JURNAL LEGALITAS VOLT]ME 2 NO.I, FEB 2OO9
PENANGGULANGAN
TINDAK
PIDANA"A""*GAN
HIDUPOleh: Dian Ekawaty Ismail
Abstract
The enforcement of enviroment law according to the environment manqgement
law can be
implementedboth in a
preventive and repressive msnner.The legal instrument used is administrative law, in the formot an obligation imposed upon each person who intends to run
a
business, tofirst
obtainan
ewironmental impact assessmentof
the proposed business. The represive enforcement of law oims to reduce and abate exising environmental damage of pollution by using administrative lqw civil law and criminal ldw.The protection
of
crime can be done with dragging mutilation petpetrator andor
environmental contaminstionto
court. Sdnction fallout of administration, compensatoty suing and area recovery, andcriminal
prosecutiondone to
mutilotionperpetrator and
or environmental contamination in the same cdse is not ne bis in idem.Kata Kunci: Penonggulangan, Tindak Pidano, Lingkungan Hidup
A.
PendahuluanDidalam
Undang-UndangDasar 1945 telah
dengan jelastercantum bahwa
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup perludiikuti
tindakan berupapelestarian sumber daya
alam dalam rangka memajukan kesejah- teraan umum.Undang-undang No. 4Tahun 1982 tentang
ketentuan-ketentuan pokok
penge-lolaanlingkunan hidup
sebagai-mana telah diubah dan diperbaharui olehUU No. 23 tahun 1997
tentangpengelolaan lingkungan
hidup (UUPLH) adalah payungdi
bidang pengelolaan lingkungan hidup yangdijadikan
dasarbagi
pengelolaanlingkungan hidup di Indonesia
dewasa ini. Dengan
demikian,UUPLH
merupakan dasar keten-tuan
pelaksanaandalam
Pengelo- laan lingkungan hidup serta sabagaidasar penyesuaian terhadaP
perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya, serta menjadikan-
nya
sebagai suatu kesatuan Yangbulat dan utuh didalam
suatusistem.
Lingkungan hiduP
Yang tergganggu keseimbangannya perludikembalikan fungsinYa
sebagai kehidupandan memberi
manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dankelangsungan antara
generasidengan
cara
meningkatkan Pem-binaan dan penegakan
hukum.Penegakan hukum
lingkunganberkaitan erat dengan kemamPuan
aparatur dan kePatrhan
wargamasyarakat terhadaP
Peraturanyang berlaku,
yarrgmeliPuti
tiga bidang hukumyaitu
administratif,pidana dan Perdata.
Dengandemikian, Penega-kan
hukum lingkunan meruPakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap pera-turan dan Persyaratan
dalamketentuan hukum Yang
berlakusecara umum dan individual,
melalui pengawsan dan PeneraPan
(atau
ancaman) sarana
adminis-
fiatif,
kepidanaan dan keperdatan.(Siti Sundari Rangkuti dalam Erwin : 2008)
Pendirian
dalam
suatusebuah
Pabrikekosistem
tertentuakan mempunyai korban
Padafinffigan hidup sekitar. Pada
awal
pembuatan bangunan Palingtidak akan membawa
Pengaruhpada perubahan lahan
Yangmengakibatkan perataan
Pohon-pohon dan
terganggunya stnrkturtanah sekeliling.
DamPak Positifdari adanya pabrik misalnYa
menambah mata pencaharian seba-
gai tenaga kerja dan meningkatkan
pen-dapatan perkapita
Penduduk.
Efek negatif dari kegiatan tersebut
hendaknya ditekan
seminimalmungkin agar industri
tersebutmemperhatikan lingkungan.
Betapa luasnYa
dimensi pengelolaan lingkunganhidup ini sehingga
pendekatarurYa harusdilatcukan secara multi dan
interdisipliner, serta lintas sektoral.
Pada saat melalatkan Pembangunan dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan,
kita
dihadaPkanpada kasus-kasus Perusakan dan/atau pencemaran lingkungan.
Hampir
setiaphari media
massa memberitakan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai daerah. Kasus-kasus lainnYa Yagtidak sempat diberitakan,
tentu masih lebih banyak lagi.B. Tindak Pidana Lingkungan
Dalam
merumuskan tindakpidana lingkungan,
hendal,crYa selalu diingat bahwa kerugian dan kerusakan lingkungan hiduP tidakJURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO.I, FEB 2OO9
hanya
yang bersifat tyata,
tetapijuga yang bersifat ancaman
kerusakan
potensil, baik
terhadaplingkungan hidup maupun
kese- hatanumum. Hal ini
disebabkankarena kerusakan tersebut seringkali tidak seketika timbul dan
tidak
mudahpula untuk
dikuan- tifikasi.Yang menjadi unsur
tindakpidana tersebut dapat
mencakup perbuatanyafig
sengaja, sengaja dengan kemungkinan dan kealpaan.Dalam merumuskan
tindak
pidanalingkungan hendaknya
selaludipertimbangkan adanya
duamacam elemen, yaitu
elemen materialdan
elemen mental yang mencakup pengertianbahwa
ber-buat
atautidak
berbuat dilahrkandengan sengaja atau
kealpaan.Menurut
Muladi,
Elemen material mencakup:(1)
adanya perbuatanatau tidak berbuat
sesuatu yangmenyebabkan terjadinya
tindak pidana atau (2) perbuatan atu tidakberbuat yang melanggar
taubertentangan dengan
standarlingkungan yang ada
(Ir4uladidalam Erwin : 2008).
Mentrut Muladi
(1997),Pelaku tindak pidana
lingkunganhidup dapat juga
bersifat perorarganatau kolektif.
Bahkanbentuknya dapat merupakan
kejahatan korporasi
(CorporoteCrimes). Dalam hukum
pidanamodern
pJt
utiun terhadap korbankejahatn tidak hanya
ditekankan terhadap proses kriminalisasi, tetapijuga berkaitan erat
denganpedoman pemidanaan,
pertang-gungjawaban pidana dan
usahauntuk
mencantumkanganti
rugi (restitution) sebagai sanksi pidana.Dalam hal
pertanggung-jawaban pidana antaralain muncul
konsepshared responsibility, apabila
sikorban juga berperan
untukterjadinya kejahatan
tersebutQtrovocative victim dan
precipitative victim).
Konsep kor-
ban dalam tindak pidana
ling-
kungan berkaitan erat
dengankonsep tentang kerugian
dan kerusakan nyata (actual harm) danancaman kerusakan
(thraetened harm), sebab harus dipahami bahwakerugian atau kerusakan
dalamtindak pidana lingkungan
seringsekali tidak terjadi
seketika atau dapat dikuantifikasi dengan mudah.Dengan demikian ada korban yang
bersifat konkrit dan korban
yangbersifat absffak.Disinilah
pembi-caraan sering bersinggungan
dengan tindak pidana formil
dan
tindak pidana materil, tindak pidana
specific dan tindak pidana generic.
Dalam tindak pidana
ling-kungan beberapa tujuan
yanghendak
dicapai dalam
pemidanan adalah: Pertama,untuk
mendidikmasyarakat sehubungan
dengankesalahan
moral yang
berkaitandengan perilaku Yang
dilarang.Kedua, mencegah atau
meng- halangi pelaku potensial agar tidakmelalnrkan perilaku Yang
tidakbertanggung jawab terhadaP
lingkungan.
Atas dasar Pemikiran
di
atas,menurut Muladi
konsePRancangan
Kitab
Undang-undangHukum Pidana (KLIHP)
sebagai berikut: Pertama, Jenis-jenis pidanapokok tidak
hanYaPidana
mati, pidana penjara, kurungan dan den- da, tetapi dikembangkana menjadi pidana mati, pidana Penjara, Pdana futupan,pidana Pengawasan, Pidanadenda dan pidana kerja
sosial.Kedua, Jenis-jenis pidana tambahan
yang semula hanYa terdiri
daripencabutan hak-hak
tertentu,perampasan barang-barang tertentu dao pet gumuman kePutusan hakim dikembangkan menjadi Pencabutan
hak-hak tertentu,
Perampasan barang-barangtertentu dan
atautagihan,
pengumuman kePutusan hakim, pembaYaran ganti kerugiandan
pemenuhankewajiban
adat'Ketiga, Apabila dalam
hukumpositif (KU[P) tidak
dimungknkanidatyu minimum khusus
untuk penjaradan
denda, maka KonseP RancanganKTIHP
dimungkinkanpenjatuhan Pidana
minimumkhrrsus. Keempat, Pidana kumulatif yang semula hanYa dikenal dalam
tindak-tindak pidana di luar KUHP,
dalam
RancanganKUHP diatw
secara umum. Kelima, Dalam kon-
sep Rancangan KUI{P
Pidanadenda dirimuskan dalam
bentuk kategori-kategori.UU No.23 tahun 1997
tentang pengelolaan
lingkungan
hidup telah
mengadoPsi Pertang-gungjawaban korporasi
Yang terdapat pada pasal 45,46
dmt 47.Pasal 45 menyebu&an bahwa aPa-
bila
perbuatan pidana atau tindak pidana pencemam dan/atau Peru-sakan lingkungan dlalarkan
olehatau atas nama suafu badan hukum, perseroan, perserikatan, Yayasan, atau organisasi
lain
ancaman pida- na denda diperberat dengan seper-tiga. Pasal 47
menYatakanperbuatan pidana atau tindak pida-
na yang
dilakukan badan hukumatat korporasi serta oleh
Peng-urusnya
sebagimanaYang
diatusdalam Pasal 46, akan
diberikansanksi
sebagai-manaditur
dalamKUHP dan
undang-undangini terhdap pelaku
Perbuatan Pidanaatau tindak pidana
lingkunganhidup dapat Pula dikenakan
tindakan tata tertib sebagai berikut:
Pertama, Pe-ramPasan keunfungan yang diperoleh
dari tindak
Pidanadanlatau;
Kedua,
PenutuPn selu- nrhnya atau sebagian Peru-sahaan dan/ataq Ketiga, perbaikan akibattindakpidana dan/atau;
KeemPat\__,''--_....,
-.,- -
JURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO.I, FEB 2OO9
mewajibkan mengerjakan apa yang
dilalaikan tanpa hak dan/atau;
Kelima, meniadakan apa
yangdilalaikan tanpa hak
dan/atau;Keenam, menempatkan perusahaan
di bahwah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
Namun sayangnya
dalam beberapa ketentuan pidana terhadap korporasi dalamLfU No.
23 tahun 1997ni
tidak mengatur bagaimana cara pelaksanaan putusan terhadapkorporasi apabila korporasi
tidakmau melaksanakan pufusan tersebut.
Kendala lain dapat
timbul,apabila tindak pidana
lingkungandilalclkan oleh
perusahaan yangdimiliki
oleh pemerintah, misalnya perusahaanBUMN yang
melaku-kan
pencemaran,maka
dengan sendirinyajaksa harus
member-lal$kan
perusahaanBUMN
itu seperli korporasi lainnya agar tidakte{adi suatu hal yang
berbeda didepan hukum.C.
PertanggungiawabanPidana Berdasarkan Kesalahan
Dari berbagai perumusan
tindak pidana lingkungan
hidup(TPLH) di dalam
perundang-undangan lingkungan,
hampir selalu tercantum unsur sengaja atau kealpaanlkelalaian. Dikatakan ham-pir
selalu karena adayang
tidak*en"*tu*ki unsur tersebut misalnya undang-undang nomor 9
tahun 1985 tentang perikanan dan beberapa tindak pidana lingkungan
hidup (TPLH) di dalam
undang-undang nomor 5 tahun
1983tentang Zona Ekonomi
Ekslusif lndonesia (ZEEI).Dengan tercanfumnya unsur sengaja atau kealpaan, maka dapat
dikatakan bahwa
pertanggung- jawaban pidana dalam perundang-undangan lingkungan
menganutprinsip Liability bosed on Fault
(pertanggungjawabankesalahan).(Barda
Nawawi Arief
;2001). Jadi pada
prinsipnya menganut asas kesalahan atau asas culpabilitas.Menurut Barda
NawawiArief,
Bertolak dari asas kesalahan, maka didalam pertanggungj awabanpidana seolah-oiah tidak dimungknkan adanya pertanggung-
jawaban mutlak (sering
dikenaldengan sebutan Strict
Liability
atauAbsolute Liability, walaupun
ada pendapat bahwa strictliability
tidak selalu berarti sama dengan absoluteliability.
Secarateoroitis
sebenar- nya dimungkinkan adanya penyim-pangan terhadap asas
kesa- lahan,dengan menggunakan prin-sipiajaran Strict Liability
atau VicariousLiability. Terlebih
me-mang tidak mudah
membuktikan adanya kesalahan pada delik-deliklingkungan dan
kesalahan Padaorporasil badan
hukum.(Arief;2001).
D. Aspek Hukum
DamPakLingkungan
TransnasionalKegiatan dalam
eksPlorasidan eksploitasi khususnya migas di
perairan Indonesia
meruPakanperkembangan
baru
dalam hukumlaut
Indonesia,dalam
melalrukan kegiatanini meliputi pula
daerah- daerahlaut yang terletak
diluar wilayah negara kita.Hal ini
terjadi menjelangakhir tahun
1969, Padasaat perjanjian bilateral
tentanglandas kontinen diadakan
antaraIndonesia dengan
negara-negara tetangga,yang berimplikasi
Pada dilahirkannya Undang-undang No.1 Tahun 19'73 tentang Landas
Kontinen dengan peraturan Pelak- sanaannya. Kemudian Pada tahtrn-
tahun berikutnya disusul
denganbeberapa
perundang-undangantentang pencemaran laut dari
kegiatan perminyakan lepas pantai
juga termasuk peraturan
umumPertamina tentang
Pencemaran.Dari perkembangan yang terjadi
ini
menandakanbahwa era
hukumlingkungan laut yang bersifat lintas
batas kemudian menjadi
bagianyang tidak terpisahkan dari
perkembangan hukum
lingkungan.
Perkembangan
hukum
lingkungan lndonesia yang bersifat menyeluruhbarulah teqadi setelah
Peristiwa kandasnyakapal tangki
minYakShowa Maru di Selat
Malaka/Singapura pada tahun1975.
Peristiwa tersebut
mendorongterbentuknya Rancangan Undang- undang Lingkngan Hidup Indonesia pada
tahun
1976. Dengan terben-hrknya Kantor Menteri
NegaraPengawasan Pembangunan
danLingkungan Hidup (sekarang
Manteri KLFD maka
gerakankesadaran
kesadaran
lingkungandan upaya
menyusun Rancangan Undang-undang Lingkungan HiduPoleh kantor ini terbentuk
tahun1979.
UU No. 5 Tahun 1983
tentang
Zona Ekonomi
Eksklusifmemuat ketentuan hukun
Yangbersifat lintas batas
nasionalberdasarkan Konvensi Hukum Laut
baru,
yangjuga telah
diratifikasi lndonesia. Pada perkembangannya datam hukum lingkungan Indonesiamaka
pengaturanyang
sifatnYa menjangkaulintas
batas nasional diatur pada pasal 4 huruff UU
No.23 tahun 1997, yang berbunYi
:"Terlindunginya
negara KesatuanRepublik Indonesia
terhadaPdampak
usaha
dan/atau kegiatandiluar wilayah negara Yang
menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup"
Sehubungan
dengan
Per- kembangan huk-um yang mengaturJURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO.I, FEB 2OO9
dampak lingkungan lintas
batasnasionan, maka
ketentuan-keten-tuan hukum internasional
yang mengaturhal
yang sama dan telahdiratifikasi Indonesia,
sepertikonvensi-konvensi IMCO dan
persetujuan regional
harus dilihta
sebagai perkembangan
yangmenyeluruh mengenai
sistemhukum lingkungan nasional Indonesia.
Pada tingkat global gerakan
lingkungan hidup
(environmentalmovement) di dunia
biasanya menarik Pasal28
dalam deklarasiUniversal Hak Asasi Manusia' (DUHAM)
sebagai dasarjustifftasi argumen bahwa hak atas
ling- kungan adalahhak
asasi manusia.Meski cukup banyak
pengaturanlain menyangkut hak
ataslingkungan dalam hukum
later-atas
lingkungan sebagai hak asasi manusia barulahmendapatkan pengakuan
dalambentuk kesimpulan oleh
SidangKomisi rrnli Hak Asasi Manusia
pada bulan April 2001,
bahwa"setiap orang memiliki hak hidup di dunia yang bebas dari polusi bahan-
bahan beracun dan degradasi
lingkungan hidup".
E.
PenutupPenanggulangan
tindakpidana lingkungan hidup
padaintinya dapat dilahrkan
dengancara preventif dan refresif. Penang-
gulangan secara preventif
dapatdilalcukan dengan
mencegahperusakan
lingkungan hidup.
Halini dilalarkan dengan disertai
pembentukan hukum
pidana yang
dapat dijadikan instrumen
men-cegah tindak pidana
lingkunganhidup. Penaggulangan tindak
pidana secara represif
berupa paksaan pemerintahan antara laindapat dilakukan dengan
sanksipisik atau
membayaruang
paksabagr pelaku perusakan
tindak pidana dan lain sebagainya.Daftar Pustat
i-
Asikin,Moharnm ad, 2003, P ene gakan Hulatm Lingkungan dan P emb icaraon di DPR RI, Yasrif WatarnPone, Jakarta'
Erwin, Muhama4
2008,Huhtm
Lingkungan Dalam Sistim Kebiialuanaan Pembangunan Linghtngan Hidup, Refika Aditam4 Bandung,Gurnbirq E, 1980,
Pembangunondan
Pelestorian Lingkungan Hidup, PT.Media Sarana Press, Jakarta"-Muladi, 1997, Hak Asosi Manusia, PolitiE dan sistim Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Nawawi Arief, Barda, 2007,Mosalah Penegakan Hukum dnn Kebiiakan Hulatm Pidana dalam Penanggulangan keiahatan, Kerlc?Irla Prenada Media Group,Jakarta.