Suatu perbuatan dapat merupakan suatu tindak pidana. Syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya suatu perbuatan nyata yang dapat menimbulkan akibat atau akibat dari perbuatan itu, sehingga perbuatan itu nyata, namun tidak semuanya dapat dikatakan suatu tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana. harus mematuhi. Dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Lamintang merumuskan pokok-pokok tindak pidana dengan tiga ciri. Selain melanggar hukum, suatu tindak pidana juga harus berupa Perbuatan (perbuatan manusia), Dapat Dihukum (diancam dengan kejahatan), Dapat Diatribusikan (dilakukan oleh seseorang yang mampu mempertanggungjawabkan) dan Bersalah (yang timbul karena suatu kesalahan). .
Dalam bukunya Hukum Pidana, Schaffmeister, Keijzer dan Sutoris merumuskan empat hal pokok dalam kejahatan. Tindak pidana adalah perbuatan manusia yang termasuk dalam ruang lingkup tindak pidana, melawan hukum dan dapat dipersalahkan.34 Oleh karena itu, tindak pidana mengandung unsur Handeling (perbuatan manusia), termasuk dalam rumusan pelanggaran, Wederrechtjek (pelanggaran terhadap undang-undang) dan dapat dibatalkan. Sifat khusus dari ilegalitas tersebut dapat dilihat dari susunan kata dalam undang-undang, seperti susunan kata tindak pidana pencurian “..dengan maksud untuk menguasai secara melawan hukum”.
Selain itu, terdapat pula unsur tindak pidana yang tidak disetujui oleh para ahli hukum yaitu. Ketidaktahuan atau pemahaman akan keberadaan peraturan perundang-undangan tidak menjadi alasan untuk mengecualikan penuntutan atau bahkan alasan untuk mengurangi hukuman.37 Prinsip “setiap orang dianggap mengetahui isi undang-undang”. Perlu diketahui bahwa KUHP tidak mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kesengajaan.39http://www.blogger.com/blog- this.g - _ftn22.
Kelalaian yang disengaja berarti menyebabkan suatu kejahatan atau dengan sengaja melakukan suatu kejahatan dan berusaha mencegahnya, tetapi hal itu tetap terjadi.
Jenis-jenis Malpraktik Medik
Malpraktek etis adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran, sedangkan etika kedokteran menurut KODEKI adalah seperangkat standar, prinsip, kaidah, atau norma etika yang berlaku bagi dokter.51. Kemajuan teknologi kedokteran yang sebenarnya ingin memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pasien serta membantu dokter membuat diagnosis lebih cepat, akurat, dan akurat sehingga rehabilitasi pasien bisa lebih cepat justru menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Namun, karena laboratorium menjanjikan hadiah kepada dokter yang merujuk pasiennya, terkadang dokter tergoda untuk mendapatkan hadiah tersebut.
Orientasi terapeutik berdasarkan janji produsen obat yang ternyata tidak sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan pasien juga merupakan malpraktik etis. Soedjatmiko membedakan malpraktik peradilan dalam tiga bentuk, yaitu: malpraktik perdata, malpraktik pidana, dan malpraktik administrasi.53. 1) Kelalaian perdata. Kelalaian perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) dalam transaksi terapeutik yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya, atau terjadi perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) sehingga menimbulkan kerugian bagi pasien.
Malpraktek pidana terjadi apabila seorang pasien meninggal atau menjadi cacat karena dokter atau tenaga kesehatan lainnya lalai atau kurang teliti dalam melakukan pelayanan kuratif terhadap pasien yang meninggal atau menjadi cacat tersebut. 55. Malpraktek administratif terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya melakukan pelanggaran. peraturan perundang-undangan administrasi negara yang berlaku, misalnya melakukan praktik kedokteran tanpa izin atau izin praktik, melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan izin atau izinnya, melakukan praktik yang izinnya telah habis masa berlakunya, dan melakukan praktik tanpa membuat rekam medis.
Dalam menjalankan profesinya yang tidak boleh ketinggalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, dokter harus tetap teguh dalam kemampuannya memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, berpegang pada landasan filosofis dan idealisme sebagai pengemban profesi yang mulia. Pasal 7b Dokter harus jujur dalam memperlakukan pasien dan rekan sejawatnya serta berusaha memperingatkan rekan-rekannya yang diketahuinya mempunyai kekurangan karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam pengobatan pasien. Agar dokter dapat berperilaku sesuai petunjuk yang terdapat dalam KODE, dokter harus memahami pasal-pasal KODE agar dapat menerapkannya dengan baik.67.
Meskipun dalam melaksanakan pekerjaannya dokter dapat memungut ganti rugi, namun profesi medis harus mengutamakan panggilan kemanusiaan dengan mengutamakan keselamatan pasien, mengesampingkan keuntungan pribadi jika pasien tidak mampu mendapatkan ganti rugi yang ditentukan oleh hubungan profesional. Dokter hendaknya menilai kemampuan pasien yang dirawatnya dengan melihat latar belakang sosial ekonomi pasien, rumah sakit dan kelas tempat pasien dirawat, biaya yang dikeluarkan pasien dengan tanggung jawab pribadi atau perusahaan, dan sebagainya; Bagi rekan kerja (termasuk dokter gigi), mahasiswa kedokteran, paramedis dan pasien tertentu yang memerlukan perhatian khusus (misalnya: apoteker, tokoh agama, lulusan kesehatan masyarakat, dll), dokter tidak boleh memungut honor. d) Pasal 4: “Setiap dokter hendaknya menghindari sikap membesar-besarkan diri sendiri”.
Dokter harus mampu memberikan keyakinan kepada pasien bahwa dirinya akan sembuh, mengalihkan kegelisahan pasien ke arah optimisme, padahal menurut pengetahuan medis penyakit pasien sudah tidak ada harapan untuk sembuh. Saat memberikan pengobatan kepada pasien, dokter harus berhati-hati dalam menggunakan obat yang baru ditemukan. Demikian pula penarikan enterovioform dari peredaran merupakan contoh obat yang penggunaannya dalam praktek kedokteran harus hati-hati. g) Pasal 7 : “Dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat yang dibuktikan sendiri”.
Seorang dokter yang merawat pasiennya dengan penuh kasih sayang seperti yang dianjurkan dalam KODEKI, Insya Allah akan dicintai penghuni surga sebagaimana sabda Nabi S.A.W. i) Pasal 7b: “Seorang dokter harus jujur dalam memperlakukan pasien dan rekan sejawatnya serta berusaha memperingatkan rekan sejawatnya yang diketahuinya mempunyai kekurangan watak atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan dalam pengobatan pasien.” 67. Yang bersangkutan juga bisa terkena Pasal 359 KUHP dan Pasal 79 huruf c UU Kedokteran, yang sebenarnya bermula dari kegagalan DSB dalam memenuhi ketentuan KODEKI... j) Pasal 7c: “Seorang dokter harus menghormati hak pasien dan hak rekan sejawatnya, serta hak tenaga kesehatan lainnya serta wajib menjaga kepercayaan pasien”. 77. Juga tentang kewajiban menjaga kepercayaan pasien. k) Pasal 7 huruf d: “Setiap dokter harus senantiasa ingat kewajiban untuk melindungi kehidupan manusia."
Sebagai tenaga profesional di bidang kesehatan, dokter diharapkan mampu mengerahkan potensi yang ada demi terwujudnya tujuan pembangunan kesehatan melalui seluruh aspek pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. m) Pasal 9: “Setiap dokter yang bekerja sama dengan pejabat di bidang kesehatan dan bidang lain, serta masyarakat harus saling menghormati.” 79. Oleh karena itu, untuk menyehatkan masyarakat, dokter harus mampu mengedukasi masyarakat dengan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan aparat pemerintah yang dapat memberikan bantuan dalam mengubah paradigma terkait faktor non medis tersebut. n) Pasal 10 : “Setiap dokter wajib ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. 71. pasien kronis atau pasien dalam keadaan kritis yang harapan kesembuhannya sangat kecil. p) Pasal 12 : “ Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasiennya, bahkan setelah pasien itu meninggal.” 81.
Terlalu banyak bekerja tanpa menjaga kesehatan diri sendiri akan menyebabkan dokter tidak dapat bekerja dengan baik sehingga tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. u) 1. Pasal 18 : “Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran”. Safitri Hariyani menyatakan bahwa tanggung jawab profesional seorang dokter erat kaitannya dengan keahlian dokter, yang meliputi: 85. Dalam menjalankan tugas profesionalnya, seorang dokter harus mempunyai tingkat pendidikan yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Dokter harus memahami penggunaan peralatan pengobatan untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat yang dilakukannya apabila pemeriksaan luar tidak memberikan hasil yang diharapkan.