6 ABK WNI yang Terlantar 7 Bulan di Filipina Kini Sudah Pulang
TEMPO.CO, Jakarta - Enam anak buah kapal asal Indonesia (ABK WNI) yang terlantar di Tabaco, Filipina, kini sudah kembali ke Tanah Air.
Kementerian Luar Negeri memfasilitasi pemulangan awak Kapal MV Sky Fortune itu menggunakan penerbangan pada Kamis, 29 September 2022.
Kapal MV Sky Fortune ditahan oleh otoritas Filipina karena memasuki wilayah yang bukan untuk pergantian kru kapal. Mereka juga mendapatkan tuntutan ganti rugi oleh pemilik kapal. Para awak kapal, di antaranya
termasuk keenam WNI, tidak diperbolehkan meninggalkan kapal untuk
menunggu proses hukum.
Dalam perkembangannya, para awak kapal ditelantarkan selama 7 bulan di atas kapal dalam kondisi tidak memadai. Sejumlah awak mengalami sakit, kekurangan pasokan logistik, sedangkan kondisi kapal semakin memburuk karena muatan atau bahan makanan dalam keadaan tidak layak.
Pengiriman atau keberangkatan keenam ABK WNI tersebut tidak
prosedural, sehingga tidak terdapat manning agency yang dapat diminta pertanggungjawabannya. Sementara pemilik kapal yang pada awalnya bersikap kooperatif dengan otoritas Filipina telah menghilang dan tidak diketahui keberadaannya.
"ABK tersebut kini sudah mendapatkan ijin untuk turun dari kapal dan meninggalkan wilayah Filipina dari Biro Imigrasi Filipina, untuk dapat kembali ke tanah air," tulis Kementerian Luar Negeri dalam keterangan seperti dikutip Jumat, 30 September 2022.
KBRI Manila menguruskan perijinan dan dokumen perjalanan bagi
pemulangan keenam WNI sekaligus pendampingan hingga tiba di
Indonesia.
Jutaan Buruh di RI Kena PHK Selama Pandemi, Sektor Ini Paling Banyak
Jakarta - Jutaan buruh jadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) imbas pandemi COVID-19. Adapun industri yang paling banyak melakukan PHK selama pandemi adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Lantaran, industri ini pula yang paling banyak menyerap tenaga kerja hingga 3,96 juta.
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian PPN/Bappenas Leonardo A. A. Teguh Sambodo, di industri tersebut, sektor industri pakaian mengalami pengurangan tenaga kerja terbesar selama pandemi.
Selama pandemi COVID-19, sektor ini mengalami pengurangan tenaga kerja hingga 351,38 ribu orang atau 13,11% dari total tenaga kerja sebelumnya. Industri tekstil juga mengalami penurunan sebesar 183,30 ribu orang atau 14,4%, sehingga totalnya 534 ribu buruh TPT kena PHK.
"Jadi memang melihat kekuatan dari sektor industri TPT ini cukup tinggi, pada saat yang sama juga kami melihat ada dampak yang diperoleh dari pandemi COVID-19," ujar Leonardo dalam diskusi virtual, Rabu (22/4/2021).
Produktivitas industri ini masih sebesar 0,19%, sedangkan industri padat karya lain sudah di atas itu yakni industri makanan dan minuman mencapai 0,31%, industri pengolahan
tembakau dan barang dari plastik mencapai 0,30%, dan industri furnitur sebesar 0,21%.
"Selama pandemi ini memang tidak sideback, tapi kita melihat ke belakang bahwa bagian dari bagaimana kemudian kita memperbaiki kinerjanya ke depan adalah menyelesaikan
masalah-masalah struktural termasuk di dalamnya soal produktivitas yang rendah dibanding industri padat karya yang lain," katanya.
Akan tetapi, di saat yang sama tingkat upah di industri tekstil terus meningkat tiap tahunnya.
"Ini mungkin satu bagian yang perlu diselesaikan di luar bagaimana kita berbicara mengenai perlindungan dari pasar," imbuhnya.
Baca artikel detikfinance, "Jutaan Buruh di RI Kena PHK Selama Pandemi, Sektor Ini Paling Banyak" selengkapnya https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5543022/jutaan- buruh-di-ri-kena-phk-selama-pandemi-sektor-ini-paling-banyak.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Sebut Kasus yang Dialami WNI di Luar Negeri Meroket Tiap Tahun, Kemenlu: Mayoritas Gaji Tak Dibayar
Suara.com - Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri
(Kemenlu ), Judha Nugraha menyebut ada tren peningkatan jumlah kasus WNI di luar negeri yang ditangani Kemenlu dari tahun ke tahun. Judha mengaku jika jumlah kasus yang ditangani Kemlu, tak pernah menurun.
"Jumlah kasus yang dihadapi pada tahun ke tahun, kami melihat ada tren yang meningkat. Jadi jumlahnya tidak pernah menurun, ini jumlah kasus selalu meningkat," ujar Judha dalam Uji Publik Draft Pedoman Pengelolaan Tempat Singgah Sementara (TSS/Shelter pada perwakilan di luar negeri secara virtual, Rabu (13/7/2022).
Bahkan menurut Judha, jumlah kasus yang ditangani Kemlu meningkat dua kali lipat di tahun 2020. Yaitu di tahun 2019 di angka 24.000 kasus per tahun, meningkat menjadi 54.000 di tahun 2020.
"Tahun 2020 jumlahnya meningkat dua kali lipat. Kalau tahun 2019 angkanya di kisaran 24.000 kasus per tahun, di tahun 2020 54.000 kasus per tahun. Memang tahun 2020 tahun anomali yaitu tahun Pandemi Covid," papar dia.
Selain itu, Judha menuturkan saat kasus Covid-19 sudah mulai menurun di tahun 2021, jumlah kasus yang ditangani Kemlu masih lebih tinggi dibandingkan
sebelum pandemi Covid-19. Adapun kata Judha di tahun 2022, sebanyak 29.000 kasus WNI di luar negeri yang ditangani Kemlu.
"Ketika Covid sudah mulai menurun tahun 2021, angkanya pun masih lebih tinggi dibanding angka sebelum Covid. Tahun 2021, 29.000 lebih kasus kami tangani, dengan berbagai macam masalah," tutur Judha.
Judha mengungkapkan masalah yang paling besar dihadapi WNI di luar negeri yaitu masalah keimigrasian WNI yang tinggal di luar status undocumented, hingga kasus pidana dan perdata. Mayoritas kata Judha, pekerja migran Indonesia tak mendapatkan gaji, Masalah ketenagakerjaan, yang mayoritas adalah gaji tidak dibayar dan juga tidak betah bekerja, kemudian kasus-kasus pidana perdata,"
ungkap Judha.
Lebih lanjut, Judha mengungkapkan kasus-kasus lain yang dihadapi WNI seperti kasus tindak pidana perdagangan orang (TPO), WNI yang terancam hukuman mati dan kasus ABK kapal perikanan.