• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. gambaran umum lokasi penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "a. gambaran umum lokasi penelitian"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

32

A.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MT. Transko Arafura adalah kapal milik perusahaan pelayaran PT.

Pertamina Trans Kontinental yang beralamat di Jl. Kramat Raya No.29 Jakarta Pusat. Kapal ini beroperasi mulai sejak awal tahun 2017 yang dirancang untuk membawa muatan Oil Product.

PT. Pertamina Trans Kontinental atau yang dulu dikenal dengan PT. Pertamina Tongkang pada tahun 1969 Adalah Anak Perusahaan PT.

Pertamina yang dimana perusahaan ini bergerak di bidang Industri Jasa Maritim untuk pengadaan distribusi bahan bakar ke semua pelabuhan di Indonesia yang tidak dapat terjangkau oleh kapal tanker dan bertindak sebagai General Agent dan Handling Agent bagi kapal-kapal tanker milik PT. Pertamina. Perusahaan ini merupakan perusahan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1974, PT. Pertamina Trans Kontinental diperbantukan pada aktivitas pengembangan PT. Pertamina dan memperoleh tambahan armada kapal yang awalnya hanya kapal tongkang dan tug boat yang kemudian hari memiliki armada tambhan seperti kapal Supply, kapal Tanker (oil product dan chemical), harbour tug, dan kapal Gas. PT. Pertamina Trans Kontinental mempelopori pengiriman bahan bakar dan gas di seluruh Indonesia, serta melayani dan memenuhi eksplorasi pengeboran minyak dan gas lepas pantai. Adapun Ship Particular kapal MT. Transko Arafura pada lampiran 1.

(2)

Gambar 4.1 Kapal MT. Transko Arafura

Sumber data: Galeri MT. Transko Arafura (Januari, 2017) Kapal MT. Transko Arafura mempunyai alur (route) acak dimana

kapal dengan tujuan route, dan jadwal yang tidak tetap. Dalam pengoperasiannya, jenis muatan yang dimuat yaitu Oil Product. Untuk jenis muatan yang akan dimuat sesuai dengan voyage order yang di kirim oleh Programer Shipping melalui e-mail kapal ketika kapal memasuki pelabuhan bongkar terakhir atau sebelum kapal memasuki pelabuhan muat (loading) dan kegiatan memuat (loading) dilaksanakan.

Peralatan untuk bongkar pada kapal MT. Transko Arafura seluruhnya menggunakan auto dimana seluruhnya yang di main deck di operasikan melalui komputer di dalam Cargo Control Room (CCR). Untuk itu diperlukan keahlian dan ketelitian dalam mengoperasikannya khususnya untuk perwira jaga, dan dibutuhkan kerja sama yang baik antara yang di Cargo Control Room (CCR) dan main deck, serta regu jaga orang

(3)

mesin agar dinas jaga ketika kapal bongkar terlaksana dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

B. HASIL PENELITIAN 1) Penyajian Data

Sesuai dengan masalah yang di angkat maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan yang terjadi dikapal.

Sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian. Di bawah ini adalah beberapa contoh kejadian yang terjadi diatas kapal MT. Transko Arafura yang akan diuraikan sebagai berikut.

a. Lepasnya buoy penambat tali (kepil) kapal lepas.

Pada tanggal 07 Juli 2018 kapal sedang operasi bongkar muatan yang berlangsung di CBM Meulaboh, Aceh Barat kejadian tersebut diketahui pada malam hari pukul 00.30 LT.

Buoy penambat tali tros dan spring buritan sebelah kiri kapal MT. Transko Arafura lepas dari jangkarnya yang disebabkan oleh keadaan cuaca dan alun yang besar, hal tersebut menyebabkan Hose Connect darat yang terkoneksi ke manifold menegang yang dapat membahayakan kapal dan petugas jaga yang berada di dekat manifold pada saat itu. Pada saat kejadian tersebut merupakan jam jaga second officer yang dibantu oleh juru mudi II dan cadet III. Second officer sebagai pemimpin dinas jaga tidak mengecek sekeliling kapal ketika pergantian

(4)

jam jaga dengan mualim sebelumnya, dan tidak mengingatkan atau meminta kepada juru mudi jaga untuk mengecek keliling kapal termasuk cek tali tambat kapal dalam keadaan aman atau tidak.

b. Masuknya muatan yang di bongkar ke dalam tangki lain berbeda grade

Pada tanggal 26 April 2018 MT. Transko Arafura sandar di pelabuhan bongkar pertama yaitu di CBM Gunung Sitoli/Nias. Operasi bongkar berjalan yang memimpin regu jaga adalah second officer dan tim regu jaganya. Muatan yang di bongkar yaitu tangki 1 wings, 2 wings dan 4 wings dengan Remaind On Board (ROB) sekitar ± 200 KL pada tangki 1 wings dan ± 300 KL pada tangki 2 wings dan 4 wings. Setelah jam jaga second officer dan hand over dinas jaga dengan third officer bongkar akan selesai dan stripping akan tetapi saat hand over second officer hanya menyampaikan kepada third officer bahwa bongkar muatan akan stop dan dilanjut stripping pada saat itu third officer jaga bersama cadet dan juru mudi yang membantu second officer jaga. Saat itu third officer merupakan perwira baru di kapal tanker dan masih tahap familiarisasi, 30 menit setelah hand over jaga, kapal miring ke kanan dan third officer order cadet jaga untuk seimbangkan (steady) kapal dengan mengatur ballast. Kurang lebih 15 menit kemudian kapal selesai bongkar sesuai dengan Discharge Plan

(5)

yang telah Chief officer Order. Seperti biasa setelah bongkar muatan selesai dan kapal masih ada muatan atau Remaind On Board (ROB) untuk dibongkar di pelabuhan selanjutnya maka dilakukan sounding bersama pihak darat yaitu Loading Master dan Surveyor. Sebelum dilaksanakan sounding, perwira jaga mengatur trim yang telah di order oleh Chief Officer. Sesudah trim didapat sesuai order dilaksanakan sounding dan perhitungan cargo, setelah perhitungan diketahui hasil bongkar cargo losses banyak dan dilakukan pemeriksaan compartemen kapal dan tidak ditemukannya. Tanpa disadari oleh third officer dan chief officer bahwa losses nya muatan dikarenakan muatan yang dibongkar masuk kedalam tangki yang tidak di bongkar yaitu tangki 5 kanan, penyebab berpindahnya muatan di karenakan kurang kedapnya valve-valve.

Gambar 4.2 Monitor pengontrol valve dan muatan

Sumber : Dokumentasi oleh peneliti 2) Analisis Data

Dari beberapa data yang sudah penulis sebutkan diatas dapat dianalisis sebagai berikut:

(6)

a. Lepasnya buoy penambat tali (kepil) kapal lepas

Dilihat dari kejadian diatas dimana mualim jaga di pelabuhan tidak melaksanakan jaga sesuai prosedur yang ada dan disetujui. Sesuai dengan standing order yang telah dibuat oleh Master, disebutkan bahwa perwira maupun juru mudi jaga wajib melaksanakan semua order yang telah dibuat olehnya.

Akan tetapi ada perwira maupun juru mudi jaga yang tidak membaca standing order yang diberi oleh Master serta lalai dalam melaksanakan beberapa peraturan yang dibuat dan disetujui. Perwira dan juru mudi jaga hanya melaksanakan beberapa peraturan jaga dan mengabaikan peraturan yang lain yang ada di atas kapal. Jadi sesuai dengan fakta yang ada perwira maupun juru mudi jaga kurang peduli (acuh) dengan peraturan jaga yang telah dibuat, terutama pada saat kapal sedang melaksanakan kegiatan bongkar di pelabuhan.

Terutama untuk perwira jaga yang bertugas sebagai pemimpin regu jaga wajib bertanggung jawab penuh dengan dinas jaga yang di pimpinnya dan atas segala sesuatu yang terjadi diatas kapal selama masa periode jaganya dimulai sampai dengan selesai dan melaksanakan semua prosedur yang telah disetujui.

Juru mudi jaga hanya bertugas sebagai pembantu jaga yang melakukan semua perintah pemimpin regu jaga, seperti mempersiapkan alat-alat untuk bongkar setiap kali kapal sandar di pelabuhan, mulai dari membuka manifold, mengecek

(7)

keliling kapal sampai dengan membantu boatswain memasang tangga akomodasi ke darat (gang way). Peraturan dinas jaga deck ketika kapal berada di pelabuhan harus selalu memadai untuk menjamin keselamatan jiwa, kapal, pelabuhan, dan lingkungan serta pengoperasian seluruh peralatan yang berkaitan dengan penanganan muatan, memperhatikan aturan- aturan internasional, nasional, dan lokal, serta menjaga ketertiban dan rutinitas normal kapal. Dan pada buku paket

“P2TL & Dinas Jaga” (13:2015) penyerahan tugas jaga sudah dijabarkan sebelum hand over perwira jaga sebelumnya memberitahukan kepada perwira jaga pengganti tugas-tugas yang harus diembannya selama jam jaga berlangsung seperti memberitahukan kondisi kapal baik itu draught, trim, bongkar di tangki mana, tali tambat kapal, keadaan air ballast, perintah- perintah tetap dan khusus dari master, garis komunikasi antara kapal dengan darat. Perwira pengganti sebelum mulai tugas jaga harus memeriksa bahwa pengikat tali tros aman, peraturan-peraturan yang ada selama perwira sebelumnya ditaati dan tidak terjadi suatu accident artinya tidak adanya kondisi atau hal yang membahayakan kapal dan membahayakan apapun lainnya.

b. Masuknya muatan yang di bongkar ke dalam tangki lain dengan berbeda grade

(8)

Ketika kapal MT. Transko Arafura sandar di pelabuhan bongkar pertama yaitu di CBM Gunung Sitoli/Nias tanggal 26 April 2017. Kapal melakukan bongkar muatan di CBM Sitoli dengan muatan sesuai Loading Order yang kirimkan oleh Programming Shipping. Kapal Remaind On Board (ROB) untuk dibawa ke Pulau Simeulue, ketika kapal selesai bongkar muatan di Sitoli dilakukan perhitungna muatan losses banyak ternyata setelah diselidiki kurangnya muatan karena muatan berpindah ke dalam tangki lain yang tidak dibongkar.

Penyebab ini dikarenakan kelalaian perwira jaga. Kurang telitinya officer jaga ketika melaksanakan dinas jaga. Third officer tanpa sadar bahwa kemiringan dan terlalu dongaknya kapal tadi dikarenakan masuknya muatan didalam tangki yang tidak di bongkar yakni tangki 5 kanan. Pada waktu hand over jaga second officer tidak mengecek kembali muatan pada monitor komputer dan third officer juga tidak mengeceknya kembali, hanya cek ballast dan steady kapal melalui ballast tanpa melihat tangki muatan.

C. PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis akan membahas masalah-masalah yang telah diuraikan atau dijelaskan. Sebagai acuan penulis memakai hasil wawancara di kapal (terlampir), data-data, serta memberikan solusi-solusi atau pemecahan masalah-masalah yang dihadapi saat pelaksanaan bongkar

(9)

dipelabuhan guna mencapai hasil yang efisien dan optimal sesuai dengan prinsip-prinsip pemuatan dalam melaksanakan bongkar dipelabuhan.

1. Pelaksanaan Dinas Jaga Pada Saat Operasi Bongkar Di Kapal MT. Transko Arafura Pada Pelabuhan TBBM Gunung Sitoli a. Perencanaan Dinas Jaga di Pelabuhan TBBM Gunung

Sitoli

Dikapal MT. Transko Arafura tempat penulis melaksanakan praktek berlayar, sebelum dimulai jaga dipelabuhan pada pelabuhan tertentu Chief Officer mengadakan safety meeting, untuk membagi tugas atau menyampaikan hal-hal yang perlu mendapat perhatian oleh crew. Dalam hal ini khususnya bagian deck. Kemudian dibuatkan sebuah daftar atau checklist bilamana dibutuhkan.

Crew dalam hal ini sangat berperan dalam pelaksanaan dinas jaga. Adapun petugas jaga yang ada diatas kapal seperti tersebut dibawah ini, kecuali :

1) Nakhoda (Master)

2) Kepala Kamar Mesin (KKM) atau Chief Engineers (C/E) 3) Koki (Chief Cook)

Sedangkan crew bagian dek yang terlibat dalam pelaksanaan tugas jaga dipelabuhan adalah :

1) Chief Officer (C/O), hanya pada saat pengurusan dokumen cargo dan perhitungan cargo.

2) Second Officer (2/O)

(10)

3) Third Officer (3/O) 4) Bosun (Boatswain) 5) Semua Juru mudi (AB) 6) Semua Cadet

b. Pengorganisasian Dinas Jaga di Pelabuhan TBBM Gunung Sitoli

Daftar jaga yang telah dibuat ditempelkan di dinding anjungan, Cargo Control Room (CCR), office dan mess room agar mudah dibaca oleh semua crew. Pada setiap tim jaga deck terdiri dari perwira jaga deck, juru mudi dan dibantu oleh cadet deck. Sedangkan untuk bagian mesin terdiri dari perwira jaga mesin, electrician, oiler, dan dibantu oleh cadet mesin dan daftar jaga orang mesin dibuat oleh Chief engineer. Daftar jaga yang sudah dibuat harus dibaca dan diketahui oleh seluruh anak buah kapal terutama bagi yang terlibat dalam tugas jaga, sehingga crew mengetahui jadwal jaganya masing-masing.

Chief officer membuat perencanaan tugas jaga yang akan dilaksanakan oleh satu tim regu jaga diatas kapal. Perencanaan daftar yang dibuat ini berisikan tentang tugas dan tanggung jawab satu tim regu jaga terutama pada saat kapal sedang sandar di pelabuhan dan operasi bongkar muat. Pembuatan daftar jaga menyesuaikan dengan jumlah crew, dikarenakan tiap kapal memiliki jumlah crew yang berbeda-beda.

Disamping itu dengan jumlah anak buah kapal yang terbatas,

(11)

dan kurangnya pengetahuan akan peraturan–peraturan yang tercantun dalam Standart of Training Certification and Watchkeeping (STCW) 1978 amandemen Manila 2010.

Seorang pemimpin regu jaga menjadi kurang maksimal dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab jaganya. Di kapal MT. Transko Arafura memiliki 3 (tiga) orang officer dan masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan pada saat melaksanakan tugas jaga di pelabuhan. Pada saat kapal sedang sandar di pelabuhan dan melakukan bongkar muat, Chief Officer tidak bertugas sebagai pemimpin regu jaga karena sudah bertanggung jawab atas muatan. Chief Officer hanya mempersiapkan dokumen- dokumen cargo, perhitungan cargo, dan mengawasi kegiatan bongkar selama kegiatan tersebut berlangsung atau stand by.

Chief Officer mempunyai 2 (dua) orang perwira jaga yaitu Second Officer dan Third Officer. Chief Officer memberikan kewajiban dan tanggung jawab kepada 2 (dua) orang perwiranya sebagai pemimpin regu jaga. Tetapi tanggung jawab penuh tetap di pegang oleh Master diatas kapal. Second Officer dan Third Officer bertugas sebagai pemimpin regu jaga yang di bagi menjadi 2 (dua) tim jaga dan setiap pemimpin regu jaga wajib melaksanakan jam jaganya selama 2 (dua) kali periode jaga dalam sehari. Pada saat pelaksanaan tugas jaga, satu tim regu jaga dipimpin oleh seorang perwira jaga dan

(12)

dibantu juru mudi dan cadet. Pembagian tugas jaga diatur oleh Chief Officer.

Telah diketahui bahwa Second Officer mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas jaga antara pukul 12.00 LT sampai dengan pukul 18.00 LT dan pukul 00.00 LT sampai dengan pukul 06.00 LT, sedangkan Third Officer mempunyai tanggung jawab jaga antara pukul 06.00 LT sampai dengan pukul 12.00 LT dan 18.00 LT sampai dengan pukul 24.00 LT. Jadi setiap perwira jaga, Second Officer maupun Third Officer mempunyai tanggung jawab jaga 12 jam selama 1 (satu) hari kapal berada di pelabuhan. Pada saat melaksanakan tugas jaganya, perwira jaga sebagai pemimpin regu dibantu juru mudi dan cadet, yang pembagian tugas jaganya telah diatur oleh Chief Officer. Regu jaga satu dipimpin oleh Second Officer dibantu oleh juru mudi dan cadet. Sedangkan Third Officer sebagai pemimpin regu jaga dua dibantu juru mudi dan cadet. Saat pergantian jaga diakhir bulan menjelang awal bulan atau disebut juga dengan rolling jaga hanya berlaku bagi juru mudi dan cadet, hal ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali sesuai dengan perintah atau order dari Chief Officer sebagai penanggung jawab atau kepala bagian deck. Adapun pengaturan waktu jaga yang terdapat di MT. Transko Arafura pada saat kapal sedang di pelabuhan adalah sebagai berikut :

(13)

Tabel Tugas Jaga Pada Pelabuhan Crew Deck MT. Transko Arafura

Team Rank Duty Time

1

MUALIM II 00.00 – 06.00 / 12.00 – 18.00 KADET DECK I

00.00 – 04.00 / 12.00 – 16.00 JURU MUDI I

1 – 2 JURU MUDI II

04.00 – 08.00 / 16.00 – 20.00 KADET DECK II

2

MUALIM III 06.00 – 12.00 / 18.00 – 24.00 KADET DECK III

08.00 – 12.00 / 20.00 – 24.00 JURU MUDI III

c. Hal Yang Perlu Diperhatikan Ketika Jaga Saat Bongkar 1) Data muatan keseluruhan yang akan dibongkar.

2) Stowage plan muatan di tangki mana yang akan dibongkar.

3) Berapa ton jumlah yang dibongkar setiap jamnya dan hitung discharge rate per jam.

4) Stabilitas kapal harus diperhatikan terutama untuk pemuatan akhir.

5) Perwira jaga senantiasa koordinasi dengan Chief Officer sebagai penanggung jawab muatan.

d. Saat Timbang Terima Jaga Bongkar Yang Harus Diperhatikan

1) Stowage Plan

2) Jumlah muatan yang dibongkar 3) Keadaan perairan

(14)

4) Keadaan cuaca

5) Jenis muatan yang dibongkar 6) Trim kapal yang disetujui

e. Tanggung Jawab Perwira Jaga Pelabuhan

Secara umum tanggung jawab perwira jaga pelabuhan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Menjaga keamanan kapal antara lain dari pencurian, kebakaran, hanyut.

2) Menjalankan perintah nahkoda dan Chief Officer antara lain adalah menjalankan standing order.

3) Menjalankan perintah atau ketentuan yang berlaku antara lain pemasangan penerangan, mengikuti peraturan syahbandar dan peraturan yang berlaku di pelabuhan.

f. Akibat Yang Dapat Ditimbulkan Karena Kelalaian Perwira Jaga

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis pada saat melakukan praktek berlayar di MT. Transko Arafura pada saat kapal sedang melaksanakan kegiatan bongkar muatan di pelabuhan. Diperoleh hasil bahwa pengetahuan perwira dan juru mudi tentang pelaksanaan dinas jaga tidak optimal, mereka sering kali mengabaikan tanggung jawabnya ketika melaksanakan dinas jaga pada saat kapal melaksanakan bongkar muat di pelabuhan. Sehingga dari kelalaian tersebut dapat menimbulkan berbagai kesalahan diantaranya adalah

(15)

pengaturan muatan yang tidak efisien, kesalahan dalam pembongkaran, keterlambatan dalam proses bongkar muat dan hal tersebut akan merugikan bagi pihak kapal dan perusahan terutamanya.

Maka tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencegah akibat yang ditimbulkan oleh kelalaian dinas jaga bongkar dipelabuhan adalah :

1) Meningkatkan kerjasama dan kinerja tugas jaga yang baik.

Setiap perwira jaga mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar, yang harus dipikul hingga jam jaganya usai. Perwira jaga harus mampu memimpin anak buahnya dalam melaksanakan tugas jaganya pada saat kegiatan bongkar muat sesuai dengan tanggung jawabnya. Sehingga dalam pelaksanaan dinas jaga dipelabuhan pada saat kegiatan bongkar muat tidak terjadi kesalahan dalam pengaturan muatan dan dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan Stowage plan yang telah dibuat oleh Chief Officer.

2) Meningkatkan pengetahuan perwira dan juru mudi jaga tentang aturan dina jaga yang benar.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses bongkar muat dipelabuhan, setiap dinas

(16)

jaga bongkar muat dipelabuhan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Membaca dan memahami standing order.

b) Membaca dan memahami stowage plan yang telah diberikan oleh Chief Officer.

c) Melakukan pengawasan yang baik pada saat pelaksanaan bongkar muat.

d) Mencatat semua aktifitas atau kegiatan bongkar muat dalam Tanker Time Sheet dan log book jaga di pelabuhan.

Jurumudi jaga hanya bertugas sebagai pembantu jaga yang melakukan semua perintah pemimpin regu jaga. Boatswain, juru mudi jaga dan juru mudi yang lain ketika kapal sudah sandar (all fast) membuka manifold, memasang loading arms/hoses, menyiapkan peralatan yang lainnya, sampai dengan membantu boatswain memasang tangga akomodasi ke darat (gang way). Juru mudi tidak perlu mencatat hal-hal yang terjadi di main deck selama dia jaga. Hanya saja dia melaporkan segala hal yang terjadi di main deck ke perwira jaga agar di catat dalam log book dan Time Sheet.

3) Melakukan pemuatan dan pembongkaran secara efisien dan sistematis.

(17)

Agar pelaksanaan bongkar muat dipelabuhan dapat dilakukan secara efisien dan sistematis, maka sebelum proses bongkar muat dipelabuhan perwira jaga harus mengetahui rencana pembongkaran dan pemuatan (stowage plan) secara teliti dan dipahami isinya, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemuatan ataupun pembongkaran. Stowage atau penataan muatan merupakan suatu istilah dalam kecakapan pelaut, yaitu suatu pengetahuan tentang memuat dan membongkar muatan dari dan ke atas kapal sedemikian rupa agar terwujud 5 prinsip pemuatan yang baik. 5 prinsip memuat adalah :

a) Melindungi kapal b) Melindungi muatan

c) Melindungi ABK dan buruh

d) Pemanfaatan ruang muat secara maksimal e) Pemuatan secara sistematis

Maka dari itu perwira dan crew kapal dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang bagaimana pelaksanaan dinas jaga pada saat kapal melaksanakan kegiatan bongkar muat di pelabuhan serta meningkatkan kedisiplinan dan ketelitian ketika melaksanakan dinas jaga bongkar muat agar pelaksanaan dinas jaga berjalan optimal sesuai dengan rencana yang diharapkan.

(18)

49 A. SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisa data dan pembahasan pelaksanaan dinas jaga pada saat operasi bongkar muatan di kapal MT. Transko Arafura pada pelabuhan TBBM Gunung Sitoli belum optimal. Disimpulkan bahwa perwira jaga dan crew jaga yang lain belum memahami dan mengerti tentang pentingnya melaksanakan peraturan- peraturan mengenai dinas jaga yang sesuai prosedur di pelabuhan. Di kapal tempat penulis melakukan penelitian di temukan kurangnya kedisiplinan dan ketelitian perwira jaga dan crew jaga dalam melaksanakan dinas jaga kapal bongkar muatan di pelabuhan, seperti tidak diadakannya pemeriksaan keliling kapal dan kurang telitinya perwira jaga dalam pengawasan ketika kapal bongkar muatan sehingga mengakibatkan masuknya muatan kedalam tangki lain yang berbeda grade yang kemungkinan besar dapat mengakibatkan muatan itu terkontaminasi.

B. SARAN

Dalam hal ini penulis akan memberikan saran - saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukan guna memperbaiki sistem dinas jaga di pelabuhan. Adapun saran - saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

(19)

1. Seluruh anggota tim jaga harus memahami dan mengerti tentang pentingnya melaksanakan peraturan - peraturan yang telah ada, agar pelaksanaan dinas jaga bongkar muatan di pelabuhan berjalan dengan optimal.

2. Sebaiknya pelaksanaan tugas jaga bongkar muatan dipelabuhan dilakukan dengan perencanaan tugas yang baik, pengorganisasian yang baik, serta pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang baik oleh perwira jaga dan crew sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Perwira jaga diharapkan mampu menguasai semua sistem bongkar muatan di kapal pada saat kapal operasi bongkar muatan, sehingga nantinya perwira jaga mampu membimbing dan mengarahkan anak buahnya dalam melaksanakan dinas jaga sesuai prosedur yang berlaku diatas kapal untuk menghindari adanya bahaya yang terjadi.

4. Melaksanakan safety meeting dan memberikan pengarahan tentang tugas dan tanggung jawab secara maksimal untuk mengantisipasi terjadinya kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan pada saat kapal sedang bongkar muatan di pelabuhan dan supaya proses bongkar muatan di pelabuhan berjalan lancar dan optimal.

Referensi

Dokumen terkait

anxiety level and their speaking achievement. None of the mentioned scholars specifically explored the English fluency of Airlangga students and how their attitude

3 Panitia Likuidasi sebagaimana dimaksud pasal 17 ayat 2, terdiri dari unsur- unsur: a Perwakilan Pengurus b Perwakilan Anggota Aktif c Perwakilan Anggota Pasif 4 Musyawarah Nasional,