JURNAL TAMBORA VOL. 7 NO. 2 JULI 2023
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology PEMETAAN DISTRIBUSI PENDUDUK KABUPATEN SUMBAWA
DENGAN METODE SISTEM GRID SKALA RAGAM Win Ariga Mansur Malonga
1*1*Fakultas llmu dan Teknologi Hayati, Universitas Teknologi Sumbawa
*Corresponding Author email: [email protected]
Diterima Mei 2023
Diterbitkan Juli 2023
Keyword:
Distribusi, Pemetaan, GIS, Penduduk
Abstrak
Informasi mengenai distribusi penduduk memiliki peran krusial dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan publik. Namun demikian, Kabupaten Sumbawa yang merupakan wilayah administrasi terluas di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), belum memiliki peta distribusi penduduk yang dapat diandalkan. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, penggunaan teknologi informasi, khususnya Sistem Informasi Geografis (SIG), dapat menjadi solusi untuk mengumpulkan dan menganalisis data kependudukan secara efisien. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penduduk secara spasial berbasis sistem grid skala ragam dengn resolusi 0,155 Km x 0,155 Km. Model ini mengintegrasikan data spasial seperti jenis tutupa lahan, jenis jalan, dan batas administrasi daerah, dengan data non-spasial seperti data sensus. Data penduduk Kabupaten Sumbawa sesuai sensus akan didistribusikan pada grid dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial lahan. Dari penelitian ini diperoleh informasi tentang jumlah penduduk di setiap grid pada wilayah Kabupaten Sumbawa. Penduduk Kabupaten Sumbawa terdistribusi hanya pada lahan yang memiliki fungsi ekonomi dan sosial penting saja. Terdapat 63,72% grid pada wilayah Kabupaten Sumbawa yang tidak berpenduduk, sedangkan 30,31% grid berpenduduk tetapi kepadatannya hanya 1 – 5 penduduk per grid. Berdasarkan kepadatan penduduk taip grid, Kecamatan Sumbawa memiliki beberapa grid dengan konsntrasi penduduk padat, yakni 90 penduduk per grid. Metode sistem grid skala ragam terbukti efektif dalam pemetaan distribusi penduduk di Kabupaten Sumbawa.
PENDAHULUAN
Penduduk adalah elemen vital penyusun dinamika geografis dan sosial suatu wilayah (Montalvo et al., 2019; Nieves et al., 2017).
Distribusi penduduk, yang merujuk pada pola spasial keberadaan manusia di suatu wilayah, menjadi fokus utama dalam berbagai bidang penelitian seperti demografi, geografi, sosiologi, dan ilmu lingkungan (Willekens, 2016).
Pemahaman yang akurat tentang distribusi penduduk sangat penting untuk perencanaan perkotaan, pengembangan infrastruktur, pengambilan keputusan kebijakan, dan analisis sosial-ekonomi (Leyk et al., 2019).
Data mengenai persebaran penduduk umumnya didapatkan dari pengolahan data sensus yang berkaitan dengan batasan administratif suatu wilayah, seperti desa, kota, kabupaten, provinsi, atau bahkan batas negara (Khomarudin et al., 2008). Data distribusi penduduk berdasarkan sensus punya kualitas yang cukup baik, tetapi memiliki kelemahan saat divisualisasi, karena memiliki resolusi spasial yang rendah (Hanif et al., 2021). Setiap wilayah tergambar memiliki jumlah penduduk yang terdistribusi secara merata, bahkan di daerah yang tidak berpenduduk seperti danau, hutan, rawa, dan daerah dengan lereng yang curam.
Hal ini terjadi karena distribusi penduduk
divisualisasi secara general tanpa memperhatikan kondisi lingkungan secara nyata (Rizqihandari et al., 2017).
Seperti kebanyakan daerah di Indonesia, Informasi mengenai distribusi pendudukan di Kabupaten Sumbawa juga masih berupa data demografis. Resolusi data yang rendah menyebabkan pemangku kebijakan sulit dalam memetakan distribusi penduduk pada suatu wilayah administratif tertentu. Perlu diketahui, Kapubaten Sumbawa merupakan kabupaten dengan wilayah paling luas di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), luasnya mencapai 6.643,98 Km2 atau mencakup 32,9% dari luas total wilayah provinsi NTB. Akan tetapi, lusanya Kabupaten Sumbawa tidak berbanding lurus dengan kepadatan jumlah penduduknya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa hanya sejumlah 509.753 orang. Data BPS tersebut menunjukan kepadatan penduduk di Kabupaten Sumbawa merupakan yang terendah di NTB (BPS Kabupaten Sumbawa, 2019). Dengan luas wilayah yang besar dan penduduk yang tidak padat, menjadikan pemetaan distribusi penduduk sebagai tantangan terbesar bagi pemerintah Kabupaten Sumbawa.
Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi spasial, termasuk fotografi udara, pemantauan satelit, dan sistem informasi
JURNAL TAMBORA VOL. 7 NO. 2 JULI 2023
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
geografis (SIG), telah memberikan kemampuan yang semakin canggih dalam pemetaan dan pemodelan distribusi penduduk (Balsa-Barreiro et al., 2021; Tian et al., 2005). Teknik spasial memungkinkan kita untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mem-visualisasikan data geografis terkait populasi manusia dengan presisi tinggi (Tatem, 2017). Salah satu teknik pemodelan yang umum digunakan untuk memetakan distribusi penduduk adalah dengan membangun basis data spasial dengan sistem grid skala ragam (Akbar, 2013).
Sistem grid adalah sebuah struktur dua dimensi yang membagi suatu wilayah menjadi sel- sel unik yang saling bersebelahan. Setiap sel nantinya digunakan untuk menampung beragam indeks spasial yang merepresentasi keadaan wilayah yang diamati secara nyata (Norvyani, 2016; Sahr et al., 2003). Penggunaan sistem grid cukup efektif dalam menyimpan data spasial, terutama untuk merepresentasikan fenomena geografis yang bersifat kontinu dan mengalami perubahan secara bertahap. Dengan memanfaatkan sistem grid skala ragam, aktifitas analisis spasial yang melibatkan berbagai jenis data dengan skala dan resolusi yang beragam dapat dilakukan (Norvyani, 2016).
Pembuatan peta distribusi penduduk Kabupaten Sumbawa akan menggunakan sistem grid berukuran 5' x 5' (0,155 km x 0,155 km), dengan memasukan beberapa variabel yang mempengaruhi distribusi jumlah penduduk, seperti tutupan lahan, jenis jalan, data batas administrasi, dan data sensus penduduk per kecamatan (Nengsih, 2015). Beragam variabel tadi nantinya akan dikombinasikan dan dianalisa untuk mendapatkan prediksi jumlah penduduk per grid di wilayah Kabupaten Sumbawa.
Dengan adanya peta distribusi penduduk Kabupaten Sumbawa berbasis sistem grid akan memudahkan pemerintah dalam merumuskan kebijakan pembangunan dengan memperhatikan jumlah penduduk. Tidak akan lagi ditemui pembangunan infrastruktur publik dilokasi yang memang tidak memiliki penduduk atau sulit untuk diakses. Selain itu, peta distribusi penduduk ini dapat dikombinasikan dengan peta tematik lainnya untuk menghasilkan informasi mengenai dampak bencana, resiko penyebaran penyakit dan lainnya di daerah.
MATODE PENELITIAN
Peta distribusi penduduk Kabupaten Sumbawa dibuat melalui empat tahapan yakni, (1) pembangunan sistem grid skala ragam Kabupaten Sumbawa, (2) penggabungan data spasial dari kelas tutupan lahan, jenis jalan, dan batas administrasi dengan data grid Kabupaten Sumbawa, (3) pembuatan model matematis dengan mengkombinasi data spasial dan non-spasial untuk
menentukan densitas populasi penduduk di Kabupaten Sumbawa, dan (4) validasi dan visualisasi distribusi populasi penduduk.
Semua tahapan dikerjakan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS versi 10.5 dan QGIS versi 3.16.9. Pada tahapan ini, ukuran grid yang dibuat berukuran 5" x 5" atau setara dengan luasan berukuran 0,15 Km x 0,15 Km (KLHK, 2019), atau dengan kata lain ukuran satu grid mewakili area seluas 2,25 Hektar.
Pembangunan Sistim Grid Skala Ragam Kabupaten Sumbawa
Peta wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa (peta RBI) diunduh dari website Badan Informasi Geospasial (BIG) Republik Indoneisa.
Peta yang digunakan berskala 1:50.000, berjenis data vektor dengan sistem koordinat Universal Transerve Mercator (UTM). Merubah sistem koordinat ke UTM sangat penting karena grid yang akan dibuat harus memiliki satuan unit luas (meter).
Peta administrasi berbentuk grid dibuat dengan menggunkan fungsi fishnet yang tersedia pada ArcToolbox-ArcGIS. Ukuran cell dinput dengan nilai masing-masing 150 meter, dan tipe geometry yang dipilih yakni polygon. Peta yang dihasilkan nantinya berupa peta wilayah admninstrasi Kabupaten Sumbawa yang terisi penuh dengan grid yang dimana setiap gridnya berukuran 150 m x 150 m.
Penggabungan Data Spasial Grid Dengan Tutupan Lahan
Data tutupan lahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yakni data klasifikasi tutupan lahan dan data jenis jalan. Data klasifikasi tutupan lahan diunduh dari website Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Data tutupan lahannya digunakan yakni versi tahun 2020, dengan skala 1:50.000. Berdasarkan data klasifikasi tutupan lahan tersebut, Kabupaten Sumbawa memiliki 17 jenis kelas lahan.
Data grid dan data tutupan lahan di overlay dengan bantuan software QGIS dengan menggunakan fungsi join attributes by location.
Umumnya, setelah proses penggabungan data dilakukan, sering ditemukan banyak grid yang berisikan lebih dari satu kelas lahan. Sedangkan untuk melakukan pemodelan distribusi penduduk, grid-grid harus dipastikan hanya berisi satu kelas lahan. Penggunaan fungsi join attributes by location pada QGIS dipilih karena dapat menseleksi tutupan lahan yang paling dominan pada grid. Hal yang sama juga dilakukan untuk menggabungkan data spasial dari jenis jalan.
Pembuatan Model Matematis Distribusi Densitas Populasi Penduduk
JURNAL TAMBORA VOL. 7 NO. 2 JULI 2023
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
Terdapat dua tahapan, yakni pembobotan kelas lahan berdasarkan nilai fungsi lahan (ekonomi dan sosial) dan menghitung jumlah penduduk ditiap grid dengan pemodelan matematis.
Untuk pembobotan kelas lahan, digunakan data bobot fungsi lahan dari (Norvyani et al., 2018), seperti yang tertera pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 Bobot kelas jalan dan kelas tutupan lahan Kelas tutupan lahan dan
kelas jalan Bobot
Jalan Arteri 0,095
Jalan Lokal 0,180
Jalan Kolektor 0,009
Jalan Lainnya 0,072
Permukiman 0,328
Sawah 0,095
Pertanian Lahan Kering 0,058
Semak 0,036
Hutan Produksi 0,017
Pertanian Lahan Kering Campur 0,004
Tambak 0,075
Kelas Lahan Lainnya 0,000
Setiap tipe tutupan dan penggunaan lahan memiliki fungsi ekonomi dan sosial yang berbeda- beda (Dwiprabowo et al., 2014). Sehingga setiap tipe tutupan lahan memiliki potensi keberadaan aktifitas manusia yang juga berbeda. Potensi aktifitas manusia inilah yang dapat dijadikan sebagai informasi keberadaan populasi penduduk (Nengsih, 2015).
Terdapat banyak pendekatan teori matematis mengenai pemodelan distribusi penduduk, khusus untuk penelitian ini, formulasi yang dipakai mengikuti prosedur KLHK, mengenai distribusi penduduk pada buku pedoman penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (D3LH) daerah. Formulasi yang dipakai sebagai berikut:
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝑔𝑟𝑖𝑑=𝑊𝑔𝑟𝑖𝑑
𝑊𝐴𝐷𝑀× 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝐴𝐷𝑀 Dimana,
Populasi grid : Populasi total dalam satu grid (jiwa)
Wgrid : Bobot penutupuan lahan dan/atau bobot jalan dalam satu grid WADM : Total bobot seluruh grid dalam
satu wilayah administrasi
PopulasiADM : Populasi total dalam satu wilayah administrasi, data penduduk
dalam satu Provinsi/ Kabupaten/
Kota/Kecamatan (jiwa)
Data populasi penduduk (PoulasiADM) diambil dari sensus Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumbawa tahun 2020. Populasi yang dijadikan data input pada formula diatas yakni popuasi penduduk per-kecamatan. Seperti yang diketahui, Kabupaten Sumbawa terdiri dari 24 kecamatan yang memiliki karakteristik wilayah yang cukup berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Selain kelas tutupan lahan, salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi jumlah penduduk adalah kelas jalan. Jumlah penduduk dapat berubah apabila “diatas” tutupan lahan terdapat akses jalan. Apabila pada suatu grid nilai bobot kelas jalannya lebih besar dari bobot kelas lahan, maka pada grid tersebut nilai bobot kelas lahan diabaikan dan digantikan dengan bobot kelas jalan.
Validasi Dan Visualisasi Distribusi Penduduk Berbasis Grid
Validasi dilakukan dengan uji-t berpasangan. Uji-t berpasangan ini dilakukan untuk menguji perbandingan antara data kelas lahan dalam grid dengan data kelas lahan biasa yang dimiliki KLHK, dan untuk menguji perbandingan antara data penduduk tiap grid dengan data kependudukan yang dimiliki BPS Kabupaten Sumbawa. Uji-t berpasangan dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansinya 5% (α = 0,05). Hipotesa diambil dengan membandingkan nilai p-value terhadap nilai α. Apabila p-value < nilai α makahipotesa ditolak (ada perbedaan nyata), sebaliknya jika p- value > taraf nyata makahipotesa diterima (tidak ada perbedaan nyata).
Apabila proses validasi telah dilakukan maka yang dilakukan berikutnya adalah visualisasi.
Pada tahap ini jumlah penduduk pada setiap grid diklasifikasi dengan symbologi warna dan dibagi menjadi tujuh kelas berdasarkan tingkat kepadatan tiap grid, yaitu 0 – 5 jiwa, 6 – 15 jiwa, 16 – 30 jiwa, 31 – 45 jiwa, 16 – 60 jiwa, 61 – 85 jiwa, dan
> 85 jiwa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelayakan Data Tutupan Lahan Dan Populasi Penduduk Dalam Grid
JURNAL TAMBORA VOL. 7 NO. 2 JULI 2023
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
Kelas Tutupan Lahan Jumlah Grid
Jumlah Grid
(%) Luas Lahan
KLHK 2020
(%) Selisih
Selisih Rata-
rata
Bandara/ Pelabuhan 15 0,01 0,01 0,00
Belukar Rawa 10 0,00 0,00 0,00
Hutan Lahan Kering Primer 65594 21,91 22,13 0,22 Hutan Lahan Kering Sekunder 105190 35,13 35,31 0,18 Hutan Mangrove Primer 1079 0,36 0,30 0,06 Hutan Mangrove Sekunder 2265 0,76 0,57 0,19
Hutan Tanaman 215 0,07 0,07 0,00
Permukiman 2018 0,67 0,72 0,05
Pertambangan 102 0,03 0,03 0,00
Pertanian Lahan Kering (PLK) 57065 19,06 19,05 0,01 PLK Bercampur Semak 20809 6,95 6,90 0,05 Savana/ Padang Rumput 1235 0,41 0,33 0,08
Sawah 24526 8,19 8,25 0,05
Semak/ Belukar 15170 5,07 4,97 0,10
Tambak 2654 0,89 0,85 0,03
Tanah Terbuka 623 0,21 0,19 0,01
Tubuh Air 828 0,28 0,32 0,04
Total 299398 100,00 100,00
0,06
Persentase kelas lahan di Kab. Sumbawa dalam bentuk grid dengan persentase kelas lahan Kab. Sumbawa berdasarkan data KLHK tahun 2020 terlihat tidak jauh berbeda. Pada Tabel 2 terlihat jika selisih rata-rata dari keseluruhan data kelas lahan dari kedua sumber hanya sebesar 0,06%. Terdapat selisih dari kedua data dikarenakan dalam sistem grid tidak membolehkan adanya lebih dari satu kelas tutupan lahan, hal ini berbeda dengan data KLHK yang berbasis polygon.
Sehingga ada beberapa kelas lahan yang terkonversi ke kelas lahan paling dominan pada grid.
Tabel 2 Perbandingan persen luas kelas lahan dalam grid dengan persen luas kelas lahan KLHK
tahun 2020
Hasil uji-t menunjukan bahwa nilai p- value (0,999) lebih besar dari nilai signifikansi (0,05), atau dengan kata lain menunjukan bahwa Hipotesa diterima. Sehingga dapat disimpulkan jika data kelas lahan yang dibandingan pada penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang nyata, atau membuktikan bahwa data kelas lahan yang dirubah kedalam bentuk grid tidak berbeda dengan data yang bersumber dari KLHK.
Hasil yang sama juga didapatkan dari perbandingan antara data kependudukan berbasis grid dengan data kependudukan BPS Sumbawa ditingkat kecamatan. Hasil uji-t yang ditunjukan pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai p-value (0,758) lebih besar dari nilai signifikansi (0,05), atau dengan kata lain menunjukan bahwa Hipotesa diterima. Sehingga dapat disimpulkan jika data populasi penduduk hasil pemodelan dengan data populasi dari BPS tidak memiliki perbedaan yang nyata.
Distribusi Penduduk di Kabupaten Sumbawa Peta distribusi penduduk di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa distribusi penduduk di Kabupaten Sumbawa sangat tidak merata dan kesan hanya terkonsentrasi pada kecamatan- kecamatan tertentu. Grid dengan populasi besar hanya terlihat di Kec. Sumbawa, Kec. Labuhan Badas dan Kec. Alas.
Gambar 1 Peta Distribusi Penduduk Kabupaten Sumbawa Sistim Grid 0,155 Km x 0,155 Km
JURNAL TAMBORA VOL. 7 NO. 2 JULI 2023
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
Tabel 3 Perbandingan data kependudukan berbasis grid dengan data kependudukan BPS
Berdasarkan Tabel 4 mengenai klasifikasi jumlah penduduk di tiap grid, jumlah penduduk sebesar 0 – 5 jiwa adalah yang paling mendominasi di wilayah Kab. Sumbawa. Apabila kelas dominan ini didetailkan lagi dengan membaginya menjadi dua, yakni grid dengan 0 jiwa dan grid yang berada di cakupan 1 – 5 jiwa, ditemukan fakta bahwa grid yang berisi 0 jiwa lebih dominan (63,72%). Hasil ini mengindikasikan bahwa banyak lahan di wilayah Kab. Sumbawa yang belum terjamah oleh aktifitas manusia (tidak ada penduduk).
Tabel 4 Jumlah grid berdasarkan klasifikasi jumlah penduduk di tiap grid
Berdasarkan informasi data dari tabel 4, terlihat jika grid dengan distribusi penduduk sebesar 61 – 85 jiwa memiliki jumlah yang paling sedikit, begitu juga dengan populasi penduduk 31 – 45jiwa/grid, 46 – 60 jiwa/grid, dan > 85 jiwa/grid.
Keempatnya memiliki jumlah grid kurang dari 500.
Apabila empat kelas grid ini digabungkan pun, jumlahnya hanya sebesar 1,55% dari total keseluruhan grid. Hasil ini mengindikasikan bahwa
wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi masih sedikit di wilayah Kab. Sumbawa.
Jika dibandingan dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia, tingkat kepadatan penduduk Kab. Sumbawa masih tergolong sangat rendah.
Contohnya seperti penelitian (Akbar, 2013) tentang populasi penduduk per grid pada wilayah DKI Jakarta (resolusi 5” x 5”), nilai maximum pada grid jumlah penduduk DKI Jakarta bisa sampai 1414 jiwa/gridnya. Untuk Kab. Sumbawa sendiri, nilai maximum penduduknya hanya sebesar 90 jiwa/grid.
Rendahnya tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Sumbawa dapat menjadi indikator bahwa penduduk di Kabupaten Sumbawa tidak terkonsentrasi hanya pada kawasan pemukiman saja, tetapi juga terdistribusi ke berbagai kawasan ekonomi dan sosial lainnya, khususnya pertanian (Muliawan Nur et al., 2022). Budaya bertani dan berladang sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat Sumbawa, budaya ini juga diwariskan secara turun temurun, sehingga banyak masyarakat yang menetap didekat lahan pertanian (Diniyati &
Achmad, 2020).
Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak semua penduduk Kabupaten Sumbawa terdistribusi secara merata pada suatu wilayah administrasi tertentu. Terlihat bahwa penduduk terdistribusi mengikuti kawasan yang memiliki nilai ekonomi dan sosial penting bagi masyarakat Sumbawa, khususnya pada lahan pertanian. Selain itu juga, faktor aksesibilitas seperti jalan sangat berpengaruh terhadap distribusi penduduk.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan peta distribusi penduduk Kabupaten Sumbawa dengan metode grid skala ragam bisa ditarik beberapa kesimpulan, yakni data grid yang dibuat dan digunakan dalam penelitian ini dinilai valid, artinya tidak ditemukan perbedaan nyata antara peta/data yang berbentuk grid dengan peta/data asli yang berasal dari berbagai institusi penyedia data. Hal ini dibuktikan dengan uji-t berpasangan yang menunjukan nilai p-value > nilai signifikansi (0,05).
Data grid menunjukan, sejumlah 63,72%
grid tidak berisikan penduduk (0 jiwa), hanya 36,28% grid yang berisikan sejumlah penduduk dengan jumlah yang beragam, itupun didominasi oleh grid dengan jumlah populasi sebesar 1 – 5 jiwa (30,31%). Hasil ini menunjukan jika Kab.Sumbawa merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang rendah.
Kecamatan dengan tingkat kepadata tertinggi yaitu Kecamatan Sumbawa, dengan nilai maximum gridnya sebesar 90 jiwa. Kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah yakni
jumlah grid %
0 190776 63,72
1 - 5 89322 29,83
2 6 - 15 14639 4,89
3 16 - 30 3389 1,13
4 31 - 45 460 0,15
5 46 - 60 388 0,13
6 61 - 85 127 0,04
7 > 85 297 0,10
299398 100,00
1
kelas
Total
BPS Model
Alas 33281 33203 78 0,234
Alas Barat 25137 25130 7 0,028
Batulanteh 11824 10388 1436 12,145
Buer 16966 17008 42 0,248
Empang 26220 27940 1720 6,560
Labangka 13283 13973 690 5,195
Labuhan Badas 1 28464 29045 581 2,041
Labuhan Badas 2 6963 5810 1153 16,559
Lantung 3879 3724 155 3,996
Lape 19928 19760 168 0,843
Lenangguar 7912 6951 961 12,146
Lopok 21422 22171 749 3,496
Lunyuk 22118 19656 2462 11,131
Maronge 12007 12050 43 0,358
Moyo Utara 11509 12117 608 5,283
Moyohilir 27961 27086 875 3,129
Moyohulu 24637 25258 621 2,521
Orong Telu 5478 5730 252 4,600
Plampang 34453 34185 268 0,778
Rhee 9091 9320 229 2,519
Ropang 6141 6577 436 7,100
Sumbawa 62753 63028 275 0,438
Tarano 19161 20246 1085 5,663
Unter Iwes 23366 22601 765 3,274
Utan 35799 35431 368 1,028
Jumlah penduduk (jiwa)
Kecamatan Selisih
Persentase selisih dengan data BPS Kecamatan (%)
JURNAL TAMBORA VOL. 7 NO. 2 JULI 2023
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
Kecamatan Orong Telu, dengan nilai maximum gridnya hanya sebesar 10 jiwa.
REFERENSI
Akbar, R. (2013). Pembangunan Model Distribusi Populasi Penduduk Dengan Sistem Grid Skala Ragam ( Studi Kasus : Dki Jakarta ) [Institut Teknologi Bandung].
https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/17056 Balsa-Barreiro, J., Morales, A. J., & Lois-
González, R. C. (2021). Mapping Population Dynamics at Local Scales Using Spatial Networks. Complexity, 2021.
https://doi.org/10.1155/2021/8632086 BPS Kabupaten Sumbawa. (2019). Kabupaten
Sumbawa Dalam Angka.
https://sumbawakab.bps.go.id/publication/20 20/04/27/f8ed7cc6fbac86b2a65e1197/kabupa ten-sumbawa-dalam-angka-2020.html Diniyati, D., & Achmad, B. (2020). The Culture of
Farming by Farmers in the Production Forest Management Unit (KPHP) of Batulanteh, Sumbawa Regency. Jurnal Agroforestri
Indonesia, 3(1), 19–28.
https://doi.org/10.20886/jai.2020.3.1.19-28 Dwiprabowo, H., Djaenudin, D., Alviya, I., &
Wicaksono, D. (2014). Dinamika Tutupan Lahan: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi. In PT Kanisius (Issue May).
Hanif, Y. F., Handayani, H. H., & Nurwatik, N.
(2021). Estimasi Jumlah Penduduk Menggunakan Data LiDAR dan Foto Udara (Studi Kasus : Kelurahan Menanggal, Surabaya). Jurnal Teknik ITS, 9(2), 78–85.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v9i2.544 86
Khomarudin, M. R., Strunz, G., Post, J., Zoßeder, K. A. I., & Ludwig, R. (2008). Spatial Improvement of Information on Population Distribution Using Gis Approaches : an Input for Tsunami People Exposure Assessment.
Aerospace, November, 1–9.
KLHK. (2019). Infografis Daya Dukung dan Daya
Tampung Air Nasional.
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/34 73/infografis-daya-dukung-dan-daya- tampung-air-nasional
Leyk, S., Gaughan, A. E., Adamo, S. B., De Sherbinin, A., Balk, D., Freire, S., Rose, A., Stevens, F. R., Blankespoor, B., Frye, C., Comenetz, J., Sorichetta, A., Macmanus, K., Pistolesi, L., Levy, M., Tatem, A. J., &
Pesaresi, M. (2019). The spatial allocation of population: a review of large-scale gridded
population data products and their fitness for use. Earth System Science Data, 11(3), 1385–
1409. https://doi.org/10.5194/essd-11-1385- 2019
Montalvo, J., Ruiz-Labrador, E., Montoya- Bernabéu, P., & Acosta-Gallo, B. (2019).
Rural-urban gradients and human population dynamics. Sustainability (Switzerland), 11(11). https://doi.org/10.3390/su11113107 Muliawan Nur, A., Sudianto, A., Salmiah, S., &
Suhartini, S. (2022). Pemetaan Lokasi Penjualan Pupuk Dan Obat-Obatan Pertanian Di Kabupaten Sumbawa Berbasis GIS (Geographic Information System). Infotek : Jurnal Informatika Dan Teknologi, 5(2), 355–365.
https://doi.org/10.29408/jit.v5i2.5891 Nengsih, S. R. (2015). Pembangunan Model
Distribusi Populasi Penduduk Resolusi Tinggi Untuk Wilayah Indonesia Menggunakan Sistem Grid Skala Ragam.
Geomatika, 21(1), 31–36.
http://jurnal.big.go.id/index.php/GM/article/v iew/471
Nieves, J. J., Stevens, F. R., Gaughan, A. E., Linard, C., Sorichetta, A., Hornby, G., Patel, N. N., & Tatem, A. J. (2017). Examining the correlates and drivers of human population distributions across low-and middle-income countries. Journal of the Royal Society
Interface, 14(137).
https://doi.org/10.1098/rsif.2017.0401 Norvyani, D. A. (2016). Pemetaan Status Daya
Dukung Lingkungan Hidup Tingkat Kabupaten/Kota Menggunakan Sistem Pixel Skala Ragam (Studi Kasus: Wilayah Administratif Cekungan Bandung). [Institut
Teknologi Bandung].
https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/26691/Pemet aan-Status-Daya-Dukung-Lingkungan- Hidup?rows=3013&per_page=2
Norvyani, D. A., Riqqi, A., Harto, A. B., & Safitri, S. (2018). The mapping of quantitative carrying capacity using multi-scale grid system (Case study: Water-provisioning ecosystem services in greater Bandung, West Java, Indonesia). HAYATI Journal of Biosciences, 25(1), 40–46.
https://doi.org/10.4308/hjb.25.1.40
Rizqihandari, N., Rahartiningtyas, N. S., &
Indratmoko, S. (2017). Penerapan Surface Model Dan Spasial Autokorelasi Dalam Pembentukan Struktur Kota Depok. SPATIAL Wahana Komunikasi Dan Informasi
Geografi, 17(2), 26–32.
https://doi.org/https://doi.org/10.21009/spatia l.172.01
JURNAL TAMBORA VOL. 7 NO. 2 JULI 2023
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
Sahr, K., White, D., & Kimerling, A. J. (2003).
Geodesic discrete global grid systems.
Cartography and Geographic Information
Science, 30(2), 121–134.
https://doi.org/10.1559/15230400310001109 0
Tatem, A. J. (2017). WorldPop, open data for spatial demography. Scientific Data, 4, 2–5.
https://doi.org/10.1038/sdata.2017.4
Tian, Y., Yue, T., Zhu, L., & Clinton, N. (2005).
Modeling population density using land cover data. Ecological Modelling, 189(1–2),
72–88.
https://doi.org/10.1016/j.ecolmodel.2005.03.
012
Willekens, F. (2016). International Handbook of Migration and Population Distribution. In International Handbooks of Migration and Population Distribution (Vol. 6).
http://link.springer.com/10.1007/978-94-017- 7282-2