• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian dan Ruang lingkup Cyberporn

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "A. Pengertian dan Ruang lingkup Cyberporn"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Ruang lingkup Cyberporn

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat bagai pedang bermata dua, Perkembangan teknologi informasi yang berkembang ini pastinya mempunyai tujuan untuk membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Dikarenakan oleh kemudahan, keakuratan dan cepatnya dalam menemukan informasi, itulah manfaat dari perkembangan teknologi. Tetapi ada juga dampak negatif yang terjadi dikarenakan oleh penyalahgunaan teknologi informasi tersebut. Dampak negatif tersebut salah satunya adalah Konten pornografi (cyberporn). Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.1

Pornografi dapat didefinisikan sebagai penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka dengan tujuan membangkitkan birahi (gairah seksual). Pornografi dapat menggunakan berbagai media, seperti teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar bergerak (animasi), dan suara. Film atau video porno menggabungkan semua itu, seperti gambar yang bergerak, teks erotis yang diucapkan, dan suara-suara erotis lainnya. Sementara majalah sering kali menggabungkan foto

1 Atif Syam. Dampak Perkembangan Teknologi, https://docs.google.com/

document/d/1/edit?hl=in Diaskes pada tanggal 21 januari 2018 jam 11:30 Wib.

(2)

dan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis dan terkadang dengan ilustrasi.2 Sedangkan kata “cyber” diambil dari bahasa Inggris adalah cyberspace artinya Dunia Maya.3 Kerby Anderson menyebutkan ada 6 (enam) tipe pornografi, yaitu Pornography is adult magazines, Pornography is video cassettes, Pornography is motion picture, Pornography is television, Pornography is cyberporn and Pornography is audioporn.4 Menurut Wirjono Prodjodikoro, Pornografi adalah tulisan, gambar atau patung atau barang pada umumnya yang berisi atau menggambarkan hal sesuatu yang menyinggung rasa susila dari orang yang membaca atau melihatnya5 Ada juga pornografi menurut H.B. Jassin, kritikus sastra beken, berpendapat bahwa pornografi adalah “setiap hasil tulisan atau gambar yang ditulis atau digambar dengan maksud sengaja untuk merangsang seksual6

Dalam KUHP Indonesia yang berlaku saat ini, tidak digunakan istilah pornografi, tetapi hanya dirumuskan sebagai berikut:

a. Tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan (Pasal 282- 283).

b. Tulisan, gambar atau benda yang mampu membangkitkan atau merangsang nafsu birahi (Pasal 532-533).

2 Dedik Kurniawan & java Creativity, Menangkal Cyberporn, Op.cit.hal. 2.

3 Ibid

4 Kerby Anderson, Pornographyhttp://www.leaderu.com/orgs/probe/docs/porno.html Diaskes pada tanggal 21 januari 2018 jam 12:00 Wib.

5 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Jakarta-Bandung, PT Eresco, 1980, hal. 118.

6 Tjipta Lesmana, Pornografi Dalam Media Masa, Puspa swara, Jakarta, 1995.hal. 75.

(3)

Pengertian yang bersifat umum atau abstrak dan tidak digunakannya istilah tertentu inilah yang menyebabkan beberapa kasus pornografi tidak dapat dijerat, karena pasal-pasal tersebut dinilai tidak jelas dan multitafsir.

Istilah pornografi sendiri, tidaklah bersifat universal disemua negara. Dalam beberapa KUHP negara lain tidak digunakan istilah pornografi, tetapi menggunakan istilah lain, seperti obscene article dalam KUHP Brunei Darusalam, obscene publications dalam KUHP China dan Vanuatu, obscene objects dalam KUHP Jerman dan Erotic materials dalam KUHP Latvia.

Internet merupakan salah satu media yang dijadikan sarana untuk penyebaran pornografi, yang dikenal dengan istilah cyberporn dan internet pornography. Dalam situs www.computeruser.com, cyberporn didefinisikan sebagai materi pornografi yang tersedia online, “Pornographic material available online”7. Sementara dalam situs http://encyclopedia.thefreedictionary.com, defenisi internet pornography adalah pornography that is distributed via the Internet, primarily via ebsites, peer-to-peer file sharing, or Usenet newsgroups.8 Akibat maraknya pornografi di internet, telah memunculkan istilah-istilah lain selain cyberporn, seperti cyber pornography, on line pornography, cyber sex, cyber sexer, cyber lover, cyber romance, cyber affair, online romance, sex online, cybersex addicts, cyber sex offenders.9

7 Defenisi Cyberporn. http://www.computeruser.com/resaurces/dictionary/searcher.html

Diaskes pada tanggal 21 januari 2018 jam 12:03 Wib.

8 Defenisi Internet Pornography. http://encyclopedia.thefreedictionary.com Cyberporn Diaskes pada tanggal 21 januari 2018 jam 01:33 Wib.

9 Gloria G Brame, 1996. How To Have Cybersex: Boot Up And Turn On, http://www.gloria- brame.com/glory/journ7.html Diaskes pada tanggal 21 januari 2018 jam 01:45 Wib.

(4)

Saat ini banyak sekali media, produk dan program acara yang digunakan untuk penyebaran pornografi, mulai dari komik, majalah, koran, foto, layanan premium call, SMS, MMS, video klip musik, video game, program TV, CD, DVD dan situs internet. Media-media pornografi ini jumlahnya banyak dan harganya terjangkau, bahkan media seperti VCD, televisi atau internet telah ada di rumah atau di kamar anak-anak. Akibatnya banyak anak-anak yang akhirnya terjerumus dalam kejahatan ini karena mudahnya askes ke pornografi. Modus operandi tindakan cyberporn terdapat pada kemudahan dan kecanggihan teknologi komunikasi dalam menawarkan dan menyebarkan informasi bernilai asusila. Penggunaan media internet sebagai sarana untuk menyebarluaskan informasi asusila menjadi salah satu bentuk dari cybercrime mengingat penggunaan cyberspace menjadi ciri utama dalam tindakan tersebut.

Adapun karakteristik tindakan cyberporn, Dimana Pelakunya adalah Orang perorangan atau korporasi (industri pornografi) yang menggunakan Sarana Penggunaan teknologi informasi (internet) sebagai media penyebaran Pornografi yang dimana sasarannya adalah Semua orang tidak terkecuali anak10.

Tindakan pornografi memiliki ruang lingkup yang sangat luas jika dibandingkan dengan pemahaman pornografi secara harfiah. Undang-Undang pornografi (UUP) memberikan pernyataan secara implisit bahwa semua media komunikasi dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan materi asusila seperti media cetak, media penyiaran, sampai media elektronik termasuk di dalamnya

10 Hwin, Christanto, Cyberpornography: Kejahatan Masa Kini. Revka Petra Media.

Bandung. 2016 hal. 23. http://repository.ubaya.ac.id/27416/ Diaskes pada tanggal 21 januari 2018 jam 02:02

(5)

internet. Berbeda halnya dengan pemahaman pornografi secara umum sebagai tindakan penyebarluasan materi asusila melalui media cetak saja. Perluasan media komunikasi sebagaimana diatur dalam UUP memberi dampak yang sangat luas terhadap ruang lingkup pornografi untuk dapat dikatakan sebagai tindak pidana. Jika semula tindakan pornografi dipahami terbatas pada tindakan penyebarluasan materi asusila dalam bentuk media cetak saat ini berkembang sebagai tindakan penyebarluasan materi asusila melalui semua bentuk media komunikasi.

B. Kebijakan formulasi dalam hukum pidana.

Teknologi dikenal dengan ciri khasnya yang bersisi ganda, yaitu disatu sisi memberikan pengaruh positif terhadap segala aktivitas manusia, namun disisi lain juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk melakukan kejahatan. Banyaknya bermunculan jenis kejahatan yang menggunakan teknologi canggih ini harus pula diiringi dengan berkembangnya kemampuan dibidang hukum dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya. Karena kejahatan berbasis teknologi modern ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kejahatan tradisional.

Istilah kebijakan diambil dari bahasa Inggris, yaitu “policy” atau yang dalam Bahasa Belanda adalah “Politiek”. Dalam Black’s Law Dictionary, “policy” diartikan sebagai prinsip-prinsip umum yang berfungsi untuk mengarahkan pemerintah (dalam arti luas termasuk pula aparat penegak hukum) dalam mengelola, mengatur, atau menyelesaikan urusan-urusan publik, masalah-masalah masyarakat atau bidang- bidang penyusunan peraturan perundang-undangan dan pengaplikasian

(6)

hukum/peraturan, dengan suatu tujuan (umum) yang mengarah pada upaya mewujudkan kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat (warga negara)11.

Upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan dapat dilakukan melalui suatu kebijakan kriminal (criminal policy) dengan menggunakan sarana “penal”

(hukum pidana) dan sarana “Non penal”. Marc Ancel mendefinisikan kebijakan kriminal (criminal policy) sebagai the rational organization of the control of crime by society (usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan).

Sementara itu Kebijakan kriminal (criminal policy) menurut Sudarto memiliki 3 (tiga) arti, yaitu12:

a. Dalam arti sempit, ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.

b. Dalam arti luas, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi.

c. Dalam arti paling luas (yang diambil dari Jorgen Jepsen), ialah keseluruhan kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.

Sementara menurut Barda Nawawi Arief, kebijakan penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). Oleh

11 Henry Campbell Black, et.al.,ed., Black’s Law Dictionary, Fifth Edition, St. Paulminn West Publicing C.O., 1979, hal. 1041.

12Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Prenada Media Group, Jakarta, 2014. hal. 2-4.

(7)

karena itu dapat dikatakan, bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari politik kriminal ialah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat13.

Salah satu sarana dalam upaya penanggulangan kejahatan adalah sarana penal (hukum pidana), yaitu melalui kebijakan hukum pidana atau disebut pula dengan istilah politik hukum pidana. Ada beberapa istilah asing yang digunakan terhadap istilah politik hukum pidana, antara lain penal policy, criminal law policy atau strafrechtspolitiek.

Pengertian kebijakan hukum pidana dapat dilihat dari politik hukum maupun dari politik kriminal. Menurut Sudarto, “politik hukum” adalah:14

a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaaan dan situasi pada suatu saat.

b. Kebijakan dari Negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bias digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

Sementara menurut Marc Ancel, penal policy adalah suatu ilmu sekaligus seni yang bertujuan untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik. Berdasarkan kedua pengertian di atas, pada dasarnya kebijakan hukum pidana merupakan upaya untuk merumuskan suatu undang-undang yang lebih baik dalam rangka penanggulangan kejahatan yang lebih efektif.

13 Ibid. hal. 4.

14 Ibid

(8)

Pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya mengandung makna, suatu upaya untuk melakukan orientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai dengan nilai- nilai sentral sosio-politik, sosiofilosofik dan sosio-kultural masyarakat Indonesia yang melandasi kebijakan sosial, kebijakan kriminal dan kebijakan penegakan hukum di Indonesia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya harus ditempuh dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan (policy oriented approach) dan sekaligus pendekatan yang berorientasi pada nilai (value oriented approach)15.

Pendekatan kebijakan dalam pembaharuan hukum pidana di atas meliputi:

a. Sebagai bagian dari kebijakan sosial, pembaharuan hukum pidana pada hakekatnya merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi masalah-masalah sosial (termasuk masalah kemanusiaan) dalam rangka mencapai/menunjang tujuan nasional (kesejahteraan masyarakat dan sebagainya).

b. Sebagai bagian dari kebijakan kriminal, pembaharuan hukum pidana pada hakekatnya merupakan bagian dari upaya perlindungan masyarakat (khususnya upaya penanggulangan kejahatan).

c. Sebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum, pembaharuan hukum pidana pada hakekatnya merupakan bagian dari upaya memperbaharui substansi hukum (legal substance) dalam rangka lebih mengefektifkan penegakan hukum.

Sementara pembaharuan hukum pidana dilihat dari sudut pendekatan nilai pada hakekatnya merupakan upaya melakukan peninjauan dan penilaian kembali (“reorientasi dan reevaluasi”) nilai-nilai sosio politik, sosio filosofik dan sosio

15 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op.cit. hal. 29.

(9)

kultural yang melandasi dan memberi isi terhadap muatan normative dan substantif hukum pidana yang dicita-citakan16.

Ruang lingkup “penal reform” adalah dalam “penal system reform” yang meliputi:

1. Pembaharuan substansi hukum pidana (pembaharuan substansial).

2. Pembaharuan struktural hukum pidana (pembaharuan struktural).

3. Pembaharuan budaya hukum pidana (pembaharuan kultural).

Saat ini telah dirumuskan Konsep KUHP Nasional yang akan menggantikan KUHP warisan Belanda yang sampai dengan sekarang masih berlaku. Konsep KUHP ini dirumuskan sesuai dengan nilai-nilai sentral sosiopolitik, sosio-filosofik dan sosio- kultural masyarakat Indonesia. Konsep KUHP merupakan bagian dari pembaharuan substansial yang tentunya harus didukung pula dengan pembaharuan struktural dan pembaharuan kultural, sehingga penegakan hukum dapat berjalan dengan maksimal.

Upaya penanggulangan kejahatan dengan kebijakan hukum pidana, mencakup 3 (tiga) tahapan, yaitu:

1. Tahap formulasi (kebijakan legislatif).

2. Tahap aplikasi (kebijakan yudikatif).

3. Tahap eksekusi (kebijakan eksekutif/administratif).

Tahap formulasi merupakan tahap penegakan hukum in abstracto, sedangkan tahap aplikasi dan tahap eksekusi telah memasuki tahap penegakan hukum in concreto. Penelitian dalam skripsi ini, pembahasan akan menitikberatkan pada tahap formulasi atau kebijakan formulasi hukum pidana.

16 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Lo.cit. hal 31-32.

(10)

Adanya tahap formulasi ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan juga menjadi tugas dan kewajiban dari para pembuat hukum, bukan hanya tugas aparat penegak/penerap hukum. Apalagi tahap formulasi ini merupakan tahap yang paling strategis, karena adanya kesalahan dalam tahap ini dapat menghambat upaya pencegahan dan penanggulangan pada tahap aplikasi dan eksekusi.

Kebijakan legislatif adalah suatu perencanaan atau program dari pembuat undang-undang mengenai apa yang akan dilakukan dalam menghadapi problem tertentu dan cara bagaimana melakukan atau melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan atau diprogramkan itu17. Berdasarkan definisi ini, secara sederhana kebijakan formulasi dapat diartikan sebagai usaha merumuskan atau memformulasikan suatu undang-undang yang dapat digunakan untuk menanggulangi kejahatan.

Dalam perumusan undang-undang akan ada proses kriminaliasi, yaitu suatu proses untuk menentukan suatu perbuatan yang awalnya bukan sebagai tindak pidana kemudian dijadikan sebagai tindak pidana. Proses kriminalisasi harus mempertimbangkan banyak hal, seperti kepentingan hukum yang akan dilindungi, tingkat bahaya, kerugian, kesiapan dan penguasan teknologi oleh aparat dan lain sebagainya. Hal ini penting agar pada tahap implementasi peraturan tersebut nantinya dapat berjalan dengan efektif dan tidak bersifat mandul, apalagi sampai terjadi krisis

17 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Semarang, UNDIP, 1996, hal. 59.

(11)

kelebihan kriminalisasi (the crisis of over criminalization) dan krisis kelampauan batas dari hukum pidana (the crisis of overreach of the criminal law).

Dua masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), ialah masalah penentuan:18

1. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana, dan

2. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

Kebijakan formulasi hukum pidana yang memperhatikan kriteria kriminalisasi, melakukan kajian komparasi, menggunakan pendekatan kebijakan dan pendekatan nilai serta bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, diharapkan akan menghasilkan suatu produk undang-undang yang lebih efektif dan efisien dalam upaya penanggulangan dan pemberantasan kejahatan yang ada dimasyarakat.

Namun perlu disadari, Hukum pidana juga memiliki kemampuan yang terbatas dalam upaya penanggulangan kejahatan yang begitu beragam dan kompleks.

Adanya keterbatasan sarana penal ini menuntut perlunya penggunaan sarana non penal secara lebih maksimal, karena dapat menghilangkan/menghapuskan sebab- sebab terjadinya kejahatan. Selain itu sarana non penal ini dapat lebih efektif karena sifatnya yang preventif, sedangkan sarana penal lebih bersifat represif, yaitu penindakan dan pemberantasan setelah kejahatan terjadi. Pendekatan dengan cara non penal mencakup area pencegahan kejahatan (crime prevention) yang sangat luas.

Pencegahan kejahatan pada dasarnya merupakan tujuan utama dari kebijakan kriminal.

18Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, Alumni, 2005, hal. 160.

(12)

Cyberporn sebagai salah satu bentuk kejahatan di internet telah menimbulkan dampak negatif dimasyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk merumuskan kebijakan formulasi yang dapat menjangkau cyberporn yang selama ini dinilai tidak dapat dijerat dengan hukum konvensional, seperti KUHP maupun undang-undang khusus yang telah ada. Hukum konvensional digunakan untuk mengatur citizen. Sementara itu cyberlaw digunakan untuk mengatur netizen.

Perbedaan inilah yang menyebabkan cyberlaw harus ditinjau dari sudut pandang yang berbeda19.

Dilihat dari sudut criminal policy, upaya penanggulangan kejahatan (termasuk cybercrime dan cyberporn) harus dilakukan dengan pendekatan integral/sistemik, yaitu pendekatan penal (hukum pidana), pendekatan teknologi (techno prevention) karena cybercrime sebagai salah satu bentuk dari hitech crime, pendekatan budaya/kultural, pendekatan moral/edukatif (terlebih delik kesusilaan) dan pendekatan global/kerjasama internasional.20

C. Perkembangan Cyberporn di Indonesia.

Kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti

19 Budi Rahardjo, Beberapa Pokok Pikiran Tentang Cyber Law, http.www.cert.or.id~budiarticlescyberlaw.html Diaskes pada tanggal 26 2018, jam 20.12 Wib.

20Barda Nawawi Arief. Tindak Pidana Mayantara “Perkembangan Kajian Cyber Crime Di Indonesia”, Op.cit. hal. 183.

(13)

Indonesia. Saat ini, di Indonesia dapat dilihat begitu besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang di anut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan (modernisasi). Kemajuan teknologi internet bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga telah dinikmati oleh masyarakat dipelosok- pelosok pedesaan. Akibatnya, segala informasi baik bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah di askes oleh masyarakat. Hal-hal negatif yang dimaksud salah satunya adalah askes terhadap konten pornografi “cyberporn

Dalam sejarah peradaban manusia, tidak diketahui pasti kapan pornografi mulai muncul. Apabila melihat substansi pornografi dari beberapa pengertian di atas, maka sudah sejak lama pornografi ada. Berikut ini beberapa bukti sejarah yang menunjukkan tentang jejak pornografi di masa lalu, yaitu:21

1. Pada masa Paleolitikum telah ada manusia telanjang dan aktivitas-aktivitas seksual, seperti patung Venus. Namun belum jelas apakah patung ini sebagai karya seni, bernilai spiritual atau memang bertujuan untuk membangkitkan nafsu seksual.

2. Pada reruntuhan bangunan Romawi di Pompei, ditemukan lukisan-lukisan porno.

Selain itu di sisi-sisi jalan di Pompei juga dapat dijumpai gambar-gambar alat kelamin pria yang dahulunya digunakan sebagai penunjuk jalan menuju ke tempat pelacuran dan hiburan.

21 Sejarah Pornografi, tersedia pada http://id.wikipedia.org/wiki/pornografi Diaskes tanggal 21 januari 2018 jam 12:03 Wib.

(14)

Seiring dengan revolusi industri yang menghasilkan banyak penemuan- penemuan, seperti mesin cetak dan fotografi, media pornografi pun mulai beralih.

Pada awalnya pornografi hanya ditulis, diukir dan dilukis di daun-daun, kulit-kulit pohon, batu-batu dan tembok-tembok, tetapi dengan penemuan tersebut, pornografi dapat dicetak dalam jumlah yang banyak, seperti dalam bentuk majalah, koran dan komik-komik.

Pada tahun 1920-an, di Amerika Serikat mulai muncul komik-komik porno yang dikenal dengan Kitab suci Tijuana. Pada tahun 1950-an mulai beredar majalah Playboy dan Modern Man yang menampilkan foto-foto perempuan telanjang atau setengah telanjang, lesbian, homo seksual, kelompok seks dan aktivitas seks lainnya.

Perkembangan selanjutnya, industri pornografi memanfaatkan media film/video kaset, merupakan film porno pertama yang dapat diketahui tahun pembuatannya, yaitu tahun 1908 di Perancis.

Di Indonesia, pada tahun 1929 diputar film Resia Boroboedoer yang pertama kali menampilkan adegan ciuman dan kostum renang. Film ini dikecam oleh pengamat budaya Kwee Tek Hoay yang menganggapnya tidak pantas ditonton.22 Pada era tahun 1950 sampai dengan tahun 1980-an, film-film bioskop yang mengandung pornografi, seperti Gairah Malam, Ranjang Ternoda dan film-film WARKOP, memasuki pasaran dengan konsumen sebagian besar dari kalangan remaja.

22 Ibid.

(15)

Pada tahun 2000-an, pengaruh kemajuan teknologi informasi semakin terasa dan svkar dihindari. Lewat kehadiran parabola televisi, VCD, DVD dan internet, semuanya membuat film dan gambar panas semakin mudah ditemukan, baik di kota besar maupun kecil, bahkan sampai ke pedesaan sekalipun.23 Dari sinilah perkembangan pornografi (Cyberporn) mulai merebak dengan cepat. Seperti dengan kehadiran video-video vulgar yang dilakukan oleh tokoh-tokoh publik di Indonesia salah satunya adalah beredar 3 video hubungan intim Nazril Irham dengan Luna Maya, dan Cut Tari pada tahun 2010 yang menimbulkan kontroversi.

Internet merupakan media baru di Indonesia yang tidak dapat dihindari kehadirannya, karena internet merupakan sumber informasi dan memberikan kemudahan dalam beraktivitas. Dikarenakan internet ditawarkan sebagai sarana cocok/jitu untuk jasa pekerjaan, menyampaikan informasi mengenai kemajuan medis terbaru, melakukan pemesanan perjalanan, data tentang musik rock Indonesia, pendidikan, dan kebudayaan sebuah jendela pada dunia.24 Namun selain sisi positif tersebut, internet juga memiliki sisi negatif, salah satunya adalah sebagai media penyebaran pornografi yang dikenal dengan istilah cyberporn. Internet merupakan media yang strategis bagi industri pornografi, karena mudah dalam penyebarannya, online 24 jam, bersifat non sensor dan kebanyakan negara masih sangat lemah berkaitan dengan cybercrime atau cyberlaw.

23 Ibid.

24 Krishna Sen & David T. Hill. Media, Budaya dan politik di Indonesia, Jakarta, PT Media

Lintas Inti Nusantara, 2001. hal. 230.

(16)

Perkembangan dan meningkatnya akses kepada internet, serta penggunaan teknologi home-computer telah mengubah besar-besaran cara distribusi gambar- gambar porno ini karena mudahnya melakukan akses kepada internet dan makin murahnya biaya produksi dan distribusi gambar-gambar tersebut terutama secara lintas batas Negara.25

Di dunia maya tersedia ratusan bahkan ribuan situs porno yang dapat dijumpai dan dibuka setiap saat. Menurut perkiraan, 40 % dari berbagai situs di “WWW

menyediakan bahan-bahan seperti itu.26 Di Indonesia, pornografi sangat mudah diakses oleh masyarakat di berbagai kalangan usia, utamanya di kalangan remaja atau bahkan anak-anak. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara pembuat dan pengguna situs porno terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan Turki. Sejak tahun 2005, Indonesia dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno. Pada tahun 2006, Indonesia berada pada posisi ke-7, tahun 2007 di posisi ke-5, dan tahun 2009 di posisi ke-3. Data tahun 2011 peringkat Indonesia cenderung meningkat seiring dengan pesatnya pengguna internet yang mencapai 55,2 juta orang yang kebanyakan remaja.27 Ada Juga data yang dikemukakan oleh ECPAT Indonesia, Achmad Sofian, Bahwa pada tahun 2015 dan 2016 Indonesia menunjukan rangking kedua pengakses pornografi terbanyak setelah

25 Sutan Remy syahdeini. Kejahatan & tindak pidana computer, Jakarta, Pusaka utama graffiti, 2009. Hal. 178

26 Gloria G Brame. Op.cit.

27A Nurhayati, Analisis Pengaruh frekuensi Menonton Blue Flim Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa, https://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/ Diaskes pada tanggal 29 januari Jam 09:10 Wib

(17)

India, Diketahui bahwa kebanyakan pengakses konten dewasa tersebut 74 persen adalah generasi muda dan sebagian kecil masyarakat yang telah berumur dewasa.28

Menurut William B Kurniawan, Direktur Manajer Aneka CL-Jejak Kaki Internet Protection, hingga saat ini lebih dari 1.100 situs lokal terlarang ditemukan di dunia maya.29 Situs-situs porno ini tidak hanya situs porno asing, tetapi juga ada situs porno lokal. Hal ini kemudianlah yang membuat pertumbuhan pornogarafi terus kian subur dikarenakan dari hasil keuntungan finansial yang diperoleh. Dikarenakan cyberporn merupakan bentuk media pornografi yang sangat strategis bagi industri pornografi. Penyebaran pornografi melalui internet akan lebih mudah, lebih murah, sangat cepat dan yang paling penting adalah aman dari razia aparat. Meningkatnya situs-situs porno di internet, selain disebabkan oleh besarnya keuntungan finansial yang diperoleh, pada dasarnya berlaku pula hukum ekonomi, yaitu ada permintaan maka ada penawaran. Topik-topik yang berhubungan dengan masalah seks dan pornografi merupakan topik yang selalu menarik untuk dicari, dilihat bahkan dinikmati.

Cyberporn (konten pornografi) sendiri memiliki cakupan yang luas, dalam arti hampir semua bentuk pornografi ada di dalamnya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan internet ternyata bukan hanya sebagai media untuk pendidikan, menambah wawasan dan mencari informasi yang positif dan bermanfaat,

28 Miris Indonesia jadi juara Negara pengakses situs konten dewasa, http://www.Jawapos.com,/read/2018/02/06/186632/ Diaskes pada tanggal 01 Februari Jam 04:02 Wib

29 “Pornografi Dari Internet Picu Perkembangan Kelainan Seksual Anak”, http://www.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=440 Diaskes pada tanggal 01 Februari Jam 04:23 Wib

(18)

tetapi justru digunakan untuk membuka situs-situs porno. Hal ini sangat berbahaya, karena mengkonsumsi pornografi dapat menimbulkan efek negatif bagi perkembangan psikologis dan biologis. Hal ini Karena pornografi merupakan akar permasalahan yang akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial dalam masyarakat, seperti penyimpangan perilaku, pelacuran, seks bebas, penyakit mematikan dan merosotnya moral generasi penerus bangsa. Hal ini sama seperti peryataan yang dikatakan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono, bahwa :30

“Tayangan-tayangan pornografi baik di media cetak maupun elektronik sering ditengarai sebagai pemicu meningkatnya kasus-kasus tindak pidana asusila, berkembangnya gaya hidup yang amoral, khususnya dikalangan generasi muda.

Semakin kuatnya transformasi informasi yang memuat berbagai bentuk produk pornografi dikuatirkan cepat atau lambat semakin membentuk sikap permisif dimasyarakat terhadap masalah pornografi. Pornografi juga amat berpotensi untuk mendorong desakralisasi seks yang akhirnya menimbulkan berbagai penyakit masyarakat, seperti pemerkosaan, infeksi HIV/AIDS, kehamilan di luar pernikahan, aborsi, perselingkuhan, hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, pelacuran, dan sebagainya”.

Ada dua pandangan tentang dampak situs porno menurut para pakar psikolog dan ahli ilmu-ilmu sosial. Pertama, mendorong terjadinya tindak kriminal dan

30Dialog Bersama Komisi Penegakan Pedoman Perilaku Televisi”, tersedia pada http://www.menegpp.go.id/ Diaskes pada tanggal 03 Februari Jam 03:23 Wib

(19)

perilaku seks menyimpang dan kedua, sebagai media informasi yang super cepat mengenai masalah-masalah seksual.31 Dua pandangan tersebut pada dasarnya berhubungan dengan tujuan/motivasi konsumen dalam mengakses pornografi di internet. Karena Berdasarkan teori imitasi, media bisa membuat penontonnya melakukan peniruan seperti apa yang disajikan, maka anak-anak atau remaja yang belum bisa menganalisa apa itu baik dan buruk melalui pikirannya, akan cenderung mengimitasi dan mencoba apa yang baru dilihatnya.

Karena Cyberporn dapat membuat orang yang melihatnya menjadi kecanduan.

Kecanduan pornografi di internet dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, yaitu:32

a. Dari segi finansial, orang-orang ini akan menghabiskan banyak waktu untuk mengakses materi-materi tersebut yang otomatis akan meningkatkan biaya akses internet. Bahkan, uang mereka biasa dihabiskan untuk berlangganan pornografi komersial.

b. Bagi perkembangan pribadi, pornografi bisa menyebabkan seseorang menjadi budak nafsu, turunnya konsentrasi, malas kerja keras, suka berbohong, suka berkhayal, sampai kehilangan orientasi masa depan.

Dampak negatif dari cyberporn yang luas dan berbahaya ini menuntut adanya suatu kebijakan penanggulangan dan pencegahannya. Hukum sebagai instrumen yang berfungsi untuk melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan, termasuk pornografi, memegang peran penting untuk merumuskan kebijakan hukum sebagai upaya penanggulangan cyberporn

31 Nanang Sari Atmanta, Kecanduan Situs Porno, http://www.kompas.com/

kesehatan/news/0602/24/104258.htm Diaskes pada tanggal 03 Februari Jam 03: 40 Wib

32 Ibid

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, memahami historisitas Alkitab, secara khusus Perjanjian Lama, tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa para penulisnya menggunakan mitologi di

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak selain mengatur hak-hak anak, dalam Pasal 59 mengatur pula tentang anak yang mendapat