat Berwirausaha dengan besar hubungan path Coefficients sebesar 0,201. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan sangat berguna sekali dalam minat serta niat narapidana akan keterampilan yang terdapat di LAPAS Pontianak, sehingga narapidana pun menjadi memiliki keinginan tersendiri dari dalam diri narapidana untuk melakukan keterampilan tanpa ada paksaan untuk melakukan kegiatan keterampilan kewirausahaan.
3. Hasil Uji Hipotesisi Tiga (H3)
Pada hipotesis satu menunjukkan bahwa adanya hubungan yang berpengaruh dan positif pada Efikasi Diri Kewirausahaan terhadap Niat Berwirausaha dengan besar hubungan path Coefficients sebesar 0,699.
Hal ini menunjukkan bahwa rasa percaya diri narapidana menjadikan narapidana memiliki rasa keinginan yang kuat untuk mengikuti keterampilan kewirausahaan di LAPAS Pontianak sehingga menjadikan narapidana untuk mengikuti keterampilan kewirausahaan dengan sendirinya.
4. Hipotesis empat (H4)
Pada hipotesis tiga (H4) menunjukkan bahwa adanya Pelatihan Kewirausahaan terhadap Efikasi Diri Kewirausahaan dan Niat Berwirausaha besar hubungan path Coefficients sebesar 0,537. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan kewirausahaan berpengaruh sekali terhadap rasa percaya diri narapidana akan dalam pengerjaan serta keinginan untuk keterampilan kewirausahaan yang terdapat di LAPAS Pontianak sehingga narapidana menjadi bersemangat dan percaya diri.
REFERENSI
[1] Ajzen, & Fishbein. (2005). Personality and Behavior 2nd Edition . London: Open University Press.
[2] Christianti. (2016). Studi Peranan Pelatihan Kewirausahaan terhdap Pembentukan Sikap dan Intensi Kewirausahaan di Sentra Industri Produk Roti dan Kue Rungkut Lor . surabaya .
[3] DeNoble, e. a. (1999). Entrepreneurial Self Efficacy: The Development Of a Measure And Its Relationship To Entrepreneurial Action. In Frontiers Of Entrepreneurship Research. Wellesey MA: Babson Collage.
[4] Fuller, e. a. (2018). Examining How The Personality, Self-efficacy, and Anticipatory Cognitions of Potential Entrepreneurs Shape Their Entrepreneurial Intentions.
[5] Juliandi, A. (2018). Structural Equation Model Partial Least Square (SEM-PLS): Menggunakan SmartPLS.
Pelatihan SEM-PLS Program Pascasarjana Universitas Batam.
[6] Joshnson, e. (2013). "Recidivism Reduction and Return on Investment: An Empirical Assessment of the Prison Entrepeneurship Program." Special Report. Baylor Institurte for Studies of Religion Special Report.
[7] Nijhuis, A. d. (2016, Agustus 23). Diambil kembali dari Peter Innovative Prison Entrepreneurship Program is Creating Wealth & Reducing Recidivism Among Formerly Incarcerated:
https://icic.org/blog/innovative-prison-entrepreneurship-program-creating-wealth-reducing-recidivism- among-formerly-incarcerated/
[8] Oktaviana, & Umami. (2018). Pengaruh Efikasi Diri Dan Kreativitas Terhadap Intensi Berwirausaha pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Pogalan Tahun Ajaran 2017/2018. . Jurnal Pendidikan Ekonomi . [9] Sujarweni. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. . Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
[10] Valero, (2014). Entrepreneurship education and training program around the world: Dimenssion for success. Washington D.C: The World Bank 2014.