• Tidak ada hasil yang ditemukan

7B Rifka Reviliana 2282210065 Laprak tembaga dan perak

N/A
N/A
Rifka Reviliana

Academic year: 2025

Membagikan "7B Rifka Reviliana 2282210065 Laprak tembaga dan perak"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

“REAKSI PADA UNSUR DAN SENYAWA TEMBAGA DAN PERAK”

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Praktikum Kimia Anorganik

Dosen Pengampu: Ratna Sari Siti Aisyah, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama :Rifka Reviliana

NIM/Jurusan : 2282210065/Pendidikan Kimia 2021

No. Urut/Nama Percobaan : 6/Reaksi pada unsur dan senyawa tembaga perak Tanggal mulai : 17 November 2023

Tanggal selesai : 24 November 2023 Asisten Pemeriksa : Rosdiana Putri Pratama

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2023

(2)

A. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Membuat beberapa senyawa tembaga

2. Mengifentifikasi sifat-sifat fisik dan kimia beberapa persenyawaan logam tembaga s 3. Mengidentifikasi sifat-sifat senyawa perak

B. Prinsip Percobaan

Tembaga merupakan logam berwarna emas dan lunak, mudah ditempa. Tembaga melebur pada 103˚C, karena potensial elektroda standarnya +, maka tembaga tidak larut dalam HCl dan H2SO4 encer. Walaupun adanya O2 secara lambat akan sedikit larut menjadi terlapis oleh lapisan hijau serta tembaga karbonat basa. Adapun reaksi yang terjadi dituliskan sebagai berikut:

2Cu(s) + O2(g) + 2H2O(l) → Cu(OH)2CO3(s)

(Langitasari, 2023) Prinsip percobaan pada praktikum ini didasarkan pada perubahan spesifik berupa adanya perubahan warna, terbentuknya endapan, ada atau tidaknya gas serta bau saat sampel direaksikan dengan pereaksi tertentu (Shevla, 1985).

C. Reaksi Kimia

a) Pembuatan Tembaga (I) Oksida

• CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) ↓+ Na2SO4 (aq)

• Cu(OH) 2 (s) + KNaC4H4O6 (aq) → KNaCu[(COO2(CHO)2] (aq)

• Cu(OH) 2 (aq) + C6H12O6 (aq) → Cu2O (s) ↓+ C7H12O7 (aq) + H2O (l)

b) Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan asam 1. Cu2O (s) + 2HCl (aq) → 2CuCl (s) ↓ + H2O (l)

2. Cu2O (s) + H2SO4 (aq) → Cu (s) ↓+ CuSO4 (aq) + 2H2O (l)

3. Cu2O (s) + 2HNO3(aq) → 2Cu(NO3)2 (aq) + H2O (l) 4. CuO (s) + 2HCl (aq) → CuCl2(aq) + H2O (l)

5. CuO(s) + H2SO4(aq)→ CuSO4(aq) + H2O (l)

6. CuO(s) + 2HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + H2O (l)

c) Pembuatan Tembaga (I) Klorida

1. CuO (s) + 2HCl (aq) → CuCl2 (aq) + H2O (l)

2. CuCl2 (aq) + Cu (s) → Cu2Cl2 (s) d) Reaksi dan Senyawa Tembaga (II)

Reaksi Tembaga (II) dengan NaOH encer

(3)

• CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) ↓ + Na2SO4 (aq)

• Cu(OH)2 (s) + 2NaOH (aq) → Na2[Cu(OH)4] (aq)

Reaksi Tembaga (II) dengan NH3 encer

1. CuSO4 (aq) + 2NH3 (aq) → [Cu(NH3)2]2+ (aq)+ SO42-

(aq) + H2(g) ↑ 2. [Cu(NH3)2]2+ (aq) + 2NaOH (aq) + Cu(OH)2(s) ↓ + 2NH3 (aq) + 2Na+ (aq)

Reaksi Tembaga (II) dengan HCl pekat 1. CuSO4 (aq) + 2HCl (aq) → [CuCl2]- (aq)+ SO42-

(aq) + H2(g) ↑ 2. [CuCl2]- (aq)+ 2NaOH (aq) → Cu(OH)2(s) ↓ + 2NaCl (aq)

e) Reaksi dan Senyawa Perak (I)

Percobaan 1

• 2AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → AgCrO4(s) ↓ + 2KNO3 (aq)

• 2Ag2+ (aq) + CrO42-

(aq) → Ag2CrO4(s) Tabung 1

1. 2Ag2CrO4(s) + 4HNO3(aq) → AgNO3 (aq) + H2CrO4 (s) ↓+ H2O (l)

2. Ag2CrO4(s) + 2H+(aq) → 4Ag2+(aq) + Cr2O42-

(aq) + H2O (l)

Tabung 2

1. 2Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2]2CrO4 (aq) + O2(g) 2. Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → 2[Ag(NH3)2]+ (aq) + CrO42-

(aq)

Percobaan 2

Reaksi perak dengan NH3

• 2AgNO3 (aq) + 4NH3(aq) → Ag2O(s) ↓+ 5H2O (l) + H2(g)

• Ag2O (s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2]+ (aq) + 2OH-(aq)

Reaksi perak dengan NaOH

1. AgNO3 (aq) + 2NaOH (aq) → 2Ag2O (s) ↓+ 2NaNO3 (aq) + H2O (l)

2. Ag2O (s) + 2NaOH (aq) + H2O (l) → 2AgOH (s) ↓+ 2Na+ (aq) f) Reaksi Pembentukan Cermin Perak

1. AgNO3 (aq) + NaOH (aq) → Ag2O (s) ↓+ 2NaNO3 (aq) + H2O (l)

2. Ag2O (s) + NH3 (aq) → 2[Ag(NH3)2] (aq)

3. 2[Ag(NH3)2] (aq) + C6H12O6 (aq) → C6H12O7 (aq) + Ag (s) + NH3 (aq) + H2O (l)

D. Dasat Teori

Menurut Kundari & Slamet (2008), tembaga ialah logam yang paling ringan serta reaktif. Tembaga merupakan logam transisi yang memiliki warna kemerahan, mudah regang serta mudah ditempa. Bagi makhluk hidup tembaga mempunyai sifat beracun.

Tembaga ialah logam dengan nomor atom 29 dan masssa atomnya yaitu 63,546. Tembaga

(4)

memiliki titik lebur sebesar 1083˚C dan titik didih sebesar 2310 ˚C. Pada sistem periodic unsur, tembaga tergolong kedalam golongan 11. Tembaga, perak serta emas sering disebut sebagai koin karena telah digunakan sejak lama sebagai uang dengan bentuk lempengan.

Hal ini dikarenakan logam tersebut tidak reaktif sehingga menyebabkan tidak adanya perubahan dalam waktu yang cukup lama (Kundari & Slamet, 2008).

Potensial elektroda tembaga yaitu positif. Berdasarkan kelarutannya, tembaga tidak larut dalam HCl (Asam Klorida) dan H2SO4 (Asam Sulfat) encer. Asam nitrat yang sedang pekat dapat melarutkan tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah serta memiliki kandungan ion tembaga (I). Senyawa-senyawa ini tidak berwarna. Garam tembaga (I) kebanyakan tidak larut dalam air dan sifatnya mirip dengan perilaku pada senyawa perak (I). Pada imumnya garam-garam tembaga (II) memiliki warna biru baik dalam bentuk hidrat, padat, ataupun larutan (Vogel, 1979).

Menurut Achmad (2001), salah satu logam yang keberadaannya cukup banyak pada keadaan bebas yaitu tembaga. Pada keadaan standar, tembaga mengalami disporpodionasi secara spontan. Tetapi, bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk.

Untuk melihat bagaimana Cu (I) dan Cu(II) terbentuk yaitu dengan membuat Cu+ pada larutan air secara banyak dan Cu2+ akan melimpah, maka disporpodionasi ini akan terbentuk sempurna. Apabila Cu+ dijaga sangat rendah maka Cu2+ akan sangat kecil (Petrucci, 1987).

Perak merupakan logam yang memiliki warna putih dan dapat ditempa. Perak memiliki nilai kerapatan yang tinggi yaitu 10,5 gr/ml serta melebur pada suhu 960,5 ˚C.

Berdasarkan kelarutannya, perak tidak larut pada asam klorida, asam sulfat encer serta asam nitrat encer. Perak dapat membentuk ion monokovalen pada larutan tidak berwarna.

Perak merupakan senyawa-senyawa yang tidak stabil. Namun, perak mempunyai peranan yang penting pada proses redoks yang dikatalisasi oleh perak itu sendiri (Vogel, 1990).

Perak ialah logam yang mempunyai ketahanan kimia yang baik. Lapisan pada logam dapat melindungi tembaga dari korosi logam serta mampu bertahan dari larutan HCl.

Pemanfaatan dengan menggunakan logam banyal dilakukan dari berbagai bidang seperti, perhiasan, perabotan dan lainnya. Perak juga sering digunakan sebagai salah satu bahan konduktor untuk pembuatan elektroda sel surya berbasis silikon (Obiedyan, 2017).

E. Alat dan Bahan I. Alat

(5)

• Tabung reaksi (10 buah)

• Rak tabung reaksi (1 buah)

• Bunsen (1 buah)

• Gelas ukur 5 mL (2 buah)

• Penjepit kayu (2 buah) II. Bahan

• CuSO4.5H2O 0,1 M (2 mL)

• NaOH 1% (2 mL)

• Kalium tartart (seujung spatula)

• Glukosa (seujung spatula)

• CuO (seujung spatula)

• Logam Cu (sekeping)

• AgNO3 10% (1 mL)

• AgNO3 0,05 M (1 mL)

F. Prosedur Kerja

a) Pembuatan Tembaga (I) Oksida

b) Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan asam

• Pipet tetes (6 buah)

• Spatula (3 buah)

• Batang pengaduk (1 buah)

• Corong kaca (1 buah)

• Gelas kimia 100 mL (1 buah)

• NaOH 2 M (2 mL)

• NH3 10% (2 mL)

• Larutan glukosa (secukupnya)

• HNO3 1 M

• H2SO4 1M

• HCl 1 M

• K2CrO4 1 M

• Kertas saring (1 buah)

CuSO4 + NaOH 2 M + KN4C4H4O6.4H2O + Glukosa

Dimasukka CuSO4n 2 mL larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi

Dimasukkan 2 mL larutan NaOH 2 M dan kalium natrium tartrat (garam Rochelle dalam tabun reaksi, ditambahkan tetes demi tetes ke dalam larutan CuSO4 sampai endapan yang terbentuk tepat larut

Ditambahkan seujung sendok kecil glukosa pada campuran diatas, dipanaskan sampai terjadi endapan merah jingga. Endapan merah jingga adalah tembaga (I) oksida

Dibiarkan endapan mengendap lalu larutan didekantasi dan cuci endapan dengan air

Digunakan endapan ini untuk percobaan B Hasil

(6)

c) Pembuatan Tembaga (I) Klorida

d) Reaksi dan Senyawa Tembaga (I)

CuO + HCl, H2SO4, HNO3 dan Cu2O + HCl, H2SO4, HNO3

Dimasukkan sedikit Cu2O hasil percobaan A ke dalam tiga tabung reaksi Dimasukkan sedikit CuO ke dalam tiga tabung reaksi

Digunakan larutan tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida untuk mempelajari reaksi kedua tersebut dengan 2 mL HCl encer 1 M, H2SO4

encer 1M dan HNO3 encer 1 M

Ditambahkan perlahan-lahan asam-asam tersebut ke dalam larutan tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida sampai berlebih (5 tetes) lalu dipanaskan, diamati dengan seksama perubahan yang terjadi

Hasil

0,2 g CuO + HCl pekat + sekeping Cu

Dimasukkan seujung spatula CuOdalam tabung reaksi, ditambahkan 3 drop HCl pekat

Dipanaskan sampai diperoleh larutan berwarna hijau Ditambahkan beberapa keping Cu, didihkan selama 5 menit

Disaring dan dimasukkan filtratnya ke dalam 50 mL aquadest dalam gelas kimia

Hasil

NaOH 2 M + CuSO4, NH3, HCl pekat

Ditambahkan larutan NaOH 2 M tetes demi tetes hingga berlebih ke dalam 2 mL CuSO4

Ditambahkan larutan NH3 10% tetes demi tetes pada 2 mL CuSO4 sampai amoniak berlebih

Ditambahkan HCl pekat tetes demi tetes pada 2 mL CuSO4 sampai tidak terjadi perubahan lagi

Hasil

(7)

e) Reaksi dan Senyawa Perak (I) Percobaan 1

Percobaan 2

f) Reaksi Pembentukan Cermin Perak

G. Data Pengamatan

Perc Perlakuan Pengamatan

A CuSO4 + NaoH + Kalium tartart

CuSO4 berwarna biru cerah

NaoH + Kalium tartart = larutan tidak berwarna K2CrO4 + AgNO3

Ditambahkan beberapa tetes K2CrO4 ke dalam 2 mL larutan AgNO3

Dibagi 2 endapan yang terbantuk, bagian 1 diasamkan dengan HNO3

encer dan bagian 2 ditambahkan amoniak

Ditambahkan tetes demi tetes larutan NH3 encer ke dalam 2 mL larutan AgNO3 0,05 M sampai berlebih

Hasil

NH3 + AgNO3, NaOH + AgNO3

Diulang percobaan ini dengan NaOH sebagai pengganti amonia Diamati perubahan yang terjadi selama proses reaksi

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

AgNO3 + NaOH + NH3 + glukosa + dipanaskan

Dibuat campuran 1 mL larutan AgNO3 10 % dengan 1 mL NaOH 10%

Dilarutkan endapan yang terbentuk dengan 2 mL amoniak 10%

Ditambahkan 2 mL laurtan glukosa, dipanaskan campuran dalam penangas air bersuhu 60˚C

Diamati perubahan yang terjadi Hasil

(8)

CuSO4 + larutan (NaoH + Kalium tartart) = larutan menjadi biru tua

+ glukosa Sebelum = terdapat dua fasa biru muda dan biru tua ketika didiamkan

Setelah = larut ketika dikocok

+ dipanaskan Terdapat endapan merah jingga, larutan berwarna merah jingga

B

• Cu2O

Cu2O + H2SO4

+ dipanaskan

Cu2O = Padatan orange/jingga

Larutan menjadi orange kecoklatan dan endapan orange

Tidak ada perubahan Cu2O + HCl

+ dipanaskan

Endapan putih dan larutan kuning cerah Endapan sedikit larut, larutan kuning cerah Cu2O + HNO3

+ dipanaskan

Endapan merah dan larutan merah bata Endapan menjadi larut, larutan biru kehijauan

• CuO

CuO + H2SO4

+ dipanaskan

CuO = Padatan hitam

Larutan hitam dan endapan hitam Larutan biru tua dan endapan hitam CuO + HCl

+ dipanaskan

Larutan hitam dan endapan hitam

Larutan biru kehijauan dan endapan hitam CuO + HNO3

+ dipanaskan

Larutan hitam dan endapan hitam Larutan biru jernih dan endapan hitam

C

CuO + HCl Larutan berwarna biru tua + dipanaskan Larutan berwarna hijau pekat + sekeping Cu +

dididihkan

Tidak terjadi perubahan, saat dididihkan larutan berwarna hijau kecoklatan, endapan hitam (logam Cu melebur)

Disaring filtrat dan dimasukkan ke dalam 50 mL aquadest

Setelah disaring terdapat endapan hitam dan filtrat putih keruh, saat didiamkan tak berwarna + aquadest larutan berubah menjadi tidak berwarna

D

CuSO4 + NaOH 2 M

NaOH berlebih

CuSO4 = Larutan biru muda + NaOH menjadi biru tua

Larutan menjadi hitam dan endapan hitam

(9)

CuSO4 + NH3 10%

NH3 10% berlebih

CuSO4 = Larutan biru muda + NH3 menjadi larutan biru tua

Larutan berwarna biru tua keunguan, tidak ada endapan

CuSO4 + HCl pekat

HCl pekat berlebih

CuSO4 = Larutan biru muda

+ HCl pekat menjadi larutan kuning

Larutan menjadi hijau terang dan endapan putih sedikit

E

• Percobaan 1

AgNO3 + K2CrO4 Sebelum : AgNO3 larutan tak berwarna, K2CrO4

larutan berwarna kuing

Setelah : terbentuk endapan merah bata, larutan berwarna kuning terang/cerah

Tabung 1 + HNO3 Sebelum : endapan merah bata

Setelah : larutan berwarna kuning kecoklatan, endapan tidak larut

Tabung 2 + NH3 Sebelum : endapan merah bata

Setelah : larutan kuning cerah, encapan larut

• Percobaan 2

AgNO3 + NH3 Sebelum : AgNO3 larutan tak berwarna, NH3 larutan tak berwarna

Setelah : saat ditetesi NH3 larutan berubah menjadi terbentuk endapan coklat, saat dukocok endapan menjadi larut dan larutan tidak berwarna

AgNO3 + NaOH Sebelum : AgNO3 larutan tak berwarna, NaOH larutan tak berwarna

Setelah : saat ditetesi NaOH larutan berubah menjadi cokelat muda keruh dan terdapat endapan coklat

F

AgNO3 10% + NaOH % Larutan berwarna coklat kemerahan, endapan larut + NH3 10% Larutan menjadi tidak berwarna, endapan coklat + glukosa 2 % Larutan tak berwarna

+ dipanaskan (suhu 60˚C)

Larutan berwarna silver, terbentuk cermin

(10)

H. Pembahasan

Praktikum kali ini mengenai reaksi pada unsur dan persenyawaan tembaga dan perak. Prinsip percobaan pada praktikum kali ini didasarkan pada perubahan spesifik berupa adanya perubahan warna, terbentuknya endapan, ada atau tidaknya gas serta bau saat sampel direaksikan dengan pereaksi tertentu. Praktikum ini bertujuan untuk membuat beberapa senyawa tembaga, mengidentifikasi sifat-sifat fisik dan kimia beberapa persenyawaan logam tembaga dan mengidentifikasi sifat-sifat senyawa perak. Praktikum ini dilakukan sebanyak 6 percobaan yang terdiri dari: pembuatan tembaga (I) oksida, reaksi senyawa tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam, pembuatan tembaga (I) klorida, reaksi dan senyawa tembaga (II), reaksi dan senyawa perak (I), dan reaksi pembentukan cermin perak.

1. Pembuatan tembaga (I) oksida.

Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan CuSO4 dengan NaoH dan Kalium tartart, sehingga diperoleh hasil larutan berwarna biru tua dan terbentuk endapan berwarna biru yaitu Cu(OH)2. Kemudian ditambahkan glukosa dan dipanaskan. Fungsi pemanasan yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi. Saat pemanasan, larutan yang mulanya berwarna biru berubah menjadi larutan merah jingga dan terbentuk endapan merah jingga. Endapan tersebut merupakan Cu2O atau tembaga (I) oksida. Hal ini terjadi dikarenakan, saat penambahan glukosa, glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 sehingga terbentuk endapan merah jingga. Selanjutnya, dibiarkan endapan hingga mengendap dan dilakukan proses dekantasi dengan menggunakan air.

Dekantasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memisahkan campuran larutan dan padatan. Pencucian endapan dilakukan agar endapan yang diperoleh terhindar dari zat pengotor lainnya. Endapan yang diperoleh ini akan digunakan pada percobaan B. Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini dituliskan sebagai berikut:

• CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) ↓+ Na2SO4 (aq)

• Cu(OH) 2 (s) + KNaC4H4O6 (aq) → KNaCu[(COO2(CHO)2] (aq)

• Cu(OH) 2 (aq) + C6H12O6 (aq) → Cu2O (s) ↓+ C7H12O7 (aq) + H2O (l)

Pada percobaan ini dilakukan dengan cara menggunakan ujj fehling, yang mana fehling A merupakan larutan CuSO4 dan fehling B merupakan larutan NaOH serta kalium tartart. Percobaan ini sudah sesuai litertaur dimana diperoleh endapan berwarna merah jingga yang menunjukkan terbentuknya senyawa tembaga (I) oksida atau Cu2O.

2. Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan asam Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 percobaan dengan sampel yang digunakan yaitu Cu2O dan CuO dengan pereaksi asam yang digunakan ialah HCl 1 M, H2SO4 1

(11)

M dan HNO3 1 M. Percobaan pertama yaitu menggunakan tembaga (I) oksida (Cu2O) dan membagikannya ke dalam tiga tabung yang berbeda. Cu2O berbentuk padat berwarna orange/jingga. Pada tabung pertama, dilakukan dengan mereaksikan Cu2O dengan HCl 1 M dan diperolah hasil larutan berwarna kuning cerah dan terdapat endapan putih yaitu CuCl. Kemudian dilakukan pemanasan menghasilkan larutan kuning cerah dan endapan sedikit larut. Pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Menurut Vogel (1979), tembaga tidak larut pada senyawa yang bukan pengoksidasi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur dimana tembaga tidak larut dalam HCl karena HCl bukanlah asam pengoksidasi. Adanya perubahan warna pada larutan disebabkan karena adanya ion [CuCl2]-. Persamaan reaksi pada tabung pertama dituliskan dengan:

Cu2O (s) + 2HCl (aq) → 2CuCl (s) ↓ + H2O (l)

Pada tabung kedua, dilakukan dengan mereaksikan Cu2O dengan H2SO4 1 M dan diperoleh hasil larutan berwarna orange kecoklatan dan terdapat endapan orange yaitu Cu. Kemudian dilakukan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Namun, saat pemanasan tidak terdapat perubahan. Hal ini terjadi karena H2SO4 bukanlah asam pengoksidasi sehingga endapan tersebut tidak larut dalam H2SO4. Hal ini sudah sesuai literatur dimana, menurut Vogel (1979) tembaga tidak akan larut dalam H2SO4 encer.

Persamaan reaksi pada tabung kedua dituliskan dengan:

Cu2O (s) + H2SO4 (aq) → Cu (s) ↓+ CuSO4 (aq) + 2H2O (l)

Pada tabung ketiga, dilakukan dengan mereaksikan Cu2O dengan HNO3 1 M dan diperoleh hasil larutan berwarna merah bata dan endapan merah . Kemudian dilakukan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan diperoleh hasil endapan menjadi larut serta larutan berubah warna menjadi biru kehijauan. Hal ini terjadi karena HNO3

merupakan asam pengoksidasi sehingga endapan tersebut dapat larut. Fungsi penambahan dari HNO3 yaitu sebagai oksidator. Percobaan ini sudah sesuai dengan literatur, dimana tembaga dapat larut dalam asam pengoksidasi yaitu HNO3 encer.

Persamaan reaksi pada tabung ketiga dituliskan dengan:

Cu2O (s) + 2HNO3(aq) → 2Cu(NO3)2 (aq) + H2O (l)

Percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan sampel tembaga (II) oksida (CuO) dan membaginya ke dalam tiga tabung reaksi yang berbeda. CuO merupakan padatan berwarna hitam. Pada tabung pertama dilakukan dengan mereaksikan CuO dengan HCl 1 M dan diperoleh hasil larutan berwarna hitam dan endapan hitam.

Kemudian dilakukan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan

(12)

menghasilkan larutan berwarna biru kehijauan serta endapan hitam. Hal ini belum sesuai literatur dimana tembaga (II) oksida seharunya dapat larut dalam asam mineral dan menghasilkan garam tembaga (II). Larutan biru kehijauan dihasilkan karena senyawa CuCl2 yang belum bereaksi dengan sempurna. Persamaan reaksi pada tabung pertama dituliskan dengan:

CuO (s) + 2HCl (aq) → CuCl2(aq)+ H2O (l)

Pada tabung kedua, dilakukan dengan mereaksikan senyawa CuO dengan H2SO4 1 M dan diperoleh hasil larutan berwarna hitam dan endapan hitam. Kemudian dilakukan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan diperoleh hasil larutan menjadi biru tua dan endapan hitam. Reaksi CuO dengan H2SO4 menghasilkan larutan biru tua dan endapan hitam CuO yang belum bereaksi sempurna. Hal ini sudah sesuai literatur dimana endapan tersebut tidak larut karena H2SO4 bukanlah asam pengoksidasi.

Persamaan reaksi pada tabung kedua dituliskan dengan:

CuO(s) + H2SO4(aq)→ CuSO4(s) ↓ + H2O (l)

Pada tabung ketiga, dilakukan dengan mereaksinyan senyawa CuO dengan HNO3 1 M menghasilkan larutan berwarna hitam dan endapan hitam. Kemudian dilakukan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan diperoleh hasil larutan biru jernih dan endapan hitam. Hal ini belum sensuai teori, dimana seharusnya endapan yang diperoleh menjadi larut karena HNO3 merupakan asam pengoksidasi dan berperan sebagai oksidator. Hal ini mungkin terjadi karena kesalahan praktikan yang kurang memberikan pereaksi HNO3 secara berlebih. Persamaan reaksi pada tabung ketiga dituliskan dengan:

CuO(s) + 2HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + H2O (l)

3. Pembuatan Tembaga (I) Klorida

Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan senyawa CuO dengan HCl pekat menghasilkan larutan berwarna biru tua. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan larutan berubah warna menjadi hijau pekat. Kemudian ditambahkan sekeping Cu dan didihkan, diperoleh hasil larutan berwarna hijau kecoklatan dan terdapat endapan berwarna hitam karena Cu melebur. Endapan tersebut merupakan Cu2Cl2. Adanya perubahan warna menjadi hijau menunjukkan bahwa terbentuknya ion CuCl2. Fungsi penambahan sekeping Cu ialah sebagai katalisator sehingga diperoleh senyawa CuCl2 berwarna hijau kecoklatan. Sedangkan fungsi dari pendidihan yaitu agar reaksinya dapat cepat terjadi. Persamaan reaksi pada percoban ini dituliskan sebagai berikut:

• CuO (s) + 2HCl (aq) → CuCl2 (aq) + H2O (l)

(13)

• CuCl2 (aq) + Cu (s) → Cu2Cl2 (s)

Kemudian, larutan tersebut disaring dan dimasukan filtratnya ke dalam 50 mL aquadest dan diperoleh hasil penyaringan yaitu endapan berwarna hitam dan filtrat berwarna putih keruh. Saat ditambahkan aquadest larutan berubah menjadi tidak berwarna. Menurut literatur, garam-garam tembaga (I) kebanyakan tidak dapat larut pada air dan sangat mudah untuk teroksidasi menjadi tembaga (II). Selain itu, kebanyakan larutannya memiliki warna putih kebiruan dalam air. Maka, berdasarkan hasil yang diperoleh ditunjukkan bahwa hal ini tidak sesuai literatur dimana pada saat praktikum diperoleh larutan tidak berwarna.

4. Reaksi dan Senyawa Tembaga (I)

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel CuSO4 dengan pereaksinya ialah NaOH 2 M, NH3 10% dan HCl pekat. Pada tabung pertama, CuSO4

direaksikan dengan NaOH 2 M menghasilkan larutan biru tua. Ketika ditambah NaOH berlebih larutan menjadi hitam dan terbentuk endapan hitam. Endapan tersebut merupakan Cu(OH)2. Persamaan reaksinya dituliskan dengan:

• CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) ↓ + Na2SO4 (aq)

• Cu(OH)2 (s) + 2NaOH (aq) → Na2[Cu(OH)4] (aq)

Pada tabung kedua, dilakukan dengan mereaksikan CuSO4 dengan NH3 10% diperoleh hasil larutan berwarna biru tua. Kemudian ditambahkan NH3 10% berlebih menghasilkan larutan menjadi biru keunguan dan tidak terdapat endapan. Larutan berwarna biru keunguan tersebut menunjukkan terbentuknya senyawa kompleks tetraminokuprat (II). Pada percobaan ini seharusnya terbentuk endapan putih dan ketika ditambahkan NH3 berlebih endapan tersebut dapat larut. Adapun persamaan reaksinya dituliskan dengan:

• CuSO4 (aq) + 2NH3 (aq) → [Cu(NH3)2]2+ (aq)+ SO42-

(aq) + H2(g)

• [Cu(NH3)2]2+ (aq) + 2NaOH (aq) + Cu(OH)2(s) ↓ + 2NH3 (aq) + 2Na+ (aq)

Pada tabung ketiga, dilakukan dengan mereaksikan CuSO4 dengan HCl pekat menghasilkan larutan berwarna kuning. Kemudian ditambahkan HCl pekat berlebih menjadi larutan berwarna hijau terang dan terdapat endapan putih sedikit. Seharusnya warna larutan yang diperoleh ialah biru muda. Adapun persamaan reaksinya dituliskan dengan:

• CuSO4 (aq) + 2HCl (aq) → [CuCl2]- (aq)+ SO42-

(aq) + H2(g)

• [CuCl2]- (aq)+ 2NaOH (aq) → Cu(OH)2(s) ↓ + 2NaCl (aq)

Penambahan larutan berlebih pada ketiga tabung reaksi tersebut bertujuan untuk untuk memastikan bahwa senyawa (II) telah bereaksi dengan sempurna.

(14)

5. Reaksi dan Senyawa Perak (I)

Percobaan ini dilakukan sebanyaj 2 percobaan. Percobaan pertama dilakukan dengan mereaksikan AgNO3 dengan K2CrO4 menghasilkan endapan berwarna merah bata dan larutan berwarna kuning terang. Endapan tersebut merupakan AgCrO4 dan larutan kuning tersebut merupakan senyawa KNO3. Persamaan reaksinya dituliskan dengan:

• 2AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → AgCrO4(s) ↓ + 2KNO3 (aq)

• 2Ag2+ (aq) + CrO42-

(aq) → Ag2CrO4(s)

Lalu, endapan yang diperoleh dibagi kedalam 2 tabung reaksi yang berbeda. Pada tabung pertama, endapan tersebut direaksikan dengan larutan HNO3 dan diperoleh hasil larutan berwarna kuning terang serta endapan tidak larut. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, seharusnya endapan tersebut dapat larut dan menghasilkan ion-ion dikromat. Persamaannya dituliskan dengan:

• 2Ag2CrO4(s) + 4HNO3(aq) → AgNO3 (aq) + H2CrO4 (s) ↓+ H2O (l)

• Ag2CrO4(s) + 2H+(aq) → 4Ag2+(aq) + Cr2O42-

(aq) + H2O (l)

Pada tabung kedua, endapan tersebut direaksikan dengan larutan NH3 dan diperoleh hasil larutan berwarna kuning cerah dan endapan larut. Hal ini sudah sesuai dengan literatur. Hal ini dikarenakan, ketika AgCrO4 direaksikan dengan NH3 akan membentuk kompleks perak diamin (I) yang merupakan larutan tidak berwarna serta ion kromat yang ditunjukkan dengan terbentuknya suatu larutan berwarna kuning.

Adapun persamaannya dituliskan dengan:

• 2Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2]2CrO4 (aq) + O2(g)

• Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → 2[Ag(NH3)2]+ (aq) + CrO42- (aq)

Pada percobaan kedua, sampel yang digunakan yaitu AgNO3 dengan pereaksi yang digunakan ialah NH3 dan NaOH. Pada tabung pertama, dilakukan dengan mereaksikan AgNO3 dengan NH3 dan diperoleh hasil saat ditetesi NH3 terbentuk endapan coklat yaitu Ag2O dan saat dikocok endapan menjadi larut dan larutan tidak berwarna. Hal ini sudah sesuai literatur, dimana terbentuk senyawa kompleks [Ag(NH3)2]+. Adapun persamaan reaksinya yaitu:

• 2AgNO3 (aq) + 4NH3(aq) → Ag2O(s) ↓ + 5H2O (l) + H2(g)

• Ag2O (s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2]+ (aq) + 2OH-(aq)

Pada tabung kedua, dilakukan dengan mereaksikan AgNO3 dengan NaOH dan diperoleh hasil saat ditetesi NaOH larutan berubah menjadi coklat dan terdapat endapan berwarna coklat. Endapan tersebut merupakan AgOH yang diperoleh karena

(15)

bereaksinya ion Ag+ dengan ion OH- sehingga terbentuklah endapan tersebut. Adapun persamaan reaksinya yaitu:

• AgNO3 (aq) + 2NaOH (aq) → 2Ag2O (s) ↓+ 2NaNO3 (aq) + H2O (l)

• Ag2O (s) + 2NaOH (aq) + H2O (l) → 2AgOH (s) ↓+ 2Na+ (aq) 6. Reaksi Pembentukan Cermin Perak

Percobaan ini didasarkan pada uji tollens. Percobaan ini dilakukan dengan cara membuat campuran AgNO3 10% dengan NaOH 1% menghasilkan larutan berwarna coklat kemerahan dan endapan coklat keabuan. Reaksinya dituliskan dengan:

AgNO3 (aq) + NaOH (aq) → Ag2O (s) ↓+ 2NaNO3 (aq) + H2O (l)

Selanjutnya, endapan tersebut dilarutkan dengan menggunakan NH3 10% dan diperoleh hasil larutan tidak berwarna dan masih terdapat endapan coklat. Berdasarkan literatur, endapan coklat seharusnya menjadi larut yang dikarenakan terbentuknya senyawa kompleks perak diamin (I). Persamaan reaksinya dituliskan dengan:

Ag2O (s) + NH3 (aq) → 2[Ag(NH3)2] (aq)

Kemudian, ditambahkan glukosa dan diperoleh hasil larutan tidak berwarna. Larutan glukosa berfungsi sebagai agen reduktor agar ion Ag+ berkurang sehingga menjadi partikel perak. Selain itu, larutan gula juga bertujuan agar menghasilkan warna bening serta tidak terdapat endapan cermin perak. Adapun persamaan reaksinya dituliskan dengan:

2[Ag(NH3)2] (aq) + C6H12O6 (aq) → C6H12O7 (aq) + Ag (s) + NH3 (aq) + H2O (l)

Lalu, larutan tersebut dipanaskan dengan menggunakan waterbath pada suhu 60˚C dan diperoleh hasil larutan berwarna silver dan terbentuk cermin. Cermin tersebut merupakan perak yang terbentuk pada tabung reaksi. Hal ini sudah sesuai dengan literaur, dimana cermin perak bisa dibuat dengan menggunakan uji tollens pada larutan glukosa, dimana glukosa mampu mereduksi Ag+ menjadi Ag sehingga dapat membentuk cermin perak.

(16)

I. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembuatan senyawa tembaga dapat dilakukan dengan mereaksikan zat tertentu yaitu dengan cara mereaksikan senyawa CuSO4 dan NaOH serta kalium tartart sehingga dapat terbentuk Cu2O

2. Sifat fisik logam tembaga yaitu berwarna emas, mudah ditempa, dapat diregangkan, merupakan konduktor panas dan listrik. Sedangkan sifat kimia tembaga ialah tembaga tidak bereaksi dengan air dan asam-asam encer non oksidator seperti HCl dan H2SO4

3. Sifat fisik perak ialah berwarna putih terang, sangat lunak dan mudah dibentuk.

Sedangkan sifat kimia dari perak ialah perak tidak larut dalam HCl, tidak reaktif, dan penghantar listrik yang baik.

J. Daftar Pustaka

Achmad, H. (2001). Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT Citra Aditya

Kundarim N.A & Slamet, W. (2008). Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga dalam Limbah Pencuci dengan Zeolit. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nulir:

Yogyakarta

Langitasari, Indah. (2023). Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Serang

Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga Shevla, G. (1990). Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro edisi ke-1 jilid

II. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka

Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Bagian I.

Jakarta: PT. Kaliman Media Pustaka

K. Lampiran

Pertanyaan dan Jawaban

1. Tuliskan semua persamaan reaksi pada percobaan A-F!

Jawab:

a) Pembuatan Tembaga (I) Oksida

1. CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) ↓+ Na2SO4 (aq)

2. Cu(OH) 2 (s) + KNaC4H4O6 (aq) → KNaCu[(COO2(CHO)2] (aq)

3. Cu(OH) 2 (aq) + C6H12O6 (aq) → Cu2O (s) ↓+ C7H12O7 (aq) + H2O (l)

b) Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan asam

(17)

1. Cu2O (s) + 2HCl (aq) → 2CuCl (s) ↓ + H2O (l)

2. Cu2O (s) + H2SO4 (aq) → Cu (s) ↓+ CuSO4 (aq) + 2H2O (l)

3. Cu2O (s) + 2HNO3(aq) → 2Cu(NO3)2 (aq) + H2O (l) 4. CuO (s) + 2HCl (aq) → CuCl2(aq) + H2O (l)

5. CuO(s) + H2SO4(aq)→ CuSO4(aq) + H2O (l)

6. CuO(s) + 2HNO3(aq) → CuNO3(aq) + H2O (l)

c) Pembuatan Tembaga (I) Klorida

1. CuO (s) + 2HCl (aq) → CuCl2 (aq) + H2O (l)

2. CuCl2 (aq) + Cu (s) → Cu2Cl2 (s) d) Reaksi dan Senyawa Tembaga (II)

Reaksi Tembaga (II) dengan NaOH encer

1. CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) ↓ + Na2SO4 (aq)

2. Cu(OH)2 (s) + 2NaOH (aq) → Na2[Cu(OH)4] (aq)

Reaksi Tembaga (II) dengan NH3 encer

1. CuSO4 (aq) + 2NH3 (aq) → [Cu(NH3)2]2+ (aq)+ SO42-

(aq) + H2(g) ↑ 2. [Cu(NH3)2]2+ (aq) + 2NaOH (aq) + Cu(OH)2(s) ↓ + 2NH3 (aq) + 2Na+ (aq)

Reaksi Tembaga (II) dengan HCl pekat 1. CuSO4 (aq) + 2HCl (aq) → [CuCl2]- (aq)+ SO42-

(aq) + H2(g) ↑ 2. [CuCl2]- (aq)+ 2NaOH (aq) → Cu(OH)2(s) ↓ + 2NaCl (aq)

e) Reaksi dan Senyawa Perak (I)

Percobaan 1

1. 2AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → AgCrO4(s) ↓ + 2KNO3 (aq)

2. 2Ag2+ (aq) + CrO42-

(aq) → Ag2CrO4(s) Tabung 1

1. 2Ag2CrO4(s) + 4HNO3(aq) → AgNO3 (aq) + H2CrO4 (s) ↓+ H2O (l)

2. Ag2CrO4(s) + 2H+(aq) → 4Ag2+(aq) + Cr2O42-

(aq) + H2O (l)

Tabung 2

1. 2Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2]2CrO4 (aq) + O2(g) 2. Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → 2[Ag(NH3)2]+ (aq) + CrO42-

(aq)

Percobaan 2

Reaksi perak dengan NH3

1. 2AgNO3 (aq) + 4NH3(aq) → Ag2O (s) ↓ + 5H2O (l) + H2(g) ↑ 2. Ag2O (s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2]+ (aq) + 2OH-(aq)

Reaksi perak dengan NaOH

1. AgNO3 (aq) + 2NaOH (aq) → 2Ag2O (s) ↓+ 2NaNO3 (aq) + H2O (l)

(18)

2. Ag2O (s) + 2NaOH (aq) + H2O (l) → 2AgOH (s) ↓+ 2Na+ (aq) f) Reaksi Pembentukan Cermin Perak

1. AgNO3 (aq) + NaOH (aq) → Ag2O (s) ↓+ 2NaNO3 (aq) + H2O (l)

2. Ag2O (s) + NH3 (aq) → 2[Ag(NH3)2] (aq)

3. 2[Ag(NH3)2] (aq) + C6H12O6 (aq) → C6H12O7 (aq) + Ag (s) + NH3 (aq) + H2O (l)

2. Apa fungsi larutan glukosa pada pembentukan cermin perak?

Jawab:

Larutan glukosa berfungsi sebagai agen reduktor agar ion Ag+ berkurang sehingga menjadi partikel perak. Selain itu, larutan gula juga bertujuan agar menghasilkan warna bening serta tidak terdapat endapan cermin perak.

(19)

DOKUMENTASI Alat dan bahan

Percobaan A

Percobaan B

Percobaan C

Percobaan D

(20)

Percobaan E

Percobaan F Percobaan 1

Percobaan 2

Percobaan F

(21)
(22)
(23)

Referensi

Dokumen terkait