Pertemuan-2
Azas Kelestarian Hutan
Oleh:
Wiyono T Putro
Email: wiyono.putro@ugm.ac.id HP: 08112502512
Mata Kuliah Dasar-Dasar Manajemen Hutan
Program Studi Sarjana Terapan Pengelolaan Hutan
Sekolah Vokasi UGM
LANDASAN FILOSOFIS
KELESTARIAN HUTAN
LANDASAN FILOSOFIS KELESTARIAN HUTAN
Menurut Mencius (400 SM), Filosof Cina
“Jika musim tanam tidak diganggu, maka hasilnya akan lebih dari yang bisa dimakan.
Jika jaring pukat harimau dilarang ditebar di kolam dan danau, maka ikan dan kura-kura akan melebihi
dari yang bisa dikonsumsi.
Jika kapak dan gergaji memasuki bukit dan hutan hanya pada saat yang tepat, maka kayu akan
melebihi dari yang bisa digunakan.”
Sumber: Maryudi, 2015:21
Mencius menulis hal tersebut setelah melihat hancurnya hutan di beberapa wilayah China dan runtuhnya Mesopotamia serta Mediterania yang disebabkan oleh
deforestasi yang massif.
Mencius = Mengzi = Maeng-tzi
Menurut Plato (400 SM), Filosof Yunani
“Erosi tanah menyebabkan menurunnya produktivitas pertanian yang akan semakin memberikan tekanan
terhadap hutan, karena diperlukan lahan-lahan pertanian baru dengan membuka hutan”
Sumber: Maryudi, 2015:22
Plato mencatat kerusakan tanah yang masiv diakibatkan oleh deforestasi di Attica.
LANDASAN FILOSOFIS KELESTARIAN HUTAN
Menurut Hans Carl Von Carlowitz (1713), Pemikir Kehutanan Jerman
“Sekarang inti bumi telah memberitahu kita bahwa penambangan bijih besi akan menimbulkan kerja berat dan biaya besar, akan segera terjadi defisiensi kayu dan arang untuk mengekstraksinya, oleh karena itu seni, pengetahuan, usaha dan penemuan terbesar di negeri kita adalah bagaimana segera menerapkan
konservasi hutan dan penanaman pohon untuk mencapai keberlanjutan, dan tanpa hal tersebut,
negeri kita tidak akan mampu mempertahankan kemakmuran”
Sumber: Maryudi, 2015:23
Pemikiran Carlowitz menginspirasi banyak pemikir kehutanan Jerman untuk
merumuskan norma dan kaidah kelestarian hutan seperti Georg Gruenberger, Karl Gayer, dan Heinrich von Cotta
LANDASAN FILOSOFIS KELESTARIAN HUTAN
Menurut Georg Ludwig Hartig (1804), Ahli Kehutanan Jerman
“Setiap direktur kehutanan yang bijak harus mampu melakukan evaluasi tegakan hutan secara cepat, dan
menggunakan sebanyak-banyaknya tapi dengan cara-cara yang generasi mendatang akan
mendapatkan manfaat yang sama besarnya dengan generasi sekarang”
Sumber: Maryudi, 2015:25
Hartig adalah rimbawan profesional, dia pernah menjabat sebagai manajer kehutanan sampai kepala inspektur kehutanan di Jerman
LANDASAN FILOSOFIS KELESTARIAN HUTAN
PENGERTIAN
KELESTARIAN HUTAN
Menurut Heinrich von Cotta (1816)
Kelestarian hutan yaitu kemampuan hutan untuk menghasilkan kayu yang kurang lebih sama setiap tahun agar kontinuitas suplai bahan baku bagi industry perkayuan dapat terjamin.
Konsep kelestarian hutan Cotta diwujudkan dalam konsep hutan normal.
Menurut Knuchel (1953)
Kelestarian hutan yaitu kemampuan hutan untuk dapat
menyediakan suplai kayu selama bertahun-tahun dari tebangan yang dilakukan terhadap tegakan yang telah mencapai kondisi masak tebang. Kelestarian hutan tidak hanya memperhatikan volume hasil yang tetap, tetapi juga memasukkan unsur kualitas batang serta nilai uang yang dihasilkan.
Sumber: Simon, 2010: 393; Purwanto dan Sisfanto, 2014:6
PENGERTIAN KELESTARIAN HUTAN
Menurut Conservation Code (1938)
Kelestarian hutan adalah pengelolaan kawasan hutan tertentu yang jelas status kepemilikannya, dengan luas wilayah yang ekonomis, dan memiliki system pengelolaan yang jelas
berdasarkan rencana kerja yang rasional.
Menurut Society of American Forester (1958)
Kelestarian hutan adalah suatu pengelolaan yang menghasilkan kayu yang berkesinambungan dengan selalu menyeimbangkan antara pertumbuhan dan pemanenan. Perbandingan antara
pertumbuhan dan pemanenan tidak harus bersifat tahunan tetapi juga bisa dalam rentang periode tertentu, misalnya 5 tahunan.
Sumber: Simon, 2010: 393-394; Purwanto dan Sisfanto, 2014:6-7
PENGERTIAN KELESTARIAN HUTAN
PENGERTIAN KELESTARIAN HUTAN
Menurut Osmaston (1968)
Kelestarian hutan adalah suplai hasil hutan yang teratur dan berkesinambungan (continue) sesuai dengan kapasitas maksimal suatu kawasan hutan.
Definisi kelestarian hutan menurut Osmaston tersebut sudah jauh lebih mau dibandingkan dengan definisi Cotta. Kalau Cotta hanya memusatkan perhatian pada kayu sebagai hasil hutan utama, Osmaston sudah memasukkan semua jenis hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, baik yang tangible maupun intangible.
Sumber: Simon, 2010: 394; Purwanto dan Sisfanto, 2014:7
Menurut Spiedel
Kelestarian hutan adalah upaya untuk memfasilitasi penyediaan
manfaat hutan, baik manfaat yang tangible maupun intangible secara berkelanjutan dan optimal untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Menurut Wiebecke dan Peters (1984) pengertian kelestarian hutan tersebut di atas mengandung 5 aspek, yaitu:
ü Aspek temporal, yaitu dengan adanya konsep “continuous” atau kelestarian serta generasi sekarang dan yang akan datang.
ü Aspek Dinamik, yaitu dengan adanya konsep “optimal” atau hasil hutan yang dinamis serta peniadaan hasil konstan seperti pada definisi lain.
ü Obligasi social, yaitu dengan adanya konsep “provision” atau penyediaan hasil hutan, baik yang tangible maupun intangible.
ü Keuntungan ekonomi dan ekologi, yaitu dengan konsep “effect” atau hutan harus memberikan dampak ekonomi dan ekologi
ü Komitmen moral, yaitu dengan konsep “present and future generation”
atau adanya komitmen bahwa harus memberikan manfaat antar generasi.
Sumber: Simon, 2010: 399-400; Purwanto dan Sisfanto, 2014:10
PENGERTIAN KELESTARIAN HUTAN
EVOLUSI KONSEP
KELESTARIAN HUTAN
EVOLUSI STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN
1. Timber Extraction
2. Timber Management
3. Forest Resources Management
4. Forest Ecosystem Management
HASIL HUTAN KAYU
HASIL HUTAN NON KAYU
EVOLUSI KONSEP KELESTARIAN HUTAN
Sumber: Simon, 2010: 38;400-403; Purwanto dan Sisfanto, 2014:10-12
Kelestarian Sumber Daya Hutan
Kelestarian Ekosistem Hutan KONSEP
KELESTARIAN HUTAN
Kelestarian Potensi Hasil Hutan
Kelestarian Hasil Hutan
Konsep
Kelestrian Hutan Penjelasan
Kelestarian Hasil Hutan
(Sustained yield)
ü
Menitikberatkan pada hasil kayu yang sama, baik tahunan maupun periodic.
ü
Berorientasi pada kayu sebagai hasil hutan.
ü
Disebut juga sebagai kelestarian static.
Kelestarian Potensi Hasil Hutan
(Sustainable of forest standing stock)
ü
Menitikberatkan pada ketersediaan stok kayu di hutan
ü
Berorientasi pada hutan sebagai pabrik kayu.
ü
Disebut juga sebagai kelestarian dinamic
Sumber: Simon, 2010: 38;400-402; Purwanto dan Sisfanto, 2014:11-12
EVOLUSI KONSEP KELESTARIAN HUTAN
Konsep
Kelestrian Hutan Penjelasan
Kelestarian Sumber Daya Hutan
(Sustainable of forest resources)
ü
Menitikberatkan pada hasil hutan berupa kayu dan non kayu
ü
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik berupa kayu maupun non kayu.
Kelestarian
Ekosistem Hutan (Sustainable of forest ecosystem)
ü
Menitikberatkan pada berjalannya fungsi ekologi atau perlindungan dari hutan
ü
Berorientasi pada kelestarian ekosistem atau lingkungan hidup.
Sumber: Simon, 2010: 38;400-402; Purwanto dan Sisfanto, 2014:11-12
EVOLUSI KONSEP KELESTARIAN HUTAN
AZAS
KELESTARIAN HUTAN
PENGERTIAN AZAS KELESTARIAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Azas adalah dasar atau landasan atau sesuatu yang menjadi tumpuan dalam berpikir. Ada pula yang mengatakan bahwa azas itu sama dengan prinsip dasar. Dengan demikian, azas dapat pula didefinisikan sebagai prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir seseorang dalam mengambil keputusan-keputusan penting.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Lestari adalah tetap seperti keadaan semula; tidak berubah; bertahan atau kekal.
Kelestarian adalah keadaan yang tetap seperti semua; keadaan yang tidak berubah-ubah.
Menurut Wiyono (2020)
Azas kelestarian hutan adalah suatu prinsip dasar yang menjadi
landasan berpikir dan bertindak para rimbawan dalam mengelola hutan
supaya hutan tetap memberikan manfaat bagi kehidupan dan berfungsi
secara lestari.
SYARAT KELESTARIAN HUTAN
Menurut Simon (2010)
Tiga syarat kelestarian hutan, yaitu:
ü Adanya batas kawasan hutan yang tetap dan diakui oleh semua pihak.
ü Adanya system silvikultur yang menjamin terlaksananya permudaan hutan yang berhasil.
ü Adanya penentuan etat tebangan yang menjamin terwujudnya kelestarian hasil hutan.
Menurut Wiyono (2020)
Tiga syarat kelestarian hutan yang dikemukakan oleh Simon (2010) tersebut hanya cocok diterapkan untuk pengelolaan hutan tanaman seumur yang produk utamanya adalah kayu (Timber Management).
Konsep tersebut kurang cocok jika diterapkan untuk pengelolaan kawasan hutan lindung dan hutan konservasi, dimana produk utamanya bukan kayu tetapi hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan.
Sumber: Simon, 2010:405
SYARAT KELESTARIAN HUTAN
Menurut Wiyono (2020), syarat utama tercapainya kelestarian hutan ada tujuh, yaitu:
1. Adanya batas kawasan hutan yang jelas, definitif dan diakui oleh semua pihak.
2. Adanya kelembagaan pengelola hutan yang jelas, kredibel dan diakui oleh semua pihak.
3. Adanya SDM pengelola hutan yang kompeten dan berintegritas dengan jumlah yang cukup.
4. Adanya pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak melebihi daya dukung (etat) sumber daya dan ekosistem hutan.
5. Adanya permudaan hutan (alam atau buatan) yang berhasil, baik secara almi maupun buatan.
6. Adanya perlindungan terhadap sumber daya dan ekosistem hutan yang mempunyai nilai konservasi tinggi.
7. Adanya pengakuan dan penghargaan terhadap hak-hak dasar masyarakat local (masyarakat adat dan setempat).
Bahan Bacaan
§ Maryudi, A., 2015. Rejim Politik Kehutanan Internasional. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
§ Purwanto, R.H. dan Sisfanto, N. 2014. Pengaturan Kelestarian Hasil Hutan Kayu:
Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
§ Simon, H. 2010. Perencanaan Pembangunan Sumber Daya Hutan: Timber Management, Jilid 1A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.