PAJAK
DAERAH
UU NO 1 TAHUN 2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DG PEMDA
UU NO 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMDA
UU NO 9 TAHUN 2015 TENTANG
PERUBAHAN KEDUA UU NO 23 TAHUN 2014
UU NO 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
UU No 7 Tahun 2021 TENTANG
HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN
DASAHUKUM
PERATURAN PEMERINTAH NO 35 TAHUN 2023 TENTANG KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PMK NO 7 TAHUN 2025 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN & PENAGIHAN PAJAK DAERAH
PERDA NO 3 TAHUN 2021 DAN PERATURAN DAERAH PROV.SUMSEL NO 11 TAHUN
2021TENTANG REVISI PERDA NO 3/2021 TENTANG PAJAK DAERAH
PERDA KOTA PALEMBANG NO 4 TAHUN 2023 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
DAERAH
DASAR HUKUM
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Pengertian:
Beberapa pengertian atau istilah PAJAK DAERAH;
1.
Daerah otonom ; kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Neagara Kesatuan RI.
2.
Daerah Pajak ; iuran WP yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah.
3.
Badan ; sekumpulan orang dan/atau modal yang yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak meliputi : PT, Perseroan komanditer, BUMN dan BUMD, MUMDes, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi masa, Organisasi Sospol, lembaga, usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
4.
Subjek pajak ; orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah
5.
Wajib pajak ; orang pribadi atau badan atau
pemerintah meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai
hak dan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan pajak daerah.
JENIS PAJAK DAN OBJEK PAJAK
Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. pajak propinsi, terdiri dari:
a. pajak kendaraan bermotor
b. Bea balik nama kendaraan bermotor
b. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
c. Pajak air permukaan.
d. Pajak Rokok
2. pajak kabupaten/kota; terdiri dari:
e. PBB-P2
f. BPHTB
g. PBJT atas:
1. makanan dan/atau minuman;
2. tenaga listrik;
3. jasa perhotelan;
4. jasa parkir; dan
5. jasa kesenian dan hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. PAT;
f. Pajak MBLB;
g. Pajak Sarang Burung Walet;
h. Opsen PKB; dan
i. Opsen BBNKB.
TARIF PAJAK DAERAH
Untuk memberi ruang gerak bagi daerah mengatur sistem perpajakannya dalam rangka peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas pelayanan, penghematan energi, dan pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah antara lain:
a.Tarif Pajak Kendaraan Bermotor, tarif 1,5% untuk
kepemilikan pertama, 1% untuk kendaraan
angkutan umum, 0,5% untuk ambulance,
pemadam kebakaran, sosial keagamaan,
pemerintah/TNI/Polri dan Pemda, 0,2% untuk
kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar.
b.Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, penyerahan pertama sebesar 10%
penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%. Khusus utk kendaraan bermotor alat-alat berat yg tidak menggunakan jalan umum, penyerahan pertama tarifnya 0,75%
penyerahan kedua dan seterusnya 0,075%.
c.Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 7,5%.
d. Tarif pajak air permukaan adalah 10%
e. Tarif pajak rokok adalah 10% dari cukai rokok.
Alokasi pajak rokok paling sedikit 50%
digunakan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat dan penegakan hukum oleh
aparat yang berwenang.
e. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan P2 yaitu minimal 0,085% dan paling tinggiTarif Pajak BPHTB ditetapkan paling tinggi 0,275%.
sedangka tarif PBB untuk lahan produksi pangan dan perternakan tarifnya 0,065%.
f. Tarif Pajak BPHTB adalah 5%
PBJT yaitu pajak penjualan, penyerahan
konsumsi barang dan jasa seperti: makanan
dan minuman, tenaga listrik, jasa perhotelan,
jasa parkir, dan jasa kesenian dan hiburan
ditetapkan paling tinggi 10%, khusus jasa
hiburan pada diskotek karaoke, kelab malam
bar, mandi uap/spa ditetapkan paling rendah
40% dan paling tinggi 75%
j.
Tarif PBJT atas tenaga listrik dari sumber lain oleh industry, pertambangan minyak bumi dan gasalam paling tinggi 3% dan konsumsi tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dikenakan tariff paling tinggi 1,5%
k.
Tarif Pajak reklame ditetapkan paling tinggi 25%.
l.
Tarif Pajak Pemanfaatan air tanah paling tinggi 20%
m.
Tarif Pajak MBLB ditetapkan paling tinggi 20%
n.
Tarif pajak sarang burung wallet paling tinggi 10%
o.
Tarif pajak opsen: PKB 66%, BBNKB 66%, MBLB 25%
p.
Bagi Hasil Pajak Provinsi
Bagi hasil Pajak Provinsi dengan Kab/Kota
1. Pajak Kendaraan Bermotor 70% 30%
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 70% 30%
3. Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor 30% 70%
4. Pajak Air Permukaan 50% 50%
5. Pajak Rokok 30% 70%
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan di Hotel meliputi:
a. Hotel
b. Motel
c. Losmen
d. gubug pariwisata
e. wisma, wisma pariwisata, wisma /asrama milik
Pemerintah/Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kota yang dikerjasarnakan dengan pihak ketiga
f. Pesanggrahan
g. rumah penginapan / rumah ruko - kontrakan / rumah - ruko sewa;
dan
h. rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) kamar dengan nilai sewa kamar paling sedikit Rp. 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan per kamar
Pajak Hotel
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan di restoran, meliputi:
a. restoran, restoran berjalan, restoran terapung, termasuk
restoran yang disediakan oleh hotel bagi konsumen yang tidak menginap di hotel
b. rumah makan
c. Kafetaria
d. kantin/dapur
e. warung/depot, termasuk warung kaki lima/warung tenda/warung emperan, angkringan dan sejenisnya
f. coffee shop
g. bar/kafe
h. pujasera/food court/fast food
i. fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran
j. jasa boga/catering; dan
k. rumah makan yang menjual makanan dan cemilan khas daerah seperti: pempek/lempok/kerupuk dan sejenisnya;
Pajak Restoran
Tarif Pajak Restoran di Palembang di tetapkan sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak (jumlah pembayaran yang diterima atau yg seharusnya diterima)
Pelayanan yang disediakan Restoran meliputi
pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.
Dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di
tempat lain,termasuk lauk pauk, nasi kotak, nasi bungkus, dan makanan lain yang
dibungkus/dikotak/dipaket/dibawa pulang
Dikecualikan dari objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan yang
disediakan oleh Restoran yang nilai omzet penjualan dibawah Rp.9.000.000,-(sembilan juta rupiah) perbulan
Pajak Restoran
Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk omzet penjualan paling sedikit Rp.9.000.000,- (sembilan juta rupiah) sampai dengan Rp.12.000.000,-(dua belas juta rupiah)
perbulan, tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen)
b. untuk omzet penjualan diatas Rp.12.000.000,-(dua belas juta rupiah) perbulan, tarif pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
c. Jumlah pembayaran yang diterima resoran termasuk: a. jumlah pembayaran setelah potongan harga; dan b. jumlah pembelian dengan menggunakan voucher makanan dan/atau minuman.
d. Jumlah pembayaran yang seharusnya diterima Restoran
sebagaimerupakan harga jual makanan dan/atau minuman dalam hal voucher atau bentuk lain yang diberikan secara cuma-cuma.
e. Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak Restoran dengan dasar pengenaan pajak.
Pajak Restoran
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan di pungut bayaran,Yaitu:
a.
tontonan film
b.
pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana
c.
kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya
d.
Pameran
e.
diskotik, karaoke dan klub malam
f.
sirkus, akrobat, dan sulap
g.
permainan bilyar dan boling
h.
pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan
i.
panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan
j.
Pertandingan olahraga.
Pajak Hiburan
a. Tontonan film ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen);
b. pagelaran kesenian, musik, tari (balet, klasik, modern dan sejenisnya) dan/atau busana ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus untuk kesenian rakyat yang bersifat tradisional dan perlu untuk dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur ditetapkan sebesar 5% (lima persen)
c. kontes kecantikan dan sejenisnya ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen)
d. kontes binaraga dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen);
e. pameran seni budaya, seni ukir, barang seni, tumbuhan, satwa dan hasil produksi barang dan/atau jasa lainnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
f. pameran busana, komputer, elektronik, otomotif, dan properti ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);
g. diskotik, karaoke eksekutif, klub malam dan sejenisnya ditetapkan sebesar 40% (empat puluh persen), khusus untuk karaoke keluarga ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen);
h. sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);
i. permainan bilyar, boling dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen);
Tarif Pajak Hiburan:
j. pacuan kuda dan kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 20%
(dua puluh persen);
k. permainan ketangkasan yang menggunakan alat mekanik/
elektronik/manual/bola/rotan/plastik atau alat lain yang
sejenisnya ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima persen)
l. permainan ketangkasan anak yang menggunakan alat mekanik/
elektronik/manual/bola/rotan/plastik atau alat lain yang sejenisnya ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen)
m. panti pijat, mandi uap/spa dan sejenisnya ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen)
n. refleksi, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen)
o. pusat kebugaran (fitness center) termasuk yoga, pusat
kebugaran muay thay, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20%
(dua puluh persen)
p. pertandingan olahraga yang bersifat komersil ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen);
Objek pajak reklame meliputi:
a.
Reklame papan/billboard
b.
Reklame videotrori/ megatron
c.
Reklame kain
d.
Reklamemelekat, stiker:
e.
Reklame selebaran
f.
Reklame berjalan
g.
Reklame Udara
h.
Reklame Apung
i.
Reklame Suara
j.
Reklame Film/Slide
k.
Reklame Peragaan
Pajak Reklame
Dikecualikan dari objek Pajak Reklame adalah:
a. Penyelenggaraan Reklame melalui intemet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;
b. Label merk produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesitersebut;
d. Pengecualian sebagaimana dimaksud adalah dengan ketentuan diselenggarakan di atas tanah j bangunan yang bersangkutan dengan luas bidang reklame tidak melebihi 1 m2 (satu meter persegi)dan jumlahnya tidak lebih dari satu reklame serta tidak memuat atau menyertakan label/merk produk tertentu;
e. Penyelenggaraan reklame yang sernata-mata mengenai pemilikan dan/atau peruntukan tanah dengan ketentuan diselenggarakan diatas tanah tersebut kecuali reklame produk;
f. Penyelenggaraan reklame yang semata-mata memuat nama tempat ibadah dan tempat panti asuhan;
Pajak Reklame
Dikecualikan dari objek Pajak Reklame adalah:
g. Reklame yang memuat lembaga yang bergerak di bidang
pendidikan, kesehatan dan sosial dengan ketentuan luas bidang reklame tidak melebihi 2 m2 (dua meter persegi) diselenggarakan diatas tanah yang bersangkutan;
h. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah / Pemerintah Provinsi / Pemerintah Kota; dan
i. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota
Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.
Tarif pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).
Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.
Untuk materi reklame rokok dan minuman beralkohol,
besarnya Nilai Sewa Reklame ditambah 40% (empat puluh persen).
Jika materi reklame lebih dari satu, maka diambil tariff tertinggi
Pajak Reklame
Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri (pembangkit listrik)
maupun yang diperoleh dari sumber lain (berasal dari PLN maupun bukan PLN)
Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan yaitu:
a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintahZpemerintah provinsi/pemermtah kota dan ternpat-ternpatibadah;
b. penggunaan tenaga listrik pada ternpat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat dan perwakilanasing dengan asas timbal batik;
c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri yang tidak
memerlukan izin dari instansi teknis, dengan kapasitas terpasang dibawah 35 KVA
Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik
Pajak Penerangan Jalan
Bukan Objek Pajak Penerangan Jalan yaitu:
a.
Penggunaan tenaga listrik oleh instansi
pemerintah/Pemerintah Provinsi/Pemerintah Kota
b.
Penggunaan tenaga listrik pada tempat yang digunakan kedutaan, konsulat dan perwakilan asing dengan asas timbal balik;
c.
Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari
instansi teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d.
Tenaga listrik yang khusus digunakan untuk tempat ibadah, sosial dan keagamaan.
Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari dasar pengenaan
pajak
Pajak Penerangan Jalan
Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas, tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).
Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan
sebesar 1,5% (satu koma lima persen).
Masa pajak penerangan jalan adalah
jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
Pajak Penerangan Jalan
Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor.
Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor.
Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat
parkir
Pajak Parkir:
Tarif Pajak Parkir untuk penyelenggara
tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerimajasa parkir dengan
menggunakan tarif sewa parkir tetap dan parkir khusus, sewa parkir progresif,sewa parkir vallet atau parkir yang memberikan pelayanan sejenis, dan penyelenggara
tempat parkir yang tidak memungut sewa parkir, dikenakan pajak parkir sebesar 30%
(tiga puluh persen).
Pajak Parkir:
Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah yang
diperoleh dengan cara pengeboran maupun penggalian.
Dikecualikan dari objek pajak air tanah
adalah pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah
tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan
Dasar pengenaan Pajak AirTanah adalah NilaiPerolehanAirTanah
Pajak Air Tanah:
Nilai Perolehan Air Tanah dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan
mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor - faktor berikut :
a.
Jenis sumber air;
b.
Lokasisumber air;
c.
Tujuan pengambilandarr/atau pemanfaatan air;
d.
Volumeair yang diambildan/ atau dimanfaatkan;
e.
Kualitas air;
f.
Tingkat kerusakan lingkungan yang di akibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan air
Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen) dari nilai perolehan air tanah
Pajak Air Tanah:
Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau
pengusahaan Sarang Burung Walet
Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet.
Tarif Pajak Sarang Burung Walet
ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).
Pajak Sarang Burung Walet:
Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan danjatau pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan, yang meliputi : a. Asbes; b.
Batu tulis; c. Batu setengah permata; d. Batu kapur; e.
Batu apung; f. Batu permata; g. Bentonit; h. Dolomit (Batu Pecah) ; 1. Feldspar; J. Garam batu (halite); k.
Grafit; 1. Granitj andesit; m. Gips; n. Kalsit; o. Kaolin;
p. Leusit; q. Magnesit r. Mika; s. Marmer; t. Nitrat; u.
Opsidien; v. Oker; w. Pasir dan kerikil; x. Pasir kuarsa;
y. Perlit; z. Phospat; aa. Talk; bb. Tanah serap (fullers erath); cc. Tanah diatome; dd. Tanah liat; ee. Tawas (alum); ff. Tras; gg. Yarosif; hh.Zeolit; ii. Basal; jj.
Trakkit; dan kk. Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan:
Tidak termasuk objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah :
a.
Kegiatan pengambilan danj atau pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata- nyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk
keperluan rumah tangga, pemancangan tiang Iistrik/telepon, penanaman kabel Iistrik/telepon, penanaman pipa air/gas;
b.
Kegiatan pengambilan dan atau pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang
merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara
komersial.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan:
Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan dan/
atau Pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan
Tarif Pajak MineralBukan Logamdan Batuan ditetapkan sebesar 17,5 % (tujuh belas koma lima persen).
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan:
Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah Bumi darr/atau Bangunan yang dimiliki,dikuasai,
dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertarnbangan.
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:
Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :
a.
jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
b.
jalan tol, ring road, reI kereta api, light rail transit, underpass dan fly over,
c.
Kolam renang;
d.
pagar mewah;
e.
tempat olahraga;
f.
galangan kapal, dermaga;
g.
taman mewah;
h.
tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, air dan gas, booster (stasiun penarnpung); dan
i.
menara dan sutet.
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:
Tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah objek pajak yang:
a.
Digunakan oleh Pemerintah untuk penyelenggaraan Pemerintahan ;
b.
Digunakan semata - mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan
c.
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu
d.
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alarn, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaanyang dikuasai oleh Daerah, dan tanah Negara yang belum dibebani oleh suatu hak
e.
Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan atas perlakuan timbal balik;dan
f.
Digunakan oleh Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan MenteriKeuangan
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:
Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,- ( sepuluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Untuk NJOP bumi dan/atau bangunan kurang dari atau sama dengan Rp.1.000.000.000,-(satu
milyar rupiah), tarif pajak ditetapkan sebesar 0,125% (nol koma seratus dua puluh lima
persen);
b.
Untuk NJOP bumi dan/atau bangunan diatas Rp.1.000.000.000,-(satu milyar rupiah), tarif pajak ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:
Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Objek pajak tertentu adalah objek pajak dalam suatu wilayah yang mengalami
perkembangan pembangunan yang pesat dan mengakibatkan kenaikan NJOP yang cukup besar, maka penetapan NJOP dapat ditetapkan setahun sekali.
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:
Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.
Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal ini adalah:
a.
jual beli adalah harga transaksi;
b.
tukar menukar adalah nilai pasar;
c.
hibah adalah nilai pasar;
d.
hibah wasiat adalah nilai pasar;
e.
waris adalah nilai pasar;
f.
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;
g.
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;
).h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar;
j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;
k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;
l. peleburan usaha adalah nilai pasar;
m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;
n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atau
o. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam rísalah lelang
Besaran Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk rumah subsidi sebesar Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak;
b. nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak lainnya diluar rumah subsidi sebesar Rp.60.000.000,-(enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam segaris keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar
Rp.300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah).
Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan ditetapkan sebesar 5% (lima persen).
Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
tata cara pelaksanaan pemungutan pajak ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa sehingga dapat dihapuskan.
Penghapusan piutang pajak propinsi,
kabupaten atau kota yang sudah kadaluwarsa dilakukan dengan keputusan masing-masing ditetapkan oleh gubernur dan bupati atau walikota.
Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan peraturan daerah.
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG
PAJAK YANG KADALUWARSA
TERIMA
KASIH