• Tidak ada hasil yang ditemukan

341-Article Text-1659-2-10-20221103

N/A
N/A
Fitroh Satrio

Academic year: 2023

Membagikan "341-Article Text-1659-2-10-20221103"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Selain itu, masyarakat setempat juga tidak mengenal sistem kekerabatan orang tua (bilateral), yaitu sistem kekerabatan yang mengambil keturunan dari ayah dan ibu (Kasra, 2016). Dalam sistem kekerabatan ini, keturunan diambil dari satu pihak saja yaitu pihak ayah; dan 3). Sedangkan menurut Keesing dalam Al-Ma'ruf (2005) “Sistem kekerabatan adalah hubungan yang berdasarkan model hubungan antara ayah dengan anak dan antara ibu dengan anak.”

Menurut Irawan (2019), sistem kekerabatan merupakan bagian penting dalam struktur sosial, yang di dalamnya terdapat hubungan jaringan yang kompleks berdasarkan ikatan darah dan perkawinan. Cara ini cukup penting untuk diterapkan dalam mendapatkan wawasan tentang sistem kekerabatan pada masyarakat adat Saibatin Lampung khususnya pada marga Legun di Desa Bulok Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

Memelihara Kepedulian antar Warga Masyarakat

Informasi lebih jelas mengenai perbedaan fungsi nilai kekerabatan dapat dilihat melalui data lapangan yang diperoleh dari wawancara dengan informan yang ditentukan dalam pelaksanaan penelitian ini. Dapat dipahami bahwa kemauan, keputusan dan kebijakan untuk menyeimbangkan adat istiadat juga merupakan keputusan anggota masyarakat. Mengamalkan nilai-nilai kearifan lokal dengan asas kekeluargaan, maka diketahui kita dapat menyesuaikan, menyelesaikan dan mendamaikan semua pihak, baik dalam urusan rumah tangga, pelanggaran hukum adat, perkawinan, perkara perdata adat, maupun dalam perbuatan menyaksikan. penjualan, atau dalam bentuk perselisihan mengenai hasil kerjasama.

Selain kesediaan tulus menampung aspirasi, sesama Penyeimbang Adat serta warga adat dan masyarakat umum, serta dalam memimpin Pemerintahan Adat, harus arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan serta jujur ​​dalam penerapan hukum (adat). dengan cara yang bersahabat sehingga seluruh anggota masyarakat dapat memperoleh keadilan. “Menurut pantauan kami, sebagian besar tokoh adat penyeimbang di desa ini masih memiliki semangat kekeluargaan, umumnya tidak segan-segan menghubungi warga yang dianggap membutuhkan bantuan.” Dalam praktiknya, hubungan kekeluargaan antara masyarakat adat dan pengusung adat dapat dikategorikan harmonis, damai dan bersatu; Begitu pula dengan hubungan antar penduduk dan penyeimbangan adat dengan komunitas pendatang.

Maksud informan, nilai-nilai budaya lokal yang menjadi pedoman adalah asas kekeluargaan, yang dapat berfungsi sebagai strategi jaminan sosial dari ancaman modernisasi dan nilai-nilai budaya asing yang tidak relevan dengan nilai-nilai budaya lokal. Dengan berpedoman pada nilai-nilai kearifan lokal, hubungan yang didasari oleh pengalaman memimpin masyarakat adat ini tampak mampu menjaga keharmonisan masyarakat, saling memahami dan mampu mendasarkan nilai-nilai moral untuk menjaga perilaku secara umum. interaksi sosial. Hal ini dikatakan karena diketahui bahwa nilai-nilai kekerabatan masih diakui sebagai suatu kewajiban yang harus ditanamkan oleh masyarakat adat setempat untuk menjadi identitasnya, khususnya dalam menjaga hubungan antar warga dalam upaya agar masyarakat dapat terus melaksanakan dan melaksanakan sosial. berperilaku dengan prinsip kehati-hatian, kepantasan dan keadilan khususnya dalam proses pelayanan kepada masyarakat.

Dalam pelaksanaan kerjasama diketahui masih berpedoman pada nilai-nilai budaya yang dipimpin oleh tokoh adat melalui perencanaan dan langkah-langkah yang ditentukan secara terbuka.

Memelihara Rasa Tanggungjawab

Indikasi lain terlihat bahwa hubungan sosial dalam pemerintahan adat sama eratnya dengan hubungan antar kelompok anak kemaman, yaitu seluruh saudara laki-laki bapak (paman), baik yang sedarah maupun datuk (kakek) pada sisi laki-laki. garis. Segala tindakan para penyeimbang tradisional, baik yang berkaitan dengan koordinasi dalam mempertimbangkan maupun memutuskan kegiatan keamanan bersama-sama penyeimbang lainnya terhadap pihak luar diyakini akan menjatuhkan pemerintah adat dengan penuh tanggung jawab. Selain itu, beliau juga bertanggung jawab atas kegiatan operasional prosesi/kunjungan Siba ke pemerintahan adat lainnya dalam rangka menjalin silaturahmi, kerjasama, tukar pikiran dan pengalaman demi kepentingan menjaga keamanan bersama.

Tanggung jawab berarti kewajiban menanggung segala akibat perbuatan, atau menanggung segala sesuatu yang sedang atau telah terjadi dan dialami oleh warga. Tanggung jawab merupakan kesadaran diri manusia terhadap segala tingkah laku dan tindakannya, baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga harus datang dari dalam hati dan kemauan sendiri atas kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab seluruh penyeimbang adat dan seluruh warga adat di lingkungan pemerintahan adat setempat dapat tergolong cukup baik. Perlu diketahui bahwa aturan adat mengenai tanggung jawab pemerintahan adat di pusat marga/sekretariat sipil diterapkan berdasarkan nilai-nilai kekerabatan, untuk mendorong masyarakat adat meningkatkan kualitas hubungan dengan sikap jujur ​​dan terbuka. Sesuai dengan teori tanggung jawab dijelaskan bahwa tanggung jawab adalah kesadaran manusia terhadap perilaku atau tindakannya, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Tanggung jawab merupakan hal yang kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia yang setiap manusia dibebani tanggung jawab.

Meningkatkan Disiplin Kerja

Asas kekeluargaan inilah yang kemudian mengikat masyarakat adat untuk disiplin menjaga kehormatan dan harkat dan martabat suku/peradabannya, termasuk disiplin menjaga hubungan sosial yang harmonis dengan sikap dan perilaku yang menyenangkan. Adapun pelayanan kepada masyarakat juga dilakukan secara disiplin dengan membagi waktu antara urusan rumah tangga, urusan yang menyangkut pemeliharaan tradisi budaya, dan waktu bekerja untuk perekonomian, sehingga semua sektor kepentingan terlaksana dengan baik. “Anggota masyarakat hukum adat yang mengabdikan diri pada kegiatan internal pemerintahan adat mempunyai disiplin kerja untuk menunjang efektivitas penyelenggaraan pemerintahan adat.

Yang tersirat dalam disiplin kerja ini adalah suatu pola pikir yang berisi kesediaan untuk dapat mentaati segala ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam hukum adat yang berlaku tanpa syarat apapun.” Disiplin merupakan hal utama yang harus ditanamkan dalam setiap pekerjaan. Aparatur pemerintahan adat yang ada, termasuk masyarakat adat dan masyarakat sekitar Ketika nilai-nilai kekerabatan melekat pada individu adat, maka mereka akan terdorong untuk menaati peraturan, merasa bertanggung jawab sebagai pelayan masyarakat, dan merasa kepentingan masyarakat lebih diutamakan dibandingkan kepentingan pribadi.

Berdasarkan wawancara beberapa informan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan yang ada di lingkungan dewan adat setempat telah diterapkan dengan cukup baik, terbukti dengan adanya pengakuan yang relatif seimbang antara tokoh adat dan warga adat, bahwa dalam pelaksanaan tugas adat yang berkaitan dengan dengan jadwal Pertemuan Adat, upaya menjaga kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional serta keterbukaan dalam koordinasi kegiatan gotong royong sebagian besar terlaksana dengan baik. Sikap disiplin ini muncul sangat bergantung pada eratnya keterkaitan nilai-nilai kekerabatan masyarakat adat serta nilai-nilai kearifan lokal. Mereka yang melekat pada nilai-nilai kekeluargaan tersebut cenderung didorong untuk selalu menjalankan tanggung jawabnya dalam hal disiplin kerja sehingga dapat memberikan pengaruh positif dalam mengedepankan kerukunan, kebersamaan dan keadilan.

Tokoh adat yang mampu menjaga keteladanan di masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung peningkatan disiplin kerja bagi masyarakat adat yang berada di bawah kekuasaannya. Tokoh adat yang mampu menjadi teladan yang baik bagi warganya dan mampu.

Menumbuhkan Toleransi dalam Masyarakat Majemuk

“Praktik toleransi dalam kehidupan masyarakat adat setempat diketahui telah berjalan dengan baik, karena hubungan antar warga setempat dinilai saling menghormati, saling membantu, dan secara umum berusaha untuk selalu memberikan pelayanan terbaik satu sama lain.” Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, diketahui bahwa hubungan antar masyarakat adat dapat dikategorikan cukup mesra. Dari sudut pandang sosiologi, istilah hubungan antar warga negara dapat disebut sebagai masyarakat sebagai wujud sekelompok orang pada umumnya.

Prinsip bermasyarakat secara umum adalah menciptakan rasa kepuasan dan rasa saling percaya antara warga negara dengan penguasa adat. “Dalam setiap pelaksanaan kerjasama, sikap saling menghormati satu sama lain selalu diutamakan, terutama dalam menyelesaikan perselisihan dan perbedaan adat/adat, sebagaimana dipahami bahwa kondisi masyarakat cukup beragam, baik dari segi suku, budaya dan kepribadian individu. Jadi dapat kita simpulkan bahwa toleransi yang ada di lokasi penelitian ini secara umum berjalan cukup baik.

Seperti diketahui, asas kekerabatan merupakan falsafah hidup yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tidak hanya bagi masyarakat suku lampung saja, namun juga berlaku bagi masyarakat suku lain. Oleh karena itu, masyarakat Lampung pada umumnya menjaga hubungan persaudaraan dengan budaya angkon muari. Sikap perikalu tersebut diketahui berhasil mendorong warga menciptakan persatuan dan perdamaian di antara masyarakat yang beragam.

Dalam hal ini adalah pelayanan terhadap segala urusan masyarakat yang cepat, mudah, lancar dan tertib.

Memperkuat Ikatan Solidaritas Sosial

Yang jelas, asas kekeluargaan dalam praktiknya dapat mendorong anggota masyarakat dan penyeimbang adat untuk saling bertoleransi atau menghargai satu sama lain, serta menghargai dan membiarkan pihak lain menjalankan prinsip hidup dan keyakinannya. Adat istiadat masyarakat dan keseimbangan adat istiadat dalam praktik kekerabatan tampak diwujudkan dalam kegiatan gotong royong yang saling menghormati. Peningkatan solidaritas masyarakat dapat tercipta apabila nilai-nilai kekeluargaan diterapkan dengan baik, hal ini juga telah dilakukan oleh para Penyeimbang Adat.

Oleh karena itu, peran Perimbangan Tradisional dalam meningkatkan rasa solidaritas sosial antar anggota masyarakat sangatlah penting. Filsafat hidup kekeluargaan menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam pergaulan antar masyarakat adat maupun dalam kehidupan sehari-hari bersama dengan anggota masyarakat. Diketahui nilai kekeluargaan membuat Penyeimbang Adat mempunyai kewajiban untuk didorong meningkatkan kemasyarakatan dan kekompakan.

Dalam hal ini Durkheim (dalam Syani, 2019) berpendapat bahwa nilai moral pada hakikatnya merupakan tolak ukur mewujudkan solidaritas dan integrasi sosial yang sangat membantu mempersatukan masyarakat. Nilai kekeluargaan menurut saya merupakan prinsip hidup masyarakat lampung yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan berupa sikap kepedulian sosial yang tinggi antar anggota masyarakat. Dalam kehidupan Pemerintahan Adat kami dapat dikatakan cukup baik, kami sebagai Penyeimbang Adat selalu berusaha untuk mensosialisasikan dan mengamalkan nilai-nilai kekeluargaan dengan tetap mengajak warga masyarakat untuk terus saling peduli dan melayani pihak-pihak yang memerlukan pertolongan. . "

Bukti nyata bentuk kekerabatan tersebut adalah adanya kepedulian sosial untuk meningkatkan efektivitas pelayanan kepada masyarakat, dimana Partai Penyeimbang Adat pada umumnya merespon dengan cepat setiap kegiatan pelayanan yang diminta oleh masyarakat. Dengan kenyataan tersebut berarti nilai-nilai kearifan lokal, kekeluargaan, menjadi pedoman yang dapat mendorong dan membimbing masyarakat adat untuk meningkatkan kesadaran sosial masyarakatnya. Dijelaskan bahwa nilai-nilai kearifan lokal, kekeluargaan, yang melekat pada Masyarakat Adat dapat menumbuhkan tumbuhnya sikap dermawan atau tangan terbuka untuk peduli dan selalu suka membantu anggota masyarakat yang membutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Cavan dalam Willis, 1994 dalam bukunya yag berjudul Juvenile Delinquency menyatakan bahwa kenakalan remaja sebagai gangguan pada anak dan remaja untuk memenuhi beberapa

Sedangkan menurut Dijck & Poell 2013 mengatakan bahwa “Media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktifitas maupun

Kajian terkait program Kota/Desa Layak Anak ini memang bukan yang pertama kali dilakukan, namun penelitian ini menarik dan penting untuk dilakukan karena sangat spesifik menyoroti

an-Nahl [16]: 97 B.Beberapa Istilah dalam Gender Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia 2001: 7-11, ada beberapa istilah dalam gender, diantaranya: 1.Gender