• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abdullah Al-Mirghani Dalam Kitab Taj al-Tafasir li Kalam al-Malik al-Kabir)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Abdullah Al-Mirghani Dalam Kitab Taj al-Tafasir li Kalam al-Malik al-Kabir) "

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Ayahanda Agus Firdaus Chandra, Lc., MA, selaku ketua Jabatan Al-Qur'an dan Tafsir bersama kakitangannya yang telah memberi peluang kepada penulis dalam pengurusan berkaitan pengajian penulis. 27-46 menggunakan kaedah tafsir konsensus, yang berasal daripada ayat al-Quran dan hadis, dan mempunyai gaya tafsiran sufi al-Ishari. Ayat ini menjelaskan bahawa Allah menurunkan Al-Quran dan Dia menjamin pemeliharaan Al-Quran sejak ia diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sehingga keabadian.

Kedua, mukjizat al-Quran tidak dilihat oleh sesiapa pun yang dapat menandinginya dalam pelbagai aspek.

حناحك ْمُهُضْعح ب

ضْعح بِل اًرْ يِهحظ

Penegasan Istilah

Tasawuf: adalah ilmu yang dengannya Anda dapat mengetahui hal-hal yang baik dari jiwa, bagaimana membersihkannya dari sifat-sifat buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, bagaimana melakukan sihir, berjalan menuju keridhaan Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Al-Quran: secara etimologis berasal dari bentuk masdar dari kata qara'a yang artinya bacalah. Tafsir: secara etimologis berasal dari kata al-fasr yang artinya menjelaskan, menyingkap dan mengungkapkan atau menerangkan makna-makna yang abstrak.

Identifikasi Masalah

Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad yang mengandungi pelbagai maklumat yang boleh dijadikan panduan hidup manusia. Al-Quran kaya dengan makna apabila seorang pengkaji dan pengkaji mampu menganalisis kandungannya dari pelbagai aspek. Antara aspek kandungan dan maklumat yang terkandung dalam al-Quran, aspek tasawuf atau tasawuf jarang dikaji oleh pengkaji.

Salah satu kitab tafsir yang bertendensi tasawuf atau tasawuf adalah kitab tafsir Taj al-Tafasir li Kalam al-Malik al-Kabir karya Muhammad Utsman Abdullah al-Mirghani.

Batasan Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

Pengertian ini sesuai dengan bentuk pakaian seorang sufi yang terbuat dari wool atau wol (suf)11, meskipun pada praktiknya tidak semua sufi memakai pakaian yang terbuat dari wol domba. Menurut beberapa pendapat, para sufi dinamakan sufi karena kesucian hati (shafa) dan kesucian amal perbuatannya. Pendapat lain mengatakan bahwa seseorang disebut sufi karena berada di barisan paling depan (shaff) di hadapan Allah, melalui peninggian syahwatnya kepada-Nya.

Bahkan ada pendapat yang mendasari definisi istilah ash-hab al-Shuffah, yaitu para sahabat Nabi Muhammad SAW yang tinggal di kamar/serambi masjid (mereka meninggalkan dunia dan rumahnya untuk beribadah dan dekat dengan Rasulullah SAW.) 12. Pada intinya, tasawuf ialah suatu usaha dan usaha dalam konteks penyucian diri (tazkiyyatuh al-nafs) dengan menjauhkan diri daripada pengaruh kehidupan dunia yang menyebabkan seseorang itu lalai daripada beribadat kepada Allah SWT. lalu menumpukan perhatiannya hanya kepada ibadah kepada Allah SWT. . Zuhud di dunia adalah satu kebajikan dan amalan yang disyariatkan dan dianjurkan, dan merupakan akhlak para nabi, wali dan hamba-hamba yang soleh yang mendahulukan apa yang di sisi Allah di atas kesenangan dunia dan berserah kepada perkara yang baik 14 Manakala tashawuf mengutamakan. . adalah konsep yang berbeza, kerana jika seorang sufi itu teguh dengan tasawufnya, maka zuhud adalah sesuatu yang tidak bermakna baginya.

Terkadang ia membutuhkan seorang zuhud di awal level sufi, yang pada akhirnya harus menghardik apa yang dipaksakan padanya. Dalam hal ini pokok-pokok ajarannya diisyaratkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berdiskusi dengan para sahabatnya tentang apa yang diterimanya dari malaikat Jibril mengenai pokok-pokok ajaran Islam, yaitu: iman, Islam dan ihsan.15 Ketiganya ajaran Islam utama dilakukan dalam praktik tasawuf.

Ruang Lingkup Ilmu Tasawuf

Dalam ilmu tashawuf banyak terkandung unsur etika dan ajaran moral (hablumminallah dan hablumminannas). Psikologi modern fokus meneliti orang untuk orang lain, yaitu jiwa orang lain yang mereka teliti. Sedangkan psikologi dalam tashawuf menitikberatkan pada introspeksi diri, yang menitikberatkan pada kesadaran diri dan kesadaran akan kelemahan dan kekurangan diri sendiri, kemudian ditingkatkan menuju kesempurnaan nilai-nilai pribadi yang luhur.

Jalan yang ditempuh untuk mencapai keindahan menurut ajaran tashawuf adalah perenungan, perenungan terhadap kearifan seluruh ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, dengan selalu bermeditasi dan merenungkan semua ciptaan Allah, akan menghasilkan pengetahuan tentang Allah (ma'rifat billah), yang menjadi kesukaan para ahli sufi. Athoullah Ahmad mengatakan bahwa topik pembahasan ilmu tashawuf meliputi akal dan ma'rifat (ilmu), yang kemudian membahas tentang hati dan riyadhah (pelatihan ruhani).

Dasar-Dasar Ilmu Tasawuf

Ayat ini menjelaskan tentang keseimbangan hidup yang berpedoman pada Al-Qur'an yang harus menjadi pandangan hidup setiap muslim. Di satu sisi, Al-Qur'an memerintahkan kasab, yaitu upaya mencari kehidupan duniawi dan membenarkan menikmati keindahan kenikmatan duniawi secara wajar. Di sisi lain, Al-Qur'an menegaskan bahwa apa yang ada di sisi Allah, baik pahala maupun keridhaan-Nya, jauh lebih berharga daripada dunia.

Kata al-shabr dengan turunannya seperti al-shabir, al-shabirin, ishbir, shabara dan sebagainya tersebar luas di dalam Al-Qur'an yang diungkapkan dalam arti yang berbeda-beda. Hakikat sabar dalam al-Qur'an menunjukkan sifat keteguhan atau kemampuan jiwa untuk menanggung tekanan penderitaan hidup, kesulitan atau pergumulan dengan perasaan ketangguhan dan kekuatan. Dalam tashawuf, penekanan penggunaan kata ridha adalah keridhaan hamba Allah, sedangkan al-Qur'an menyebutkan hal ini secara timbal balik, keridhaan Allah bagi manusia dan keridhaan manusia bagi Allah.

Selain itu, al-Quran juga merupakan sumber konsep al-madzaqat dalam ajaran Tashawuf. Al-Hubb yang menggambarkan kecintaan yang sangat mendalam kepada Tuhan yang menyebabkan sebahagian sufi menjadi mabuk dan mendapat balasan cinta daripada Tuhan, bukanlah suatu bentuk bidaah, tetapi bersumber dan memuji al-Quran. Bahkan Al-Quran mengutuk orang yang mencintai harta benda atau mencintai sesuatu melebihi cinta kepada Allah.

Nilai-Nilai Tasawuf

  • Taubat
  • Zuhud
  • Wara’
  • Faqir
  • Sabar
  • Tawakkal
  • Ridha

Kerana dia sedar dan bertaubat akan dosa dan maksiatnya serta kembali kepada Allah dalam erti kata taat dan patuh, maka orang itu telah bertaubat. Secara istilah, zuhud ialah mengarahkan keinginan kepada Allah SWT, menyatukan kehendak kepada-Nya dan menyibukkan diri dengan-Nya berbanding kesibukan lain supaya Allah SWT memberi petunjuk dan memberi petunjuk kepada orang yang zuhud. Cinta kepada Allah mengalahkan segala alternatif yang membawa kepada hubb Ash-shahawat (suka mengikut hawa nafsu).

Mereka bukan sahaja meninggalkan perkara yang syubhat, tetapi juga membataskan diri mereka daripada perkara yang dibenarkan jika dapat menjauhkan diri daripada menyebut Allah. Maksudnya, setiap pergerakan orang ini hanya bertujuan untuk beribadah kepada Allah. sehingga apa saja yang tidak dimaksudkan untuk disembah, maka hukumnya bagi dirinya adalah haram. Perkataan fakir mengandungi makna kemiskinan rohani atau keinginan besar untuk mengosongkan jiwa untuk menuju kepada Allah SWT.

Bersabarlah dengan segala keputusannya, agar rasa sakit menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami betapa besar kekuasaannya. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia modern, tawakal berarti kita harus berserah diri kepada Allah SWT jika kita telah mengerahkan segala upaya. Oleh karena itu, meskipun amanah diartikan sebagai penyerahan diri dan berjuang sepenuhnya kepada Allah SWT, bukan berarti seseorang yang bertawakal kepada-Nya harus meninggalkan segala upaya dan upaya.

Tinjauan Kepustakaan

Orang yang bersikap seperti Ridha juga akan tabah dan sabar dalam menerima cobaan atau musibah yang menimpanya. Berbeda dengan orang-orang yang selalu membuat kesialan di muka bumi ini, mereka selalu merasa puas ketika melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, mereka selalu merasa kekurangan di dalam hati ketika mereka meninggalkan kebiasaan buruk yang biasa mereka lakukan, dengan kata lain mereka merasa puas ketika aktivitas hidupnya dapat membuat mereka bahagia.khawatir, cemas dan selalu menyusahkan orang lain. Sya'roni Hasan, dengan judul “Tafsir Surah Al-Kahfi Ayat 66-78 Tentang Disiplin Murid Bagi Guru Dalam Pendidikan Tasawwuf” kajian ini menjelaskan surah Al-Kahfi ayat 66-78 dengan mengungkap pendidikan sufi berdasarkan kisah Nabi saw. Khidir dan nabi Musa yang berperan sebagai guru dan murid.

33 Armyn Hasibuan, “Nilai Tasawuf dalam Restorasi Pemikiran Dakwah Al-Qur'an dan Hadits”, Jurnal HIKMAH, Vol. Syachroni Hasan, “Tafsir Surah Al-Kahfi Ayat 66-78 Tentang Disiplin Murid Bagi Guru Pendidikan Tasawuf” dalam Jurnal Qolamuna, Vol. Data kualitatif yang dimaksud dapat berupa kata-kata tertulis atau hasil dari wawancara dan perilaku yang diamati.

Sedangkan dalam penelitian ini, data kualitatif diperoleh dengan mempelajari literatur yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Selain menggunakan metode deskriptif kualitatif, kajian ini juga menggunakan pendekatan tafsir maudhu'iy (tematik), yaitu metode yang membahas ayat-ayat dalam surat-surat yang berbeda yang dikelompokkan dalam tema-tema tertentu. Secara lebih spesifik, seorang mufassir berusaha menyusun ayat-ayat yang mengandung kesamaan makna, kompromi antara makna yang bersifat 'am' dan 'hashish', antara muthlaq dan muqayyad, menyelaraskan ayat-ayat yang terkesan kontradiktif, menjelaskan ayat-ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu. muara.35.

Jenis Penelitian

Sumber Data Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisa Data

Meneliti ayat-ayat secara keseluruhan dengan mengumpulkan ayat-ayat yang sama makna, atau membuat kompromi antara yang umum dan khusus, yang mutlak dan yang muqayyad, atau yang sifatnya berlawanan, sehingga semuanya bertemu di sebuah muara. Apabila meneliti dan mengkaji bentuk tafsir, sudah pasti tidak terlepas dari kajian kaedah tafsir, sumber tafsir, serta pola tafsir yang terkandung dalam karya tafsir. Oleh yang demikian, didapati dalam penyelidikan ini bahawa tafsiran al-Mirghani terhadap QS al-Kahfi boleh diklasifikasikan kepada tiga perkara: Pertama, kaedah tafsir yang digunakan oleh al-Mirghani merupakan satu bentuk kaedah tafsir Ijmali.

Hal ini terlihat dari hasil tafsir al-Mirghani yang secara singkat mengungkap makna keseluruhan dari sebuah ayat. Kedua, tafsir al-Mirghani bersumber dari ayat-ayat Alquran dan hadits Nabi. Ketiga, berdasarkan hasil penelitian, ditetapkan bahwa gaya tafsir al-Mirghani merupakan bentuk dari gaya tafsir sufi al-Isyari.

Hal ini didasarkan pada analisis tafsir al-Mirghani yang menggunakan pengalaman spiritualnya sebagai dasar penafsiran. Selain ketiga poin di atas, pembahasan ayat asbabun nuzul yang diletakkan di bagian akhir pembahasan tafsir surat menunjukkan bahwa al-Mirghani ingin memudahkan para pembacanya untuk memahami karyanya tanpa perlu berpanjang lebar. penjelasan-penjelasan yang tidak berkaitan langsung dengan pesan-pesan Al-Qur'an. Berdasarkan analisis penulis terhadap tafsir al-Mirghani terhadap QS al-Kahfi, setidaknya dapat ditemukan lima nilai tasawuf.

Saran

Membaca Surat Al-Kahfi di Kalangan Muslim Indonesia" dalam Tafse: Journal of Qur'anic Studies. Makhtutat Kitab al-Shuna fi Tarikh al-Saltanah al-Sinnariyyah wa al-Idarah al-Misriyyah. Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 66-78 pada. Adab Pelajar Terhadap Guru Dalam Pendidikan Tasawuf” dalam Jurnal Qolamuna.

Referensi

Dokumen terkait

„ilm min al-kitâb” (yang memiliki ilmu dari ahl al-kitâb), namanya adalah „Ashîf. 39 Walaupun pendapat „Abduh ini tidak dikemukakannya dalam suatu kitab tafsir,

Kedua, menelusuri latar belakang pemikiran tasawuf yang mendasari Al- Qusyairi dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang bercerita tentang perjalanan Nabi Musa dan