PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP
KANDUNGAN PIGMEN NANNOCHLOROPSIS OCULATA
THE EFFECT OF DIFFERENT DOSAGES OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER FROM WATER HYACINTH (EICHHORNIA CRASSIPES) ON THE PIGMENT
CONTENT OF NANNOCHLOROPSIS OCULATA
Mukhammad Eka Purnama Hudaa,*, Arning Wilujeng Ekawatia, Heny Suprastyania
aBudidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145, Indonesia
*Koresponden penulis : [email protected]
Abstrak
Eceng gondok seringkali dianggap sebagai gulma dan dapat merugikan organisme perairan. Namun pengolahan eceng gondok yang tepat dapat memberikan efek positif, salah satu olahan tersebut berupa pupuk organik cair yang dapat berpengaruh pada fitoplankton. Fitoplankton berperan penting terhadap ketersediaan oksigen di perairan dan sebagai pakan alami bagi zooplankton maupun ikan-ikan kecil. Salah satu jenis fitoplankton adalah Nannochloropsis oculata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh serta dosis terbaik pemberian pupuk organik cair eceng gondok dengan dosis yang berbeda terhadap kandungan pigmen N. oculata.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ikan dan Laboratorium Perikanan Air Tawar Sumberpasir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya sejak bulan Februari sampai Mei 2023. Penelitian ini menggunakan RencanaAcak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing – masing 3 pengulangan. Dosis pemberian Pupuk Organik Cair Eceng Gondok (POC EG) adalah A (4,07 ml/L), B (5,38 ml/L), C (6,69 ml/L), D (8 ml/L) dan kontrol (Walne 1 ml/L).
Pengamatan dilakukan selama 9 hari dengan fase puncak kepadatan berada pada hari ke-7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, β-karoten dan klorofil- a. Dosis terbaik perlakuan POC EG untuk laju pertumbuhan spesifik adalah 6,33 ml/L sebesar 0,24/hari, dosis POC EG 6,53 ml/L dengan hasil β-karoten sebanyak 3,19 µg/mL, dan dosis POC 6,55 ml/L dapat menghasilkan klorofil-a sebesar 0,06 µg/mL. Perlakuan kontrol menunjukan hasil lebih baik sebesar 10% pada laju pertumbuhan, 74% pada kandungan klorofil a, dan 9,5% pada kandungan β-karoten.
Kata kunci: Eceng Gondok, Kandungan Pigmen, N. oculata, Pupuk Organik Cair
Abstract
Water hyacinth is often considered as a weed and can harm aquatic organisms. However, proper processing of water hyacinth can have a positive effect, one of these preparations is liquid organic fertilizer which can have an effect on phytoplankton. Phytoplankton plays an important role in the availability of oxygen in waters and as natural food for zooplankton and small fish. One type of phytoplankton is Nannochloropsis oculata. The aim of this research was to determine the effect and best dose of giving water hyacinth liquid organic fertilizer at different doses on the pigment content of N. oculata. The method used is an experimental method. This research was conducted at the Fish Reproduction Laboratory and Freshwater Fisheries Laboratory, Sumberpasir, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Brawijaya University from February to May 2023. This research used a Completely Randomized Plan (RAL) with 5 treatments and 3 repetitions each. The dosage of water hyacinth liquid organic fertilizer (POC EG) is A (4.07 ml/L), B (5.38 ml/L), C (6.69 ml/L), D (8 ml/L) and control (Walne 1 ml/L). Observations were carried out for 9 days with the peak concentration phase being on the 7th day. The results showed that the treatment had a significant effect on the specific growth rate, β-carotene and chlorophyll- a. The best dose of POC EG treatment for specific growth rate is 6.33 ml/L with a specific growth rate of 0.24/day, the dose of POC EG is 6.53 ml/L with a β-carotene yield of 3.19 µg/mL, and a POC dose of 6.55 ml/L can produce chlorophyll-a of 0.06 µg/mL. The control treatment showed better results of 10% in growth rate, 74% in chlorophyll a content, and 9.5% in β-carotene content.
Keywords: Water Hyacinth, Pigment Content, N. oculata, Liquid Organic Fertilizer
PENDAHULUAN
Mikroalga atau fitoplankton adalah penghasil oksigen dan pakan alami bagi ikan- ikan maupun zooplankton diperairan, salah satu jenis mikroalga adalah Nannochloropsis oculata [1]. N. oculata adalah mikroalga yang termasuk dalam kelas Eustigmatophyceae dengan ukuran 2–5 mikron [2]. Ketersediaan mikroalga perlu dipertahankan dengan cara pemupukan. Pemupukan sendiri adalah upaya guna meningkatkan ketersediaan unsur hara yang berguna sebagai penunjang pertumbuhan pakan alami bagi hewan budidaya [21]. Unsur hara yang didapatkan dari hasil pemupukan ini nantinya akan memicu tumbuhnya plankton, baik itu zooplankton maupun fitoplankton yang akan berguna sebagai pakan alami ikan dan dapat menunjang pertumbuhan ikan secara maksimal. Secara umum pupuk terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pupuk organik dan non organik. Penggunaan pupuk organik relatif lebih aman dan baik, karena tidak mencemari perairan. Pupuk organik juga memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan pupuk anorganik buatan pabrik seperti Walne [9]. Penggunaan bahan alternatif seperti eceng gondok dapat meminimalisir biaya.
Eceng gondok (E. crassipes) merupakan tumbuhan yang laju pertumbuhannya sangat cepat, tumbuhan air ini dianggap sebagai gulma air karena menyebabkan banyak kerugian. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur N dan P. Unsur N dan P merupakan unsur makronutrien yang dibutuhkan oleh fitoplankton [3], termasuk jenis N. oculata.
Eceng gondok mengandung karbon organik 21,23%, kandungan N total 0,28%, P total sebesar 0,0011%, dan K sebesar 0,016%, sedangkan kandungan N setelah fermentasi adalah 0,52%, P sebesar 0,002%, dan K sebesar 0,098% [4]
Bentuk nitrogen yang dimanfaatkan oleh mikroalga adalah ammonium (NH4) dan nitrat (NO3), sedangkan bentuk fosfat yang dimanfaatkan oleh mikroalga adalah ortofosfat (PO43-). Bentuk fosfat yang dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman adalah ortofosfat.
Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang paling sederhana sehingga mudah dimanfaatkan [5]. Kemampuan N. oculata.
Dalam menyerap nitrat hingga mencapai 42,9
mg/l [6]. Kadar P yang baik untuk pertumbuhan mikroalga yaitu 1,35 mg/l. [7]
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini dilakukan guna mengembangkan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk.
METODE
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan, Laboratorium Reproduksi Ikan dan Laboratorium Perikanan Air Tawar Sumberpasir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Mei Tahun 2023.
Metode dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental.
Definisi metode eksperimental adalah penelitian yang digunakan untuk menentukan hubungan sebab-akibat dari sebuah hal. Hal tersebut memungkinkan peneliti dapat melakukan observasi dalam kondisi yang sudah disesuaikan dan dimanipulasi untuk memunculkan reaksi. [8]. Penelitian ini menggunakan Rencanan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 pengulangan. Dosis pemberian pupuk organik cair eceng gondok (POC EG) adalah A (4,07 ml/l), B (5,38 ml/l), C (6,69 ml/l), D (8 ml/l) dan kontrol (Walne 1 ml/l) yang mana dosis ini berdasarkan pada kebutuhan N dan P N. oculate, yaitu N sebesar 1,35 mg/L, dan P sebesar 1,51 mg/L [7].\
Pembuatan Pupuk Organic Cair Eceng Gondok (POC EG)
Pembuatan POC EG dilakukan dengan cara menyiapkan eceng gondok yang telah dicuci bersih kemudian diambil bagian daun dan batangnya serta dipotong-potong selanjutnya ditimbang sebanyak 3 kg, lalu dicampurkan dengan 2 liter air, kemudian ditambahkan molase sebanyak 3 ml dan EM-4 sebanyak 3 ml. Langkah selanjutnya adalah campuran eceng gondok, air, molase dan EM4 tersebut dihomogenkan dengan cara diaduk, dan difermentasi dalam kondisi anaerob fakultatif selama 10 hari [9]. Penambahan molase berfungsi untuk mempercepat proses fermentasi, serta meningkatkan kualitas fisika
dan kimia dari bahan yang difermentasi [10].
Eceng gondok yang sudah difermentasi selama 10 hari disaring menggunakan saringan plastik untuk memisahkan sisa eceng gondok yang tidak terurai oleh bakteri. Hasil penyaringan disaring kembali menggunakan kertas saring dan kapas, yang kemudian ditampung di dalam erlenmeyer ukuran 1L. Hasil saringan terakhir disterilkan menggunakan autoclave dengan suhu 121°C selama 15-20 menit
Persiapan Media Air Laut
Air salinitas air laut pada umumnya adalah 34 ppt, namun yang digunakan untuk kultur N.
oculata. adalah air bersalinitas 30 ppt dengan volume 2 Liter. Pengondisian salinitas dilakukan dengan cara pengenceran air laut menggunakan air tawar. Air bersalinitas 34 ppt disterilkan dengan cara direbus hingga mendidih, kemudian didinginkan.. Air bersalinitas 34 ppt yang telah disterilisasi dihitung menggunakan rumus pengenceran agar memiliki salinitas yang diinginkan yaitu 30 ppt. Air 30 ppt tersebut kemudian ditampung ke dalam tandon untuk diaerasi selama 24 jam. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut [:
Keterangan:
V1 : Volume air laut (Liter)
V2 : Volume setelah pengenceran (Liter) N1 : Salinitas air laut awal (ppt)
N2 : Salinitas yang diinginkan (ppt) Persiapan Inokulan N. oculata.
Inokulan N. oculata. didapatkan dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPAP) Situbondo. Inokulan N. oculata. digunakan sebagai starter, kemudian dihitung kepadatannya menggunakan haemocytometer yang diencerkan terlebih dahulu. Pengenceran dilakukan untuk mengondisikan kepadatan awal inokulan sesuai dengan rancangan penelitian, yaitu 1x106 sel
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara menyiapkan media hidup N. oculata. yang sudah dicampurkan dengan pupuk yang digunakan sebagai perlakuan dalam toples kaca dengan volume 2 liter. Perlakuan yang dilakukan adalah dengan membedakan dosis pemberian pupuk sesuai rancangan penelitian, setelah itu inokulan N. oculata. dengan kepadatan 1x106 sel dimasukkan kedalam media yang sudah ditambahkan pupuk tersebut. Kualitas air penelitian yang meliputi suhu, salinitas, pH, nitrat, dan fosfat selalu dijaga untuk mempertahankan kualitas kultur N. oculata. dengan cara pengecekan rutin setiap hari. Intensitas cahaya yang digunakan adalah 4500 lux [11]
Parameter yang diukur
Pertumbuhan Sel
Pertumbuhan N. oculata. dapat diketahui dengan menghitung kepadatannya. Kepadatan N. oculata. dihitung menggunakan bantuan haemocytometer. Rumus yang digunakan dalam perhitungan kepadatan alga menggunakan haemocytometer dapat menggunakan rumus [12], sebagai berikut:
Kandungan klorofil-a
Kandungan klorofil-a pada pigmen N.
oculata. dapat dianalisis menggunakan metode ekstraksi methanol, yaitu dengan cara sampel mikroalga diambil 5 ml, disentrifugasi, menjalani proses freezing-thawing, ditambahkan metanol, direndam dalam water bath, diinkubasi dalam gelap, dan diukur dengan spektrofotometer. Menggunakan panjang gelombang 665 dan 652. Kemudian dihitung menggunakan rumus [13] sebagai berikut:
Keterangan:
Klorofil-a : Kandungan klorofil-a (µg/ml) A665 :Nilai arbsorbansi gelombang 665 nm 16,5169 : Konstanta gelombang 665 nm A652 : Nilai arbsorbansi gelombang 652 nm 8,0962 : Konstanta gelombang 652 nm
𝐊𝐥𝐨𝐫𝐨𝐟𝐢𝐥 − 𝐚 = 𝟏𝟔, 𝟓𝟏𝟔𝟗 𝐱 𝐀𝟔𝟔𝟓 − 𝟖, 𝟎𝟗𝟔𝟐 𝐱 𝐀𝟔𝟓𝟐 𝑲𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏 (𝒔𝒆𝒍
𝒎𝒍) 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒉𝒊𝒕𝒖𝒎𝒉 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈x104
Kandungan β-Karoten
Analisis kandungan β-Karoten dapat dilakukan menggunakan metode n-hexane.
Cara pengaplikasian metode n-hexane adalah menyentrifugasi sampel mikroalga hingga terbentuk pellet, pellet diresuspend dalam campuran hexane dan etanol, lalu disentrifugasi kembali untuk mendapatkan supernatan yang mengandung β-Karoten, yang kemudian diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm. Konsentrasi β-Karoten dapat dihitung menggunakan rumus [14] sebagai berikut:
Keterangan:
β-Karoten: kandungan β-Karoten (µg/ml) A450 : Nilai arbsorbansi gelombang 450 nm 25,2 : Konstanta gelombang 450 nm
Kualitas Air
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran parameter kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH, nitrat, dan fosfat. Pengukuran suhu dilakukan dengan termometer Hg dalam air bersalinitas 30 ppt setiap hari pukul 09.00 WIB. Salinitas diukur menggunakan refraktometer yang telah dikalibrasi dengan aquades, dilakukan sekali sehari pada pukul 09.00 WIB. pH media kultur diukur menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan aquades, dilakukan sekali sehari pada pukul 09.00 WIB. Untuk pengukuran nitrat, air media kultur disaring dan diuji menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm setelah perlakuan dengan larutan asam fenol dan NH4OH. Pengukuran nitrat dilakukan dua kali selama penelitian.
Pengukuran fosfat dilakukan dengan persiapan sampel berupa air media kultur yang disaring, ditambahkan larutan SnCl2, dan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 690 nm. Pengukuran fosfat juga dilakukan dua kali selama penelitian.
Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diukur. Apabila nilai Fhitung>Ftabel maka akan dilanjutkan dengan
uji BNT. Uji BNT (Beda Nyata Kecil) dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar 2 perlakuan. Uji respon polinomial ortogonal dilakukan guna menentukan dosis pupuk organik cair eceng gondok (POC EG) yang terbaik
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap N. oculata yang dikultur menggunakan pupuk organik cair eceng gondok (POC EG) dengan dosis berbeda, didapatkan hasil pertumbuhan sel maksimum, laju pertumbuhan spesifik, pigmen klorofil-a dan β-karoten yang dapat diamati pada Tabel 1.
Pertumbuhan sel N. oculata
Fase puncak populasi pada penelitian ini serentak terjadi hari ke-7 pada semua perlakuan dengan menganggap hari pelaksanaan kultur sebagai hari ke-0.
Berdasarkan Tabel 1. populasi tertinggi perlakuan POC EG terjadi pada perlakuan C (6,69 ml/l) dengan rata-rata puncak populasi sebanyak 5,84x106 sel/ml. Perlakuan K (Walne 1 ml/l) mendapatkan hasil pertumbuhan sel maksimum 10% lebih baik (6,49x106 sel /ml) dibandingkan dengan perlakuan terbaik C (6,69 ml/l). Perlakuan POC EG terbaik setelah C (6,69 ml/l) didapatkan oleh perlakuan B (5,39 ml/l) dengan rata-rata puncak populasi 4,26x106 sel/ml, dan hasil yang terendah diperoleh perlakuan A dengan dosis 4,07 ml/l yang memiliki rata-rata puncak populasi 2,45x106 sel/ml. Jumlah populasi mikroalga menurut
Tabel 1. Pengaruh pemberian POC EG terhadap parameter uji
𝛃 − 𝐊𝐚𝐫𝐨𝐭𝐞𝐧 = 𝟐𝟓, 𝟐 𝒙 𝑨𝟒𝟓𝟎
sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrient yang sesuai dengan kebutuhan mikroalga sehingga nutrient dapat dimanfaatkan secara optimal [15]. Grafik pertumbuhan sel tersaji pada Gambar 1. Sebagai berikut.
Gambar 1. Pertumbuhan sel N. oculata. (sel/ml)
Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat jika perlakuan C (6,69 ml/l) merupakan perlakuan dengan hasil terbaik, yaitu memiliki rerata laju pertumbuhan spesifik 0,25/hari . Perlakuan dengan hasil terendah didapatkan oleh perlakuan A (4,07 ml/l) dengan rerata hasil 0,12/hari. Uji respon polinomial orthogonal menunjukkan hubungan pemberian POC EG terhadap laju pertumbuhan spesifik. N. oculata dengan grafik tersaji pada Gambar 2. Sebagai berikut.
Gambar 2. Hubungan pemberian POC EG terhadap SGR N. oculata.
Perbedaan laju pertumbuhan spesifik pada setiap perlakuan dipengaruhi oleh kemampuan sel dalam memanfaatkan nutrien yang ada dalam media kultur. Kadar nutrien yang cukup untuk mikroalga tumbuh penting diperhatikan agar pertumbuhan bisa optimal. Perlu diketahui juga kadar nutrien yang terlalu tinggi juga tidak baik bagi pertumbuhan mikroalga.
konsentrasi nutrien yang terlalu tinggi dalam media kultur membuat nutrien tersebut sulit untuk diserap oleh mikroalga dan berpotensi
mengalami penumpukan zat hara [16].
Penumpukan zat nitrogen dapat menurunkan efisiensi laju fotosintesis, sehingga dapat mengganggu proses metabolism protein pada mikroalga [17].
Kandungan klorofil-a
Klorofil adalah sel yang memberikan warna hijau pada tumbuhan, semakin tinggi jumlah sel klorofil, maka semakin pekat juga warna hijaunya. Klorofil memiliki fungsi utama menyerap cahaya biru, violet dan merah, sedangkan klorofil-b menyerap cahaya biru dan oranye, serta memantulkan cahaya kuning hijau
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat jika perlakuan C (6,69 ml/l) merupakan perlakuan dengan hasil terbaik, yaitu memiliki rerata klorofil-a 0,066 µg/ml. Perlakuan dengan hasil terendah didapatkan oleh perlakuan A (4,07 ml/l) dengan rerata hasil 0,025 µg/ml. Uji respon polinomial orthogonal menunjukkan hubungan pemberian POC EG terhadap kandungan klorofil-a. N. oculata dengan grafik tersaji pada Gambar 2. Sebagai berikut.
Gambar 3. Hubungan pemberian POC EG terhadap klorofil-a N. oculata.
Berdasarkan persamaan (Gambar 2) diperoleh pemberian POC EG terbaik 6,55 ml/l dan menghasilkan klorofil-a sebanyak 0,06 µg/ml. Perlakuan K (Walne 1 ml/l) menunjukkan hasil 74% lebih baik, yaitu 0,25 µg/ml. Hasil terendah ditunjukkan oleh perlakuan A (4,07 ml/l) dengan jumlah 0,025 µg/ml. Kandungan pigmen klorofil yang ada di N. oculata dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan sel (Gambar 1) menunjukkan semakin tinggi pertumbuhan sel, maka semakin tinggi pula kandungan klorofil-a [18].
Kandungan β-karoten
Data lengkap kandungan β-karoten N.
oculata.. tersaji Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1.
Dapat dilihat jika perlakuan C (6,69 ml/l) merupakan perlakuan dengan hasil terbaik, yaitu memiliki rerata β-karoten 3,41 µg/ml.
Perlakuan dengan hasil terendah didapatkan oleh perlakuan A (4,07 ml/l) dengan rerata hasil I,62 µg/ml. Uji respon polinomial orthogonal menunjukkan hubungan pemberian POC EG terhadap kandungan β-karoten N.
oculata dengan grafik tersaji pada Gambar 3.
Sebagai berikut
Gambar 4. Hubungan pemberian POC EG terhadap β-karoten pada N. oculata
Berdasarkan persamaan (Gambar 3) dosis pemberian POC EG terbaik adalah 6,53 ml/l dan dapat menghasilkan menghasilkan pigmen β-karoten sebanyak 3,19 µg/ml. Perlakuan K (Walne 1 ml/l) menunjukkan hasil 9,5% lebih baik, yaitu 3,52 µg/ml. Hasil terendah ditunjukkan oleh perlakuan A (4,07 ml/l) dengan jumlah 1,63 µg/ml.
Jumlah kandungan β-karoten pada N.
oculata dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kepadatan sel (Tabel 1) semakin tinggi kepadatan sel maka semakin banyak pula akumulasi kandungan pigmen β- karoten. [19]. Pembentukan β-karoten dipengaruhi oleh nutrien dalam media kultur mikroalga, salah satunya adalah kandungan fosfat. Ketersediaan sangat mempengaruhi kandungan β-karoten karoten. Semakin banyak fosfat dapat berdampak pada peningkatan kandungan β-karoten, namun fosfat yang terlalu banyak tidak baik untuk produksi β- karoten [20]
Kualitas Air
Suhu
Suhu media kultur pada penelitian ini berkisar antara 22 – 24˚C. Hasil tersebut masih menunjukkan kadar optimal. N. oculata dapat tumbuh kisaran suhu 15 - 30˚C. Suhu dapat mempengaruhi laju metabolisme organisme, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme. [23].
Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung dalam perairan. Salinitas pada media pemeliharaan yang digunakan berkisar antara 30 – 31 ppt. Hal ini masih tergolong optimal karena kadar salinitas optimal untuk Nannochloropsis sp. adalah 25-30 ppt [23].
Salinitas berperan dalam menjaga tekanan osmotic mikroalga. Perubahan salinitas secara mendadak atau fluktuatif dapat menghambat proses fotosintesis, sehingga pertumbuhannya juga terhambat [23].
Derajat keasaman/pH
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter yang menunjukkan kondisi asam basa suatu perairan. pH dalam penelitian ini tergolong stabil, yaitu 7 dari awal hingga akhir perlakuan. Kisaran pH optimal untuk N.
oculata. adalah netral dan cenderung sedikit basah. Kisaran pH optimum untuk N. oculata.
adalah 6,7 – 7,2 [25]. Dapat disimpulkan kadar pH pada penelitian ini masih tergolong optimal dan baik untuk pertumbuhan mikroalga N.
oculata.
Kadar pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat membahayakan bagi kehidupan mikroalga. Hal ini disebabkan kadar pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat mengganggu metabolism dan respirasi dari mikroalga. Kondisi pH dalam perairan dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti laju fotosintesis dan respirasi [26]
Serapan Nitrat
Perlakuan C (6,69 ml/l) merupakan perlakuan dengan hasil terbaik, yaitu memiliki serapan N sebanyak 85,2%. Perlakuan dengan
hasil terendah didapatkan oleh perlakuan A (4,07 ml/l) dengan rerata hasil 65,9%. Uji respon polinomial orthogonal menunjukkan hubungan pemberian Pupuk Organik Cair Eceng Gondok (POC EG) terhadap serapan nitrat N. oculata dengan grafik tersaji pada Gambar 5. Sebagai berikut
Gambar 5. Hubungan pemberian POC EG serapan nitrat N. oculata.
Hasil serapan nitrat tertinggi diperoleh pada dosis 6,27 ml/l sebesar 86,15 %. Serapan nitrat tertinggi (6,27 ml/l) pada perlakuan pemberian POC EG mendapatkan hasil 1,26% lebih besar dari perlakuan kontrol, yaitu 85,06%. Serapan nitrat paling rendah ditunjukkan oleh dosis 4,07 ml./l.
Tingkat serapan nitrat berbanding lurus dengan pertumbuhan mikroalga. Semakin tinggi nilai serapannya, maka akan semakin tinggi pula laju pertumbuhan alga tersebut.
Kandungan nitrat bertindak sebagai makronutrien yang berperan dalam unsur pembentukan protein dan klorofil, sehingga tingkat pertumbuhan dan fotosintesis meningkat [27]. Kelebihan nitrat juga dapat berdampak buruk bagi mikroalga. Nitrat berlebih dapat menjadi racun bagi mikroalga [28].
Serapan Fosfat
perlakuan C (6,69 ml/l) merupakan perlakuan dengan hasil terbaik, yaitu memiliki serapan P sebanyak 86,2%. Perlakuan dengan hasil terendah didapatkan oleh perlakuan A (4,07 ml/l) dengan rerata hasil 65%. Uji respon polinomial orthogonal menunjukkan hubungan pemberian POC EG terhadap serapan fosfat N.
oculata dengan grafik tersaji pada Gambar 6.
Sebagai berikut
Gambar 6. Hubungan pemberian POC EG dengan serapan fosfat pada N. oculata..
Dosis terbaik untuk serapan fosfat yakni sebesar 6,54 ml/l dengan tingkat serapan fosfat 83,36%. Perlakuan K (Walne 1 ml/l) menghasilkan persentase serapan fosfat 9%
lebih baik yaitu 91,49%..
Kandungan fosfat yang optimal untuk pertumbuhan N. oculata adalah 0,9-1,35 mg/L [29]. Kekurangan fosfat dapat menyebabkan gangguan pembentukan ATP, sehingga berdampak pada pertumbuhan mikroalga [30].
Hal ini disebabkan fosfat berperan penting dalam menunjang kemampuan sel untuk membangun struktur fungsional yang terkait dengan unsur hara dengan jumlah terbatas.
Unsur fosfat juga berperan penting dalam pembentukan senyawa protein dan pigmen pada mikroalga. Sebaliknya, kelebihan fosfat dapat berdampak pada penurunan efisiensi penyerapan nutrien dan perubahan komposisi biokimia. Hal ini tentunya akan berdampak buruk pada pertumbuhan mikroalga [7]
UCAPANTERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan artikel ini. Pertama, kepada Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya. Kedua, kepada keluarga yang selalu mendukung penulis, serta kepada dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini.
DAFTARPUSTAKA
[1] Sianipar, H. F., Sianturi, T., & Purba, J.
S. (2023). Sosialisasi pentingnya plankton pada budidaya ikan di Danau Toba. Jurnal Abdimas Bina Bangsa,
3(1), 42-46. DOI:
https://doi.org/10.46306/jabb.v3i1.149 [2] Widianingsih, W., Hartati, R., Endrawati,
H., Yudiati, E., & Iriani, V. R. (2011).
Pengaruh pengurangan konsentrasi nutrien fosfat dan nitrat terhadap kandungan lipid total N. oculata..
Journal of Marine Sciences, 16(1), 24-
29. DOI:
https://doi.org/10.14710/ik.ijms.16.1.24- 29.
[3] Govere, S., Madziwa, B. & Mahlatini, P.
2016. The nutrien content of organik liquid fertilizers in Zimbabwe.
International Journal of Modern Engineering Research (IJMER), 1(1), 196-202.
[4] Yuliatin, E., Sari, Y. P., & Hendra, M.
(2018). Efektivitas pupuk organik cair dari eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart), Solm) untuk pertumbuhan dan kecerahan warna merah faun aglaonema biotropika: Journal of Tropical Biology,
6(1), 28-34. DOI:
https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2 018.006.01.6.
[5] Aziz, A., Wulandari, S. Y., & Maslukah, L. (2014). Sebaran konsentrasi ortofosfat di lapisan permukaan perairan pelabuhan perikanan nusantara Pengambengan dan estuari perancak, Bali. Journal of Oceanography, 3(4), 713-721.
[6] Razzak, S. A., Ilyas, M., Ali, S. A. M., &
Hossain, M. M. (2015). Effects of CO 2 concentration and pH on mixotrophic growth of Nannochloropsis oculata..
Applied biochemistry and biotechnology, 176(1), 1290-1302
[7] Rumanti, M., Rudiyanti, S., &
Nitisuparjo, M. (2014). Hubungan antara Kandungan Nitrat dan Fosfat dengan Kelimpahan Fitoplankton di Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan.
Diponegoro Journal of Maquares, 3(1),
168–176. doi:
https://doi.org/10.14710/marj.v3i1.4434
[8] Oktora, A. R., Ma’ruf, W. F., & Agustini, T. W. (2016). Pengaruh penggunaan senyawa fiksator terhadap stabilitas ekstrak kasar pigmen β-karoten mikroalga Dunaliella salina pada kondisi suhu berbeda. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 19(3), 206-13.
DOI: 10.17844/jphpi.2016.19.3.206 [9] Ismail, M. S., dan Staddal, I. (2020).
Pembuatan pupuk organik berbahan eceng gondok (Eichhornia Crassipes) menggunakan alat pencacah limbah organik. Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG), 5(2), 42-48.
[10] Larangahen, A., Bagau, B., Imbar, M. R.,
& Liwe, H. (2016). Pengaruh penambahan molases terhadap kualitas fisik dan kimia silase kulit pisang sepatu (Mussa paradisiaca formatypica). Jurnal ZOOTEC, 37(1), 156-166. DOI:
https://doi.org/10.35792/zot.37.1.2017.1 4419
[11] Fakhri, M., Arifin, N. B., Hariati, A.
M., & Yuniarti, A. (2017). Growth, biomass, and chlorophyll-a and carotenoid content of Nannochloropsis sp. strain BJ17 under different light intensities. Jurnal Akuakultur Indonesia, 16(1),15-21.
https://doi.org/10.19027/jai.16.1.15-21, vol. 66, no. 3–4, hal. 409–416, Feb 2006.
[12] Octhreeani, A. M., & Soedarsono, P.
(2014). Pengaruh perbedaan jenis pupuk terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp. dilihat dari kepadatan sel dan klorofil α pada skala semi massal. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 3(2), 102-108.
[13] Ritchie, R. J. 2006. Consistent sets of spectrophotometric chlorophyll equations for acetone, methanol and ethanol solvents. Photosynthesis Research, 89(1), 27-41.
https://doi.org/10.1007/s11120-006- 9065-9
[14] Morowvat, M. H. and Y. Ghasemi. 2016.
Culture medium optimization for enhanced β-carotene and biomass
production by D. salina in mixotrophic culture. Biocatalysis and Agricultural Biotechnology, 7(1), 217-223.
https://doi.org/10.1016/j.bcab.2016.06.0 08.
[15] Dianita, I., S. Hasibuan, dan Syafriadiman. 2020. Pengaruh pupuk tauge kacang hijau (Phaseolus radiatus) terhadap kepadatan dan kandungan karotenoid Dunaliella salina. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 25(1): 18-26.
[16] Afriza, Z., G. Diansyah, dan AI. Sunaryo.
(2015). Pengaruh pemberian pupuk urea (CH4N2O) dengan dosis berbeda terhadap kepadatan sel dan laju pertumbuhan Porphyridium sp. pada kultur fitoplankton skala laboratorium.
Maspari Journal, 7(2), 33-40.
[17] Toumi, A., & Politaeva, N. A. (2021, March). Impact of the nitrate concentration on the biomass growth and the fatty acid profiles of microalgae Chlorella sorokiniana. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 689(1), 1-8 [18] Tamalonggehe, J., Kemer, K., Paransa,
D. S. A. J., Mantiri, D. M., Kawung, N.
J., & Undap, S. L. (2020). Efek senyawa timbal asetat terhadap pertumbuhan dan kandungan pigmen klorofil mikroalga Dunaliella sp. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 8(2), 1-10.
[19] Hanani, T., Widowati, I., & Susanto, A.
B. (2020). Kandungan senyawa beta karoten pada Spirulina Platensis dengan perlakuan perbedaan lama waktu pencahayaan. Buletin Oseanografi Marina April, 9(1), 55-58
[20] Sianipar, H. F., Sianturi, T., & Purba, J.
S. (2023). Sosialisasi pentingnya plankton pada budidaya ikan di Danau Toba. Jurnal Abdimas Bina Bangsa,
3(1), 42-46. DOI:
https://doi.org/10.46306/jabb.v3i1.149 [21] Suarjana, I. W., Supadma, A. N., &
Arthagama, I. D. M. (2015). Kajian
status kesuburan tanah sawah untuk menentukan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi tanaman padi di Kecamatan Manggis. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 4(4), 314- 323.
[22] Wahyuni, N., B. S. Rahardja, dan M. H.
Azhar. 2019. Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera dengan pupuk Walne dalam media kultur terhadap laju pertumbuhan dan kandungan karotenoid Dunaliella salina. Journal of Aquaculture Science. 4(1): 37- 49.
DOI:https://doi.org/10.31093/joas.v4i1.
67
[23] Ermavitalini, D., Sumarni D., Sri N., dan Triono B. S. (2019). Pengaruh kombinasi cekaman nitrogen dan fotoperiode terhadap biomassa, kandungan kualitatif triasilgliserol dan profil asam lemak mikroalga Nannochloropsis sp. Jurnal Akta Kimia Indonesia, 4(1), 32-49. DOI:
http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.
v4i1.5089
[24] Kawaroe, M., Pratono, T., Sunuddin, A., Sari D.W., dan Agustine, D., (2010), Mikroalga : Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar, IPB Press, Bogor.
77hlm.
[25] Mukhlis, A., Abidin, Z.,dan Rahman,I. (2017). Pengaruh konsentrasi pupuk amonium sulfat terhadap pertumbuhan populasi sel Nannochloropsis sp. Jurnal Biowallacea, 3(3),149-155
[26] Armiani, S., dan Harisanti, B. M.
(2021). Hubungan kemelimpahan fitoplankton dengan faktor lingkungan di perairan pantai Desa Madayin Lombok Timur. Jurnal Pijar Mipa, 16(1), 75-80. DOI:
10.29303/jpm.v16i1.1862
[27] Oktaviani, D., Adisyahputra, dan N.
Amelia. 2017. Pengaruh kadar nitrat
terhadap pertumbuhan dan kadar lipid mikroalga Melosira sp. sebagai tahap awal produksi biofuel. Jurnal Risenologi KPM UNJ. 2(1): 1-13 [28] Hutami, G. H., M. R. Muskananfola
dan B. Sulardiono. 2017. Analisis kualitas perairan pada ekosistem mangrove berdasarkan kelimpahan fitoplankton dan nitrat fosfat di Desa Bedono Demak. Journal Of Maquares.6(3):239-246
[29] Rumanti, M., Rudiyanti, S., &
Nitisuparjo, M. (2014). Hubungan antara Kandungan Nitrat dan Fosfat dengan Kelimpahan Fitoplankton di Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan.
Diponegoro Journal of Maquares, 3(1), 168–176. doi:
https://doi.org/10.14710/marj.v3i1.44 34
[30] Indarmawan, T., A. S. Mubarak dan G.
Mahasri. 2012. Pengaruh konsentrasi pupuk Azolla microphylla terhadap populasi Chaetoceros sp. Journal of Marine and Coastal Science. 1(1): 61–
70