• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP

N/A
N/A
Refito Septian Nugraha

Academic year: 2023

Membagikan "ABSTRACT PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP "

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

1. Firman Satrio Hutomo (2020) Pertanggungjawaban Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan pencemaran nama baikmelalui media social dan pertanggungjawaban pidana terhadap pelakunya. Di dalam sistem hukum pidana Indonesia dan penegakan hukum dalam perkara penghinaan melalui media social. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, bersifat preskriptif dengan menggunakan sumber bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Pendekatan ini yang digunakan adalah pendekatan undangundang dan pendekatan kasus. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan kesimpulan, yakni kesatu, konstruksi hukum pertanggungjawaban bagi pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui media social telah diatur dalam Pasal 27 ayat (3) jo. Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Di dalam KUHP tindak pidana pencemaran nama baik diatur dalam Pasal 310 ayat (1) KUHP. Kesimpulan kedua bahwa perbuatan pada beberapa putusan di atas dimana terdakwa mengupload pada akun facebook yang menunjukkan adanya motif atau niat untuk melakukan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik terhadap pelaku.

Dan dengan demikian perbuatan tersebut memenuhi unsur pidana dalam Pasal 45 ayat (3) UU ITE. Dalam pasal tersebut mensyaratkan adanya unsur sengaja dalam mendistribusikan informasi elektronik yang bermuatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik.

2. Anggraini Dila Pitaloka (2019) Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pinjaman Online Yang Berimplikasi Tindak Pidana. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

Internet merupakan media elektronik yang memiliki banyak manfaat dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang ekonomi. Perkembangan dalam bidang teknologi dan komunikasi menjadi salah satu penyebab dan adanya perkembangan pesat dalam bidang ekonomi global. Di era teknologi keuangan saat ini, muncul model bisnis baru yang berkembang cukup pesat di Indonesia, yaitu peer to peer (P2P) lending atau layanan pinjaman berbasis teknologi informasi (online). Pinjaman online merupakan salah saktu bukti bahwa

masyarakat global saling terhubung dalam memanfaatkan teknologi. Dengan aplikasi pinjaman online ini, semua orang dapat mengajukan pinjaman kapanpun dan dimanapun selama dia memiliki smartphone dan komputer yang digunakan terkoneksi dengan internet.

Namun seiring perkembangan teknologi justru kemajuan teknologi banyak di salah gunakan.

Sehingga, banyak menimbulkan resiko dan munculnya tindak pidana, contohnya saja tindak pidana penipuan, pemerasan, pengancaman terkait dengan informasi dan teknologi.

Penipuan yang dimaksud adalah rangkaian kebohongan mengenai suatu objek tertentu yang tidak sesuai dengan objek aslinya. Pemerasan merupakan setiap orang dengan maksud untuk menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum. Memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman mengutang atau menghapus piutang. Dalam pidana, segala pihak dapat dikenakan pidana termasuk dalam hal membantu tindak pidana.

3. Winda Hayu Rahmawati (2020) Pertanggungjawaban Pidana Pengguna Jasa Prostitusi Online. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

In Indonesia, prostitution is a criminal offense which has been practiced throughout ancient and modern time. Especially with the expansion of sophisticated information and

communication technology such as social media, prostitution activities are facilely to do. At this juncture, there are still no detailed regulations governing a ban on prostitution.

Prostitution activities are only regulated in the Penal Code KUHP which can only be imposed on pimps only. Other parties such as service providers and service users, who are also involved in carrying out prostitution activities, cannot be ensnared since there is still no regulation about the prostitution activity. To answer the problem formulation, a research with statue approach and conceptual approach was conducted. Referring to the results of the

(2)

research conducted, based on Indonesian national law, service users of online prostitution service still cannot be criminally accounted due to the fact that there are still no regulation which can ensnare them. The service users of online prostitution service can only be accounted through Article 55 KUHP and the Local Government Regulation in each region which have regulated prostitution activities. For this reason, it is necessary to reform the criminal law policies so that the prevention of prostitution can be maximized.

4. FITRIANI, RISCA and Achmad, Ruben and Nashrianah, Nashrianah (2018) PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN. Undergraduate thesis, Sriwijaya University.

Skripsi ini berjudul Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Hewan yang diatur dalam ketentuan KUHP serta diluar ketentuan KUHP, karena pada ahir-ahir ini seringkali terjadi tindakan kekerasan terhadap hewan yang dilakukan oleh oknum-oknum baik yang mengetahui maupun tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut merupakan suatu tindak pidana. Penelitian ini membahas permasalahan mengenai Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan hewan dan upaya pencegahan Tindak Pidana Penganiayaan Hewan. Penulisan Skripsi ini termasuk penelitian normatif. Jenis bahan hukum dalam penelitian ini merupakan bahan hukum yang bersifat sekunder dan menggunakan sumber hukum baik yang bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier. Pertanggungjawaban pidana pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Hewan dibebankan kepada pelaku apabila yang bersangkutan telah terbukti melakukan suatu tindak pidana terlebih dahulu dan memenuhi unsur kesalahan serta tidak adanya alasan yang

meringankan atau menghapus tindak pidana yang dilakukan. Upaya pencegahan tindak pidana penganiayaan hewan dapat dilakukan dengan edukasi kepada masyarakat, melaporkan kasus penganiayaan hewan, serta mengadopsi hewan-hewan yang terlantar agar dapat menetralisir serta mengurangi hewan-hewan dijalanan sehingga dapat meminimalisir tindakan kekerasan terhadap hewan dimaksudkan sebagai wadah untuk menampung aspirasi, tujuan dan kehendak bersama dari masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan hewan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa alasan permohonan kasasi Penuntut Umum terhadap penerapan sanksi pidana dibawah ketentuan minimum dalam tindak pidana membujuk

Meskipun hukum acara pidana sudah diatur dalam undang-undang namun dalam penyelesaian kasus penganiayaan adakalanya antara pelaku tindak pidana dan

Hukum Pidana ( RUU KUHP) 2015 dapat dijadikan sebagai acuan dalam kebijakan formulasi pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana pajak yang diatur dalam

Tindak pidana pemerasan telah diatur didalam Bab XXII Pasal 368 KUHP dan pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena telah melanggar ketentuan Pasal

Dalam menangani tindak pidana pemalsuan surat baik yang diatur didalam KUHP maupun diluar KUHP, baik Penyidik, Jaksa, Hakim, maupun Advokat diharuskan memahami

Sebagaimana diatur dalam Pasal 53 dan Pasal 56 KUHP. Selain itu, di luar KUHP, peringanan pidana diberikan bagi pelaku tindak pidana di bawah umur, sebagaimana

Mengingat ketentuan hukum pidana telah diatur secara umum dalam KUHP, pertanggungjawaban secara pidana tidak perlu harus terlebih dahulu diatur dalam UU Akuntan

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan tersebut diatas bahwa pertanggungjawaban pidana para mahasiswa sebagai pelaku tindak pidana penganiayaan yang