No. 101.04~oso103
TENTARA NASIONAL INDONESIA
PERA'nJRAN PANGUMA TENTARANASIONAL INDONESA
NOMOR 40 TAHON 2018
TENTANG
PER UBAHAN KEDU AA TAS PERA'nJRAN PANGLIMA TENl'ARA NASIONAL INDO NEmA
NO MORSOTAHUN 2015 TENTANG
KEP ANGKA T AN PRAJURrr TENTARA NASIO NAL INDO NEmA
DITETAPKAN DI JAKARTA PADA TANGGAL 9 OKTOBER 2018
PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015
TENTANG KEPANGKATAN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - - - ~PANGbIMA TEN'f--ARA-NASI0NAL INDf}NESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia;
Mengingat
b. bahwa ketentuan dalam Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit TNI perlu disempurnakan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Tentara Nasional Indonesia;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia;
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120);
2
3. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VII/2008 tanggal 21 Juli 2008 tentang Petunjuk Induk Pembinaan Personel dan Tenaga Manusia Tentara Nasional Indonesia;
4. Peraturan Panglima TNI Nomor · 43 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia;
5. Peraturan Panglima TNI Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia;
6. Peraturan Panglima TNI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Validasi Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Staf Umum Ten tara Nasional Indonesia;
7. Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Panglima TNI Nomor 2 Tahun 2017 tehtang Perubahan Atas Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangk~tan Prajurit Tentara Nasional Indonesia;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG KEPANGKATAN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA.
PasalI
Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 4 huruf a angka 2, diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 4
Golongan Pangkat Perwira sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Perwira Tinggi meliputi:
1. TNI AD terdiri atas:
a) Jenderal TNI;
b) Letnan Jenderal TNI disebut Letjen TNI;
c) Mayor Jenderal TNI disebut Mayjen TNI; dan d) Brigadir Jenderal TNI disebut Brigjen TNI.
2. TNI AL terdiri atas:
a) Laksamana TNI;
b) Laksamana Madya TNI disebut Laksdya TNI;
c) Laksamana Muda TNI disebut Laksda TNI;
d) Laksamana Pertama TNI disebut Laksma TNI;
dan
e) Khusus Pati Korps Marinir penyebutan dan penulisan pangkat sama seperti penyebutan dan penulisan pangkat Pati TNI AD disertai dengan penulisan (Mar).
3. TNI AU terdiri atas:
a) Marsekal TNI;
b) Marsekal Madya TNI disebut Marsdya TNI;
c) Marsekal Muda TNI disebut Marsda TNI; dan d) Marsekal Pertama TNI disebut Marsma TNI.
b. Perwira Menengah untuk semua Angkatan, terdiri atas:
1. Kolonel;
2. Letnan Kolonel disebut Letkol; dan 3. Mayor.
c. Perwira Pertama untuk semua Angkatan, terdiri atas:
1. Kapten;
2. Letnan Satu disebut Lettu; dan 3. Letnan Dua disebut Letda.
2. Ketentuan Pasal 13 huruf c, diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
Persyaratan Kenaikan Pangkat Reguler Perwira sebagai berikut:
a. Telah menduduki jabatan penuh dalam jabatan berdasarkan keputusan dari pejabat yang berwenang.
4
b. Memenuhi norma waktu kenaikan pangkat yaitu:
1. bagi golongan kepangkatan Pama sarnpai dengan Pamen ditentukan berdasarkan MDP dan MDDP;
2. dari golongan Parnen ke Pati Bintang 1 (Satu) ditentukan berdasarkan MDP;
3. dalam golongan Pati tidak diberlakukan ketentuan MDP;
4. ketentuan MDDP sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 paling singkat 2 (dua) tahun; dan 5. KPRP tidak diberlakukan ketentuan MDP dan
MDDP.
c. Kenaikan pangkat berdasarkan MDP sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kenaikan pangkat dari Letda ke Lettu MDP paling rendah 4 (empat) tahun bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab / setingkat.
2. Kenaikan pangkat dari Lettu ke Kapten MDP paling rendah 9 (sembilan) tahun bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab / setingkat.
3. Kenaikan pangkat dari Kapten ke Mayor:
a) MDP paling rendah 14 (empat belas) ta.bun bagi perwira lulusan Pendidikan Lanjutan Perwira (Diklapa) / setingkat;
b) MDP paling rendah 16 (enam belas) tahun bagi Perwira lulusan pendidikan Sesarcab/
setingkat dan Dikbangspes/Dikilpengtek; dan c) MDP paling rendah 18 (delapan belas) tahun
bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab/
setingkat.
4. Kenaikan pangkat Mayor ke Letkol diatur sebagai berikut:
a) MDP paling rendah 18 (delapan belas) tahun bagi perwira lulusan Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
b) MDP paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/ setingkat dan pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Diklapa dan Dikbangspes/
Dikilpengtek;
c) MDP paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/ setingkat atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Diklapa/ setingkat; dan
d) MDP paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun bagi perwira lulusan Sesarcab/setingkat dan Dikbangspes / Dikilpengtek.
5. Kenaikan pangkat Letkol ke Kolonel diatur sebagai berikut:
a) MDP paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun bagi perwira lulusan Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
b) MDP paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/setingkat dan Dikbangspes/Dikilpengtek; dan
c) MDP paling rendah 27 (dua puluh tujuh) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/setingkat.
6. Kenaikan pangkat Kolonel ke Pati Bintang Satu diatur sebagai berikut:
a) MDP 26 (dua puluh enam) tahun bagi perwira lulusan Sesko TNI atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko TNI;
b) MDP 28 (dua puluh delapan) tahun bagi perwira lulusan Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan; dan
c) MDP 30 (tiga puluh) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/ setingkat atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Diklapa dan Dikbangspes.
6
d) Kenaikan pangkat reguler Kolonel ke Pati Bintang Satu sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 6, dapat dikecualikan berdasarkan kebutuhan organisasi atas persetujuan Panglima.
e) Ketentuan persyaratan kenaikan pangkat reguler perwira sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kas Angkatan.
3. Ketentuan Pasal 26 ayat (2), diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 26
( 1) Kenaikan Pangkat Penghargaan diberikan kepada prajurit yang memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan Kenaikan Pangkat Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. memenuhi MDP minimal yang dipersyaratkan bagi kenaikan pangkat reguler;
b. khusus Kenaikan Pangkat Penghargaan ke Letda, MDDP Peltu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan Kenaikan Pangkat Penghargaan ke Serda MDDP Kopka sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun;
c. akan diberhentikan dengan hormat dari dinas keprajuritan karena mencapai batas usia pensiun baik bagi yang melaksanakan MPP maupun tidak dan mempunyai akibat administrasi penuh;
d. telah melaksanakan pengabdian tanpa terputus dengan dedikasi dan prestasi kerja yang tinggi;
e. tidak pemah cacat dalam pengabdiannya; dan f. memiliki Bintang Angkatan dan atau penghargaan
lainnya yang setingkat.
(3) Tidak pernah cacat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e adalah prajurit selama melaksanakan tugas tidak pernah dihukum dalam perkara pidana atau disiplin.
(4) Kenaikan Pangkat Penghargaan merupakan pangkat efektif terakhir dan berlaku sampai Pati Bintang Dua.
(5) Kenaikan Pangkat Penghargaan diajukan dengan prosedur sebagaimana usul kenaikan pangkat reguler.
{6) Kelengkapan administrasi usulan Kenaikan Pa.i;.gkat Penghargaan seperti UKP reguler dengan melampirkan salinan Keppres Penganugerahan Bintang Angkatan.
Pasal II
Peraturan Panglima ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Oktober 2018 PANGLIMA TNI,
tertanda HADI TJAHJANTO
Autentikasi
·--""l"'T"T--: I) 'a .ALA BABINKUM TNI,
TENTARA NASIONAL INDONESIA
PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG KEPANGKATAN PRAJURIT
TENTARA NASIONAL INDONESIA
Menimbang
Mengingat
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA,
a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia;
b. bahwa ketentuan dalam Peraturan Panglima Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit TNI perlu disempurnakan untuk kebutuhan Prajurit Tentara Nasional Indonesia; dan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Panglima tentang Perubahan atas Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia.
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120);
3. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VII/2008 tanggal 21 Juli 2008 tentang Petunjuk Induk Pembinaan Personel dan Tenaga Manusia Tentara Nasional Indonesia;
4. Peraturan Panglima TNI Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia;
5. Peraturan Panglima TNI Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia;
5. Peraturan Panglima TNI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Validasi Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Staf Umum Ten tara Nasional Indonesia;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG KEPANGKATAN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA.
PasalI
Ketentuan dalam Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia .pasal pada 13 huruf c angka 6, diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
Persyaratan Kenaikan Pangkat Reguler Perwira sebagai berikut:
a. Telah menduduki jabatan penuh dalam jabatan berdasarkan keputusan dari pejabat yang berwenang.
b. Memenuhi norma waktu kenaikan pangkat yaitu:
1. Bagi golongan kepangkatan Pama sampai Pamen ditentukan berdasarkan MDP dan MDDP;
2. Dari golongan Pamen ke Pati Bintang 1 (Satu) ditentukan berdasarkan MDP;
3. Dalam golongan Pati tidak diberlakukan ketentuan MDP;
3
4. Ketentuan MDDP sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 paling singkat 2 (dua) tahun; dan
5. KPRP tidak diberlakukan ketentuan MDP dan MDDP.
c. Kenaikan pangkat berdasarkan MDP sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kenaikan pangkat dari Letda ke Lettu MDP paling rendah 3 ( tiga) tahun bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab / setingkat.
2. Kenaikan pangkat dari Lettu ke Kapten MDP paling rendah 7 ( tujuh) tahun bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab/ setingkat.
3. Kenaikan pangkat dari Kapten ke Mayor:
a) MDP paling rendah 11 (sebelas) tahun bagi perwira lulusan Pendidikan Lanjutan Perwira (Diklapa) / setingkat;
b) MDP paling rendah 13 (tiga belas) tahun bagi Perwira lulusan pendidikan Sesarcab/setingkat danDikbangspes;dan
c) MDP paling rendah 14 (empat belas) tahun bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab / setingkat.
4. Mayor ke Letko! diatur sebagai berikut:
a) MDP paling rendah 16 (enam belas) tahun bagi perwira lulusan Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
b) MDP paling rendah 18 ( delapan belas) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/ setingkat dan pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Diklapa dan Dikbangspes;
c) MDP paling rendah 20 (dua puluh) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/ setingkat a tau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Diklapa/ setingkat;
d.
d) MDP paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun bagi perwira lulusan Sesarcab / setingkat dan Dikbangspes; dan
e) MDP paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun bagi perwira lulusan Sesarcab/setingkat.
5. Letko! ke Kolonel diatur sebagai berikut:
a) MDP paling rendah 20 (dua puluh) tahun bagi perwira lulusan Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
b) MDP paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/setingkat dan Dikbangspes;
c) MDP paling rendah 24 (dua puluh empat) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/setingkat;
d) MDP paling rendah 27 (dua puluh tujuh) tahun bagi perwira lulusan Sesarcab/setingkat dan Dikbangspes; dan
e) MDP paling rendah 28 (dua puluh delapan) tahun bagi perwira lulusan Sesarcab/setingkat.
6. Kolonel ke Pati Bintang Satu diatur sebagai berikut:
a) MDP 24 (dua puluh empat) tahun bagi perwira lulusan Sesko TNI atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko TNI;
b) MDP 25 (dua puluh lima) tahun bagi perwira lulusan Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
dan
c) MDP 27 (dua puluh tujuh) tahun bagi perwira lulusan Diklapa/ setingkat a tau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Diklapa dan Dikbangspes.
Kenaikan pangkat reguler Kolonel ke Pati Bintang Satu sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 6, dapat dikecualikan berdasarkan kebutuhan organisasi atas persetujuan Panglima.
5
e. Ketentuan persyaratan kenaikan pangkat reguler perwira sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kas Angkatan.
Pasal II
Peraturan Panglima ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Januari 2017 PANGLIMA TNI,
tertanda GATOT NURMANTYO
JENDERAL TNI
Halaman Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tanggal 21 Desember 2015 ten.tang Kepangkatan Prajurit Tentara
Nasional Indonesia . . . 1 BAB I
BAB II
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Pasal 2
PANGKAT PRAJURIT Pasal 3
Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8
...
-...
, ... .BAB III KENAIKAN PANGKAT Pasal 9
Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal26
BAB IV KOMISI KENAIKAN PANGKAT LUAR BIASA DAN KENAIKAN PANGKAT REGULER PERCEPATAN
Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29
2 4
5 5 6 6 7 8
9 10 10 11 11 14 15 16 16 18 19 19 20 20 21 21 22 23
24 24 24
'··:·\
BABV PEMBERIAN PANGKAT PRAJURIT TNI
Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal35 Pasal 36 Pasal37 Pasal 38
···
1 1 I • 1 I I I I 1 1 1 1 1 I a ~ I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I I I a I a 1 • a a I I I I I I I I I I I I 1 • I 1 1 1 1 1 1 I 1 1 1 1 1 I I I I 1 1 1 1 1 1
···
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39 Pasal40
LAMPIRAN KEPANGKATAN PRAJURIT TNI ... .
25 25 26 26 27 27 28· 28 28
29 29 1
Menimbang
Mengingat
PERATURAN PA;NGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015
TENTANG
KEPANGKATAN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA,
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 2.9, dan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia tentang Kepangkatan Prajurit Tentara Nasional Indonesia;
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439);
2. Peraturan Pem.erintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2_010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120);
3. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VII/2008 tanggal 21 Juli 2008 tentang Petunjuk Induk Pembinaan Personel dan Tenaga Manusia Tentara Nasional Indonesia;
4. Peraturan Pangliµia TNI Nomor 174 Tahun 2011 ~entang Pembentukan .Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia;
5. Peraturan Panglima TNI Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pengesahan Validasi Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Staf Umum TNI;
2
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA TENTANG KEPANGKATAN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA.
BABI
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Panglima ini yang dimaksud dengan:
1. Prajurit adalah anggota Tentara Nasional Indonesia.
2. TNI adalah Tentara Nasional Indonesia.
3. Panglima Tenta.ra Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Panglima adalah perwira tinggi militer yang memimpin TNI.
4. Prajurit Karier yang selanjutnya disingkat PK adalah prajurit sukarela yang menjalani dinas keprajuritan secara puma waktu berdasarkan ikatan dinas untuk jangka waktu paling singkat 5 {lima) tahun yang dapat diperpanjang.
5. Pangkat adalah keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam hierarki keprajuritan yang didasarkan atas kualifikasi yang telah dimiliki oleh setiap Prajurit.
6. Masa Dinas Perwira yang selanjutnya disingkat MDP adalah lama waktu pelaksanaan dinas keprajuritan perwira yang dihitung mulai. tanggal penetapan pertama sebagai perwira TNI dengan Keputusan Presiden RI.
7. Masa Dinas Dalam Pangkat yang selanjutnya disingkat MDDP adalah lama waktu pelaksanaan dinas keprajuritan dalam pangkat terakhir yang disandang prajurit TNI yang dihitung mulai tanggal penetapan kenaikan pangkat oleh pejabat yang berwenang.
8. Kenaikan pangkat reguler adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Prajurit pada waktu tertentu yang telah memenuhi persyaratan jabatan dan masa peninjauan pangkat.
9. Kenaikan pangkat luar biasa selanjutnya disingkat KPLB adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Prajurit dalam melaksanakan tugas secara langsung baik tugas tempur maupun tugas nontempur, dengan pertaruhan jiwa raga dan berjasa melampaui panggilan tugas tanpa memedulikan keselamatan jiwanya melakukan tindakan kepahlawanan demi bangsa dan negara yang walaupun tindakan itu tidak dilakukannya ia tidak akan dipersalahkan.
10. Kenaikan Pangkat Reguler Percepatan selanjutnya disingkat KPRP adalah kenaikan pangkat yang dianugerahkan kepada prajurit yang sangat berjasa bagi kepentingan organisasi TNI dan/atau negara, selain OMP dan OMSP.
11. Kenaikan Pangkat Luar Biasa Operasi Militer untuk Perang, selanjutnya disingkat KPLBOMP adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada prajurit TNI yang melaksanakan tindakan kepahlawanan dalam OMP tanpa memedulikan keselamatan jiwanya.
12. Kenaikan Pangkat Luar Biasa Operasi Militer Selain Perang, selanjutnya disingkat KPLBOMSP adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada praju_rit TNI yang melaksanakan tindakan kepahlawanan dalam OMSP tanpa memedulikan . kesel~atan jiwanya.
13. Kenaikan Pangkat Luar Biasa Operasi Militer Perang Anumerta selanjutnya disingkat KPLBOMPA adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Prajurit yang gugur atau tewas dalam pertempuran secara langsung dan berjasa melampaui panggilan tugas.
14. Kenaikan pangkat luar biasa operasi militer selain perang anumerta selanjutnya disingkat KPLBOMSPA adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada prajurit yang gugur atau tewas dalam melaksanakan tugas operasi militer selain perang secara langsung dan berjasa melampaui panggilan tugas.
15. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan, kenaikan pangkat serta pemberian pangkat prajurit TNI.
16. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengusulan kenaikan pangkat atau pemberian pangkat prajurit TNI yang bertugas di luar struktur TNI.
4
17. Komisi KPLB/KPRP yang selanjutnya disebut Komisi adalah organisasi yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang, bekerja secara mandiri, objektif dan adil untuk melaksanakan penelitian dan penilaian dalam hal KPLB dan KPRP.
18. Pangkat Lokal adalah pangkat yang diberikan kepada seorang Prajurit oleh pejabat yang berwenang guna keabsahan melaksanakan suatu tugas atau jabatan yang sifatnya sementara.
19. Pangkat Tituler adalah pangkat yang diberikan kepada warga negara yang sepadan dengan jabatan keprajuritan yang dipangkunya, paling rendah Letnan Dua.
Pasal 2
(1) Kepangkatan adalah bagian dari kegiatan pembinaan personel prajurit TNI berupa kenaikan pangkat dan pemberian pangkat prajurit · TNI -secara reguler dan atau khusus, dapat sebagai keabsahan wewenang karena jabatan yang dipangkunya, kebutuhan pelaksanaan tugas tertentu atas kebutuhan organisasi TNI, penghargaan atas prestasi yang luar biasa melebihi panggilan tugas dan penghargaan atas kesetiaan dan dedikasi tak terputus selama menjalani dinas keprajuritan.
(2) Kepangkatan prajurit TNI diselenggarakan dengan asas terencana, terpadu dan terarah sehingga diperoleh prajurit TNI yang profesional dan mampu memikul tugas dan tanggungjawab dalam mengemban visi dan misi TNI.
(3) Kepangkatan prajurit TNI ditetapkan dengan dasar pertimbangan dapat menciptakan · keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perlakuan norma-norma pembinaan karier prajurit TNI.
(4) Kepangkatan prajurit TNI ditetapkan dengan tujuan untuk menjamin terselenggaranya efektivitas kepangkatan prajurit TNI dengan lancar dan tertib secara administrasi.
BAB II
PANGKAT PRAJURIT Bagian Kesatu Penggolongan Pangkat
Pasal 3
Penggolongan Pangkat Prajurit terdiri atas:
a. Golongan Pangkat Perwira dikelompokkan atas Perwira Tinggi, Perwira Menengah, dan Perwira Pertama;
b. Golongan Pangkat Bintara dikelompokkan atas Bintara tinggi dan Bin tara; dan
c. Golongan Pangkat Tamtama.
Pasal 4
Golongan Pangkat Perwira sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, diatur · dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Perwira Tinggi meliputi:
1. TNI AD terdiri atas:
a) Jenderal TNI;
b) Letnan Jenderal TNI disebut Letjen TNI;
c) Mayor Jenderal TNI disebut Mayjen TNI; dan d) Brigadir Jenderal TNI disebut Brigjen TNI.
2. TNI AL terdiri atas:
a) Laksamana TNI;
b) Laksamana Madya TNI disebut Laksdya TNI;
c) Laksamana Muda TNI disebut Laksda TNI; dan d) Laksamana Pertama TNI disebut Laksma TNI.
3. TNI AU terdiri atas:
a) Marsekal TNI;
b) Marsekal Madya TNI disebut Marsdya TNI;
c) Marsekal Muda TNI disebut Marsda TNI; dan d) Marsekal Pertama TNI disebut Marsma TNI.
6
b. Perwira Menengah untuk semua Angkatan, terdiri atas:
1. Kolonel;
2. Letnan Kolonel disebut Letkol; dan 3. Mayor.
c. Perwira Pertama untuk semua Angkatan, terdiri atas:
1. Kapten;
2. Letnan Satu disebut Lettu; dan 3. Letnan Dua disebut Letda.
Pasal 5
Golongan Pangkat Bintara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bintara Tinggi untuk semua Angkatan terdiri atas:
1. Pembantu Letnan Satu disebut Peltu; dan 2. Pembantu Letnan Dua disebut Pelda.
b. Bintara untuk semua Angkatan terdiri atas:
1. Sersan Mayor disebut Serma;
2. Sersan Kepala disebut Serka;
3. Sersan Satu disebut Sertu; dan 4. Sersan Dua disebut Serda.
Pasal 6
Golongan Pangkat Tamtama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tamtama TNI AD dan TNI AU terdiri atas:
1. Kapral Kepala disebut Kopka;
2. Kapral Satu disebut Koptu;
3. Kapral Dua disebut Kopda;
4. Prajurit Kepala disebut Praka;
5. Prajurit Satu disebut Pratu; dan 6. Prajurit Dua disebut Prada.
b. Tamtama TNI AL terdiri atas:
1. Kapral Kepala disebut Kopka;
2. Kapral Satu disebut Koptu;
3. Kapral Dua disebut Kopda;
4. Kelasi Kepala disingkat Klk;
5. Kelasi Satu disingkat Kls; dan 6. Kelasi Dua disingkat Kld.
Bagian Kedua Kecabangan atau Korps
Pasal 7
(1) Untuk golongan Perwira Tinggi sebutan dan penulisan pangkat tanpa diikuti dengan kecabangan atau korps, kecuali bagi Pati TNI AL Korps Marinir disertai dengan penulisan {Mar).
(2) Sebutan dan penulisan untuk pangkat ···perwira TNI AD dan TNI AU diikuti dengan kecabangan atau korps yang menunjukkan salah satu bidang karier.
(3) Sebutan dan penulisan untuk pangkat perw:ira TNI AL sebelum penyebutan dan penulisan korps ditambahkan kata Laut, khusus perwira Korps Marinir menggunakan kata Mar.
(4) Sebutan dan penulisan pangkat bagi Bintara dan Tamtama TNI tidak diikuti dengan kecabangan dan korps kecuali untuk Bintara dan Tamtama TNI AL.
(5) Sebutan dan penulisan pangkat bagi Wanita TNI terdiri atas:
a. Wanita TNI AD disertai penulisan (K) di belakang Kecabangan/korps atau pangkat;
b. Wanita TNI AL disertai penulisan (/W) di belakang Kecabangan/korps;dan
c. Wanita TNI AU tidak disertai identitas.
8
Pasal 8
(1) Sebutan dan penulisan kecabangan atau korps di belakang pangkat bagi perwira di lingkungan TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan ketentuan sebagai beriku t:
a. TNI AD terdiri atas:
1. Inf an teri disingkat Inf;
2. Kavaleri disingkat Kav;
3. Artileri Medan disingkat Arm;
4. Artileri Pertahanan Udara disingkat Arh;
5. Zeni disingkat Czi;
6. Perhubungan disingkat Chb;
7. Peralatan disingkat Cpl;
8. Kesehatan disingkat Ckm;
9. Polisi Militer disingkat Cpm;
10. Hukum disingkat Chk;
11. Keuangan disingkat Cku;
12. Penerbang disingkat Cpn;
13. Perbekalan dan Angkutan disingkat Cba;
14. Ajudan Jenderal disingkat Caj; dan 15. Topografi disingkat Ctp.
b. TNI AL terdiri atas:
1. Pelaut disingkat (P);
2. Teknik disingkat (T);
3. Elektronika disingkat (E);
4. Suplai disingkat (S);
5. Marinir disingkat Mar;
6. Khusus disingkat (KH};
7. Kesehatan disingkat (K); dan 8. Polisi Militer disingkat (PM).
C. TNI AU terdiri atas:
1. Penerbang disingkat Pnb;
2. Navigator disingkat Nav;
3. Teknik disingkat Tek;
4. Elektronika disingkat Lek;
5. Pembekalan disingkat Kal;
6. Administrasi disingkat Adm;
7. Palisi Militer disingkat Porn;
8. Pasukan disingkat Pas;
9. Kesehatan disingkat Kes; dan 10. Dinas Khusus disingkat Sus.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang sebutan dan penulisan kecabangan atau korps di belakang pangkat bagi bintara dan tamtama di lingkungan TNI AL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) diatur dengan Peraturan Kasal.
BAB III
KENAIKAN PANGKAT
Bagian Kesatu Umum Pasal 9
(1) Setiap Prajurit memperoleh kesempatan untuk mendapatkan kenaikan pangkat berdasarkan prestasinya sesuai . dengan pola karier yang berlaku dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
(2) Masa penmJauan diberlakukan sebagai tahapan mengevaluasi kompetensi yang dimiliki oleh seorang prajurit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab jabatan yang diembannya dalam kurun waktu tertentu yang dihitung mulai dari tanggal surat perintah pelaksanaan tugas sampai dengan kala waktu kenaikan pangkat.
(3) Pendidikan pengembangan umum dan pendidikan pengembangan spesialisasi dari setiap perwira dapat menjadi bahan pertimbangan.
10
(4) Proses UKP Perwira berpedoman pada MDP dan MDDP paling singkat 2 tahun.
(5) UKP dapat diproses apabila prajurit tidak sedang dalam proses hukum dan atau sedang menjalani hukuman.
Pasal 10
( 1) Kenaikan pangkat terdiri atas:
a. Kenaikan pangkat reguler; dan b. Kenaikan pangkat khusus.
(2) Kenaikan pangkat reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terhadap prajurit yang sangat berjasa bagi kepentingan organisasi TNI dan/atau negara dapat dianugerahi kenaikan pangkat reguler percepatan satu tingkat lebih tinggi.
(3) Kenaikan pangkat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf b terdiri atas:
a. Kenaikan pangkat luar biasa meliputi:
1. Kenaikan pangkat luar biasa operasi militer perang;
2. Kenaikan pangkat luar biasa operasi militer selain perang;
3. Kenaikan pangkat luar biasa operasi militer perang anumerta; dan
4. Kenaikan pangkat luar biasa operasi militer selain perang anumerta.
b. Kenaikan pangkat penghargaan.
Pasal 11
Kala waktu kenaikan pangkat diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kenaikan pangkat reguler:
1. Kenaikan pangkat ke Kolonel dan yang lebih rendah adalah 1 April dan 1 Oktober; dan
2. Kenaikan pangkat ke atau dalam golongan perwira tinggi tidak terkait dengan kala waktu.
b. KPLB tidak terkait dengan kala waktu; dan
c. Kenaikan pangkat penghargaan diberikan paling cepat tiga bulan dan paling lambat satu bulan sebelum pensiun.
Pasal 12
Masa peninjauan kenaikan pangkat diatur dengan ketentuan se bagai l;>eriku t:
a. Paling singkat 3 (tiga) bulan untuk kenaikan pangkat dari Letkol ke Kolonel;
b. Paling singkat 6 (enam) bulan untuk kenaikan pangkat jabatan dalam golongan pangkat ke Letnan Kolonel dan yang lebih rendah; dan
c. Untuk kenaikan pangkat ·ke atau dalam golongan perwira tinggi serta untuk kenaikan pangkat khusus tidak berlaku masa peninjauan.
Bagian Kedua
Kenaikan Pangkat Reguler Paragraf 1
Persyaratan Pasal 13
Persyaratan Kenaikan Pangkat Reguler Perwira sebagai berikut:
a. Telah menduduki jabatan penuh dalam jabatan berdasarkan keputusan dari pejabat yang berwenang.
b. Memenuhi norm.a waktu kenaikan pangkat yaitu:
1. Bagi golongan kepangkatan Pama sampai Pamen ditentukan berdasarkan MDP dan MDDP;
2. Dari golongan Pamen ke Pati Bin tang 1 (Satu) ditentukan berdasarkan MDP;
3. Dalam golongan Pati tidak diberlakukan ketentuan MDP;
~ - - ~·:
12
4. Ketentuan MDDP sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 paling singkat 2 (dua) tahun; dan
5. KPRP tidak diberlakukan ketentuan MDP dan MDDP.
c. Kenaikan pangkat berdasarkan MOP sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kenaikan pangkat dari Letda ke Lettu MDP paling rendah 3 ( tiga) tahun bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab / setingkat.
2. Kenaikan pangkat dari Lettu ke Kapten MOP paling rendah 7 ( tujuh) tahun bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab / setingkat.
3. Kenaikan pangkat dari Kapten ke Mayor:
a) MOP paling rendah 11 (sebelas)·tahun bagi petwira lulusan pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) / setingkat;
b) MOP paling rendah 13 (tiga belas) tahun bagi Perwira lulusan pendidikan Sesarcab/setingkat dan Oikbangspes (Pendidikan Pengembangan Spesialisasi); dan
c) MOP paling rendah 14 ( empat belas)" ta.huh bagi perwira lulusan pendidikan Sesarcab/setingkat.
4. Mayor ke Letkol diatur sebagai berikut:
a) MOP paling rendah 16 (enam belas) tahun bagi perwira yang telah lulus Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
b) MOP paling rendah 18 ( delapan belas) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Selapa dan pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan selapa dan Dikbangspes;
c) MOP paling rendah 20 (dua puluh) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Selapa atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Selapa, Sekkau dan Diklapa;
13
d) MDP paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Sesarcab dan Dikbangspes; dan
e) MDP paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Sesarcab.
5. Letkol ke Kolonel diatur sebagai berikut:
a) MDP paling rendah 20 (dua ·puluh) tahun bagi perwira yang telah lulus Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
b) MDP paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Selapa dan Dikbangspes;
c) MDP paling rendah 24 (dua puluh empat) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Selapa;
d) MDP paling rendah 27 (dua puluh tujuh) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Sesarcab dan Dikbangspes;dan
e) MDP paling rendah 28 (dua puluh delapan) tahun bagi peIWira yang telah lulus setingkat Sesarcab.
6. Kolonel ke Pati Bintang Satu diatur sebagai berikut:
a) MDP 24 (dua puluh empat) tahun bagi perwira yang telah lulus Sesko TNI atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko TNI;
b) MDP 25 (dua puluh lima) tahun bagi perwira yang telah lulus Sesko Angkatan atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Sesko Angkatan;
dan
c) MDP 27 (dua puluh tuJuh) tahun bagi perwira yang telah lulus setingkat Selapa atau pendidikan luar negeri yang disetarakan dengan Selapa dan Dikbangspes.
d. Ketentuan persyaratan kenaikan pangkat reguler petwira sebagaimana dimaksud pada huruf c diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kas Angkatan.
14
Pasal 14
Persyaratan Kenaikan Pangkat Reguler Bintara dan Tamtama diatur sebagai berikut:
a. Telah menduduki jabatan penuh dalam jabatan berdasarkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang;
dan
b. Memenuhi norma waktu kenaikan pangkat berdasarkan MDDP yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bintara, yaitu:
a) dari Serda ke Sertu MDDP paling rendah 5 (lima) tahun;
b) dari Sertu ke Serka MDDP paling rendah 5 (lima) tahun;
c) dari Serka ke Serma MDDP paling rendah 5 (lima) tahun;
d) dari Serma ke Pelda MDDP paling rendah 5 (linia) tahun; dan
e) dari Pelda ke Peltu MDDP paling rendah 4 (empat) tahun.
2. Tamtama, yaitu:
a) dari Prada/Kld ke Pratu/Kls MDDP paling rendah 3 ( tiga) tah un;
b) dari Pratu/Kls ke Praka/Klk MDDP paling rendah 4 (empat) tahun;
c) dari Praka/Klk ke Kopda MDDP paling rendah 4 (empat) tahun;
d) dari Kopda ke Koptu MDDP paling rendah 5 (lima) tahun; dan
e) dari Koptu ke Kopka MDDP paling rendah 5 (lima) tahun.
Paragraf 2
Administrasi Usulan Kenaikan Pangkat Pasal 15
(1) Kelengkapan administrasi usulan kenaikan pangkat paling rendah sebagai berikut:
a. Kelengkapan administrasi UKP ke/dalam Pati TNI dan ke Kolonel ditentukan sebagai berikut:
1. Surat usulan Kas Angkatan; 2. Daftar riwayat hidup;
3. E3erita Acara Serah Terima Dalam Jabatan Lama dan Jabatan Baru; dan
4. Khusus untuk UKP ke Kolonel dilampirkan Dapen.
b. Kelengkapan administrasi UKP ke Letkol dan yang lebih rendah ditentukan sebagai berikut:
1. Daftar penilaian prajurit TNI sesuai derigan ketentuan yang berlaku;
· 2. Daftarriwayathidup;
3. Salinan surat keputusan pengangkatan menjadi prajurit TNI (Skep pengangkatan pertama);
4. Salinan surat keputusan pengangkatan terakhir;
5. Petikan/Salinan keputusan atau surat telegram pengangkatan dalarn jabatan;
6. Surat perintah pelaksanaanjabatan;
7. Salinan ijazah pendidikan tertinggi TNI dan pendidikan umum; dan
8. Khusus untuk KPLB/KPRP dilengkapi dengan rekomendasi dari Komisi KPLB/KPRP.
(2) Ketentuan tentang kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Staf Angkatan.
16 Paragraf 3 Kewenangan
Pasal 16
Kewenangan penetapan kenaikan pangkat reguler dan KPRP diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kenaikan pangkat Pati TNI dan Kolonel ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia;·
b. Kenaikan pangkat Letkol dan Mayor ditetapkan dengan Keputusan Panglima; dan
c. Kenaikan pangkat Pruna ke bawah ditetapkan dengan Keputusan Kas Angkatan.
d. Kewenangan pemberian KPRP:
1) Kolonel dan yang lebih tinggi ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia.
2) Letkol dan Mayor ditetapkan dengan Keputusan Panglima.
3) Pama dan yang lebih rendah ditetapkan dengart keputusan Kas Angkatan.
Paragraf 4 Prosedur UKP
Pasal 17
(1) UKP ke/dalam golongan Pati TNI sebagai berikut:
a. Kas Angkatan mengajukan UKP Pati TNI kepada Panglima berdasarkan keputusan pengangkatan dalam Jabatan Pati TNI dan pertimbangan Kas Angkatan setelah melaksanakan serah terima jabatan pada jabatan lama dan jabatan bani;
b. Aspers Panglima TNI meneliti persyaratan administrasi UKP tersebut, kemudian menyiapkan Surat Panglima kepada Presiden untuk mendapatkan keputusan Presiden;
c. Setelah mendapatkan keputusan Presiden, Panglima mengeluarkan surat perintah penanggalan tanda pangkat lama dan pemakaian tanda pangkat baru; dan
d. UKP bagi Kas Angkatan diusulkan oleh Panglima kepada Presiden.
(2) UKP ke Gol IV /Kolonel di lingkungan Mabes TNI dan luar struktur TNI sebagai berikut:
a. PPK atau Kabalakpus/Kasatker di lingkungan Mabes TNI mengajukan UKP ke Kolonel kepada Panglima u.p.
Aspers Panglima TNI;
b. Aspers Panglima TNI meneliti persyaratan administrasi UKP tersebut, kemudian menyiapkan surat UKP dari Panglima kepada Kas Angkatan yang ditandatangani oleh Aspers Panglima TNI;
c. Kas Angkatan mengajukan UKP kepada Panglima berdasarkan hasil sidang Wanjak Angkatan;
d. Aspers Panglima TNI meneliti persyaratan administrasi UKP dari Kas Angka,tan, kemudian melaksanakan sidang wanjak kenaikan pangkat_ke Kolonel di tingkat
Mabes TNI; ...
e. Aspers Panglima TNI menyiapkan Surat Panglima kepada Presiden untuk mendapatkan keputusari Presiden berdasarkan hasil sidang wanjak kenaikan pangkat ke Kolonel di tingkat Mabes TNI;
f. Setelah mendapatkan keputusan Presiden, Panglima mengeluarkan surat perintah penanggalan tanda pangkat lama dan pemakaian tanda pangkat baru (Kolonel); dan
g. Pelaporan kenaikan pangkat Kolonel ditentukan oleh Kas Angkatan.
(3) UKP ke Letkol dan yang lebih rendah di lingkungan Mabes TNI dan luar struktur TNI dilaksanakan dengan prosedur se bagai beriku t;
a. PPK atau Kabalakpus/Kasatker di lingkungan Mabes TNI mengajukan UKP prajurit TNI kepada Panglima u.p.
Aspers Panglima TNI;
b. Aspers Panglima TNI meneliti persyaratan administrasi UKP tersebut, kemudian menyiapkan surat UKP dari Panglima ke Kas Angkatan yang ditandatangani oleh Aspers Panglima TNI; dan
\
18
c. Kas Angkatan mengajukan usulan kepada Panglima · u.p Kasum TNI dalam rangka penerbitan keputusan Panglima untuk kenaikan pangkat ke Mayor dan Letkol, sesuai dengan hasil sidang wanjak Angkatan.
(4) Prosedur usul kenaikan pangkat di lingkungan Angkatan diatur dengan Peraturan Kas Angkatan.
Pasal 18
KPRP diselenggarakan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Panglima/Kas Angkatan/Pangkotama/Kabalakpus/Kasatker memberikan pernyataan tindakan kepahlawanan atas prajurit yang melakukan tindakan kepahlawanan dan selanjutnya mengeluarkan Surat Perintah Penelitian dan Penilaian;
b. Pejabat berwenang di Mabes Angkatan pendalaman/pengkajian untuk pemberian memberikan saran kepada Kas Angkatan;
melakukan KPRP dan
c. Apabila Kas Angkatan menilai dapat diberikan KPRP membentuk Komisi KPRP;
d. Komisi KPRP melaksanakan penelitian untuk menilai kadar kepahlawanan dan memberikan rekomendasi kepada Kas Angkatan berdasarkan kriteria KPRP;
e. Kas Angkatan mengambil tindakan yang· perlu berdasarkan rekomendasi Komisi KPRP;
1. Untuk Pama dan yang lebih rendah ditetapkan dengan Keputusan Kas Angkatan;
2. Untuk pangkat Mayor dan yang lebih tinggi diusulkan kepada Panglima;
f. Aspers Panglima TNI melakukan penelitian/pendalama.n materi KPRP untuk selanjutnya memberikan masukan kepada Panglima sesuai dengan golongan kepangkatan prajurit yang akan diusulkan kenaikan pangkat reguler percepatan;
g. Apabila disetujui:
1. Surat Perintah mengenakan tanda pangkat baru oleh Panglima untuk pangkat Kolonel dan yang lebih tinggi;
dan
2. Surat Perintah mengenakan tanda pangkat baru oleh Kas Angkatan untuk pangkat Letnan Kolonel dan yang lebih rendah.
h. Penganugerahan KPRP disertai dengan berita acara yang memuat riwayat kepahlawanan prajurit dan dibacakan pada saat penganugerahan.
i. Berita acara sebagaimana dimaksud pada huruf h, dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan keputusan KPRP.
Bagian Ketiga
Kenaikan Pangkat Khusus Paragraf 1
KPLBOMP dan KPLBOMPA Pasal 19
Persyaratan KPLBOMP/KPLBOMPA diatur sebagai berikut:
a. KPLBOMP dianugerahkan kepada prajurit yang telah berjasa dan berhasil melakukan tindakan kepahlawanan dalam pertempuran dengan melampaui panggilan tugasnya tanpa memedulikan keselamatan jiwanya;
b. Dalam hal tindakan prajurit sebagaimana dimaksud pada huruf a mengakibatkan prajurit tersebut gugur maka dapat dianugrahkan KPLBOMPA;
c. KPLBOMP atau KPLBOMPA dianugerahkan berupa kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula diprioritaskan bagi golongan pangkat Bintara dan Tamtama sedangkan bagi Perwira dapat diberikan penghargaan beru pa priori tas Binkar; dan
d. Kriteria tindakan kepahlawanan melebihi panggilan tugas sebagaimana dimaksud pada huruf a tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Panglima ini.
Pasal 20
Kewenangan penetapan KPLBOMP /KPLBOMPA ditetapkan oleh Keputusan Panglima.
20 Pasal 21
KPLBOMP dan KPLBOMPA diselenggarakan dengan prosedur:
a. Panglima/Pangkogab . TNI/Pangkoops TNI memberikan pemyataan tindakan kepahlawanan atas prajurit yang melakukan tindakan kepahlawanan dan selanjutnya memberikan surat perintah penelitian dan penilaian kepada Pejabat yang ditunjuk;
b. Pejabat yang ditunjuk Pangkogab TNI/Pangkoops TNI mengadakan penelitian dan penilaian serta pendalaman atas tindakan dimaksud sebagai bahan laporan khusus kemudian mengusulkan ke Panglima;
c. Apabila Panglima menilai dapat diberikan KPLB membentuk komisi KPLB;
d. Komisi KPLB melaksanakan penelitian untuk menilai kadar kepahlawanan dan memberikan rekomendasi kepada Panglima berdasarkan kriteria KPLB;
e. Panglima mengambil tindakan yang perlu berdasarkan rekomendasi Komisi KPLB;
f. Apabila disetujui, Panglima menetapkan Keputusan tentang KPLBOMP /KPLBOMPA;
g. Surat Perintah mengenakan tanda pangkat baru oleh Kas Angkatan;
h. Penganugerahan KPLB disertai dengan berita acara yang memuat riwayat kepahlawanan prajurit dan dibacakan pada saatpenganugerahan;dan
1. Berita acara sebagaimana dimaksud pada huruf h, dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan Keputusan KPLB.
Paragraf 2
KPLBOMSP dan KPLBOMSPA Pasal 22
Persyaratan KPLBOMSP/KPLBOMSPA diatur sebagai berikut:
a. KPLBOMSP dianugerahkan kepada prajurit yang telah berjasa dan berhasil melakukan tindakan kepahlawanan dalam melaksanakan tugas dengan pertaruhan jiwa dan raganya serta melampaui panggilan tugas tanpa memedulikan keselamatan jiwanya;
b. Dalam ·hal tindakan prajurit sebagaimana dimaksud pada huruf a mengakibatkan prajurit tersebut tewas maka dapat dianugerahkan KPLBOMSPA;
c. KPLBOMSP/KPLBOMSPA dianugerahkan satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula dan berlaku bagi semua golongan pangkat; dan
d. Penelitian dan Penilaian terhadap jasa, keberhasilan dan kepahlawanan seorang prajurit TNI ·dilaksanakan oleh Komisi KPLB yang dibentuk oleh Kas Angkatan.
Pasal 23
Kewenangan penetapan KPLBOMSP/KPLBOMSPA ada pada Panglima yang ditetapkan dengan keputusan Panglima.
Pasal 24
KPLBOMSP dan KPLBOMSPA diselenggarakan dengan prosedur
sebagai berikut: ·
a. Panglima/ Kas Angkatan / Pangkotama/ Kabalakpus / Kasatker memberikan pernyataan tindakan kepahlawanan atas prajurit yang melakukan tindakan kepahlawanan dan selanjutnya mengeluarkan surat perintah penelitian dan penilaian;
b. Pejabat Satker mengadakan penelitian dan penilaian serta pendalaman atas tindakan dimaksud sebagai bahan laporan khusus kemudian mengusulkan ke Komando Atas;
c. Pangkotama mengadakan penelitian dan penilaian serta pendalaman atas tindakan dimaksud dalam laporan khusus kemudian mengusulkan ke Kas Angkatan;
d. Pejabat berwenang di Mabes Angkatan pendalaman/pengkajian untuk pemberian memberikan saran kepada Kas Angkatan;
melakukan KPLB dan
e. Apabila Kas Angkatan menilai dapat diberikan KPLB membentuk komisi KPLB;
f. Komisi KPLB melaksanakan penelitian untuk menilai kadar kepahlawanan dan memberikan rekomendasi kepada Kas Angkatan berclasarkan kriteria KPLB;
g. Kas Angkatan mengambil tindakan yang perlu berdasarkan rekomendasi Komisi KPLB, Kas Angkatan mengusulkan KPLB kepada Panglima;
22
h. Aspers Panglima TNI melakukan penelitian/pendalaman materi KPLB untuk selanjutnya memberikan masukan kepada Panglima;
1. Apabila disetujui, Panglima menetapkan keputusan tentang KPLB;
J. Surat perintah mengenakan tanda pangkat baru oleh Kas Angkatan;
k. Penganugerahan KPLB disertai de:ngan berita acara yang memuat riwayat kepahlawanan prajurit dan dibacakan pada saat penganugerahan; dan
1. Berita acara sebagaimana dimaksud pada huruf k, dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan keputusan KPLB.
Pasal 25
KPLBOMSP dan KPLBOMSPA Operasi Perdamaian Dunla diselenggarakan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Dan PMPP memberikan pernyataan tindakan kepahlawanan atas prajurit yang melakukan tindakan kepahlawanan serta mengeluarkan surat perintah penelitian dan penilaian;
b. Pejabat di lingkungan PMPP yang ditunjuk mengadakan penelitian dan penilaian serta pendalaman atas tindakan dimaksud sebagai bahan laporan khusus kemudian mengusulkan ke Panglima;
c. Apabila Panglima menilai dapat diberikan KPLB membentuk komisi KPLB;
d. Komisi KPLB melaksanakan penelitian untuk menilai kadar kepahlawanan dan memberikan rekomendasi kepada Kas Angkatan berdasarkan kriteria KPLB;
e. Apabila disetujui, Panglima menetapkan keputusan tentang KPLB;dan
f. Surat perintah mengenakan tanda pangkat baru oleh Panglima.
Paragraf 3
Kenaikan Pangkat Penghargaan Pasal 26
(1) Kenaikan Pangkat Penghargaan diberikan kepada prajurit yang memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan Kenaikan Pangkat Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. Memenuhi MDP minimal yang dipersyaratkan bagi kenaikan pangkat regular, Khusus Kenaikan Pangkat Penghargaan ke ,Letda, MDDP Peltu sekurang- kurangnya 5 (lima) tahun dan Kenaikan Pangkat Penghargaan ke Serda MDDP Kopka sekurang- kurangnya 5 (lima) tahun;
b. Akan dibern.entikan dengan hormat dari dinas keprajuritan karena . mencapai batas usia pensiun baik bagi yang melaksanakan··· MPP maupun tidak dan mempunyai akibat administrasi penuh; · c. Telah melaksanakan pengabdian tanpa terputus
. dengan dedikasi kerja·yang tinggi;
d. Tidak pernah cacat dalam pengabdiannya; dan
e. Memiliki Bintang Angkatan dan atau penghargaan lainnya yang setingkat.. .
(3) Tanpa cacat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d adalah · prajurit selama melaksanakan tugas tidak pemah dihukum dalam perkara pidana atau disiplin.
(4) Kenaikan Pangkat Penghargaan adalah pangkat efektif terakhir dan berlaku sampai Pati Bintang Dua;
(5) Kenaikan Pangkat Penghargaan diajukan dengan prosedur sebagaimana usul kenaikan pangkat reguler; dan
(6) Kelengkapan administrasi usulan Kenaikan Pangkat Penghargaan seperti UKP reguler dengan melampirkan salinan Keppres Penganugerahan Bintang Angkatan.
24
BABIV
KOMISI KENAIKAN PANGKAT LUAR BIASA DAN KENAIKAN PANGKAT REGULER PERCEPATAN
Pasal27
Komisi dibentuk dengan susunan, tugas, dan kewenangan sesuai dengan bidang yang dibutuhkan untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada pejabat yang berwenang.
Pasal 28 ( 1) Susunan Komisi terdiri atas:
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. 1 ( satu) orang Sekretaris merangkap anggota; dan d. 4 (empat) orang anggota.
(2) Susunan komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah personel prajurit yang .. membidangi:
(1)
a. Psikologi;
b. Hukum;
C. Intelijen;
d. Operasi;
e. Person el;
f. Logistik; dan g. Teritorial.
Pasal29 Komisi bertugas un tuk:
a. Melaksanakan penelitian dengan mengumpulkan data, mengidentifikasi, mengolah, menilai dan menyimpulkan atas kadar tindakan kepahlawanan Prajurit TNI dalam OMP/OMSP/tugas lainnya;
b. Memberikan rekomendasi kepada pejabat yang berwenang tentang KPLB; dan
c. Melaksanakan memonitor dan evaluasi proses usulan KPLB.
(2) Dalam melaksanakan tugas, Komisi dapat melakukan penelusuran kronologi kejadian yang dianggap terdapat kaitan langsung dengan tindakan kepahlawanan ke Komando Gabungan TNI, Satker TNI terkait dan instansi lain.
(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat berupa:
a. Kenaikan pangkat; dan
b. Prioritas pembinaan karier lainnya berupa prioritas pendidikan dan atau jabatan.
(4) Togas Komisi berakhir setelah rekomendasi telah mendapatkan keputusan dari pejabat yang berwenang.
BABV
PEMBERIAN PANGKAT PRAJURIT TNI Bagian Kesatu
Umum Pasal 30
(1) Pemberian pangkat Prajurit TNI merupakan salah satu sarana dalam rangka efektivitas organisasi dalam upaya memenuhi kebutuhan personel pada tingkat kepangkatan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan.
(2) Pemberian pangkat dibedakan atas Pemberian Pangkat Lokal dan Pangkat Tituler.
Bagian Kedua Pangkat Lokal
Pasal 31
( 1) Pangkat lokal diberikan kepada seorang prajurit guna keabsahan pelaksanaan suatu tugas atau jabatan yang bersifat sementara, yang memerlukan pangkat yang lebih tinggi dari pangkat yang disandangnya karena kebutuhan situasional.
(2) Pangkat lokal berlaku untuk semua tingkatan pangkat prajurit terhitung mulai pelaksanaan tugas dan berakhir dengan sendirinya saat selesai pelaksanaan tugas tersebut.
26
(3) Pangkat lokal dapat diberikan dalam golongan kepangkatan setingkat lebih tinggi dari golongan pangkat yang disandangnya atau sesuai kebutuhan.
( 4) Pangkat lokal tidak berakibat administrasi.
(5) Usul pemberian pangkat lokal diajukan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan hierarki yang berlaku.
(6) Wewenang pemberian pangkat lokal sebagai berikut:
a. Pati oleh Panglima;
b. Kolonel dan yang lebih rendah di lingkungan Mabes TNI oleh Panglima;
c. Kolonel dan yang lebih rendah di lingkungan Angkatan oleh Kas Angkatan; dan
d. Dalam keadaan tertentu dan penggunaannya kurang dari 7 (tujuh) hari, papgkat Kolonel dan yang lebih rendah dapat ditetapkan oleh pejabat setingkat Pangkotama/Kabalakpus TNI.
Pasal 32
Prosedur pemberian pangkat lokal perwira tinggi sebagai berikut:
a. Pengguna mengajukan usul pemberian pangkat lokal kepada Panglima;
b. Atas petunjuk Panglima, Aspers Panglima TNI meneliti usul pemberian pangkat lokal;
c. Aspers Panglima TNI mengajukan usul penerbitan Keputusan definitif mengenai pemberian pangkat lokal kepada Panglima; dan
d. Surat Perintah pemakaian pangkat lokal dikeluarkan oleh Panglima.
Pasal 33
Prosedur Pemberian Pangkat Lokal Kolonel dan yang lebih rendah sebagai berikut:
a. Pengguna mengajukan usul pemberian pangkat lokal kepada Kas Angkatan;
b. Atas petunjuk Kas Angkatan, Aspers Kas Angkatan meneliti usul pemakaian pangkat lokal;
c. Aspers Kas Angkatan mengajukan usul penerbitan Keputusan definitif mengenai pemberian pangkat lokal; dan d. Surat perintah pemakaian pangkat lokal dikeluarkan oleh
Kas Angkatan.
Pasal 34
Dalam hal masa pemakaian pangkat lokal kurang dari 7 (tujuh) hari, diatur sebagai berikut:
a. Pengguna mengajukan usul pemberian pangkat lokal kepada satuan asal pemakai pangkat lokal;
b. Satuan asal pemakai pangkat lokal secara berjenjang (hirarki) mengajukan usul pemberian pangkat lokal kepada Pangkotama/Kabalakpus dari penyandang pangkat lokal;
dan
c. Surat perintah pemakaian pangkat lokal dikeluarkan oleh Pangkotama/Kabalakpus/Kasatker dari ... · penyandang pangkat lokal.
Bagian Ketiga Pangkat Tituler
Pasal 35
(1) Pangkat Tituler diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang diperlukan dan bersedia menjalankan tugas dan jabatan tertentu di lingkungan TNI serta berlaku selama menjalankan tugas dan jabatan tersebut.
(2) Jabatan tertentu di lingkungan TNI yang memenuhi syarat pemberian Pangkat Tituler adalah:
a. Jabatan tersebut mutlak dilaksanakan oleh seorang Perwira TNI; dan
b. Tidak tersedia Perwira TNI yang memenuhi syarat untuk mendudukijabatan tersebut.
(3) Penetapan keputusan Panglima mengenai Pangkat Tituler dijadikan dasar pengangkatan sebagai prajurit TNI.
(4) Pemberian Pangkat Tituler tidak disertai dengan korps di belakang pangkat.
28
Pasal 36
Persyaratan pangkat Tituler sebagaimana dimaksud dalarp.
ayat (2) huruf b adalah sebagai berikut:
a.
Memiliki tingkat keahlian dan pengalaman yang sesuai dengan jabatan yang diperlukan;b. Bagi Pegawai Negeri Sipil paling rendah golongan setingkat PNS golongan III/ a;
c. Pangkat Tituler paling rendah Letnan Dua dan paling tinggi Letnan Kolonel;
d. Penyandang Pangkat Tituler tidak dapat dipindahkan ·dari jabatan yang digunakan sebagai dasar pengangkatannya;
e. Sebagaimana dimaksud pada pasal 34 ayat 2 dapat dicabut apabila telah tersedia prajurit sukarela TNI;
f. Memenuhi persyaratan umum prajurit TNI sebagai berikut:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; . 2. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945;
3. Usia paling rendah 23 tahun dan paling tinggi 57 tahun;
4. Berkelakuan baik; dan 5. Sehatjasmani dan rohani.
Pasal 37
Kewenangan pemberian dan pencabutan Pangkat Tituler ditetapkan oleh Panglima.
Pasal 38
Prosedur Pemberian Pangkat Tituler sebagai berikut:
a. Kas Angkatan, Kasatker /Balakpus Mabes TNI mengajukan usulan pemberian pangkat tituler . kepada Panglima berdasarkan kebutuhan;
b. Atas petunjuk Panglima, Aspers Panglima TNI meneliti usulan pemberian pangkat tituler dari Kas Angkatan;
c. Aspers Panglima mengajukan usulan penerbitan Keputusan Definitif mengenai pangkat Tituler kepada Panglima; dan d. Surat Perintah Pemakaian Tanda Pangkat oleh Kas
Angkatan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Pada saat Peraturan Panglima ini mulai berlaku, ketentuan dan Peraturan Panglima beserta semua petunjuk pelaksanaannya yang berkaitan dengan kepangkatan prajurit TNI yang sudah ada tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Panglima m1.
Pasal 40
Peraturan Panglima ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2015
PANGLIMA TNI,
tertanda
GATOT NURMANTYO JENDERAL TNI
- - - - -~ uten tikasi
~TTirli:,,!~~·TUM TNI,
~ ~~ ~~\\l~ARTO, S.E.
--=~~~1"5IR JENDERAL TNI