• Tidak ada hasil yang ditemukan

35b921e050d87d95fc9f66e1a6d6eddd

N/A
N/A
sujono adipurnomo

Academic year: 2025

Membagikan "35b921e050d87d95fc9f66e1a6d6eddd"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK

DAERAH

(2)

UU NO 1 TAHUN 2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DG PEMDA

UU NO 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMDA

UU NO 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERUBAHAN KEDUA UU NO 23 TAHUN 2014

UU NO 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

UU No 7 Tahun 2021 TENTANG

HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN

DASAHUKUM

(3)

PERATURAN PEMERINTAH NO 35 TAHUN 2023 TENTANG KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PMK NO 7 TAHUN 2025 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN & PENAGIHAN PAJAK DAERAH

PERDA NO 3 TAHUN 2021 DAN PERATURAN DAERAH PROV.SUMSEL NO 11 TAHUN

2021TENTANG REVISI PERDA NO 3/2021 TENTANG PAJAK DAERAH

PERDA KOTA PALEMBANG NO 4 TAHUN 2023 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

DAERAH

DASAR HUKUM

(4)

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Pengertian:

(5)

Beberapa pengertian atau istilah PAJAK DAERAH;

1.

Daerah otonom ; kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Neagara Kesatuan RI.

2.

Daerah Pajak ; iuran WP yang dilakukan oleh

orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggraan pemerintahan

daerah dan pembangunan daerah.

(6)

3.

Badan ; sekumpulan orang dan/atau modal yang yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak meliputi : PT, Perseroan komanditer, BUMN dan BUMD, MUMDes, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi masa, Organisasi Sospol, lembaga, usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

4.

Subjek pajak ; orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah

5.

Wajib pajak ; orang pribadi atau badan atau

pemerintah meliputi pembayar pajak, pemotong

pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai

hak dan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan pajak daerah.

(7)

JENIS PAJAK DAN OBJEK PAJAK

Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. pajak propinsi, terdiri dari:

a. pajak kendaraan bermotor

b. Bea balik nama kendaraan bermotor

b. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

c. Pajak air permukaan.

d. Pajak Rokok

2. pajak kabupaten/kota; terdiri dari:

e. PBB-P2

f. BPHTB

g. PBJT atas:

1. makanan dan/atau minuman;

2. tenaga listrik;

3. jasa perhotelan;

4. jasa parkir; dan

5. jasa kesenian dan hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. PAT;

f. Pajak MBLB;

g. Pajak Sarang Burung Walet;

h. Opsen PKB; dan

i. Opsen BBNKB.

(8)

TARIF PAJAK DAERAH

Untuk memberi ruang gerak bagi daerah mengatur sistem perpajakannya dalam rangka peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas pelayanan, penghematan energi, dan pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah antara lain:

a.Tarif Pajak Kendaraan Bermotor, tarif 1,5% untuk

kepemilikan pertama, 1% untuk kendaraan

angkutan umum, 0,5% untuk ambulance,

pemadam kebakaran, sosial keagamaan,

pemerintah/TNI/Polri dan Pemda, 0,2% untuk

kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat

besar.

(9)

b.Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, penyerahan pertama sebesar 10%

penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%. Khusus utk kendaraan bermotor alat-alat berat yg tidak menggunakan jalan umum, penyerahan pertama tarifnya 0,75%

penyerahan kedua dan seterusnya 0,075%.

c.Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 7,5%.

d. Tarif pajak air permukaan adalah 10%

e. Tarif pajak rokok adalah 10% dari cukai rokok.

Alokasi pajak rokok paling sedikit 50%

digunakan untuk pelayanan kesehatan

masyarakat dan penegakan hukum oleh

aparat yang berwenang.

(10)

e. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan P2 yaitu minimal 0,085% dan paling tinggiTarif Pajak BPHTB ditetapkan paling tinggi 0,275%.

sedangka tarif PBB untuk lahan produksi pangan dan perternakan tarifnya 0,065%.

f. Tarif Pajak BPHTB adalah 5%

PBJT yaitu pajak penjualan, penyerahan

konsumsi barang dan jasa seperti: makanan

dan minuman, tenaga listrik, jasa perhotelan,

jasa parkir, dan jasa kesenian dan hiburan

ditetapkan paling tinggi 10%, khusus jasa

hiburan pada diskotek karaoke, kelab malam

bar, mandi uap/spa ditetapkan paling rendah

40% dan paling tinggi 75%

(11)

j.

Tarif PBJT atas tenaga listrik dari sumber lain oleh industry, pertambangan minyak bumi dan gasalam paling tinggi 3% dan konsumsi tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dikenakan tariff paling tinggi 1,5%

k.

Tarif Pajak reklame ditetapkan paling tinggi 25%.

l.

Tarif Pajak Pemanfaatan air tanah paling tinggi 20%

m.

Tarif Pajak MBLB ditetapkan paling tinggi 20%

n.

Tarif pajak sarang burung wallet paling tinggi 10%

o.

Tarif pajak opsen: PKB 66%, BBNKB 66%, MBLB 25%

p.

Bagi Hasil Pajak Provinsi

(12)

Bagi hasil Pajak Provinsi dengan Kab/Kota

1. Pajak Kendaraan Bermotor 70% 30%

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 70% 30%

3. Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor 30% 70%

4. Pajak Air Permukaan 50% 50%

5. Pajak Rokok 30% 70%

(13)

Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan di Hotel meliputi:

a. Hotel

b. Motel

c. Losmen

d. gubug pariwisata

e. wisma, wisma pariwisata, wisma /asrama milik

Pemerintah/Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kota yang dikerjasarnakan dengan pihak ketiga

f. Pesanggrahan

g. rumah penginapan / rumah ruko - kontrakan / rumah - ruko sewa;

dan

h. rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) kamar dengan nilai sewa kamar paling sedikit Rp. 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan per kamar

Pajak Hotel

(14)

Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan di restoran, meliputi:

a. restoran, restoran berjalan, restoran terapung, termasuk

restoran yang disediakan oleh hotel bagi konsumen yang tidak menginap di hotel

b. rumah makan

c. Kafetaria

d. kantin/dapur

e. warung/depot, termasuk warung kaki lima/warung tenda/warung emperan, angkringan dan sejenisnya

f. coffee shop

g. bar/kafe

h. pujasera/food court/fast food

i. fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran

j. jasa boga/catering; dan

k. rumah makan yang menjual makanan dan cemilan khas daerah seperti: pempek/lempok/kerupuk dan sejenisnya;

Pajak Restoran

(15)

Tarif Pajak Restoran di Palembang di tetapkan sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak (jumlah pembayaran yang diterima atau yg seharusnya diterima)

Pelayanan yang disediakan Restoran meliputi

pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.

Dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di

tempat lain,termasuk lauk pauk, nasi kotak, nasi bungkus, dan makanan lain yang

dibungkus/dikotak/dipaket/dibawa pulang

Dikecualikan dari objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan yang

disediakan oleh Restoran yang nilai omzet penjualan dibawah Rp.9.000.000,-(sembilan juta rupiah) perbulan

Pajak Restoran

(16)

Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk omzet penjualan paling sedikit Rp.9.000.000,- (sembilan juta rupiah) sampai dengan Rp.12.000.000,-(dua belas juta rupiah)

perbulan, tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen)

b. untuk omzet penjualan diatas Rp.12.000.000,-(dua belas juta rupiah) perbulan, tarif pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)

c. Jumlah pembayaran yang diterima resoran termasuk: a. jumlah pembayaran setelah potongan harga; dan b. jumlah pembelian dengan menggunakan voucher makanan dan/atau minuman.

d. Jumlah pembayaran yang seharusnya diterima Restoran

sebagaimerupakan harga jual makanan dan/atau minuman dalam hal voucher atau bentuk lain yang diberikan secara cuma-cuma.

e. Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak Restoran dengan dasar pengenaan pajak.

Pajak Restoran

(17)

Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan di pungut bayaran,Yaitu:

a.

tontonan film

b.

pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana

c.

kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya

d.

Pameran

e.

diskotik, karaoke dan klub malam

f.

sirkus, akrobat, dan sulap

g.

permainan bilyar dan boling

h.

pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan

i.

panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan

j.

Pertandingan olahraga.

Pajak Hiburan

(18)

a. Tontonan film ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen);

b. pagelaran kesenian, musik, tari (balet, klasik, modern dan sejenisnya) dan/atau busana ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus untuk kesenian rakyat yang bersifat tradisional dan perlu untuk dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur ditetapkan sebesar 5% (lima persen)

c. kontes kecantikan dan sejenisnya ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen)

d. kontes binaraga dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen);

e. pameran seni budaya, seni ukir, barang seni, tumbuhan, satwa dan hasil produksi barang dan/atau jasa lainnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)

f. pameran busana, komputer, elektronik, otomotif, dan properti ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

g. diskotik, karaoke eksekutif, klub malam dan sejenisnya ditetapkan sebesar 40% (empat puluh persen), khusus untuk karaoke keluarga ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen);

h. sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

i. permainan bilyar, boling dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen);

Tarif Pajak Hiburan:

(19)

j. pacuan kuda dan kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 20%

(dua puluh persen);

k. permainan ketangkasan yang menggunakan alat mekanik/

elektronik/manual/bola/rotan/plastik atau alat lain yang

sejenisnya ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima persen)

l. permainan ketangkasan anak yang menggunakan alat mekanik/

elektronik/manual/bola/rotan/plastik atau alat lain yang sejenisnya ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen)

m. panti pijat, mandi uap/spa dan sejenisnya ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen)

n. refleksi, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen)

o. pusat kebugaran (fitness center) termasuk yoga, pusat

kebugaran muay thay, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20%

(dua puluh persen)

p. pertandingan olahraga yang bersifat komersil ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen);

(20)

Objek pajak reklame meliputi:

a.

Reklame papan/billboard

b.

Reklame videotrori/ megatron

c.

Reklame kain

d.

Reklamemelekat, stiker:

e.

Reklame selebaran

f.

Reklame berjalan

g.

Reklame Udara

h.

Reklame Apung

i.

Reklame Suara

j.

Reklame Film/Slide

k.

Reklame Peragaan

Pajak Reklame

(21)

Dikecualikan dari objek Pajak Reklame adalah:

a. Penyelenggaraan Reklame melalui intemet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;

b. Label merk produk yang melekat pada barang yang

diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;

c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesitersebut;

d. Pengecualian sebagaimana dimaksud adalah dengan ketentuan diselenggarakan di atas tanah j bangunan yang bersangkutan dengan luas bidang reklame tidak melebihi 1 m2 (satu meter persegi)dan jumlahnya tidak lebih dari satu reklame serta tidak memuat atau menyertakan label/merk produk tertentu;

e. Penyelenggaraan reklame yang sernata-mata mengenai pemilikan dan/atau peruntukan tanah dengan ketentuan diselenggarakan diatas tanah tersebut kecuali reklame produk;

f. Penyelenggaraan reklame yang semata-mata memuat nama tempat ibadah dan tempat panti asuhan;

Pajak Reklame

(22)

Dikecualikan dari objek Pajak Reklame adalah:

g. Reklame yang memuat lembaga yang bergerak di bidang

pendidikan, kesehatan dan sosial dengan ketentuan luas bidang reklame tidak melebihi 2 m2 (dua meter persegi) diselenggarakan diatas tanah yang bersangkutan;

h. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah / Pemerintah Provinsi / Pemerintah Kota; dan

i. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota

Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.

Tarif pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.

Untuk materi reklame rokok dan minuman beralkohol,

besarnya Nilai Sewa Reklame ditambah 40% (empat puluh persen).

Jika materi reklame lebih dari satu, maka diambil tariff tertinggi

Pajak Reklame

(23)

Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri (pembangkit listrik)

maupun yang diperoleh dari sumber lain (berasal dari PLN maupun bukan PLN)

Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan yaitu:

a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintahZpemerintah provinsi/pemermtah kota dan ternpat-ternpatibadah;

b. penggunaan tenaga listrik pada ternpat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat dan perwakilanasing dengan asas timbal batik;

c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri yang tidak

memerlukan izin dari instansi teknis, dengan kapasitas terpasang dibawah 35 KVA

Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik

Pajak Penerangan Jalan

(24)

Bukan Objek Pajak Penerangan Jalan yaitu:

a.

Penggunaan tenaga listrik oleh instansi

pemerintah/Pemerintah Provinsi/Pemerintah Kota

b.

Penggunaan tenaga listrik pada tempat yang digunakan kedutaan, konsulat dan perwakilan asing dengan asas timbal balik;

c.

Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari

instansi teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d.

Tenaga listrik yang khusus digunakan untuk tempat ibadah, sosial dan keagamaan.

Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari dasar pengenaan

pajak

Pajak Penerangan Jalan

(25)

Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas, tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).

Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan

sebesar 1,5% (satu koma lima persen).

Masa pajak penerangan jalan adalah

jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.

Pajak Penerangan Jalan

(26)

Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaraan bermotor.

Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir

kendaraan bermotor.

Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat

parkir

Pajak Parkir:

(27)

Tarif Pajak Parkir untuk penyelenggara

tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerimajasa parkir dengan

menggunakan tarif sewa parkir tetap dan parkir khusus, sewa parkir progresif,sewa parkir vallet atau parkir yang memberikan pelayanan sejenis, dan penyelenggara

tempat parkir yang tidak memungut sewa parkir, dikenakan pajak parkir sebesar 30%

(tiga puluh persen).

Pajak Parkir:

(28)

Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah yang

diperoleh dengan cara pengeboran maupun penggalian.

Dikecualikan dari objek pajak air tanah

adalah pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah

tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan

Dasar pengenaan Pajak AirTanah adalah NilaiPerolehanAirTanah

Pajak Air Tanah:

(29)

Nilai Perolehan Air Tanah dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan

mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor - faktor berikut :

a.

Jenis sumber air;

b.

Lokasisumber air;

c.

Tujuan pengambilandarr/atau pemanfaatan air;

d.

Volumeair yang diambildan/ atau dimanfaatkan;

e.

Kualitas air;

f.

Tingkat kerusakan lingkungan yang di akibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan air

Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen) dari nilai perolehan air tanah

Pajak Air Tanah:

(30)

 Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau

pengusahaan Sarang Burung Walet

 Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet.

 Tarif Pajak Sarang Burung Walet

ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

Pajak Sarang Burung Walet:

(31)

Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan danjatau pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan, yang meliputi : a. Asbes; b.

Batu tulis; c. Batu setengah permata; d. Batu kapur; e.

Batu apung; f. Batu permata; g. Bentonit; h. Dolomit (Batu Pecah) ; 1. Feldspar; J. Garam batu (halite); k.

Grafit; 1. Granitj andesit; m. Gips; n. Kalsit; o. Kaolin;

p. Leusit; q. Magnesit r. Mika; s. Marmer; t. Nitrat; u.

Opsidien; v. Oker; w. Pasir dan kerikil; x. Pasir kuarsa;

y. Perlit; z. Phospat; aa. Talk; bb. Tanah serap (fullers erath); cc. Tanah diatome; dd. Tanah liat; ee. Tawas (alum); ff. Tras; gg. Yarosif; hh.Zeolit; ii. Basal; jj.

Trakkit; dan kk. Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan:

(32)

Tidak termasuk objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah :

a.

Kegiatan pengambilan danj atau pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata- nyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk

keperluan rumah tangga, pemancangan tiang Iistrik/telepon, penanaman kabel Iistrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

b.

Kegiatan pengambilan dan atau pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang

merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara

komersial.

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan:

(33)

 Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan dan/

atau Pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan

 Tarif Pajak MineralBukan Logamdan Batuan ditetapkan sebesar 17,5 % (tujuh belas koma lima persen).

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan:

(34)

 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah Bumi darr/atau Bangunan yang dimiliki,dikuasai,

dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan, dan pertarnbangan.

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:

(35)

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :

a.

jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks

bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;

b.

jalan tol, ring road, reI kereta api, light rail transit, underpass dan fly over,

c.

Kolam renang;

d.

pagar mewah;

e.

tempat olahraga;

f.

galangan kapal, dermaga;

g.

taman mewah;

h.

tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, air dan gas, booster (stasiun penarnpung); dan

i.

menara dan sutet.

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:

(36)

Tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah objek pajak yang:

a.

Digunakan oleh Pemerintah untuk penyelenggaraan Pemerintahan ;

b.

Digunakan semata - mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan

c.

Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu

d.

Merupakan hutan lindung, hutan suaka alarn, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaanyang dikuasai oleh Daerah, dan tanah Negara yang belum dibebani oleh suatu hak

e.

Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan atas perlakuan timbal balik;dan

f.

Digunakan oleh Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan MenteriKeuangan

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:

(37)

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,- ( sepuluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a.

Untuk NJOP bumi dan/atau bangunan kurang dari atau sama dengan Rp.1.000.000.000,-(satu

milyar rupiah), tarif pajak ditetapkan sebesar 0,125% (nol koma seratus dua puluh lima

persen);

b.

Untuk NJOP bumi dan/atau bangunan diatas Rp.1.000.000.000,-(satu milyar rupiah), tarif pajak ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:

(38)

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

Objek pajak tertentu adalah objek pajak dalam suatu wilayah yang mengalami

perkembangan pembangunan yang pesat dan mengakibatkan kenaikan NJOP yang cukup besar, maka penetapan NJOP dapat ditetapkan setahun sekali.

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan:

(39)

Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.

Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal ini adalah:

a.

jual beli adalah harga transaksi;

b.

tukar menukar adalah nilai pasar;

c.

hibah adalah nilai pasar;

d.

hibah wasiat adalah nilai pasar;

e.

waris adalah nilai pasar;

f.

pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;

g.

pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;

).

h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

(40)

i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar;

j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;

k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;

l. peleburan usaha adalah nilai pasar;

m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;

n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atau

o. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam rísalah lelang

Besaran Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk rumah subsidi sebesar Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak;

b. nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak lainnya diluar rumah subsidi sebesar Rp.60.000.000,-(enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

(41)

Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam segaris keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu

derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar

Rp.300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah).

Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai

Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

(42)

tata cara pelaksanaan pemungutan pajak ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa sehingga dapat dihapuskan.

Penghapusan piutang pajak propinsi,

kabupaten atau kota yang sudah kadaluwarsa dilakukan dengan keputusan masing-masing ditetapkan oleh gubernur dan bupati atau walikota.

Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan peraturan daerah.

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG

PAJAK YANG KADALUWARSA

(43)

TERIMA

KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 dengan

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dengan dasar

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 dengan dasar

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Pekotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 dengan dasar pengenaan

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dengan dasar

Seharusnya bunyi pasal tersebut adalah: “Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 dengan dasar

Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana